Anda di halaman 1dari 46

Look at us, WE ARE

HAPPY !!!
Angry ???

SMILE, LAUGHTER, FUN,


LOVE
….EMOTIONS
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 PERSONAL AND EMOTIONAL DEVELOPMENT


 Chapter 9


 Pemakalah :
  Hasbi Sjamsir
 Jamilah Setiawati

hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati


Dr. Emmy Werner’s Findings
 Mary's case, emotions give meaning
to children's experience. Mary's
parents were happy when she was
born, and as a young child Mary
thrived on their affection. In
studying the emotional lives of
children, children begin life with
simple emotions and gradually add
complex feelings. Children also
learn to deal with negative
emotions more effectively as they
grow older. For instance, Mary's
temper tantrums gradually
diminished as she learned to
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
PERSONAL AND EMOTIONAL
DEVELOPMENT
(Perkembangan Pribadi dan Emosi)
Dr. Emmy  mulai melakukan penelitian
Werner longitudinal pada anak yang
di tahun 1954 lahir di Kauai, Hawaii. Anak
dihadapkan pada masalah
mendasar yakni
 kemiskinan
 orangtua memiliki penyakit
mental
 tidak mendapatkan perhatian,
dll
 Akibatnya anak-anak dengan
masalah di atas tidak mau
bersekolah serta memiliki
masalah dengan sikap
kasarnya dari kanak-kanak
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Emotional
 Emosi dapat memberikan
pengalaman bagi anak. Apa yang
dipelajari anak dari orangtua atau
pengasuh memberikannya kesempatan
untuk belajar berpikir dalam
membedakan yang mana yang baik dan
yang salah. Dengan begitu
perkembangan pribadi anak tidak dapat
dipengaruhi oleh hal yang negatif.
Dalam hal ini Mary (kasus) menunjukkan
bahwa dirinya mandiri dan mendorong
dirinya sendiri ke dalam perilaku yang
positif. Hal ini disadarinya karena Mary
tidak mau seperti ibunya yang
menderita. Persepsi seseorang
membawa pada hal penting dalam suatu
perubahan, tanpa adanya persepsi maka
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Early Attachments
 Karena tekanan evolusi, bayi
masih tergantung pada
 orangtuanya untuk dicintai,
Ainswoth
dijaga dengan kehangatan,
diberikan kebutuhannya,
(1973), dan sebagainya.
hubungan  Hubungan yang baik antara
emosi adalah anak dengan orangtua
beban emosi ditunjukkan dengan cara
pemberian kasih sayang dan
yang mengikat kehangatan pada anak. Anak
antara satu akan percaya bahwa ada
orang dengan ikatan emosi antara ia
orang yang lain. dengan orangtuanya,
mereka pun akan tumbuh
 dengan baik. Hubungan
emosi itu sendiri akan
berubah seiring anak
tumbuh menjadi dewasa.
Pemberian kepercayaan dan
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Developmental Course of Attachment
Pengembangan Hubungan Emosi
 Bowlby, 1988, hubungan emosi
Anak masih
 dimulai semenjak anak bayi
membutuhkan dan mengalami puncak
pelukan dan ketika anak berusia 7 bulan.
ciuman sebagai Kali ini bayi dapat
simbol kasih membedakan siapa yang ibu,
sayang sampai ayah, kakak, kakek, bibi dan
usia mereka lainnya. Bayi akan menangis
mencapai pra- jika ia tidak merasa nyaman
operasional,
ketika mereka dengan orang lain selain
remaja pada yang dekat dengannya.
umumnya sudah Namun ada juga yang tidak
malu jika demikian, hal ini tergantung
diperlakukan bagaimana orangtua atau
seperti itu pengasuhnya membiasakan
apalagi jika anak untuk berhubungan
didepan teman- juga dengan lingkungan.
temannya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hubungan
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 Anak akan mengalami trauma jika
orangtua atau pengasuhnya
meninggalkannya. Pada umumnya
anak bayi atau anak yang masih
kanak-kanak tidak paham mengapa
ayah ibu atau orang terdekatnya
meninggalkannya. Mereka dengan
sendirinya menanamkan dalam
pikiran mereka bahwa orangtua
atau pengasuhnya tidak sayang
padanya. Makanya kenapa banyak
anak yang hidup di panti asuhan
begitu tidak suka jika harus
bertemu dengan orangtua
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 Anak yang sudah dapat berbicara
akan lebih mudah menunjukkan
umpan balik ketika ia merasa ada
hubungan emosi dibandingkan
bayi. Karena orangtua dan
pengasuh sudah tau apa yang
diinginkan oleh anak. Secara
umum anak yang mencintai
hubungannya dengan orangtua
atau pengasuhnya akan merasa
terus dicintai dan dapat bermain
sebagaimana mestinya seorang
anak. Hal ini berbeda sekali
dengan anak yang hidup dijalanan,
mereka merasa harus
bertanggungjawab akan dirinya
sendiri sehingga mereka mencari
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Individual Differences in Infants’ Attachments
Perbedaan Individu dalam Memberikan Hubungan Emosi pada
Bayi
 Bayi merasa terdapat hubungan emosi dengan
pengasuh untuk menjaganya. Ketika pengasuh tidak
ada, maka bayi akan bermain dengan mainan baru
dan menggumam terus. Namun ketika pengasuh
datang bayi akan tersenyum atau mengajak bicara
pengasuh. Sekitar 65% bayi melakukannya.
 Bayi tidak merasa nyaman dengan situasi ini, mereka
lebih senang bermain sendiri dengan mainannya
tanpa peduli dengan kehadiran siapapun dan akan
merasa terganggu begitu diajak berinteraksi. Sekitar
20% anak melakukan hal ini.
 Bayi akan merasa terganggu hingga menangis atau
mengerang begitu tahu ada orang asing
mendekatinya. Meskipun sebaik apapun mereka, si
bayi akan merasa tidak nyaman. Sekitar 15% anak
melakukannya.
 Bayi memiliki masalah serius dengan kedatangan
orang asing, mereka akan sangat ketakutan. Mereka
akan menolak jauh-jauh orang yang tidak dikenalnya
bahkan tidak membuka diri.
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Cultural Setting
 Morelli (2000) salah satu yang menyebabkan hubungan
emosi adalah latar belakang budaya. Budaya
menjadikan anak dan orangtua menjadi dekat.
Contoh yang relevan dengan masalah ini.
 Anak-anak Jepang, dibiasakan oleh orangtuanya untuk
waspada terhadap orang asing. Sehingga ketika
ibunya meninggalkan ruangan saja mereka sudah
menangis apalagi jika kehadiran si ibu digantikan
dengan orang asing. Hal ini terjadi karena budaya
keluarga di Jepang membiasakan anak agar dekat
secara fisik dengan orangtua dan membangun
hubungan yang kuat antara ibu-anak (Miyake, 1985).
Anak akan lama beradaptasi dengan orang baru jika
demikian budaya yang ditanamkan.
 Di Jerman, banyak bayi yang diajarkan untuk bisa
mandiri sedari dini. Ketika ibunya meninggalkan
ruangan, bayi tidak terlalu memperhatikan.
Kedatangan orang asing pun tidak menghentikan
aktifitas bermainnya. Di Jerman
hasbi SJAMSIR bayi memang biasa
& Jamilah Setiawati
Children’s Contribution
 Faktor lain yang mempengaruhi
hubungan emosi anak adalah
kontribusi anak itu sendiri. Anak
tahu apa yang dibutuhkannya dari
ibu dan pengasuh. Dengan
demikian ia akan merasa nyaman
jika segala kebutuhannya terpenuhi
baik dari ibu atau pengasuh.
Menurut Frenkel (1999) anak yang
lahir dengan kondisi prematur akan
menolak perkembangan hubungan
emosi mereka senang tumbuh
bersama orang terdekat.
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Multiple Attachments

 Dalam perkembangan emosi juga


mempengaruhi perkembangan
bahasa. Teori ini diambil melihat
banyak hasil penelitian yang
membuktikan kaitan tersebut ada.
Misalnya anak yang tidak diberikan
keleluasaan dalam berinteraksi
dengan dunia luar dan kehidupan
sosialisasi mereka sempit maka
perkembangan bahasa mereka pun
akan berjalan lambat. Anak pada usia
seharusnya dapat bicara menjadi
tidak dapat berbicara atau telat
bicara. Anak yang sudah tumbuh
remaja atau dewasapun akan merasa
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Attachment Security and Later
Development
Perkembangan Hubungan Emosi dari Segi Keamanan
 Ada dua faktor yang menjadi akar positif dari
hubungan emosi dari segi keamanan:
 Pertama, orangtua yang sensitif terhadap
perkembangan anak, dilain pihak hubungan
emosi dari segi keamanan datang dari rasa
kasih sayang, solid dan kompak, hubungan
timbal balik, dan hubungan emosi lainnya.
 Kedua, anak akan memperoleh rasa aman jika
mendapatkan kebutuhan yang dicarinya.
Mereka berharap dicintai dan dipercaya serta
diberikan kesempatan kedua pada setiap
kesalahan yang diperbuat. Anak akan merasa
tidak aman dan nyaman jika orang-orang yang
seharusnya memberikan hubungan emosi
kepadanya malah menolaknya begitu saja.
Merasa tertekan dan stress bahkan depresi
akan timbul pada diri anak.
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Baldwin,
 1996.
 Semakin tumbuh kembang anak,
maka kebutuhannya akan
hubungan emosi tidak hanya
datang dari orangtua, pengasuh,
keluarga atau orang-orang yang
memiliki pertalian darah. Melainkan
hubungan emosi datang juga dari
teman atau sahabat. Bahkan bagi
anak yang sudah mengenal rasa
suka, mereka akan beharap
mendapatkan hubungan emosi dari
pacarnya. Hubungan emosi juga
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Implication of Attachment Research
Implikasi dari

 Seperti yang kita ketahui bahwa
Penelitian kebutuhan hubungan emosi
Mengenai pada bayi memberikan dasar
Hubungan Emosi bagi hubungan anak dengan
kehidupann sosialnya di masa
depan.
  R.A. Thompson (1998) anak akan
dapat berinteraksi dengan baik
jika ia memiliki hubungan emosi
yang baik dengan keluarga dan
ia diajarkan oleh keluarganya
bagaimana harus bersikap di
masyarakat kelak. Pada
dasarnya, hubungan emosi dari
segi keamanan yang telah
dibahas sebelumnya adalah
seperti multivitamin. Dengan
fungsi dapat meningkatkan
kehidupan menjadi lebih baik.
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 Cultivate strong relationships
with young children.
Membangun hubungan yang
kuat dengan anak.
 Acknowledge and encourage
multiple attachment.
Memberikan pengetahuan
mengenai hubungan emosi
ganda
 Encourage sympathetic
dispositions in children.
Memberikan simpatik kepada
anak.
 Encourage parents to watch their
children’s play. Mengajak
orangtua untuk melihat dan
memperhatikan anak ketika
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 Membangun hubungan yang kuat dengan
anak. Hubungan emosi yang kuat akan
memberikan banyak dampak positif
pada anak. Selain itu untuk
membangun hubungan yang kuat
dengan anak tidak hanya dirumah
melainkan di sekolah, di tempat
bermain, di tempat ibadah, dan di
sarana anak lainnya.
 Memberikan pengetahuan mengenai
hubungan emosi ganda. Membiasakan
anak agar mengenal oranglain yang
dapat memberikannya hubungan emosi
 Memberikan simpatik kepada anak.
Hubungan emosi dapat terjalin jika kita
sendiri sebagai orangtua atau orang
dewasa yang dekat dengan anak
memberikan perhatian
hasbi SJAMSIR & Jamilahdan
Setiawati kasih
 Model afeksi, ajaran atau
pengetahuan yang diberikan
anggota keluarga. Orangtua
seharusnya mengajarkan anak
bagaimana menjadi anak.
Maksudnya anak dibiasakan untuk
berlaku dewasa dan tidak dibiarkan
untuk bermain sebagaimana
mestinya usia mereka seharusnya
bermain.
 Membantu orangtua dalam
memahami bagaimana bayi dan
anak berpikir mengenai perasaan
mereka. Bayi atau anak dapat saja
menjadi pribadi yang misterius.
Orangtua terkadang tidak tahu apa
yang harus dilakukan untuk
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 Mengajak orangtua atau orang
dewasa lain untuk melihat dan
memperhatikan anak ketika
mereka bermain. Orang tua atau
mereka yang dekat dengan anak
hendaknya memperhatikan
segala aktifitas anak.
 Dukungan keluarga ketika
orangtua sudah pusing. Kita
sebagai manusia biasa
terkadang sudah merasa sulit
untuk memahami anak.
Sedangkan banyak sekali hal
yang harus dipikirkan misalnya
membayar tagihan ini itu atau
mengurus rumah tangga. Maka
orangtua membutuhkan
dukungan dari keluarga untuk
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 Ketika orangtua bercerai.
Perceraian orangtua seharusnya
bukan halangan bagi anak untuk
mendapatkan hubungan emosi
dari orangtua. Masalah orangtua
seharusnya tidak ada
hubungannya dengan
tanggungjawab mereka terhadap
anak. Para pekerja sosial
membantu orangtua yang
bercerai dalam memberikan
hubungan emosi. Hal ini kemudian
menjadi salah satu solusi terbaik.
 Membiasakan kehidupan sosial
dalam semua usia. Maksudnya
anak tidak boleh tergantung pada
orangtua saja, namun mereka
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Temui ahlinya jika ternyata mengalami hubungan emosi yang
serius. Jika hal-hal berikut terjadi maka disarankan.
 Bayi tidak menunjukkan hubungan emosi
bahkan sampai usianya 1 tahun.
 Bayi tidak dapat ditinggal orang
terdekatnya dan dibiarkan bersama
orang asing.
 Bayi merusak mainan yang diberikan,
melempar, dan marah.
 Bayi tidak berkembang dengan
rangsangan normal yang diberikan.
 Bayi dibawah 3 tahun terlalu asyik dengan
dirinya sendiri (biasa disebut dengan
autism).
 Menawarkan hubungan emosi baru bagi anak
yang berada di rumah baru dengan keluarga
yang baru. Adaptasi merupakan proses yang
sulit dan membutuhkan waktu, hal ini terjadi
bagi mereka yang dulunya tinggal di panti
asuhan atau anak yang memiliki ibu atau
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
EMOTIONAL DEVELOPMENT
 Emosi seringkali dikaitkan sebagai
dampak dari apa yang dirasakan,
gap antara kebutuhan dengan apa
yang didapatkan seringkali
menimbulkan emosi dan amarah.
Emosi merupakan aplikasi energi
dari berpikir dan bertindak
(Goleman, 1995). Kebahagiaan,
marah, takut, cemas, dan respon
emosi lainnya merupakan
perbuatan yang dilakukan anak
akibat ketidakpuasan atau
kepuasan terhadap hidupnya.
Emosi-emosi tersebut dapat
membantu anak dalam
menentukan dan menjalankan
tujuan hidupnya. Emosi bukan
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Developmental Changes in Emotion
Karakteristik perubahannya sebagai

berikut:
 Bayi mulai hidup dengan emosi dasar
dan tumbuh dengan adanya perasaan
baru
 Bayi dapat merespon emosi orang lain
 Anak belajar bagaimana mengontrol
emosi dan tingkah laku mereka
sebagai umpan balik dari perlakuan
orang terhadap diri mereka.
 Anak belajar untuk merefleksi perasaan
atau emosi.
 Anak menyadari betapa pentingnya
mengelola emosi seperti marah, takut,
cemas, dan lainnya yang negatif.
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Group Differences in Emotion
Gender Differences

 Pada awalnya ketika masih bayi, anak


perempuan dengan laki-laki sama saja
dalam menunjukkan ekspresinya namun
setelah mereka bertambah usianya, anak
laki-laki menunjukkan temperamen marah
yang lebih besar dibandingkan dengan
perempuan. Dan perempuan lebih banyak
menunjukkan kecemasan, ketakutan,
kesedihan, dan rasa bersalah daripada laki-
laki.
 Secara biologi mungkin memberikan pengaruh
bagi kedua jenis kelamin tersebut dalam
mengekspresikan temperamen mereka.
Menurut Pollack (1998) telah dilakukan
observasi pada suatu kelas dan
mendapatkan bahwa pada umumnya anak
laki-laki tidak bisa duduk diam lama-lama,
mereka aktif, senang
hasbi SJAMSIR &membuat
Jamilah Setiawati keributan,
Family and Cultural Differences
 Perbedaan yang diakibatkan oleh
keluarga dan budaya adalah hal
yang paling sering dialami.
Mereka yang tinggal dengan
keluarga yang selalu menjunjung
tinggi kejujuran dan nilai-nilai
ibadah, maka akan tumbuh
dengan temperamen yang jujur
dan sabar. Namun jika mereka
dibiasakan oleh keluarganya
untuk dimanja maka mereka
akan tumbuh menjadi anak yang
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Socioeconomic Differences
 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Taylor (2000) bahwa anak dengan latar
belakang ekonomi rendah memiliki
temperamen yang lebih buruk
dibandingkan mereka yang berlatar
belakang ekonomi tinggi. Hal ini
disebabkan oleh faktor pendidikan yang
diperoleh. Anak yang memiliki latar
belakang ekonomi yang tinggi cenderung
banyak memperoleh pengetahuan dan
disiplin mengenai bagaimana mereka
bersikap. Hal ini dapat terlihat pada
perilaku tukang becak atau pedagang
kaki lima yang memiliki temperamen
mudah marah dan kehidupan sosial yang
sering melecehkan orang lain. Misalnya
ada seorang perempuan lalu ia menyela
sekena hati, namun bagi mereka yang
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Promoting Children’s Emotional Development

 Emosi merupakan bagian penting dari


kehidupan manusia. Menurut Goleman
(1995) emosi manusia dapat dikontrol
secara efektif, dan mereka yang dapat
mengontrol emosi merupakan orang
yang cerdas. Emosi merupakan suatu
kecerdasan, dengan adanya emosi
kita dapat berperilaku sesuai dengan
apa yang kita rasakan sehingga tujuan
dan kebutuhan saling berhubungan.
 Bagaimana emosi dapat mempengaruhi
kehidupan tergantung pada individu
masing-masing dalam mengontrolnya.
Maksudnya emosi dapat menjadi baik
jika mengontrolnya dengan positif tapi
dapat juga sebaliknya.
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
How to Manage Emotion
(babies, toddlers and teenagers)
 Help crying infants find comfort
 Create an atmosphere of warmth,
acceptance and trust
 Encourage young people to
express their feelings.
 Discuss emotions experienced by
characters you study in literature
and history
 Ask children to guess what
emotions people may feel in
particular scenarios
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 Take cultural differences into
account
 Help children keep anxiety at a
manageable level
 Pay attention to your emotion
 Model appropriate ways of
dealing with negative
emotions.

hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati


Emotional Problems in Children and
 Masalah emosiAdolescents
disebabkan oleh DNA dan
lingkungan (Nurture and Nature). Banyak
masalah emosi dipercaya disebabkan
oleh faktor lingkungan, termasuk
ketidakperhatian keluarga, kondisi hidup
yang membuat stres, kecanduan, dan hal
negatif lainnya (H.C.Johnson&Friesen,
1993). Beberapa lingkungan itu
memberikan dampak yang sangat hebat
pada perilaku anak, jika anak tidak
nyaman dengan pengasuh kemungkinan
besar anak akan memberontak dan
marah.
 Depression
 Suicide
 Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasaan)
 Conduct Disorder (Gangguan
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Development of a Sense of Self
 Sejak awal kehidupan individu
sampai mereka dewasa, sikap
pada tiap individu memainkan
peran dalam pengembangan
konsep diri (Durkin, 1995).
 Bretherton (1991), anak
menggunakan pengalamannya
bersama pengasuh atau
orangtua dalam membangun
konsep diri, anak juga belajar
pada dirinya sendiri dari
interaksinya dengan
pengasuh. Mereka belajar
bagaimana mengasihi dan
dikasihi.
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Development of the Self during
Childhood and Adolescence
 Infancy (0-2)
 Early childhood (2-6)
 Middle Childhood (6-10)
 Early Adolescence (10-14)
 Late Adolescence (14-18)

hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati


Group Differences in Self-
Perceptions
 Gender difference
 Misalnya pemegang kekuasaan
dalam pemerintahan seharusnya
laki-laki tidak boleh perempuan,
perempuan hanya bertugas
sebagai ibu rumah tangga, dan
berbagai isu lainnya.
 Ethnic and Cultural Difference
 Pada anak, budaya tidak
hanya ada dan diperoleh dari
orangtua atau komunitasnya,
melainkan sekolah yang dihuni
oleh berbagai suku bangsa dan
pemikiran guru yang dapat
mempengaruhi anak
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Enhancing Children’s Sense of Self
 Berbuat baik didepan anak dan
membangun persepsi diri yang positif
agar dapat dicontoh oleh anak. Anak
pada dasarnya banyak mencontoh dari
perbuatan orangtua.
 Menjadi yang terbaik dalam segi
akademik, sosial, dan fisik. Pengalaman
anak tidak lepas dari apa yang sudah ia
lakukan dan usaha mereka di masa lalu
 Fokus pada perhatian anak dalam
meningkatkan usaha mereka. Anak
menjadi optimis jika melihat
kesempatan yang membuatnya sukses
khususnya membuat berhasil proses
yang ia rencanakan
 Memberikan umpan balik yang
konstruktif dan memotivasi anak,
disaat yang tepat, mengkomunikasikan
pengharapan hasbi
yang nyata. Dalam bagian
SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Karakteristik Emosi dan Kepribadian Anak dan Remaja
Pendekatan Jenjang Kehidupan pada Pengembangan
Emosi dan Kepribadian : Teori Erikson

 Erikson (1963-1972) mengutarakan


bahwa ia membutuhkan sekitar
delapan periode dalam
mengembangkan teori
psikologinya. Khususnya mengenai
perkembangan emosi dan
kepribadian individu. Ia bertujuan
agar manusia memiliki tugas dalam
mengembangkan diri secara
berbeda berprestasi sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
Erikson’s Theory
 Trust vs Mistrust (infancy), pada masa
perkembangan, bayi belajar untuk
mempercayai orang lain.
 Autonomy vs Shame and Doubt
(toddler). Sebagai anak yang baru
belajar berjalan mereka membutuhkan
koordinasi otot, hubungan antara
syaraf, dan waktu untuk latihan.
 Initiative vs Guilt (preschool) jika semua
berjalan lancar, maka anak akan
menghabiskan masa bayi dan tahap
merangkaknya dengan belajar untuk
mempercayai orang lain dan
membangun rasa otonomi
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 Industry vs Inferiority (elementary
kids)
 Anak dalam hal ini seperti
industri yang produktif, namun jika
sebaliknya maka anak akan
berkembang menjadi anak yang
tertutup.
 Identity vs Role Confusion
(adolescence)
 Masa yang membingungkan ini
akan segera hilang begitu mereka
sudah dapat menentukann dimana
minat dan pengharapannya.
hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
 Intimacy vs Isolation (young adulthood)
 pada usia ini individu mulai
mengembangkan identitasnya, mereka sudah
siap membangun komitmen pada satu atau
lebih orang bahkan organisasi, dekat dan
menjalin hubungan dengan orang lain.
Misalnya menikah atau bersahabat karib.
 Generative vs Stagnation (Middle Age)
 Sudah matang istilahnya. Mereka
biasanya mengembangkan diri dengan cara
memberikan contoh, berbagi pengalaman,
dan membantu menyelesaikan masalah
individu yang lebih muda yang sedang
belajar.
 Integrity vs Despair (retirement)
 Individu melihat kemasa lalu hidupnya dan
banyak mengambil pelajaran dan
pengalaman dari hal tersebut.
 hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati
ARIGATO

‘maka

sih hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati


Look at us, wots up?

hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati


Fear and rilexs

hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati


awesome

hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati


My inspirations

hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati


Smile and cry for
me???

hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati


SAYONARA

hasbi SJAMSIR & Jamilah Setiawati

Anda mungkin juga menyukai