APLIKASI SIG UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN PERTANIAN BERLANJUT DI SKALA BENTANG LAHAN
Disusun oleh: Nama : RISKI SABIT WIBOWO P H NIM : 125040101111071 Kelas : J
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian telah dan terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antara industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam yang baik mutlak diperlukan dalam pengembangan pertanian. Tersedianya informasi potensi sumber daya lahan untuk pengembangan komoditas pertanian akan sangat membantu upaya peningkatan produksi komoditas pertanian berkelanjutan. Salah satu informasi dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan pertanian adalah data spasial (peta) potensi sumberdaya lahan, yang memberikan informasi penting tentang distribusi, luasan, tingkat kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan alternatif teknologi yagn dapat diterapkan (Suryana et. al, 2005). Penginderaan Jarak Jauh Citra Satelit dan Geographic Information System (GIS) merupakan teknologi spasial yang sangat berguna dalam perencanaan pertanian.
GIS (Geographic Information System) merupakan bagian dari kemajuan teknologi informasi (information technology). Sebagai teknologi berbasis komputer, GIS harus diperhitungkan bagi mereka yang berkecimpung dalam berbagai bidang pekerjaan seperti perencanaan, inventarisasi, monitoring, dan pengambilan keputusan. Bidang aplikasi GIS yang demikian luas, dari urusan militer sampai pada persoalan bagaimana mencari jalur terpendek untuk pengantaran barang atau delivery system, menghendaki penanganan pekerjaan yang dilakukan secara terpadu (integrated) dan multidisiplin.
GIS (Geographic Information System) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan, data vegetasi dan sebagainya.
Geografi adalah informasi mengenai permukaan bumi dan semua objek yang berada diatasnya, yang menjadi kerangka bagi pengaturan dan pengorganisasian bagi semua tindakan selanjutnya. GIS merupakan teknologi untuk mengelola, menganalisa dan menyebarkan informasi geografis. Pemilihan lokasi, target lapisan pemasaran, perencanaan penyebaran jaringan, membalas pada darurat, atau menuliskan kembali batas-batas wilayah suatu negara, semuanya adalah permasalahan yang dapat di pecahkan melalui geografi.
GIS (Geographic Information System) adalah sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan data dan manipulasi informasi geografis. GIS (Geographic Information System) suatu bentuk sistem informasi yang menyajikan informasi dalam bentuk grafis dengan menggunakan peta sebagai antar muka.
1.2 Rumusan Masalah
Terdapat beberapa rumusan masalah seperti:
1. Apa itu Sistem Informasi Geografis (GIS) ?
2. Bagaimana pengaplikasian Sistem Informasi Geografis dalam kegiatan pertanian berlanjut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kegunaan dari Sistem Informasi Geografi (SIG). 2. Agar mahasiswa mampu untuk memahami secara mendetail sekaligus dapat mengaplikasikan secara umum dari Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam kegiatan pertanian yang berkelanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Dalam dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi yang terus berkembang, penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun terus dilakukan, tidak terkecuali dalam sektor pertanian, sektor perekonomian utama di Indonesia mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dalam dunia pertanian. salah satu contohnya adalah aplikasi Gis atau Geographical Information System, dan jika diterjemahkan scara bebas ke bahasa Indonesia, kita bisa menyebutnya SIG atau Sistem Infomasi Geografi. SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yagn bereferensikeruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Menurut Murai dalam Prayitno (2000) GIS merupakan sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data bereferensi gegrafis atau data geospasial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumberdaya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. Sebuah program GIS yang baik dalah mampu memproses data geografis dari berbagai sumber dan mengitegrasikannya ke dalam sebuah produk peta yang dimanfaatkan untuk aktivitas pekerjaan tertentu. Banyak negara memiliki banyak data geografis untuk dianalisis, dan pemerintah sering membuat dataset GIS yang tersedia untuk umum. Dile database peta sering diperoleh bersama dengan paket GIS, yang lainnya dapat diperoleh baik dari vendor komersia dan instansi pemerintah (BAKOSURTANAL). Beberapa data dikumpulkan di lapangan melaui survei lapangan dan dilakukan penetapan unit global positioning yang melampirkan koordinat lokasi dengan obyek yang dipetakan misalnya lokasi pasar tradisional dengan alat GPS (Global Position System). Aplikasi GIS dapat dimasukkan ke dalam kegiatan-kegiatan umum seperti menverifikasi alamat dan peta jalan. Dari kegiatan rutin dapat juga membantu dalam kegiatan keilmuan kita dalam rangka menjelajahi yang kompleksitas rupa bumi. GIS memberikan bantuan kepada kita dalam memahami, mengelola kondisi geografis, sehingga kita menjadi lebih produktif, lebih menyadari, dan lebih responsif terhadap permasalahan kehidupan di muka bumi ini.
2.2 Penjelasan Aplikasi GIS dan Manfaat Penerapan GIS dalam Bidang Pertanian Menurut Puntodewo, et.al, (2003) secara harafiah, GIS (Geographic Information System) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat diartikan sebagai suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras,perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis.
Dilihat dari definisinya, GIS adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Memiliki perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah memiliki GIS apabila data geografis dan sumberdaya manusia yang mengoperasikannya belum ada. Kemampuan sumberdaya manusia untuk memformulasikan persoalan dan menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem GIS.
Sebagai suatu bentuk sistem informasi, GIS menyajikan informasi dalam bentuk grafis dengan menggunakan peta sebagai antar muka, saat ini banyak digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang berkaitan dengan wilayah geografis. Subaryono (2005) mengemukakan bahwa GIS sering digunakan untuk pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan. Para pengambil keputusan akan lebih mudah untuk menganalisa data yang ada dengan menggunakan GIS.
Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu : a. Data spasial Data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu. b. Data non-spasial Data non-spasial disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satu software SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0.MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.
2.3 Contoh Aplikasi Gis di Bidang Pertanian
a. Pemantauan Produksi di Bidang Pertanian Aplikasi GIS di bidang pertanian sangat dibutuhkan guna mendapatkan hasil produksi yang maksimal dan memuaskan. Aspekaspek yang biasanya menggunakan aplikasi GIS adalah pada bagian pemetaan atau peletakan komoditas yang sesuai dengan keadaan lahan pertanian tersebut. Peningkatan produksi dengan masukan bahan kimia yang rendah, seperti pemupukan, sangat diperlukan karena sejak tahun 1980 kegiatan pertanian untuk produksi pangan yang tidak terkontrol menjadi penyebab pencemaran lingkungan. Sebagai contoh aplikasi pupuk nitrogen dan fosfor yang berlebihan menjadi penyebab terjadinya pemanasan global dan hujan asam. Salah satu masalah utama yang dihadapi bagi kehidupan manusia adalah pencemaran air tanah oleh nitrogen nitrat. Modeling produksi tanaman merupakan salah satu contoh aplikasi SIG di bidang pertanian. Permodelan dengan menggunakan SIG menawarkan suatu mekanisme yang mengintegrasikan berbagai jenis data (biofisik) yang dikembangkan atau digunakan dalam penelitian pertanian. Monitoring kondisi tanaman pertanian sepanjang musim tanaman serta prediksi potensi hasil panen berperan penting dalam menganalisis produksi musiman. Informasi hasil panen yang akurat dan terkini sangat dibutuhkan oleh departemen pertanian berbagai negara. Aplikasi GIS juga sangat membantu dalam memantau keadaankeadaan di sekitar wilayah pertanian tersebut, misalnya dalam mengetahui wilayahwilayah yang terserang hama atau penyakit, wilayahwilayah yang telah siap diproduksi. Pemantauan ini dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan aplikasi dengan sistem monitoring. Dapat dilihat di bawah terdapat peta tentang luasan panen jagung yang ada di kota Sungai Penuh menurut kecamatan pada tahun 2012, terlihat bahwa daerah tersebut merupakan luasan panen yang paling luas yaitu dengan luasan 40-49 Ha. Untuk kecamatan pesisir bukit, hamparan rawang, dan tanah kampung luasan panen jangung seluas 1-11 Ha. Sedangkan kecamatan Kumun debai memiliki luasan panen jagung seluas 12-20 Ha. Data seperti ini dapat sangat membantu dalam melihat sebaran produksi jagung di wilayah yang akan dijadikan objek sasaran produksi pertanian, juga dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi para petani untuk pengambilan keputusan akan menanam jagung atau tidak pada lahan pertanian di wilayah yang akan ditanami.
Sumber : http://jambi.bps.go.id/pub/fb/2013/petapadi2013/files/assets/basic- html/page39.html. Diakses tanggal 12 Oktober 2014.
b. Penilaian Resiko Usaha Pertanian
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan skala kawasan yang luas secara optimal dengan resiko gagal tanam dan gagal panen minimum. GIS menetapkan masa tanam yang tepat, memprediksi masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap debit, curah hujan dan skenario pola tanam dan jenis tanam yang paling menguntungkan secara ekonomi dan teknis.
Dalam teknologi pangan, GIS dapat digunakan untuk memetakan keberadaan tanaman pangan. Aplikasi GIS yang digunakan dalam teknologi pangan diantaranya adalah foodtrace dan quality trace. Aplikasi ini telah dikembangkan oleh THailand. Dengan aplikasi ini kita dapat memperoleh informasi mengenai bahan baku suatu produk baik itu dari segi mutu dan asal bahan baku. Di Thailand, salah satu perusahaan pengalengan jagung menggunakan aplikasi ini untuk mencantumkan informasi bahan baku dan ada kode- kode yang dapat dicek oleh konsumen untuk mengetahui asal bahan baku. Selain itu, GIS juga dapat dipergunakan untuk memetakan ketahanan pangan suatu wilayah berdasarkan data-data yang dimasukkan dalam GIS.
Penilaian risiko bisnis dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut (Anderson et al., 1977; Elton dan Gruber, 1995; dan Fariyanti, 2008) terdapat beberapa ukuran risiko di antaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Secara praktis pengukuran varian dari penghasilan (return) merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan ekspektasi return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian (Elton dan Gruber, 1995). Sedangkan standar deviasi dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai varian. Sementara itu, koefisien variasi dapat diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan (expected return) dari suatu aset. Penghasilan (return) yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Koefisien variasi menunjukkan variabilitas return dan biasanya dihitung sebagai nilai persentase. Jika data penghasilan yang diharapkan (expected return) tidak tersedia dapat digunakan nilai rata-rata return.
Pelaku bisnis termasuk petani harus berhati-hati dalam menggunakan varian dan standar deviasi untuk meperbandingkan risiko, karena keduanya bersifat absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk membandingkan aset dengan return yang diharapkan, pelaku bisnis atau petani dapat menggunakan koefisien variasi. Nilai koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi petani sebagai pengambil keputusan dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh. Dengan menggunakan ukuran koefisien variasi, perbandingan di antara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama, yaitu risiko untuk setiap return. Sebagai contoh dari aspek intensitas bencana alam di wilayah Bali yang ditampilkan dibawah ini, dimana wilayah Buleleng merupakan daerah paling sering terjadi bencana (>15kali), Jembrana dan Karangasem 11-15kali, Denpasar dan Gianyar sebanyak 6-10 kali, dan Tabanan, Bangli, serta gianyar <5kali. Dengan demikian wilayah Buleleng memiliki resiko paling tinggi untuk lahan pertanian dan lainnya jika di tinjau dari intensitas bencana alamnya. Data seperti ini dapat digunakan sebagai penilaian/pertimbangan dalam memilih wilayah untuk usahatani agar tidak terjadi kerugian di kemudian hari. Data ini juga bisa digunakan oleh perusahaan penyedia asuransi untuk menilai suatu lahan yang ingin di asuransikan.
Sumber : http://geospasial.bnpb.go.id/2010/09/23/peta-kejadian-bencana-prov- bali-tahun-1979-2009/. Diakses tanggal 12 Oktober 2014
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Penerapan SIG pada bidang pertanian dan khususnya pada bidang Hama dan Penyakit Tumbuhan. Contohnya adalah pemetaan penyebaran penyakit di beberapa wilayah baik itu penyakit lama atau merupakan penyakit baru sehingga dengan pemanfaatan GIS dapat dilakukan pencegahan. Dalam bidang Hama dan Penyakit Tumbuhan, penerapan GIS dilakukan untuk melaksanakan pengendalian secara dini yang bersifat kewilayahan. Dengan pemanfaatan GIS serangan akan adanya penyakit dapat lebih diantisipasi.
Gambar dibawah ini merupakan peta tentang sebaran ramalan untuk serangan OPT wereng coklat di wilayah Indonesia. Dari peta ini terlihat bahwa daerah yang diramalkan mengalami serangan hama wereng coklat paling tinggi adalah Pulau Jawa dengan serangan diatas 675Ha lahan pertaniannya. Diluar itu serangan hama wereng coklat cenderung bervariasi dari 0 6 Ha hingga 211 366 Ha. Daerah Indonesia bagian timur yang cenderung rendah serangan hama wereng coklat dibandingkan daerah lainnya. Dengan data ini petani dapat mempersiapkan antisipasi utuk serangan hama wereng didaerah masing-masing sehingga tidak mengganggu produktivitas tanamannya.
Sumber:http://1.bp.blogspot.com/1auPcFOhV24/T3M1sr3r4rI/AAAAAAAAAHE /hZvp5ozGp6E/s1600/FIX2.jpg. Diakses tanggal 12 Oktober 2014
d. Pemantauan Budidaya Pertanian
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. GIS dapat digunakan untuk pemantauan dalam tahap budidaya tanaman seperti dalam menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa depan. GIS membantu menginventarisasi data data lahan perkebunantebu menjadi lebih cepat dianalisis, seperti pada proses pembibitan, proses penanaman yang dapat dikelola oleh pengelola kebun.
Sebagai contoh dengan penggunaan aplikasi GIS kita dapat mengetahui keadaan tanaman, parameter tanah, informasi mengenai lingkungan tumbuh di lapang,mendeteksi pertumbuhan tanaman, kadar air tanah dan tanaman, hama dan penyakit tanaman, pemetaan sumber daya, irigasi, mengetahui kebutuhan pupuk, menentukan posisi lahan, monitoring lingkungan, dan lain sebagainya. GIS juga dapat digunakan untuk membuat peta persebaran tanaman pangan dalam suatu wilayah, peta persebaran komoditi hortikultura, jenis tanah, dan lain sebagainya. Berikut adalah peta kerusakan tanah di daerah Kecamatan Banyudono. Daerah berwarna hijau tua merupakan daerah yang tidak mengalami kerusakan, daerah berwarna kuning mengalami kerusakan ringan dengan batasan komposisi fraksi, daerah berwrna hijau muda mengalami kerusakan ringan dengan batasan komposisi fraksi dan porositas total, daerah berwarna ungu mengalami kerusakan ringan dengan batasan komposisi fraksi, porositas total, dan derajat pelolosan air, serta daerah berwarna hijau tosca mengalami kerusakan ringan dengan pembatas porositas total. Dari data seperti ini dapat menginformasikan kepada pembaca peta khususnya petani untuk dapat melakukan tindakan terhadap keadaan lahan didaerah ini sehingga dapat menjaga produktivitas tanaman yang di budidayakan demi keberlanjutan usahataninya.
Sumber : http://abuzadan.staff.uns.ac.id/2012/09/20/pedoman-teknis- penyusunan-peta-kondisi-dan-status-kerusakan-tanah-untuk-produksi-biomasa/. Diakses tanggal 12 Oktober 2014
e. Presisi Pertanian
Pertanian Presisi (precision farming/PF) merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan. Hal tersebut berpotensi diperolehnya hasil yang lebih besar dengan tingkat masukan yang sama (pupuk, kapur, herbisida, insektisida, fungisida, bibit), hasil yang sama dengan pengurangan input, atau hasil lebih besar dengan pengurangan masukan dibanding sistem produksi pertanian yang lain. PF mempunyai banyak tantangan sebagai sistem produksi tanaman sehingga memerlukan banyak teknologi yang harus dikembangkan agar dapat diadopsi oleh petani. PF merupakan revolusi dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis teknologi informasi.
Pada saat ini banyak produsen tanaman menerapkan site-specific crop management (SSCM ). Pemantauan hasil secara elektronis (electronic yield monitoring) seringkali menjadi tahap pertama dalam mengembangkan SSCM atau program PF. Data hasil tanaman yang presisi dapat digabungkan dengan data tanah dan lingkungan untuk memulai pelaksanaan pengembangan sistem pengelolaan tanaman secara presisi (precision crop management system).
PF diprediksi pada geo-referencing, yaitu penandaan koordinat geografi untuk titik-titik pada permukaan bumi. Dengan global postioning system (GPS ) dimungkinkan menandai koordinat geografi untuk beberapa objek atau titik dalam 5 cm, walaupun keakuratan dari aplikasi pertanian kisaran umumnya adalah 1 sampai 3 meter. GPS adalah sistem navigasi berdasarkan satelit yang dibuat dan dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS telah terbukti menjadi pilihan dalam postioning system untuk PF. Metode untuk meningkatkan keakuratan pengukuran posisi disebut koreksi diferensial atau DGPS (differential global postiong system). Perangkat keras yang diperlukan adalah GPS receiver, differential correction signal receiver, GPS antenna, differential correctionantenna, dan computer/monitor interface.
PF sebagai teknologi baru yang sudah demikian berkembang di luar Indonesia perlu segera dimulai penelitiannya di Indonesia untuk memungkinkan perlakuan yang lebih teliti terhadap setiap bagian lahan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan hasil, menekan biaya produksi dan mengurangi dampak lingkungan. Maksud tersebut dapat dicapai dengan PF melalui kegiatan pembuatan peta hasil (yield map), peta tanah (soil map), peta pertumbuhan (growth map), peta informasi lahan (field information map), penentuan laju aplikasi (variable rate application), pembuatan yield sensor, pembuatan variable rate applicator, dan lain-lain. Penggabungan peta hasil, peta tanah, peta pertumbuhan tanaman menghasilkan peta informasi lahan (field information map) sebagai dasar perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik lokasi yaitu dengan diperolehnya variable rate application. Pelaksanaan kegiatan ini akan lebih cepat dan akurat apabila sudah tersedia variable rate applicator.
GPS telah terbukti menjadi pilihan dalam postioning system untuk PF. Metode untuk meningkatkan keakuratan pengukuran posisi disebut koreksi diferensial atau DGPS (differential global postiong system). Perangkat keras yang diperlukan adalah GPS receiver, differential correction signal receiver, GPS antenna, differential correction antenna, dan computer/monitor interface. Gambar dibawah ini merupakan kesesuaian lahan untuk tanaman pisang ditinjau dari aspek curah hujan, temperatur dan ketinggian tempatnya, di daerah Bali. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa daerah berwarna hijau merupakan daerah yang sesuai(S1) untuk di tanami pisang, sedangkan wilayah abu-abu merupakan wilayah yang sesuai bersyarat (S2) untuk di tanami pisang, daerah abu-abu juga mencakup daerah yang tidak sesuai untuk ditanami pisang (N) di tinjau dari 3 aspek diatas. Dengan hasil data pemetaan ini petani dapat lebih mudah dalam memilih wilayah untuk menanam pisang dan juga dapat tahu hal apa yang harus dilakukan jika ingin menanam pisang didaerah S2.
Sumber : http://sandi87.blogspot.com/2009_04_01_archive.html. Diakses tanggal 12 Oktober 2014
f. Pengelolaan Sumberdaya Air
GIS bukan sebuah sistem yang mampu membuat keputusan secara otomatis. GIS hanya sebuah sarana untuk mengambil data, menganalisanya, dari kumpulan data berbasis pemetaan untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Teknologi GIS irigasi dapat membantu berbagai kegiatan pekerjaan seperti keputusan luas tanam aman berdasarkan informasi debit, membantu memecahkan masalah yang berkatan dengan kekeringan, atau keputusan tentang lokasi jaringan irigasi mana yang perlu direhabilitasi. GIS juga bisa digunakan untuk membantu meraih keputusan mengenai lokasi bendung baru yang memiliki sedikit mungkin dampak lingkungan atau minimal dalam pembebasan lahan pemukiman, berada di lokasi yang memilki resiko paling sedikit, dan berada pada posisi topografi yang optimal untuk mengairi arel yang paling luas. Rice Irrigation Management System (RIMS) di Tanjung Karang, Malaysia Sistem ini dikembangkan oleh Eltaeb Saeed, Rowshon, M.K., Amin, M.S.M. Tujuan pembangunan RIMS yang didukung teknologi GIS (Geographic Information System) adalah untuk melakukan efisiensi penggunaan air dan meningkatkan produktifitas lahan pertanian. Teknologi GIS berfungsi untuk menyimpan data ke dalam basis data komputer sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa wilayah geografi dalam hal ini wilayah yang dilalui saluran irigasi. Kemampuan sistem RIMS yang menggunakan teknologi GIS dapat mengembangkan manajemen air dengan baik. Sistem RIMS diterapkan di wilayah irigasi Tanjung Karang, Malaysia.
Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Untuk itu dipelukan informasi yang memadai yang bisa digunakan oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi spasial yang sedang berkembang saat ini. Sebagaian besar aplikasi SIG untuk pengelolaan sumberdaya air masih sangat kurang di negara Indonesia meskipun perkembangan SIG sudah maju pesat di negara-negara lain. Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan terpadu mulai dari sumber air sampai dengan pemanfaatannya. Informasi secara spasial akan sangat membantu pada proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya air.
Sebagai contoh dibawah ini tertera peta keadaan lahan di Desa Kopen wilayah Kecamatan Teras Kabupaten Teras Kabupaten Boyolali. Desa ini dulunya mengalir banyak sumber mata air, dengan debit 900 liter perdetik, hal ini dijadikan sebagai pemasok air bagi desa kopen dan daerah sekitarnya. Namun kondisinya saat ini berubah, mata air tidak lagi mengalir seperti sebelumnya.
Kedua gambar di bawah memperlihatkan terjadinya perubahan areal sawah sebelum umbul langse mengering dan setelah umbul Langse mengering. Hal itu ditunjukkan dengan warna kuning yang berarti areal sawah kering yang mengalami penambahan dari sebelum Umbul Langse mengring dan setelah Umbul langse mengering.
Sumber : http://nkhawari.wordpress.com/2010/03/17/program-pengentasan- kemiskinan-di-desa-kopen/. Diakses tanggal 12 Oktober 2014
g. Kajian Biodiversitas Bentang Lahan untuk Kegiatan Pertanian Berlanjut
Dalam aspek konservasi hutan dan keragaman hayati, menentukan area prioritas dan hotspot dari keragaman hayati adalah hal paling mendasar. Aplikasi SIG untuk ini, baik di negara maju maupun di negara berkembang, sudah cukup banyak. Hutan tropis mempunyai peranan yang signifikan dalam perubahan iklim global. SIG merupakan alat yang sangat berguna dalam penelitian perubahan iklim, yaitu dalam hal pengorganisasian data, dalam bentuk basis data global, dan kemampuan analisa spasial untuk pemodelan. Aplikasi SIG untuk penelitian perubahan iklim berkembang pesat, tetapi untuk negara berkembang masih sangat terbatas. Basis data spasial akan semakin penting dalam hal mendukung pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan. Beberapa basis data global yang mencakup area hutan tropis sudah tersedia, yaitu meliputi basis data topografi, hutan tropis basah, iklimglobal, perubahan iklim global, citra satelit, konservasi dan tanah.
Dibawah ini terdapat peta struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang di Provinsi Kalimantan Tengah. Dalam peta ini terdapat kawasan lindung yang terdiri dari kawasan yang berwarna hijau adalah kawasan hutan lindung dan kawasan berwarna ungu adalah kawasan suaka alam. Terdapat juga kawasan hutan produksi terbatas (warna hijau muda), kawasan hutan produksi tetap (Hijau tosca), kawasan hutan tanam industri (warna hijau), dan kawasan budidaya lainnya (warna putih). Dari peta ini juga terdapat atribut yang menunjukan letak sungai gunung dan lainnya. Peta dengan data seperti ini dapat digunakan sebagai acuan pengembangan wilayah setempat sehingga dapat di integrasikan dengan kawasan pendukung sarana dan prasarana disekitarnya misalnya ketersediaan air dan lainnya.
Sumber:http://www.pu.go.id/publik/ind/produk/info_peta/infrastruktur/flash/html/ images/kabupaten/kalteng/kaltengrtrw.htm. Diakses tanggal 12 Oktober 2014
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan pertanian dan perdesaan yang berkelanjutan merupakan isu penting strategis yang universal diperbincangkan dewasa ini. Dalam menghadapi era globalisasi pembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruh pesatnya perkembangan iptek termasuk perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Integrasi yang efektif antara TIK dalam sektor pertanianakan menuju pada pertanian berkelanjutan melalui penyiapan informai pertanian yang tepat waktu relevan, yang dapat memberikan informasi yang tepat kepada petani dalam proses pengambilan keputusan berusahatani untuk meningkatkan produktivitasnya. TIK dapat memperbaiki aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi pasar, input produksi, tren konsumen, yang secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi mereka. Informasi pemasaran, praktek pengelolaan ternak dan tanaman yang baru, penyakit dan hama tanaman/ternak, ketersediaan transportasi, informasi peluang pasar dan harga pasar input maupun output pertanian sangat penting untuk efisiensi produksi secara ekonomi.
3.2 Saran
Setiap mahasiswa harus mampu mengikuti perkembangan teknologi yang terus berkembang pesat. Dimana pada era global yang akan datang akan terdapat banyak sekali tantangan serta hambatan-hambatan yang timbul dari dalam maupun luar. Adanya persaingan harus membuat semangat khususnya bagi para mahasiswa untuk menjadi individu-individu yang memiliki kualitas intelektual yang luar biasa. Salah satunya dengan menguasai serta memahami betul bagaimana penggunaan GIS dalam kegiatan pertanian yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Blackmore S. (1994). Precision Farming : an overview. Agricultural Engineer 49(3):86-88. Chiericati. (2007). Precision farming : environmental legitimation, commodification of information, and industrial coordination. The Rural Sosiological Society. Rural Sociology 62(2):180-206 Kuhar JE, editor (1997). The Precision-Farming : Guide for Agriculturist. Illinois: John Deer Publishing. Keraf. 2002. Pemanfaatan Teknologi Pertanian GIS dalam PemanfaatanPenggunaan Lahan.http://a1l109008.blogspot.com/2012/06/pemanfaatan-teknologi- pertanian-gis.html. Diakses tanggal 12 oktober 2014.
Subaryono, 2005, Pengantar Sistem Informasi Geografis. Jurusan Teknik. Geodesi, FT UGM. Yogyakarta.
Suryana, A., A. Adimihardja, A. Mulyani, Hikmatullah, dan A.B. Siswanto. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Tinjauan aspek kesesuaian lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.