Anda di halaman 1dari 13

1.

HASIL PENGAMATAN

1.1. Tabel Pengamatan Fikosianin
Hasil pengamatan fikosianin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan fikosianin
Kel.
Berat
Biomassa
Kering
(g)
Jumlah
aquades yg
ditambahkan
(ml)
Total
filtrat
(ml)
OD
615

(gf)
OD
652
(gf)
KF
(mg/ml)
Yield
(mg/g)
Warna
Sebelum Sesudah
(oven) (oven)
D1 8 100 50 0,0898 0,0442 0,013 0,081 Biru tua Biru muda
D2 8 100 50 0,0898 0,0439 0,013 0,081 Biru tua Biru muda
D3 8 100 50 0,0894 0,0438 0,013 0,081 Biru tua Biru muda
D4 8 100 50 0,0892 0,0439 0,013 0,081 Biru tua Biru muda
D5 8 100 50 0,0895 0,0439 0,013 0,081 Biru tua Biru muda
D6 8 100 50 0,0896 0,0439 0,013 0,081 Biru tua Biru muda

Keterangan:
Warna
+ : pucat
++ : kurang hijau
+++ : hijau
++++ : sangat hijau

Dari hasil pengamatan fikosianin diatas, kita dapat melihat bahwa semua kelompok
memperoleh berat biomassa kering, jumlah aquades yang ditambahkan dan total filtrat
yang sama yaitu secara berturut-turut 8 gram, 100 ml, dan 50 ml. Pada kelompok D1
memperoleh OD
615
sebesar 0,0898 gf, OD
652
sebesar 0,0442 gf. Kelompok D2
memperoleh OD
615
sebesar 0,0898 gf, OD
652
sebesar 0,0439 gf. Kelompok D3
memperoleh OD
615
sebesar 0,0894 gf, OD
652
sebesar 0,0438 gf. Kelompok D4
memperoleh OD
615
sebesar 0,0892 gf, OD
652
sebesar 0,0439 gf. Kelompok D5
memperoleh OD
615
sebesar 0,0895 gf, OD
652
sebesar 0,0439 gf. Sedangkan kelompok
D6 memperoleh OD
615
sebesar 0,0896 gf, OD
652
sebesar 0,0439 gf. Keseluruhan
kelompok memperoleh nilai KF dan juga Yield yang sama berturut-turut yaitu 0,013
mg/ml dan 0,081 mg/g. Pengamatan warna tiap kelompok juga sama yaitu biru tua
sebelum dioven dan biru muda setelah dioven.

2. PEMBAHASAN

Mikroalga yaitu salah satu tumbuhan air dengan ukuran mikroskopik, memiliki potensi
sebagai bahan pangan, dan bahan kimia lainnya. Tingkat pertumbuhannya tinggi, dan
juga dapat menyesuaikan kondisi lingkungan yang beraneka ragam (Borowitzka, 1997).
Dengan penerapan bioteknologi modern untuk eksploitasi alga yang efisien di negara-
negara berkembang, akan membuka peluang usaha yang memiliki prospek pasar yang
baik. Kultivasi mikroalga menjadi penting bukan hanya untuk produksi pangan dan
pakan saja, namun juga untuk produksi beberapa bahan kimia dan mendapatkan
lingkungan hidup yang nyaman (Said, 1992).
Mikroalga merupakan produsen alami dari ekosistem perairan yang dapat menghasilkan
energi. Selain itu mikroalga juga dapat menghasilkan metabolit yang sangat bermanfaat,
sehingga keberadaannya sebagai organisme hidup yang berukuran mikroskopis sudah
mulai banyak dikaji. Pemanfaatan mikroalga pada saat ini sudah cukup berkembang,
selain sebagai pakan alami dan makanan sehat, mikroalga juga memiliki potensi yang
dapat menghasilkan komponen bioaktif untuk bahan farmasi, kedokteran, industri
pangan dan sebagainya. Salah satu jenis mikroalga yang potensial untuk dikembangkan
adalah Spirulina sp., yang mana telah diproduksi untuk pangan sehat sebagai sumber
protein, vitamin, dan mineral. Selain itu juga dapat menghasilkan komponen bioaktif
untuk bahan farmasi, kedokteran, industri pangan dan sebagainya (Metting dan Pyne,
1986).

Phycobiliproteins larut dalam air dan strukturnya yang kompleks supramolekul, disebut
phycobilisomes (PBSS), yang disusun pada permukaan luar membran tilakoid. Warna
phycobiliproteins berasal dari kelompok prostetik kovalen terikat yang chromophores
tetrapyrrole rantai terbuka dan cincin bernama phycobilins. Ada empat kelas utama
phycobiliproteins-allophycocyanin (APC hijau kebiruan), phycocyanin (PC: biru),
phycoerythrin (PE: merah tua) dan phycocyanobilin (PCB: oranye).

Penelitian terbaru telah menunjukkan antioksidan (Miranda et al, 1998), antimutagenik
(Chamorro et al, 1996), antivirus (Ayehunie et al, 1998), antikanker (Chen et al, 1995;
Schwartz et al, 1988), anti-alergi (Kim et al, 1998), kekebalan meningkatkan (Qureshi
et al, 1996), neuro-protektif (Romay et al, 1998), antitumor (Li et al, 2005), scavenging
radikal (Vadiraja dan Madyastha, 2000) dan sifat anti inflamasi (Romay et al. 1999)
dapat diobati dengan phycocyanin (Rimbau et al. 2000). Selama pemutaran
cyanobacteria untuk phycobiliproteins Anabaena NCCU-9 diproduksi phycobiliproteins
maksimum (Hemlata & Fatma, 2009) dan dengan demikian itu dipilih untuk ekstraksi,
pemurnian dan karakterisasi phycocyanin.

Pigmen fikosisanin menunjukkan warna biru, karoten warna kuning dan fikoeretin
adalah warna merah. Adanya fikosisanin menyebabkan ganggang hijau biru mempunyai
warna yang khas yaitu hijau kebiru-biruan. Akan tetapi semua ganggang hijau biru
berwarna hijau biru, ada yang hitam, coklat, kuning merah, dan ungu. Habitatnya di air
tawar, tempat lembab pada batu-batuan di tepi pantai bahkan dapat hidup pada perairan
yang suhunya tinggi yaitu pada sumber-sumber air panas. Perkembangbiakan
(reproduksi) ganggang hijau biru dengan cara membelah diri (pembelahan sel) atau
dengan cara fragmentasi membentuk spora (Anonim 4, _).

Menurut jurnal Phycocyanin extraction from Spirulina platensis and extract stability
under various pH and temperature fikosianin adalah protein pigmen (biliprotein)
terletak di sistem tilakoid atau lamellas fotosintesis dalam membran sitoplasma. Ketika
selaput sel rusak, membran tilakoid bersama-sama dengan PC yang dirilis. Biasanya,
membran sitoplasma bakteri gram negatif diselimuti dengan 4 lapisan dinding sel
memanjang: Lapisan I, II, III dan IV. Membran luar (lapisan IV) terdiri dari
lipopolisakarida (LPS). Setiap molekul LPS terkait bersama-sama dengan ion kalsium
dan magnesium. Lapisan III terdiri dari fibril protein. Lapisan II adalah lapisan terkuat
dan terdiri dari molekul peptidoglikan.
Ada tiga metode utama untuk gangguan selaput sel:
1. Cara mekanis seperti penggiling, sonikasi dan homogenisasi tekanan tinggi.
2. Kerusakan fisik seperti panas, pembekuan dan pencairan berulang (RFT),
atomisasi dan dekompresi, dan
3. Gangguan lytic agent seperti lisis kimia dan lisis enzimatik.


Peranan ganggang hijau biru bagi manusia salah satunya adalah sebagai bahan
makanan. Spirulina merupakan salah satu jenis ganggang hijau biru yang tubuhnya
berbentuk spiral dan menghasilkan protein, sehingga ganggang ini dapat dimakan.
Beberapa pakar telah berhasil mengembangbiakan Spirulina dengan tujuan pemanfaatan
proteinnya. Ganggang jenis ini memiliki potensi untuk dikembangbiakkan dalam jumlah
besar (Anonim 4, _).

Klasifikasi Cyanophyceae termasuk dalam kingdom Monera, devisi cyanophyta.
Cyanophyceae dibedakan dalam 3 ordo berdasarkan bisa tidaknya membentuk spora
yaitu:
1. Ordo Chroococcales; Chorococcus, Gleocapsa, Anacystis, Merismopedia, Eucapsis,
Coelosphaerium, dan Mycrocystis. Memiliki ciri-ciri uniselluler, tidak memiliki
spora, berwarna biru kehijau-hijauan, dan membentuk selaput lender.
2. Ordo Chamaesiphonales, memiliki ciri-ciri uniselluler, punya spora serta terdiri dari
3 famili yaitu:
a. Famili Pleurocapcaceae; Xenococcus dan Hyella.
b. Famili Dormocarpaceae; Dermocarpa.
c. Famili Chamoesiphonaceae; Chamaesiphon.
3. Ordo Hormogonales terdiri dari 3 famili yaitu:
a. Famili Oscilatoriaceae; Oscilatoria, Spirulina dan Mycrocaleus.
b. Famili Nostocaceae; Nostoc, Anabaeba, dan Cylindrospermum.
c. Famili Scytonemataceae.
d. Famili Stigonemataceae; Hapalosiphon dan Stigonema.
e. Famili Rivullariaceae; Calothrix dan Rivularia.
(Anonim 5, _).

Mengkonsumsi makanan sehat dengan proporsi seimbang antara 80% makanan yang
memiliki kandungan akali dan 20% makanan asam. Spirulina memiliki kelebihan yaitu:
Menstabilkan jumlah sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan hemoglobin
Memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh
Mengurangi efek samping terhambatnya produksi sistem sel (sel-sel penghasil
sel darah)
Mengurangi efek yang tidak baik dari kemoterapi, seperti kepala pusing, tidak
nafsu makan, sukar tidur, mual muntah, tenggorakan kering maupun nervous.
(Anonim 1, _).

Pada praktikum kali ini jenis mikroalga yang digunakan adalah Spirulina. Mula-mula
biomassa Spirulina dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan dilarutkan dengan aquades
(metode ekstraksi polar), serta dilakukan pengadukan menggunakan strirrer selama
kurang lebih 1-2 jam. Lalu dilakukan sentrifugasi maksimal hingga diperoleh endapan
dan supernatant (cairan berisi fikosisanin). Supernatant yang diperoleh diukur kadar
fikosisaninnya menggunakan spektrofotometer. Kemudian, supernatant tadi ditambah
dekstrin dengan perbandingan supernatant : dekstrin = 1 : 1,25. Setelah tercampur rata
lalu dituangkan ke dalam wadah yang dapat digunakan sebagai alas (tray) untuk proses
pengeringan dan dimasukkan ke dalam oven suhu 45
o
C hingga kering, kurang lebih
mencapai kadar air sekitar 7% (tidak perlu mengukur kadar air cukup diambil
menggunakan spatula dan dilihat kering atau masih gempal). Setelah dikeringkan maka
akan terlihat atau membentuk adonan kering yang gempal, maka perlu dihancurkan
dengan alat penumbuk / mortar hingga berbentuk powder.

Langkah yang digunakan pada jurnal A Large-Scale Preparation Method of High
Purity C-Phycocyanin terlampir adalah spirulina platensis kering (bubuk) diinkubasi
dengan 1 mg / ml lisozim dan kemudian dihomogenkan dengan menggunakan
homogenizer bertekanan tinggi. Ekstrak yang masih kasar diendapkan dengan 50%
amonium sulfat tersaturasi, dan dimurnikan dengan kromatografi interaksi hidrofobik
menggunakan Phenyl Sepharose 6 FF, kromatografi pertukaran ion menggunakan
DEAE Sepharose FF dan kromatografi filtrasi gel menggunakan Sephacryl S-100 HR.
Pemulihan akhir C-PC adalah 42,03% dengan rasio kemurnian (A620 / A280) dari 5,32.

Dekstrin dapat terbentuk dari gula-gula sederhana dan turunannya, dekstrin merupakan
salah satu hidrokoloid yang termasuk dalam senyawa polisakarida yang mudah larut
dalam air (Fennema, 1985; Winarno, 2002). Sedangkan menurut Koswara (1995),
dekstrin merupakan oligosakarida yang dihasilkan dari hidrolisis pati secara tidak
sempurna dan dekstrin memiliki warna putih-kuning. Penambahan bahan pengisi
dekstrin diperlukan dalam pembuatan bubuk pewarna, dengan tujuan untuk
mempercepat pengeringan dan mencegah kerusakan akibat panas, melapisi komponen
flavor, meningkatkan total padatan dan memperbesar volume (Murtala, 1999). Bahan
pengisi dekstrin harus kering dan tidak menggumpal (Kumalaningsih, 2006).

Jurnal dengan judul Impact of Culturing Media on Biomass Production and Pigments
Content of Spirulina platensis membahas tentang pentingnya masa inkubasi dan media
budidaya pada pigmen dan biomassa produksi S. Platensis. Inkubasi S. Platensis
biasanya dilakukan selama 30 hari diamana waktu yang dibutuhkan ini adalah waktu
yang sangat optimal dalam menghasilkan biomassa yang maksimum. Penggunaan
media Zarrouk adalah media yang paling bagus dalam produksi biomassa S. Platensis
hal ini dikarenakan pHnya bagus yaitu 8,2. Budidaya dan media dapat dilakukan secara
optimal tergantung dari produk biomassa dan pigmen yang digunakan.

Jurnal dengan judul In vitro and in vivo investigations of the wound healing effect of
crude Spirulina extract and C-phycocyanin membahas tentang evaluasi pengaruh
ekstrak Spirulina mentah dan C-PC yang diisolasikan pada ekstrak Spirulina mentah.
Proses isolasi yang dilakukan menggunakan metode in vivo dan in vitro. Spirulina
sendiri telah banyak sekali dimanfaatkan untuk sumber obat-obatan yang mempunyai
potensial tinggi.

Jurnal dengan judul Effect of Carbon Content, Salinity and pH on Spirulina platensis
for Phycocyanin, Allophycocyanin and Phycoerythrin Accumulation mengatakan
bahwa dampak dari kandungan kandungan yang ada karbon, salinitas, dan pH pada
Spirulina platensis untuk phycoerythrin, allophycocyanin dan fikosianin. Kandungan
cyanobacterium yang terdapat pada spirulina platensis merupakan sumber potensial
yang bisa dimanfaatkan sebagai kosmetik, pewarna makanan, dan produk farmasi.




3. KESIMPULAN

Adanya fikosisanin menyebabkan ganggang hijau biru mempunyai warna yang khas
yaitu hijau kebiru-biruan.
Habitatnya di air tawar, tempat lembab pada batu-batuan di tepi pantai bahkan dapat
hidup pada perairan yang suhunya tinggi yaitu pada sumber-sumber air panas.
Mikroalga merupakan tumbuhan air yang berukuran mikroskopik, memiliki
berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai sumber pakan, pangan, dan
bahan kimia lainnya.
Spirulina adalah jenis ganggang biru-hijau yang kaya akan protein, vitamin,
mineral, dan karotenoid, antioksidan yang dapat membantu melindungi sel-sel dari
kerusakan.
Dekstrin merupakan salah satu hidrokoloid yang termasuk dalam senyawa
polisakarida yang mudah larut dalam air.
Tujuan penambahan dekstrin adalah untuk mempercepat pengeringan dan mencegah
kerusakan akibat panas, melapisi komponen flavor, meningkatkan total padatan, dan
memperbesar volume.


Semarang, 13 Oktober 2014
Praktikan, Asisten dosen:

Edwin Prasetyo Agita Mustikahandini
(12.70.0181)




4. DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. (-)
http://www.k-link.co.id/products.php?act=detail&idp=29

Anonim 2. (-)
http://www.umm.edu/altmed/articles/spirulina-000327.htm

Anonim 3. (-)
http://en.wikipedia.org/wiki/Spirulina_(genus)

Anonim 4. (-)
http://www.scribd.com/doc/78326380/54/Ganggang-Hijau-Biru

Anonim 5. (-)
http://isharmanto.blogspot.com/2009/11/ganggang-biru-cyanobacteria.html

Ayehunie, S., Belay, A., Baba, T.W., Ruprecht, R.M. (1998). Inhibition of HIV-1
replication by an aqueous extract of Spirulina platensis (Arthrospira platensis).
J Acquir Immune Defic Syndr Hum Retroviral 18: 712.

Borowitzka M.A. (1997). Microalgae for Aquaculture, Opportunities and Constraints.
Journal Application Phycology Vol. 9, hal. 393-401.

Canan S. G, Deniz K. E, Ilyas O, Pergin A, Nur C, and Ismet D. G. (2013). In vitro and
in vivo investigations of the wound healing effect of crude Spirulina extract and
C-phycocyanin. Istanbul.

Chamorro, G., Salazar, M., Favila, L., Bourges, H. (1996). Pharmacology and
toxicology of Spirulina alga. Rev Invest Clin 48: 38999

Chen, F., Zhang, Q. (1995). Inhibitive effects of Spirulina on aberrant crypts in colon
induced by dimethylhydrazine. Zhonghua Yu Fang Yi Xue Za Zhi 29: 70.

Diaa A. M, Mohamed M. N, Yousef Y. S, Zakaria Y. D, and Aziz M. H. (2013). Impact
of Culturing Media on Biomass Production and Pigments Content of Spirulina
platensis. Cairo University. Cairo.

Fennema, D. R. (1985). Food Chemisstry, third Edition. Marcel Dekker Inc. New York.


Gaurav Sharma, Manoj Kumar, Mohammad Irfan Ali, dan Nakuleshwar Dut Jasuja.
(2014). Effect of Carbon Content, Salinity and pH on Spirulina platensis for
Phycocyanin, Allophycocyanin and Phycoerythrin Accumulation. Marine
Biotechnology Laboratory. India.


Kim, H.M., Lee, E.H., Cho, H.H., Moon, Y.H. (1998). Inhibitory effect of mast cell
mediated immediate-type allergic reactions in rats by Spirulina. Biochem
Pharmacol 55:1071 1076.

Koswara. (1995). Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Metting, B. dan Pyne, J.W. (1986). Biologically active compounds from microalgal.
Miranda, M.S., Cintra, R.G., Barros, S.B., Mancini, F.J. (1998). Antioxidant activity of
the micro alga Spirulina maxima. Braz J Med Biol Res 31:10751079.

Qureshi, M.A., Garlich, J.D., Kidd, M.T. (1996). Dietary Spirulina platensis enhances
humoral and cell-mediated immune functions in chickens. Immunopharmacol
Immunotoxicol 18: 465476.

Rachen D, Natapas P, and Suwayd N. (2009). Phycocyanin extraction from Spirulina
platensis and extract stability under various pH and temperature. Bangkok.

Rimbau, V., Camins, A., Pubill, D., Sureda, F.X., Romay, C., Gonzalez, R. (2000). C-
PC protects cerebellar granule cells from low potassium/serum deprivation-
induced apoptosis Naunyn Schmiedebergs Arch Pharmacol 364: 96104.

Romay, C., Armesto, J., Remirez, D., Gonzalez, R., Ledon, N., & Garcis, I. (1998).
Inflamn Res 47, 36-41.

Romay, C., Gonzales, R., Rodrihuez, S., Ancheta, O., Gonzales, A., Armesto, J.,
Remirez, D., & Merino, N. (1999). Pharmacol res 39, 55-59.

Said, G. (1992). Prospek Bioteknologi Perikanan dalam Bidang Farmasi Kajian
Khusus Kultivasi Mikroalga. Faperikan-IPB. Bogor.

Schwartz, J., Shklar, G., Reid, S., Trickler, D. (1988). Prevention of experimental oral
cancer by extracts of SpirulinaDunaliella algae. Nutr Cancer 11:127-134.

Vadiraja, B.B., Madyastha, K.M. (2000). C-PC: a potent peroxyl radical scavenger in
vivo and in vitro Biochem Biophys Res Commun. 275: 2025.

Wenjun S, Cuijuan Z, and Suying W. (2013). A Large-Scale Preparation Method of
High Purity C-Phycocyanin. Tianjin University. China.

Winarno, F. G. (2002). Pangan Gizi Teknologi Konsumen. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.





















5. LAMPIRAN

5.1. Perhitungan KF dan Yield
Rumus:

)




Jawab:
Kelompok D1


= 0,013 mg/ml


= 0,081 mg/g

Kelompok D2


= 0,013 mg/ml


= 0,081 mg/g

Kelompok D3


= 0,013 mg/ml


= 0,081 mg/g
12


Kelompok D4


= 0,013 mg/ml


= 0,081 mg/g

Kelompok D5


= 0,013 mg/ml


= 0,081 mg/g

Kelompok D6


= 0,013 mg/ml


= 0,081 mg/g











13


5.2. Foto

Foto 1. Fikosianin kelompok D1-D6 sebelum dioven

Foto 2. Fikosianin kelompok D1-D6 sesudah dioven

Foto 3. Fikosianin serbuk

Anda mungkin juga menyukai