Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa tiap-tiap warga Negara
berhak mendapat pengajaran. Setiap siswa baik laki-laki maupun perempuan berhak
mendapatkan pengajaran. Laki-laki dan perempuan pun sudah mendapat tempat yang sama
dalam pelajaran. Semua berhak menempuh pendidikan tidak seperti dulu. Walaupun memang
masih ada kekurangan di beberapa tempat.
Saat ini, Pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya untuk mengkampanyekan
program bebas buta huruf dan wajib belajar 9 tahun. Pemerintah mengeluarkan dana berlimpah
untuk pendidikan formal. Di sisi lain, pemerintah sepertinya lupa akan pendidikan non formal
dari anak-anak berkebutuhan khusus. Lalu, bagaimanakah dengan anak-anak yang berkebutuhan
khusus? Mereka tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah negeri umum. Mereka selalu tertinggal
pelajaran. Di sisi lain, fasilitas sarana dan prasarana tergolong tidak mencukupi, biaya
pendidikan non formal juga tidak murah.
Anak berkebutuhan khusus berbeda dengan anak seusianya pada umumnya. Mereka
menunjukkan ketidakstabilan fisik, emosi, dan mental. Beberapa kali, anak berkebutuhan
menunjukkan emosinya dengan mengamuk dan mencakar terapis mereka. Hal ini yang
menyebabkan kurangnya tenaga pengajar di sana. Kondisi mereka yang seperti ini memperlukan
pendidikan khusus yang sesuai dengan perkembangan otaknya. Anak berkebutuhan khusus harus
tetap bersekolah, bagaimanapun caranya.
Pentingnya menganalisis sosial peristiwa ini menjadi perhatian kami dalam melaksanakan
topik ini. Usaha menganalisis keadaan atau masalah secara objektif, mendalami fenomena sosial,
faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan yang mempengaruhi, serta kurang
berperannya pemerintah yang semakin menambah kerumitan masalah menjadi poin fokus kami.
Pentingnya gambaran tentang realita yang ada di masyarakat saat ini, keadaan sosial, penyebab
2

hingga konsekuensinya menyebabkan kami tertarik untuk melakukan analisis sosial dan profiling
dari Insan Mandiri.

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya analisis sosial dan profiling di Insan Mandiri adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui profil dari Insan Mandiri
2. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi Insan Mandiri dalam
mengembangkan yayasan
3. Membantu mencari jalan keluar untuk permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi
Insan Mandiri

1.3 Manfaat
Manfaat pelaksanaan analisis sosial dan profiling di Insan Mandiri adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan tentang profil Insan Mandiri
Merasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
Memiliki sikap simpati dan empati terhadap permasalahan-permasalahan yang ada
2. Bagi Universitas Ma Chung
Mengetahui profil tentang Insan Mandiri
Mengetahui keadaan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Insan Mandiri
Memiliki sikap simpati dan empati terhadap permasalahan-permasalahan yang ada
Sebagai referensi untuk melakukan analisis sosial selanjutnya
3. Bagi Komunitas
3

Membantu penyelesaian masalah di Insan Mandiri
Menyebarluaskan profiling Insan Mandiri agar dapat dikenal masyarakat luas
Mendukung bahwa Insan Mandiri tidak hidup sendiri dan masih ada orang yang
memperhatian mereka

4

BAB II
METODOLOGI ANALISIS SOSIAL

2.1 Lokasi
Insan Mandiri adalah sekolah autisma dan anak berkebutuhan khusus. Insan Mandiri
melayani terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, remedial teaching, shadow (terapis) untuk
playgroup, TK, SD, SMP, dan konsultasi anak. Pendirinya adalah Ibu Yulis Mulianingsih, biasa
disebut Ibu Roy. Lokasinya terletak di Jalan Pisang Kipas 34 Malang, Jawa Timur. Contact
Person Ibu Roy : 087859690357.
2.2 Waktu Pelaksanaan
Bulan Oktober November
Minggu I II III IV I II III IV
Persiapan di kampus V V V
Pengumpulan data V
Persiapan tambahan V V
Pengumpulan data tambahan V
Analisis dan diskusi V
Penyusunan laporan V

2.3 Metode Analisis Sosial
Metode analisis sosial yang digunakan adalah In Depth Interview. In Depth Interview
adalah sebuah metode analisis sosial yang diukur secara kualitatif yang mewawancarai individu
secara mendalam dan intensif untuk mengeksplorasi sudut pandang mereka pada komunitas ini.
Pada konteks Insan Mandiri, kami mewawancarai Ibu Roy secara personal. Kemudian
dilanjutkan dengan beberapa terapis. Wawancara dilakukan secara formal dan non formal untuk
menciptakan kondisi yang nyaman antara dua belah pihak. Wawancara kepada anak
berkebutuhan khusus tidak dilaksanakan karena kondisi kejiwaan yang tidak memungkinkan.
5

Wawancara dilakukan dengan menyiapkan beberapa pertanyaan dasar kemudian
dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan spontan untuk mengeksplorasi jawaban-jawaban dari
narasumber.

2.4 Alat Analisis Sosial
Ada empat jenis alat analisis sosial yang digunakan dalam analisis sosial ini, yaitu:
2.4.1 Peta Aktor
Peta aktor menjabarkan mengenai pihak-pihak, baik individu, lembaga perusahaan, aparat
pemerintah, yang berpengaruh pada permasalahan sosial pada suatu komunitas.
2.4.2 Peta Kerentanan Sosial
Peta kerentanan sosial memaparkan mengenai permasalahan sosial dari berbagai aspek
secara spesifik, seperti masalah ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan, hukum, kesetaraan
gender, kelestarian lingkungan, pertahanan dan keamanan, dan lingkungan dan kesehatan.
2.4.3 Peta Potensi Sosial
Peta potensi sosial memaparkan berbagai potensi sosial yang dimiliki oleh komunitas dari
berbagai aspek secara spesifik, seperti potensi ekonomi, sosial, politik, budaya, hukum,
pendidikan, pertahanan dan keamanan, hak asasi manusia, lingkungan dan kesehatan, dan
kesetaraan gender.
2.4.4 Peta Rencana Tindak Lanjut
Peta rencana tindak lanjut atau yang biasa disebut peta aksi sosial adalah rangkuman dari
potensi, kerentanan, dan peran aktor yang menjadi analisis sosial untuk menemukan solusi dalam
bentuk aksi sosial.


6


BAB III
GAMBARAN UMUM KOMUNITAS

3.1 Sejarah Komunitas
Secara singkat, Ibu Roy, selaku pendiri Insan Mandiri, berinisiatif mendirikan yayasan ini
karena anak beliau yang menyandang down-syndrome. Selain itu, ia prihatin akan nasib anak-
anak berkebutuhan khusus yang kurang mendapat fasilitas pendidikan, terutama dari pemerintah.
Dengan didirikannya Insan Mandiri di pusat kota Malang, Ibu Roy menetapkan sasaran
anak-anak berkebutuhan khusus (anak berkebutuhan khusus), baik menengah ke atas maupun
menengah ke bawah.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sana adalah pendidikan dari shadow, yakni
bimbingan membaca, menulis, dengan sistem satu murid satu terapis. Hal ini dimaksudkan agar
proses anak berkebutuhan khusus dapat berkonsentrasi dengan baik. Shadow adalah sebutan
untuk pembimbing dari anak berkebutuhan khusus.
3.2 Organisasi dan Kelembagaan
Struktur organisasi Insan Mandiri hanya terdiri dari 2 tingkat. Tingkat atas adalah Ibu Roy
selaku pendiri sekaligus ketua Insan Mandiri yang bertugas mengkoordininasikan shadow untuk
membimbing anak-anak berkebutuhan khusus dan mengatur keuangan yang ada. Tingkat bawah
dihuni oleh semua shadow yang bekerja pada Ibu Roy, memberikan pengajaran kepada anak
berkebutuhan khusus.
7


3.3 Keadaan Infrastruktur Fisik dan Non Fisik
Lokasinya yang terletak di tengah kota Malang seharusnya membuat orang yang mencari
lokasi ini tidak begitu susah. Akan tetapi, rumah yang dijadikan tempat sekolah autisme dan anak
berkebutuhan khusus ini tidak memiliki papan pengenal di depan rumah, sehingga menyebabkan
orang yang pertama kali datang tidak mengenali rumah ini adalah tempat sekolah ABK.
Di belakang rumah, hanya terdapat 4 kelas khusus yang berukuran 1x2 meter. Dinding
terbuat dari triplek yang dicat warna. Kelas ini diisi oleh dua orang, terapis dan anak itu sendiri.
Ibu Roy
Bayu Tri Diah W.
Mufids Farida
Komariah Andri
Ririk Sulis
Bu Lilik Dian
Aulia Imma
Fitri Elly
Ika Anis
Eka Karin
Dewi Bu Ummi
Puri Rara
8

Sebagian lainnya menempati bagian rumah dalam, baik di ruang tamu, maupun di ruang makan.
Bagi mereka, lokasi tidak penting, yang terpenting adalah mendidik anak-anak tercintanya.
Jumlah anak yang datang mencapai belasan orang setiap harinya, kelas dipakai bergantian
untuk mendapatkan privasi dan meningkatkan fokus anak berkebutuhan khusus. Jumlah ruangan
tersedia benar-benar tidak mencukupi kebutuhan.
Sarana dan prasarana bisa dibilang minimalis. Terapis hanya bermodalkan sejumlah pensil
dan buku tulis untuk proses belajar mengajar.

3.4 Masalah, Tantangan, Hambatan, dan Resolusi

Masalah
1. Sulitnya mengatasi dan menyembuhkan anak berkebutuhan khusus
2. Kekurangan dana
3. Jumlah ruang kelas yang kurang memadai
4. Kebiasaan orang normal yang tidak dapat menerima keberadaan anak-anak berkebutuhan
khusus di lingkungan mereka
5. Kekurangan tenaga pengajar
6. Keengganan tenaga pengajar umum untuk mengajari anak berkebutuhan khusus
7. Sulitnya anak berkebutuhan khusus menempuh jenjang pendidikan normal
8. Keluarga dari anak berkebutuhan khusus yang tergolong tidak mampu
9. Masyarakat sekitar yang tidak mau bersosialisasi dengan anak berkebutuhan khusus yang
menyebabkan anak tersebut semakin terpinggirkan
9

10. Kondisi anak berkebutuhan khusus kurang mendapat sorotan pemerintah, kalaupun ada,
sorotan ini tidak sampai ke Insan Mandiri
Tantangan
1. Masalah yang kompleks ini hendaknya dilihat akar permasalahannya, sehingga dapat
membantu menyelesaikan permasalahan.
2. Masalah ini bukan masalah yang mudah, sehingga tidak dapat diselesaikan cepat seperti
halnya membalikkan telapak tangan
Hambatan:
1. Memperkenalkan Insan Mandiri kepada masyarakat luas agar semakin dikenal.
2. Membuka akses bantuan dana dari masyarakat luas yang ingin memberikan sumbangan
3. Membantu mendapatkan tambahan tenaga pengajar.
Resolusi:
1. Membuat sebuah media sosial terintegrasi yang memungkinkan komunikasi dua arah
antara masyarakat umum dan Insan Mandiri
2. Memperkenalkan Insan Mandiri kepada masyarakat dari mulut ke mulut



10

BAB IV
HASIL ANALISIS SOSIAL

4.1 Paparan Data
4.1.1 Peta Aktor
Aktor Peran Kekuatan Kelemahan Keuntungan Kerugian
Ibu Roy Pendiri
Ketua terapis
Terapis
Trainer
Terapis
Pengatur
keuangan
Dapat
menentukan
dan menarik
iuran
Pengambil
keputusan
paling tinggi
Keterbatasan
waktu
Mendapat
penghasilan
untuk
menutupi
biaya sehari-
hari
Pengawasan
tidak
maksimal
Terapis Mengajar
anak
berkebutuhan
khusus
Memandikan
Membimbing
Mempunyai
keahlian
khusus yang
tidak miliki
orang lain
Tidak
mempunyai
wewenang
pengambilan
keputusan
Diwajibkan
untuk
menaati
peraturan
yang ada di
kelompok
Melatih
kesabaran
Melatih
kesadaran
akan adanya
kekurangan
Disakiti
anak-anak
Emosi
Kewalahan
mengurus
anak
berkebutuhan
khusus yang
bandel
Anak
berkebutuhan
khusus
Orang
berkebutuhan
khusus yang
diterapi
Mendapatkan
terapi
Tidak bisa
beraktifitas
dengan
normal
Sikap
berubah
menjadi
lebih baik
Tidak bisa
berpikir dan
bertingkah
laku seperti
11

layaknya
anak lain
seusianya

4.1.2 Peta Kerentanan Sosial
Ekonomi Sosial Budaya Politik Pendidikan Hukum Lingkungan Gender
Berada
pada
jajaran
ekonomi
menengah
kebawah
Tingkat
sosialisasi
anak
berkebutuhan
khusus
sangat
rendah
kepada orang
lain
- Kurang
mendapat
sorotan
pemerintah
Kurangnya
sarana
untuk
pendidikan
anak-anak
ABK
Tidak
tersosialisasi
peraturan
yang
melindungi
ABK
Berada pada
lingkungan
yang biasa-
biasa saja
cederung
cuek/tidak
peduli
-

4.1.3 Peta Potensi Sosial
Ekonomi Sosial Budaya Politik Pendidikan Hukum Lingkungan Gender
Membang-
kitkan
simpati dan
empati
masyarakat
untuk
memberi
bantuan
dana
Banyaknya
kerelan
pengajar
yang digaji
kecil
- Politikus
mulai
berpikir ke
depan untuk
melindungi
kaum
tersingkirkan
Therapi yang
dilakukan
yayasan ini
banyak yang
berhasil
Terdaftar
sah dalam
hukum
Kesadaran
kebera-
gaman fisik,
mental, dan
emosi
Tidak
membedakan
gender dalam
mengabdi

4.1.4 Peta Rencana Tindak Lanjut
12

Potensi Kerentanan Aktor Analisa Solusi
Ekonomi Melakukan
subsidi
silang
Ekonomi
menengah
kebawah
Orang tua
dari anak-
anak ABK
Analisa dapat
dilihat di 4.2.2
PENDALAMAN
ANALISA
Melakukan
subsidi silang dan
perbanyak donatur
Sosial Banyaknya
kerelan
pengajar
yang digaji
kecil
Sosialisasi
rendah
Para
therapis di
yayasan
tersebut
Harus ada
pengajar yang rela
tidak
digaji/sukarelawan
Politik Banyak
politikus
yang masih
berniat
melindungi
kaum
tersingkirkan
Kurang
mendapat
sorotan
pemerintah
Pemerintah Harus ikut
memperhatikan
hak-hak anak-
anak
berkebutuhan
khusus
Pendidikan Anak ABK
yang di
therapy di
yayasan ini
banyak yang
berhasil
Kurangnya
sarana untuk
menunjan
pendidikan di
yayasan ini
Semua
anggota
therapis
yayasan
insan
mandiri
Masyarakat
sekitar membantu
mewujudkan
sarana yang
dibutuhkan
meskipun dengan
bahan dan
kemampuan
seadanya
Hukum Terdaftar sah
dalam
hukum
Peraturan yang
tidak
disosialisasikan
yang
Pemilik
yayasan
dan notaris

13

melindungi
ABK
Lingkungan Kesadaran
keberagaman
fisik, mental,
dan emosi
Berada pada
lingkungan
yang
cenderung
cuek
Masyarakat
sekitar

Gender Tidak
membeda-
bedakan
gender
- Semua
anggota
yayasan
insan
mandiri


4.2 Analisis
4.2.1 Analisis Pendahuluan
Dilihat dari segi pancasila, yang pertama dari segi ketuhanan yang maha esa. Dari segini
ini, analisis sosial ini membuat kita mengerti bahwa kita tetap mempercayai satu Tuhan, harus
tetap berserah pada-Nya bahwa setiap persoalan yang membelit Insan Mandiri pasti ada jalan
keluar. Dibalik kesusahan pasti ada kegembiraan.
Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, menunjukkan bahwa kita semua bangsa
Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama. Dengan akal budi dan akhlak yang baik maka
dapat menjadikan bangsa Indonesia yang berkompeten. Seperti dalam analisis sosial ini, anak-
anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak yang sama, mereka berhak menuntut ilmu,
mengenyam pendidikan yang layak meskipun dengan cara yang berbeda.
Yang ketiga, persatuan Indonesia, kita sebagai warga harus bersatu sebagai bangsa yang
berbahasa Indonesia meskipun beraneka ragam kita tetap satu. Hal ini di tunjukkan dalam
14

analisis sosial, betapa kesatuan antar pengajar dan anak-anak begitu dekat dan akrab sehingga
memiliki rasa saling memiliki dan bersatu.
Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan membuat kita belajar bahwa setiap tindakan kita harus sesuai
aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah, sehingga kita tidak boleh berbuat semena-mena
melanggar aturan yang ada. Setiap permasalahan harus dimusyawarahkan agar mencapai kata
mufakat. Seperti pada ansos, terlihat sekali kurangnya kepedulian pemerintah, karena dari segi
keadaan tempat yang kurang layak dan seadanya anak-anak yang merupakan calon pemimpin
masa depan tidak dapat dengan efektif mengikuti pelajaran
Yang kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dalam sila ini kami belajar
bahwa seiap warga Indonesia memiliki hak yang sama, setiap warga harus saling menghormati.
Walaupun dalam ansos yang kami kunjungi merupakan kaum menengah ke bawah, tapi mereka
juga berhak mendapat keadilan sosial.

4.2.2 Pendalaman Analisis
Di Kota Malang, terdapat salah satu tempat terapis anak berkebutuhan khusus di daerah
Soekarno-Hatta. Ibu Roy selaku pemilik terapis sengaja membuka tempat terapis tersebut yang
terinspirasi karena anak autis kurang mendapatkan perhatian khusus, terutama pendidikan. Di
dalam yayasan tersebut, Ibu Roy dihadapkan oleh berbagai kondisi pengajar, dana, dan kondisi
yang tidak memungkinkan untuk kelangsungan yayasan tersebut. Kesulitan utama yang paling
terlihat yang dialami Ibu Roy yadalah dana untuk melengkapi fasilitas yang ada. Selama ini, Ibu
Roy melakukan sistem subsidi silang untuk menutupi kebutuhan dana dari therapis tersebut,
bahkan Ibu Roy memang tidak menggaji terapis karena memang tidak ada biaya. Masalah yang
dihadapi Insan Mandiri merupakan masalah yang cukup kompleks, hal ini dapat dibuktikan dari
beragam masalah yang ditemui, sehingga penting bagi kami untuk membantu Ibu Roy, ditinjau
berbagai sisi yang ada berikut ini.
Dalam segi ekonomi, adalah masalah yang terlihat, anak-anak berkebutuhan khusus yang
mengenyam pendidikan di sana adalah masyarakat yang kurang mampu. Ibu Roy berterus terang
15

kepada penulis tentang kekurangan sumber dana untuk dapat mengembangkan Insan Mandiri ini.
Orang tua anak-anak berkebutuhan khusus yang sebagian besar hanyalah buruh biasa yang
kesulitan membiayai kehidupan keluarganya sendiri. Di lain sisi, beberapa anak ada yang tiba-
tiba menghilang, tidak mendatangi tempat ini, dikarenakan orang tuanya tidak lagi mampu
mengantar anaknya karena terlalu jauh dengan rumah, biaya yang dikeluarkan sia-sia karena
menganggap tidak mungkin bisa disembuhkan. Usaha yang dapat dilakukan adalah memberi
uang SPP yang lebih tinggi untuk melakukan subsidi silang bagi anak yang tidak mampu.
Selain itu, perlu juga memperjelas kegiatan agar masyarakat yang ingin bergabung dapat
membantu mengulurkan bantuan.
Dalam segi sosial, adalah masalah yang terlihat, dimana terapis / shadow yang mengajar
masih tergolong sedikit. Beberapa kali, terapis mengajari 4 anak sekaligus dalam sekali
pengajaran. Anak berkebutuhan khusus tidak dapat disamakan, ada yang hiperaktif, ada yang
bersifat pendiam dan penyendiri, ada yang mempunyai keterlambatan menangkap pelajaran.
Potensi pengajar di Malang masih sangat besar dan membuka pikiran para pengajar merupakan
hal yang perlu dilakukan agar mereka bekerja secara sosial, dengan tulus membantu misi mulia
Insan Mandiri untuk mencerdaskan anak berkebutuhan khusus. Dapat dilihat di lampiran,
kurangnya tenaga pengajar menyebabkan satu orang mengajar hingga 2 anak, padahal
kenyataannya tidak seperti itu. Beberapa terapis tidak datang dan menyerahkan tugasnya kepada
orang lain.
Dari segi politik, perlindungan terhadap anak berkebutuhan khusus masih belum optimal.
Anak berkebutuhan khusus belum mendapat sorotan pemerintah. Akan tetapi, semakin
berkembangnya zaman, orang-orang mulai melirik pentingnya kaum minoritas atau kaum
tersingkirkan. Beberapa komunitas sudah menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah tentang
perlindungan dan pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Dari segi pendidikan, sarana prasarana di tempat ini belum memadai. Pelajaran lebih
banyak bersifat mengajari sikap baik untuk duduk, makan, atau mengucapkan kata-kata agar
lebih lancar. Selain itu, pengajarannya juga menulis dan mewarna. Walaupun tidak dapat sembuh
seutuhnya, anak-anak berkebutuhan khusus yang terapi di yayasan ini banyak yang berhasil.
Dengan niat yang tulus untuk mendidik anak berkebutuhan khusus, tempat seadanya tidak
menjadi masalah untuk mengembangkan yayasan.
16

Dari segi lingkungan, lingkungan sekitar tempat yayasan dan lingkungan sekitar tempat
tinggal anak berkebutuhan khusus juga tidak mendukung. Anak-anak yang tergolong normal
tidak mau berbaur dengan anak berkebutuhan khusus. Hal ini menyebabkan anak berkebutuhan
khusus semakin minder, dan tidak mau bersosialisasi karena mereka dihindari orang teman-
temannya sendiri. Anak berkebutuhan khusus tidak mendapat lingkungan yang menyenangkan
selalu dijaga oleh orang tuanya untuk tidak pernah keluar dari rumah.
Dari segi gender, kami tidak menemukan masalah yang berarti. Semua anak berkebutuhan
khusus baik laki-laki maupun perempuan diterima. Perlakuan antara anak berkebutuhan khusus
yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan sama.




17

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Insan Mandiri adalah tempat pembelajaran non formal untuk autisme dan anak
berkebutuhan khusus. Keberadaan yayasan ini sangat membantu para anak-anak yang kesulitan
belajar, mengalami sindrome autis, hiperaktif, dan penyendiri. Metode pembelajaran di sana
sangat memperhatikan anak-anak yang memang butuh perhatian ekstra.
Banyak sekali masalah yang mengikat yayasan ini, diantaranya dalam bidang politik,
sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, budaya, lingkungan, dan hukum. Masalah-masalah tersebut
beberapa ada yang terlihat dan beberapa tidak terlihat, misalnya kekurangan sarana-prasarana,
kurangnya perhatian dari pemerintah, kekurangan terapis, kurangnya kepedulian masyarakat
untuk memberikan bantuan.
Masalah-masalah di atas menyebabkan kurang maksimalnya kegiatan pembimbingan
kepada anak-anak dengan kebutuhan khusus. Kelangsungan yayasan ini diragukan oleh karena
banyak masalah yang terjadi, padahal banyak anak kebutuhan khusus yang membutuhkan
bantuan Insan Mandiri.

5.2 Rekomendasi
Penulis merekomendasikan agar masyarakat Kota Malang khususnya, dan masyarakat
Indonesia pada umumnya untuk lebih peduli, simpati, dan berempati kepada anak-anak
berkebutuhan khusus. Bukan karena mereka memiliki kemampuan yang berbeda, orang-orang
normal bisa meremehkan keberadaan mereka. Untuk para terapis yang bekerja di Insan Mandiri,
penulis berharap agar semakin peduli pada keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus ini.
Selain itu, rekomendasi yang bisa kami berikan untuk Insan Mandiri adalah terus berjuang
dalam menyelenggarakan usaha mulia ini. Banyak orang yang akan kehilangan jika Insan
18

Mandiri tidak ada. Penulis akan berusaha untuk membantu untuk mencari beberapa tenaga kerja
sukarela yang berminat bergabung dengan Insan Mandiri. Kami mengusulkan untuk membuat
website yang berisi kontak dua arah yang berisi dokumentasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan
di Insan Mandiri.


19

LAMPIRAN

Peta Lokasi Insan Mandiri

Kondisi kelas-kelas yang digunakan untuk terapis
20


Daftar Pembagian Shadow kepada anak berkebutuhan Khusus

Terapis mendidik cara makan

Anda mungkin juga menyukai