PENDAHULUAN
Keracunan merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup banyak
terjadi sehingga keberadaannya tidak dapat diabaikan. Jumlah dan jenis reaksi pun
semakin bertambah, apalagi dengan makin banyaknya substansi-substansi beracun
yang bisa menyebabkan terjadinya keracunan. Selain karena faktor murni
kecelakaan, racun yang semakin banyak jumlah dan jenisnya ini dapat
disalahgunakan untuk tindakan-tindakan kriminal. Walaupun tindakan meracuni
seseorang itu dapat dikenakan hukuman, tetapi di dalam kitab Undang-
Undang Hukum Pidana maupun Hukum Acara Pidana tidak dijelaskan batasan
dari keracunan tersebut. Batasan-batasan keracunan menurut ahli sering
digunakan sehingga adanya zat racun harus dibuktikan untuk tujuan tegaknya
hukum.
Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan
sebagai logam, tetapi lebih bersifat nonlogam. Arsen merupakan bahan kimia
beracun, yang secara alami ada di alam, dapat ditemukan di udara, air maupun
makanan. Arsen tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau
tanah yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa arsen tidak
bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Elemen yang
mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya
ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak
toksik).
Selan itu, arsen banyak digunakan sebagai bahan campuran obat
pembasmi tikus (rodentisida). Arsen juga banyak digunakan dalam masyarakat
sebagai hasil industri, misalnya sebagai bahan pengawet, bahan cat, insektisida,
herbisida, campuran dalam pupuk, maupun mencemari lingkungan masyarakat
karena dampak dari industri. Arsen juga digunakan dalam bidang pengobatan.
Dalam hal ini digunakan arsen jenis tertentu dan dalam dosis tertentu pula, seperti
neosalveran untuk pengobatan penyakit sifilis, frambusia (sampar / patek),
sebagai salah satu campuran dalam tonikum, dan obat-obat lainnya seperti
solarson, optarson, arsentriferrol, liquor arsenicallis, dan lain-lain. Senyawa arsen
lainnya ialah Arsine (AsH3) yang merupakan senyawa arsen dalam bentuk gas,
Arsen trioksida (As2O3), Arsen pentaoksida (As2O5), Arsen putih, dsb.
Karena sifat beracunnya, mudah didapat serta mudah digunakan oleh
masyarakat, wajar jika ada yang menyalahgunakan untuk hal-hal yang
bertentangan dengan hukum, misalnya pada kasus pembunuhan, yang bisa
dilakukan secara langsung maupun perlahan-lahan dengan gejala keracunan yang
tidak jelas.
Dalam menghadapi kasus yang demikian, peranan kedokteran kehakiman
sangatlah penting dalam menentukan sebab kematian korban benar-benar
meninggal karena arsen atau sebab lain. Selain dengan pemeriksaan otopsi, dokter
juga bekerja sama dengan bagian toksikologi dalam menentukan adanya arsen dan
jumlahnya yang ada pada korban. Pada orang-orang sehat, juga bisa ditemukan
arsen, misalnya pada orang yang minum tonikum yang mengandung arsen. Oleh
karena itu, dalam menentukan sebab kematian karena arsen, selain ditemukan
arsen dalam jaringan atau organ, harus dapat ditentukan kuantitas dari arsen yang
ada dalam jaringan atau organ tersebut. Dan yang tak kalah pentingnya, walaupun
mungkin tidak begitu banyak terjadi, keracunan arsen dapat berupa kontaminasi
lingkungan dari zat-zat atau benda hasilan yang mengandung arsen.