BAB 2
A. KLASIFIKASI PEMBEBANAN
5. Provisi Keamanan
Dalam pedoman beton, SNI 03-2847-2002 struktur harus direncanakan untuk
memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban
normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan (U), yaitu untuk
memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (Ø), yaitu untuk
memperhitungkan kurangnya mutu bahan dilapangan.
B. PELAT LANTAI
- Bila tumpuan mampu mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku terhadap
momen puntir, maka pelat itu dikatakan terjepit penuh seperti pada gambar 2-2.
- Bila balok tepi tidak cukup kuat untuk mencegah rotasi sama sekali, maka pelat
itu terjepit sebagian (terjepit elastis) seperti pada gambar 2-3.
Sebagai gambaran untuk membedakan jepit penuh atau jepit elastis dapat juga
diilustrasikan pada balok anak seperti gambar 2.4.
Balok tengah pada gambar 2.4b yang lebih kecil dari balok tepi pada gambar 2.4a
akan memberi jepitan yang lebih tinggi terhadap lantai kalau beban dikanan dan kiri
balok adalah permanen. Dengan demikian pada balok tepi lebih konservatif bila tidak
ditinjau sebagai jepit penuh, dan dianjurkan sebagai tumpuan bebas. Jika diasumsikan
sebagai jepit penuh harus dijamin bahwa balok tepi tersebut mampu mencegah rotasi,
untuk itu balok tepi harus didesain relatif sangat kaku dengan memperhitungkan
kekuatan torsi yang cukup.
Analisis momen lentur pada pelat satu arah sebenarnya dapat dianggap sebagai
gelegar diatas banyak tumpuan.
- Untuk pelat satu bentang dapat dipandang sebagai struktur statis tertentu,
penyelesaiannya dapat digunakan 3 buah persamaan kesetimbangan.
- Untuk pelat dua bentang atau lebih/pelat menerus (statis tak tertentu),
penyelesaiannya menggunakan persamaan kesetimbangan dengan satu
persamaan perubahan bentuk.
Selain itu pada SKSNI T15-03-1991 pasal 3.6.6 mengijinkan untuk menentukan
momen lentur dengan menggunakan koefisien momen (tabel 2.1), asalkan dipenuhi
syarat-syarat seperti dibawah ini :
1. Panjang bentang seragam, jika ada perbedaan selisih bentang yang terpanjang
dengan bentang sebelahnya yang lebih pendek maksimum 20%.
2. Beban hidup harus < 3 kali beban mati.
3. Penentuan panjang L untuk bentang yang berbeda :
Untuk momen lapangan,L = bentang bersih diantara tumpuan.
Untuk momen tumpuan,L = rata-rata bentang bersih pada sebelah kiri dan
kanan tumpuan.
1/11 1/11 1/ 8
Untuk dapat lebih memahami analisis perhitungan pelat satu arah, dibawah ini
diberikan langkah-langkah perhitungan pelat satu arah sebagai berikut :
LX LX
B B
B B LY B LY
2 2
1 3 1 B
B B 3
X
4 Y
4
Jika syarat-syarat diatas dipenuhi, maka tabel 2.6 dapat memberikan hasil yang aman
terhadap momen-momen lentur maksimum.
Momen jepit tak terduga disini dianggap sama dengan setengah momen lapangan di
panel yang berbatasan, maka :
Pada arah x, Mtix = 1/2 M1x.
Pada arah y, Mtiy = 1/2 M1y.
Tabel 2.6 Momen per meter lebar dalam jalur tengah akibat beban terbagi rata
= terletak bebas
= menerus pada tumpuan
= tidak tertumpu (ujung bebas / tergantung)
= terletak bebas
= menerus pada tumpuan
= tidak tertumpu (ujung beban bebas/tergantung)
C. BALOK
1. Desain Balok
Perancangan suatu balok pada intinya adalah penetapan penampang lintang yang
mampu menyediakan ketahanan paling efektif terhadap aksi lentur dan geser yang
diakibatkan dari pembebanan yang bekerja padanya. Proses perancangan oleh
karenanya bisa dibedakan menjadi 2 bagian analisis. Bagian pertama ialah penetapan
respons berupa gaya-gaya geser dan momen lentur ketika balok harus menyangga
sistem pembebanan tertentu. Bagian kedua berkaitan dengan upaya pemilihan
dimensi penampang lintang terbaik agar mampu menahan gaya-gaya geser dan
momen lentur yang didapat dari bagian pertama.
Teori lentur untuk beton bertulang beranggapan bahwa beton akan retak di daerah
regangan tarik dan setelah retakan terjadi, seluruh tarikan ditahan oleh tulangan.
Teori ini juga menganggap bahwa tampang bagian konstruksi structural yang datar
akan tetap datar setelah terjadi peregangan, sehingga harus ada distribusi regangan
linear pada tampang.
𝑎
𝑀𝑛 = 𝑇 (𝑑 − )
2
𝑎
= 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦. 𝑑 −
2
Atau :
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐶 𝑑 −
2
𝑎
= 0,85. 𝑓𝑐 ′ . 𝑎. 𝑏. 𝑑 −
2
𝑎= 𝛽1 . 𝑐
𝛽1 = 0,85 , Untuk fc’ ≤ 30 Mpa
𝛽1 = 0,85-(fc’-30).0,008 , Untuk 30 < fc’ < 55 Mpa
𝛽1 = 0,65 , Untuk fc’ ≥ 55 Mpa
Dibawah ini diberikan bagan diagram alir untuk perencanaan balok tulangan ganda
sebagai berikut :
MULAI
Data : b,d,d’,Mu,Ø,fc’,fy
Hitung :
𝑀𝑢
𝑀𝑛 =
∅
0,85. 𝑓𝑐′ 600
𝜌𝑏 = 𝛽1
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
𝑓𝑦
𝑚=
0,85. 𝑓𝑐′
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏. 𝑑2
1 1 − (2. 𝑚. 𝑅𝑛)
𝜌= 1−
𝑚 𝑓𝑦
𝜌 ≤ 𝜌𝑚𝑎𝑥
Hitung :
𝐴𝑆 = 𝜌. 𝑏. 𝑑 𝐴𝑆 = 𝜌𝑚𝑖𝑛 . 𝑏. 𝑑 𝑎 = 𝜌 − 𝜌′ 𝑚. 𝑑
𝑎
𝑀𝑛1 = 𝜌 − 𝜌′ . 𝑏. 𝑑. 𝑓𝑦. 𝑑 −
2
𝑀𝑛2 = 𝑀𝑛 − 𝑀𝑛1
𝑀𝑛2
𝜌′ =
Pilih Tulangan 𝑏. 𝑑. 𝑓𝑦. (𝑑 − 𝑑′ )
𝜌 = 𝜌 − 𝜌′ + 𝜌′
SELESAI Tulangan :
𝐴𝑠 = 𝜌. 𝑏. 𝑑
𝐴′𝑠 = 𝜌′ . 𝑏. 𝑑
SELESAI
2. Torsi Balok
Penampang yang dibebani torsi harus direncakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi :
Tu ≤ Ø Tn
Dengan :
Tn = T c + T s
𝑓𝑐′ 2
𝑇𝑐 = 𝑏
15
𝐴𝑡 𝛼1 𝑥1 𝑦1 𝑓𝑦
𝑇𝑠 =
𝑠
𝛼𝑡 𝐴𝑡 𝑏𝑡 𝑡 ∅𝑓𝑦
𝑠=
𝑇𝑢 − ∅𝑇𝑐
3. Geser Balok
Fungsi tulangan geser :
a. Menerima geser kelebihan yang tidak mampu diterima oleh kekuatan geser beton
– Vs
b. Mencegah berkembangnya retak miring dan ikut memelihara lekatan antara
agregat atau perpindahan geser antara muka retak – Va
c. Mengikat tulangan memenjang balok agar tetap ditempatnya dan sekaligus
memperbesar kapasitas pasak – Vd
d. Aksi pasak pada tulangan geser dapat memindahkan suatu gaya kecil
menyeberangi retak.
D. KOLOM
Kolom adalah batang tekan dari portal yang memikul beban dari balok. Bertugas
meneruskan beban-beban yang berasal dari elevasi atas ke elevasi dibawahnya hingga
akhirnya sampai ketanah melalui pondasi.
Jenis kolom dibedakan :
a. Menurut bentuknya
1) Kolom segi empat atau bujur sangkar
2) Kolom bulat dengan pengikat sengkang atau spiral
3) Kolom komposit, beton dan profil baja
b. Menurut beban yang bekerja
1) Kolom sentries
2) Kolom eksentris
a) Uniaksial
b) Biaksial
c. Menurut kelangsingannya
1) Kolom pendek, k Lu/r ≤ 22 (runtuhnya karena material)
2) Kolom panjang, k Lu/r > 22 (runtuhnya karena tekuk)
Ast = A s + A s’
ε=0,003 Po = 0,85.fc’.(Ag-Ast)+Ast.fy
emin = 10%
b. Regangan
Cs=As.fy Cs’=As’.fy
Beban nominal ini masih harus direduksi lagi dengan
Cc=0,85.fc’
faktor reduksi kekuatan (Ø).
c. Tegangan (gaya-gaya)
Pn = C c + C s – Ts
As As’ b
Mn = Pn e
𝑎
= 𝐶𝑐 𝑦′ − + 𝐶𝑠 𝑦 ′ − 𝑑′ + 𝑇𝑠 𝑑 − 𝑦′
d’ 2
d
h
𝑑−𝑒
𝜀𝑠 = 0,003
𝐶
𝐶−𝑑′
𝜀𝑠 ′ = 0,003
c 𝑒
εs
εs
’ εs=0,003
fs = Es.εs ≤ fy
a
fs’= Es.εs’≤ fy
0,85fc’
Ts
Cc Cs
Cc = 0,85 fc’.ab
Pn
Cs = As’.fs’
e
e’ Ts = As’.fs
Pusat plastis
Pn = 0,85 fc’ a b + As’ fs’ – As fs
Catatan :
c = Jarak sumbu netral
y’ = Jarak pusat plastis
e = Eksentrisitas beban ke pusat plastis
e’ = Eksentrisitas beban ke tulangan tarik
d’ = Selimut efektif tulangan tekan
a. Keruntuhan Balance
Kondisi balance tercapai apabila tulangan tarik mengalami regangan leleh εy dan
pada saat itu beton mengalami regangan hancur (0,003)
eb
εy= fy/Es
εs
’ εc=0,003
600
𝑐𝑏 = 𝑑
600 + 𝑓𝑦
600
𝑎𝑏 = 𝛽1 𝑐𝑏 = 𝛽1 𝑑
600 + 𝑓𝑦
Pnb = 0,85 fc’ ab b + As’fs’ – As fy
𝑎𝑏
Mnb = Pnb eb = 0,85𝑓𝑐 ′ 𝑎𝑏𝑏 𝑦 ′ − + 𝐴′𝑠 𝑓𝑠 ′ (𝑦 ′ − 𝑑 ′ ) + 𝐴𝑠 𝑓𝑦(𝑑 − 𝑦′)
2
Dimana :
𝑐𝑏 −𝑑′
fs’ = 0,003 𝐸𝑠 ≤ 𝑓𝑦
𝑐𝑏
b. Keruntuhan Tarik
Keruntuhan tarik berlaku bila Pn < Pnb atau c > eb
Bila As = As’ dan tulangan tekan meleleh, maka :
𝑎
𝑀𝑛 = 𝑃𝑛 𝑒 = 0,85 𝑓𝑐 ′ 𝑎 𝑏 𝑦 ′ − + 𝐴′𝑠 𝑓𝑦 𝑦 ′ − 𝑑 + 𝐴𝑠 𝑓𝑦(𝑑 − 𝑦 ′ )
2
Untuk As = As’ dan y’=h/2, maka :
𝑎
𝑀𝑛 = 𝑃𝑛 𝑒 = 0,85 𝑓𝑐 ′ 𝑎 𝑏 − + 𝐴𝑠 𝑓𝑦 𝑑 − 𝑑′
2 2
Untuk e diketahui, maka :
𝑃𝑛 = 0,85 𝑓𝑐 ′ 𝑏 𝐾𝑒 + 𝐾𝑒 2 + 𝐾𝑠
Dimana :
𝐾𝑒 = −𝑒
2
2𝐴𝑠 𝑓𝑦(𝑑 − 𝑑 ′ )
𝐾𝑠 =
0,85 𝑓𝑐′𝑏
c. Keruntuhan Tekan
Berlaku bila Pn > Pnb atau c < cb
Penyelesaian pendekatan cara whitney, yaitu :
𝐴𝑠 ′𝑓𝑦 𝑏 𝑓𝑐′
𝑃𝑛 = 𝑒 +
+ 0,5 3. . 𝑒
𝑑 − 𝑑′ + 1,18
𝑑2
Cara whitney didasarkan asumsi sebagai berikut :
1) Tulangan simetris (As = As’)
2) Tulangan tekan leleh
3) Luas beton yang ditempati baja tulangan diabaikan
4) Dalam menghitung Cc, a = 0,54 d
5) Diagram interasi didaerah tekan berupa garis lurus
p
senkang = Pn max = 0,8 Po
spiral = Pn max = 0,85 Po
Po
cara whitney
Mn max
daerah keruntuhan
M
n,P 1 tekan
n e
Pn max (Mn , Pn)
tif
y erva nced
M
e
bala
u,P
it n n s
wh n ko an
e min
ntuh
u
no keru
(Mnb , Pnb)
eb daerah keruntuhan
tarik
0,1 fc' Ag
OMn Mn M
E. PONDASI
P
A perlu =
t
dimana :
σ = tekanan yang diijinkan
σt = tekanan tanah yang diijinkan
Elemen yang harus menyebarkan beban dari permukaan elemen yang lebih kecil
ke permukaan yang lebih besar disebut pondasi (pondasi telapak).
P
Kolom
Pondasi
P
Tanah t t
A
Gambar 2-14. Pendistribusian beban dari kolom ke tanah
Apabila tanah di dekat permukaan terlalu lemah ( t –nya kecil), luas permukaan
pondasinya A akan sangat besar, berat dan mahal. Sehingga dipilih jalan lain,
yaitu dengan menanamkan tiang pancang sampai pada kedalaman yang lebih
besar, sampai tanah tersebut mampu mendukung beban, atau dengan
menggunakan pondasi dalam lainnya seperti sumuran.
a. Kekuatan Geser
Kekuatan geser dari pelat pondasi telapak ditentukan oleh kondisi terberat
dari dua hal berikut :
1. Aksi satu arah
Pada peninjauan aksi satu arah berlaku seperti hitungan geser pada
balok, dengan penampang kritis terletak pada jarak d dari muka kolom.
Dalam hal ini pelat atau telapak pondasi harus direncanakan sebagai
berikut :
Vn VU
VN VC VS
1
VC f ' c .B.d
6
dimana :
Φ = faktor reduksi kekuatan
Vn = kekuatan geser nominal (Newton)
VC = kekuatan geser nominal yang disumbangkan beton
VS = kekuatan geser nominal yang disumbangkan
tulangan geser
VU = gaya geser berfaktor pada penampang kritis,
yaitu pada jarak d dari sisi luar kolom
fy . sin
dimana :
AV = luas tegangan geser (mm2)
fy = tegangan leleh tulangan yang disyaratkan (MPa)
α = sudut antara tulangan miring dengan sumbu
mendatar
1 f 'c
Vn VC 1 .bO .d
C 6
VU VC
dimana :
βC = perbandingan antara sisi kolom terpanjang dan
sisi kolom terpendek
bO = keliling dari penampang yang terdapat tegangan
geser. (penampang boleh dianggap terletak pada
jarak d/2 terhadap sisi kolom)
d = tinggi efektif dari pelat pondasi telapak
f 'c
VC bO .d
3
Bila dipakai tulangan geser, maka :
Vn VU
Vn VC VS
f 'c
V C bo .d
6
V
VS U VC
perlu
VS
AV perlu
fy . sin
b. Kekuatan Lentur
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penampang kritis untuk momen
terjadi pada sisi kolom atau dinding beton bertulang.
Momen berfaktor untuk menghitung tulangan lentur dapat dihitung dengan
:
B.l 2
M U net x
2
dimana :
σnet = tekanan tanah akibat beban berfaktor.