Anda di halaman 1dari 15

1

PROSES PENYUSUNAN APBN


A. PENDAHULUAN
Setiap tahun pemerintah pusat maupun pemerintah daerah menghimpun dan
membelanjakan dana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Penyusunan
anggaran merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan banyak pihak, termasuk semua
departemen dan lembaga serta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) di provinsi/kota/kabupaten. Peran DPR/DPRD dalam penyusunan
anggaran menyebabkan penyusunan anggaran lebih transparan, demokratis, objektif dan
akuntabel.
Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam UU No. 17
Tahun 2003 meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan
peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran,
pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan
klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka
menengah dalam penyusunan anggaran.
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Anggaran
berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan
pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan
kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran
DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai
penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Sehubungan dengan itu, dalam undang-undang keuangan negara disebutkan bahwa belanja
negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan
2

jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran antar unit organisasi,
antar kegiatan, antar jenis belanja, harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya meperbaiki proses
penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis prestasi kerja
(kinerja/hasil). Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja/hasil memerlukan
kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam
penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah, perlu
penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran dengan memperkenalkan
sistem penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/ lembaga/perangkat
daerah. Dengan penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga/perangkat daerah tersebut dapat terpenuhi sekaligus kebutuhan akan
anggaran berbasis prestasi kerja dan akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga/perangkat
daerah yang bersangkutan.











3

B. PEMBAHASAN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.

Ruang Lingkup APBN
APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang ditampung dalam satu
rekening yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di Bank Sentral. Pada
dasarnya selurun penerimaan dan pengeluaran harus dimasukkan dalam rekening tersebut,
kecuali pada alasan berikut :
a. Untuk mengelola pinjaman luar negeri untuk proyek tertentu sebagaimana disyaratkan
oleh pemberi pinjaman.
b. Untuk mengadministrasikan dan mengelola dana-dana tertentu seperti dana cadangan
dan dana penjamin deposito.
c. Untuk mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaraan lainnya yang dianggap perlu
untuk dipisah dari rekening BUN, dimana suatu penerimaan harus digunakan untuk
tujuan tertentu.

Tujuan Penyusunan APBN
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pendapatan dan pembelajaan
negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan kesempatan
kerja dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat.

4

Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara
dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian,
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban
negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan
negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
a. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
b. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.
c. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
5

tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
d. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
e. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
f. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Prinsip Peyusunan APBN
Prinsip penyusunan APBN dan APBD di jelaskan melalui 2 (dua) aspek, yaitu sebagai
berikut:
1. Berdasarkan Aspek Pendapatan
a. Mengintensifkan penerimaan sektor anggaran dalam jumlah dan ketepatan penyetoran
b. Mengintensifkan pengeluaran dan pemungutan piutang Negara
c. Mengintensifkan tuntutan ganti rugi yang di derita oleh negara dan denda yang di
janjikan

2. Berdasarkan Aspek Pengeluaran Negara
a. Hemat, tidak boros, efisien, dan berdaya guna sesuai dengan ketentuan tehnis yang
ada
b. Terarah dan terkendali sesuai dengan anggaran dan program kegiatan
c. Mengusahakan semaksimal mungkin membeli produk - produk dalam negeri


6

Landasan Penyusunan APBN
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun
dengan undang- undang.
APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.
Penyusunan Rancangan APBN, berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam
rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Azas penyusunan APBN
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
o Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
o Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
o Penajaman prioritas pembangunan
o Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang Negara

Ketentuan umum penyusunan APBN (UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 12):
1. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara
dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.
Dalam menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak
melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara.
7

3. Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan
untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN.
Defisit anggaran dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah
pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto.
4. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan
rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip
pertanggungjawaban antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk
pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

Berikut ini merupakan Proses Penyusunan APBN yaitu:
APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Rancangan APBN berpedoman kepada
rencana kerja pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. Tentang
pembiayaan isinya antara lain disebutkan, dalam hal APBN diperkirakan defisit, ditetapkan
sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam UU-APBN. Dalam hal
anggaran diperkirakan surplus, pemerintah pusat dapat mengajukan rencana penggunaan
surplus anggaran kepada DPR.Pemerintah pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan
fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada DPR selambat-
lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan, kemudian dilakukan pembahasan bersama
antara Pemerintah Pusat dengan DPR untuk membahas kebijakan umum dan prioritas
8

anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan
anggaran.
Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran/pengguna barang, menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga tahun berikutnya, berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapainya. Rencana
kerja dan anggaran tersebut disertai perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun
anggaran yang sedang disusun, disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN, dan hasil pembahasan tersebut disampaikan kepada Menteri
Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun
berikutnya, sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan
anggaran kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pemerintah Pusat mengajukan rancangan UU-APBN, disertai Nota Keuangan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR bulan Agustus tahun sebelumnya. DPR dapat
mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam
RUU-APBN. Pengambilan keputusan oleh DPR selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBN yang disetujui DPR terinci sampai
dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPR tidak
menyutujui RUU-APBN, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
Mekanisme penyusunan APBN (UU No. 17 tahun 2003 Pasal 13):
1. Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan
9

Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun
berjalan.
2. Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka
ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh
Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN
tahun anggaran berikutnya.
3. Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,
Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas
kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap
kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.
Mekanisme penyusunan APBN (Pasal 14) :
1. Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga
selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan
anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya.
2. Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
3. Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun
anggaran yang sedang disusun.
4. Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
rancangan APBN.
10

5. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada
Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang
tentang APBN tahun berikutnya.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Mekanisme penyusunan dan penetapan APBN (Pasal 15) :
a. Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN,
disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan
Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
b. Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai
dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan Dewan
Perwakilan Rakyat.
c. Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan
perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-
undang tentang APBN.
2. Perubahan Rancangan Undang-undang tentang APBN dapat diusulkan oleh DPR
sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.
a. Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan
Undang-undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
b. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
c. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-
undang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah Pusat dapat
11

melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun
anggaran sebelumnya.

Cara menyusun Rencana APBN dengan 3 (Top Down, Bottom Up dan Mixing) cara
dan perbandingan kelebihan serta kekurangannya:
1. TOP DOWN (dari atas ke bawah)
Cara ini pemerintah pusat sudah menghitung setinggi-tingginya anggaran sesuai
rencana kegiatan dan program yang akan dilaksanakan tahun berjalan.

Positif/ kelebihan :
karena sudah di atur dan ditetapkan oleh pemerintah pusat maka pelaksanaannya
kemungkinan besar bisa lebih efisien karena mau tidak mau masing masing departemen
harus menggunakan anggaran sebaik-baiknya sesuai yang diberikan pemerintah pusat.Selain
itu waktunya dan proses penyelenggaraan perencanaan juga lebih singkat/cepat karena tidak
menunggu pendapat /usulan dari departemen yang bawah. Anggaran juga lebih bisa di
tekan atau lebih sedikit karena yang memperkirakan pemerintah pusat.Prosesnya tidak
begitu rumit karena tidak banyak hierarki dalam menetapkan anggaran.

Negatif/ Kelemahan :
Departemen yang dibawah tidak bisa menaikkan perencanaan atau usulan karena
sudah di tetapkan oleh pemerintah pusat dan bisa terjadi kemungkinan pelaksanaan
anggaran tidak sesuai dengan hasilnya.Biayanya kadang lebih tinggi karena antara
kenyataan pelaksanaan dengan anggaran berbeda.Prosesnya terkesan otoriter karena
12

keputusan di ambil pihak pemerintah pusat pusat saja.Kadang anggaran kurang merata
sampai ke tingkat paling bawah dan kecil.
2. BOTTOM UP (dari bawah ke atas )
Cara ini masing-masing satuan unit paling bawah dalam suatu lembaga / departemen di
atasnya, menyusun anggarannya dan selanjutnya dinaikkan ke atasnya secara hierarki sampai
ke lembaga / departemen (Ketua / Menteri2),dan ke menteri Keuangan /Bapenas untuk di
susun RAPBN secara keseluruhan diseluruh lembaga / departemen yang ada.

Positif / Kelebihan :
Karena penyusunannya hierarki dari departemen bawah kemudian dinaikkan ke
atasnya maka dalam pelaksanaan dan penetapan anggaran lebih tepat sesuai kebutuhan
masing masing departemen.Lebih bersifat kapital karena mempertimbangkan usulan dari
departemen bawah dalam penyusunan anggaran dengan usulan setinggi-tingginya sesuai
kebutuhan.Lebih teliti dalam menetapkan anggaran karena banyak tingkatan yang dilalui
dalam menaikkan usulan anggaran yang di ajukan departemen bawah.Anggaran bisa lebih
merata ke tingkat paling bawah karena mempertimbangkan usulan paling bawah dalam
penyusunan.
Negatif / Kelemahan :
Proses pembuatan / penyusunan memakan waktu dan biaya yang lama karena harus
menunggu usulan departemen yang bawah kemudian ke atasnya secara hierarki sehingga
biaya yang dibutuhkan juga semakin mahal dan menentukan anggaran juga lebih
rumit.Kemungkinan usulan anggaran yang di ajukan departemen bawah lebih besar /
terlampau tinggi.Jika pengawasannya tidak teliti bisa terjadi penyelewengan.
13

3. MIXING (campuran)
Cara ini dimana pemerintah atasan (Bapennas dan atau Menteri Keuangan )sudah
mempunyai anggaran setinggi-tingginya ,akan tetapi sebelum menyusun rancangan APBN
masih menunggu usulan anggaran dari lembaga dan departemen atau unit-unit dibawanhya.

Positif / Kebaikan :
Lebih bersifat demokratis karena dalam menyusun anggaran meskipun pemerintah
mempunyai anggaran tapi masih menunggu usulan unit / departemen bawah. Terpenuhi
kebutuhan anggaran setiap departemen bawah sehingga lebih merata dan adil karena
anggaran yang di tentukan pemerintah sesuai usulan yang di ajukan departemen bawah
sehingga lebih efektif biayanya.Perhitungan kemungkinan bisa balance karena ada
kesepakatan antara perencanaan anggaran dengan usulan.

Negatif / Kelemahan :
Prosesnya lebih rumit karena perlu menyesuaikan antara usulan departemen dengan
anggaran yang dipunyai pemerintah.Butuh waktu yang lama agar terjadi kesesuan karena
menunggu usulan unit unit yang bawah.Kadang Usulan yang di ajukan unit bawah melebihi
anggaran yang di berikan pemerintah.
Cara Penyusunan APBN

Proses penyusunan APBN RI, setiap tahun diawali dengan pidato presiden pada sidang
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam rangka menyampaikan nota Keuangan dan
Rancangan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran yang akan datang.
Rancangan ini dipakai oleh DPR sebagai pedoman dalam menetapkan APBN tahun
anggaran berikut yang penetapannya diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat (1).
14

Secara umum tahapan dalam penyusunan APBN dapat dibagi menjadi 5 tahap :
Tahap I : Perencanaan dan penyusunan anggaran
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN kepada
DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-Undang tentang APBN
selambat-lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
Tahap II : Pengesahan Anggaran
RAPBN dan nota keuangan yang diajukan oleh pemerintah selanjutnya akan dibahas
oleh DPR. Apabila disetujui, baik dengan ataupun tanpa revisi, RAPBN tersebut dapat
disahkan menjadi undang-undang APBN dan disampaikan kepada pemerintah untuk
dilaksanakan. Akan tetapi seandainya ditolak, pemerintah harus menggunakan APBN tahun
lalu atau mengadakan revisi seperlunya.
Tahap III : Pelaksanaan Anggaran
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan
lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.
Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat
mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan
RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan APBN dilakukan
paling lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan anggaran DPR. Dalam
keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan pengeluaran
yang belum tersedia anggarannya.
Tahap IV : Kontrol/pengawasan
15

APBN menyangkut kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu,
pelaksanaannya perlu diawasi untuk menjamintercapainya sasaran yang telah di tentukan.
Pengawasan Pelaksanaan APBN ini dilakukan oleh beberapa instansi, yaitu Bada Pemeriksa
Keuangan (BPK), Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (atas nama menteri
keuangan), dan Inspektorat Jenderal Proyek-Proyek Pembangunan.
Tahap V : Pertanggung jawaban Anggaran
Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU
tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Dari lima tahap tersebut, tahap I dan III yang memegang peranan adalah pemerintah
dan tahap II dan V yang memegang peranan adalah DPR dan tahap IV yang memegang
peranan adalah BPK (Badan Pengawasan Keuangan).

Anda mungkin juga menyukai