Anda di halaman 1dari 9

39

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum
5.1.1. Keadaan Geografis
Puskesmas Kayutangi berada di Kecamatan Banjar Utara Kota
Banjarmasin dengan wilayah kerja sebanyak dua kelurahan, yaitu Kelurahan
Sungai Miai dan Kelurahan Antasan Kecil Timur.
Wilayah kerja puskesmas terletak pada dataran rendah dengan
ketinggian di atas 10 m dari permukaan laut, dengan curah hujan yang banyak
dengan curah hujan rata-rata 1.598-2.579 pertahun dengan jumlah hari hujan 56-
158 hari dan suhu udara rata-rata 26-35C. Wilayah kerja berada di daerah
perkotaan dengan perumahan yang berdempetan dan perduduk yang padat.
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kayutangi adalah sebagai berikut:
Kelurahan Antasan Kecil Timur
1. Sebelah Utara : Kelurahan Sungai Miai
2. Sebelah Barat : Kelurahan Sungai Miai dan Pasar Lama
3. Sebelah Selatan : Sungai Martapura
4. Sebelah Timur : Kelurahan Surgi Mufti
Kelurahan Sungai Miai
1. Sebelah Utara : Kelurahan Alalak Utara, Kab. Barito Kuala
2. Sebelah Barat : Kelurahan Pangeran
3. Sebelah Selatan : Kelurahan Pasar Lama
40

4. Sebelah Timur : Kelurahan Antasan Kecil Timur dan Surgi
Mufti
Dengan dua kelurahan ini, Puskesmas Kayutangi memiliki luas wilayah
kerja sebesar 174,5 km
2
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 5.1. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Kayu Tangi Tahun 2013
No. Kelurahan
Luas
Wilayah
(km
2
)
Jumlah
RW RT
1 Sungai Miai 98,5 2 35
2 Antasan Kecil Timur 76 2 23
Jumlah 174,5 4 58
Sumber: Laporan tahunan Puskesmas Kayutangi 2013


Gambar 1. Peta Kelurahan Sungai Miai
41


Gambar 2. Peta Kelurahan Antasan Kecil Timur
5.2. Hasil Penelitian
5.2.1 Karakteristik Responden
Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Sampel Total
Kontrol Kasus N %
n % N %
Perempuan 21 70 20 66,67 41 68,33
Laki-laki 9 30 10 33,33 19 31,67
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa populasi sampel lebih banyak berada
pada jenis kelamin perempuan yakni sebesar 68,33%, sementara besarnya
populasi responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 31,67%. Di
42

mana untuk kelompok kontrol, persentase perempuan sebesar 70%, laki-laki 30%.
Pada kelompok kasus, perempuan sebanak 66,67% dan laki-laki 33,33%.

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan kelurahan tempat kediaman
Kelurahan Sampel Total
Kontrol Kasus n %
n % n %
AKT 25 83,33 23 76,67 48 80%
SMD 5 16,67 7 23,33 12 20%
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa populasi sampel lebih banyak
berkediaman di kelurahan Antasan Kecil Timur, yakni sebanyak 80% responden,
sementara responden yang berkediaman di kelurahan Sungai Miai Dalam adalah
sebesar 20%. Pada kelompok kontrol, 83,33% berada di wilayah Antasan Kecil
Timur dan 16,67% di wilayah Sungai Miai Dalam. Pada kelompok kasus, 76,67%
berada di wilayah ANtasan kecil Timur, dan 23,33% di wilayah Sungai Miai
Dalam. Pengambilan sampel yang lebih mengarah ke kelurahan Antasan kecil
Timur adalah karena sistem pengambilan sampel yang acak (random) sehingga
tidak memperhatikan tempat kediaman responden.

Usia Sampel Total
Kontrol Kasus N %
n % n %
10-20 1 3,33 6 20 7 11,667
21-40 9 30 15 50 24 40
>40 20 66,67 9 13,33 29 48,33
Jumlah 30 100 30 100 60 100

43

Dari tabel di atas terlihat bahwa populasi sampel lebih banyak berada
pada usia >40 tahun yakni sebesar 48,33%, sementara populasi responden yang
paling sedikit berada di rentang usia 10-20 tahun yakni sebesar 11,667%. Pada
kelompok kontrol, terdapat 3% di usia 10-20, 30% di usia 21-40, dan 66,67% di
usia di atas 40 tahun. Untuk kelompok kasus, terdapat 20% di usia 10-20, 50% di
usia 21-40, dan 13,33% di usia di atas 40 tahun.

5.2.2. Analisis Univariat
Kebiasaan menggunakan air sungai untuk berkumur-kumur dan
menggosok gigi:
Kebiasan menjaga kebersihan mulut dengan air sungai, dalam hal ini kebiasaan
untuk bekumur-kumur dan menggosok gigi dengan air sungai merupakan salah
satu kebiasaan yang dimiliki sebagian besar penderita infeksi gigi dan gusi, hal ini
dapat dilihat dari angka penderita yang menggunakan air sungai adalah sebanyak
63,33%, dan pada kontrol hanya 20% yang menggunakan air sungai untuk
berkumur-kumur dan menggosok gigi.
. Tabel 5.5. Distribusi Kasus dan Kontrol ini adalah univariat !!!!
Variabel Kasus Kontrol
N % N %
Terpapar (Faktor Resiko (+)) 19 63,33% 6 20%
Tidak terpapar (Faktor Resiko (-)) 11 36,67% 24 80%

Tabel diatas menunjukkan bahwa kebiasaan menggunakan air sungai
untuk berkumur-kumur dan gosok gigi pada kelompok kasus adalah sebesar
63,33%, sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaaan
44

menggunakan air sungai untuk berkumur-kumur dan gosok gigi hanya sebesar
20%.

5.2.3. Analisis Bivariat
Pada analisis hubungan/bivariat pada kasus ini dilakukan uji silang
antara variabel bebas dengan variabel terikat penelitian berdasarkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol. Untuk mencari besar hubungan yang ada dilakukan
dengan uji chi square dan hubungan asosiasinya melalui OR (Odds Ratio).
Hubungan penggunaan air sungai untuk menggosok gigi dan berkumur-
kumur dengan kejadian infeksi gigi dan gusi berdasarkan data yang didapat dari
hasil wawancara dan kuesioner diperlihatkan pada tabel 5.7


Tabel 5.6. Hasil uji analisis statistik yang menunjukkan hubungan kebiasaan
menggunakan air sungai untuk menggosok gigi dan kumur-kumur dengan angka
kejadian infeksi gigi dan gusi

Variabel Kasus Kontrol Total
Terpapar (Faktor Resiko (+))
Row %
Col %
19
76,00%
63,00%
6
24,00%
20,00%
25
100,00%
41,67%
Tidak terpapar (Faktor Resiko (-))
Row %
Col %
11
31,43%
36,67%
24
68,57%
80,00%
35
100,00%
58,33%
Total
Row %
Col %
30
50,00%
100,00%
30
50,00%
100,00%
60
100,00%
100,00%

Tabel 5.7 Odds-based Parameter
Estimate Lower Upper
Odds Ratio 6,9091 2,1602 22,0981
MLE Odds Ration
(Mid-P)
6,6595 2,1287 22,9692
Fisher-Exact 1,965 26,5853
45

Tabel 5.8 Statistical Tests
X2 2 Tailed P
Uncorrected 11,5886 0,0006647521
Mantel-Haenszel 11,3954 0,0007374190
Corrected 9,8743 0,0016772138

Setelah data diperoleh dan dilakukan entry data, selanjutnya dilakukan
uji analisis statistic menggunakan software EPI INFO 7. Hasil uji chi square
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggunakan air
sungai untuk berkumur-kumur dan gosok gigi dengan kejadian infeksi gigi dan
gusi di wilayah kerja puskesmas kayutangi (nilai p sebesar 0,0016, OR = 6,91).
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis diterima.
Dari hasil perhitungan OR = 6,91 (Confidence Interval (CI) 95% = 2,16
22,09) dapat diartikan bahwa warga yang memiliki kebiasaan menggunakan air
sungai untuk berkumur-kumur dan gosok gigi mempunyai risiko untuk tertular
infeksi gigi dan gusi 6,91 kali lebih besar dibanding dengan warga yang tidak
memiliki kebiasaan menggunakan air sungai untuk menggosok gigi dan
berkumur-kumur.
Hal ini sesuai dengan penelitian Dina W,dkk tahun 2012 yang
menunjukkan adanya bakteri, terutama baktermofilik yang menghasilkan protease
sebanyak 39 isolat di sungai Medang. Penelitian ini membuktikan adanya bakteri
di sungai yang membuat air sungai tidak higienis. Penelitian ini dilakukan di
wilayah dengan iklim yang mirip dengan wilayah yang dilakukan penelitian
sehingga kiranya kesimpulan penelitian tersebut juga mendukung hasil yang
diperoleh pada penelitian ini. Sesuai yang diketahui, infeksi gigi dan gusi
46

terutama oleh kuman-kuman dan dengan ditemukannya kuman di sungai tersebut
maka dapat memperkuat hasil yang didapat pada penelitian ini, dimana ada
korelasi antara kebiasaan menggunakan air sungai untuk gosok gigi dan
berkumur-kumur dengan kejadian infeksi gigi dan mulut di wilayah kerja
Puskesmas Kayutangi
19
.
Semua bahan kimia yang dapat larut dalam air dan apabila kadarnya
dalam air berlebih maka akan mengakibatkan pengaruh pada rasa air tersebut
selain itu juga dapat menimbulkan dampak pada kesehatan apabila
mengkonsumsinya, salah satu dampak yang ditimbulkan adalah penyakitnya
berhubungan dengan rongga mulut, seperti penyakit periodontal. Penyakit
periodontal merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada orang dewasa yang
disebabkan infeksi bakteri dan menimbulkan kerusakan gusi, serat perekat dan
tulang di sekitar gigi. Penyebab utamanya adalah plak. Umumnya tidak
menimbulkan rasa sakit
18
.
Pada mulanya penyakit periodontal di awali dengan pembentukan plak
pada gigi yang kemudian berkoloni dengan bakteri-bakteri sehingga terjadi
pematangan plak, lalu bakteri di dalam plak ini sendiri dapat memicu
terbentuknya kalkulus. Kalkulus memiliki kandungan anorganik dan organik di
dalamnya yang tentu saja dapat disebabkan oleh makanan dan minuman yang
dikonsumsi dan masuk ke rongga mulut. Kandungan anorganik pada kalkulus
seperti tembaga, besi dan fluor ini juga terdapat dalam air.
18
Setiap kejadian infeksi hanya dapat berlangsung bila organisme yang
menyebakan infeksi jumlahnya cukup banyak untuk menghancurakan pertahanan
47

tubuh dan kemampuan untuk perbaikan kembali. Untuk alasan ini, maka semua
strategi untuk mencegah, menghentikan, atau membalikkan proses perusakan
penyakit plak didasarkan pada
20
:

1. mengurangi bakteri oral yang patogen
2. memperkuat resistensi gigi dan mempertahankan ginggiva yang sehat
3. meningkatkan proses perbaikan
Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan
agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktifitas (belajar atau bekerja), dan penurunan
produktivitas kerja) yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup. Kesehatan
mulut dapat mempengaruhi kondisi kesehatan umum yang tentunya akan
berdampak pada kualitas hidup sevara signifikan atau masalah kesehatan mulut
akan mempengaruhi kualitas kehiudpan manusia
20

Anda mungkin juga menyukai