Anda di halaman 1dari 8

KEMISKINAN DAN GAGASAN EKONOMI KERAKYATAN

ARLAN ARIFUDDIN (02320120097)


CAHYADI PRASETYO (02320120117)
LA ODE ABDUL RAKHMAN (02320120179)
ZASLY AZMURANDY (02320120179)
ANDI DHARMA EKA SAPUTRA (02320120253)




A.PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan suatu fenomena yang selalu diusahakan untuk diminimalisasi
atau bahkan bila memungkinkan dihilangkan. Namun dalam kenyataan, kemiskinan masih selalu
melekat dalam setiap sendi kehidupan manusia, tidak terkecuali di Indonesia sehingga
membutuhkan suatu upaya penanggulangan kemiskinan yang komprehensif, integral dan
berkelanjutan.

Ekonomi kerakyatan beberapa waktu terakhir menjadi istilah baru yang banyak
didiskusikan dalam berbagai forum dan dianggap oleh banyak pihak sebagai sebuah strategi
dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Bukan tanpa alasan apabila ekonomi kerakyatan
seolah-olah menjadi trendsetter baru dalam wacana pembangunan. Ambruknya ekonomi
Indonesia yang selama beberapa dasawarsa selalu dibanggakan, memaksa berbagai pihak
meneliti kembali struktur perekonomian Indonesia. Berbagai kajian yang dilakukan berhasil
menemukan satu faktor kunci yang menyebabkan keambrukan ekonomi Indonesia yaitu
ketergantungan ekonomi Indonesia pada sekelompok kecil usaha dan konglomerat yang ternyata
tidak memiliki struktur internal yang sehat. Ketergantungan tersebut merupakan konsekuensi
logis dari kebijakan ekonomi neoliberal yang mengedepankan pertumbuhan dengan asumsi
apabila pertumbuhan tinggi dengan sendirinya akan membuka banyak lapangan kerja, dan karena
banyak lapangan kerja maka kemiskinan akan berkurang. Kebijakan ekonomi tersebut ternyata
menghasilkan struktur ekonomi yang tidak seimbang.


B.PENGERTIAN EKONOMI KERAKYATAN

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan
ekonomi rakyat.Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha
yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola
sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut
sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan,
kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan
keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.

Secara ringkas Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi
kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat local dalam
mempertahan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan
dan keterampilan masyarakat local dalam mengelola lingkungan dan tanah
mereka secara turun temurun. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub
sisten antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya
kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua
kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya
hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri.
Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga
tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada.

Gagasan ekonomi kerakyatan dikembangkan sebagai upaya alternatif dari para
ahli ekonomi Indonesia untuk menjawab kegagalan yang dialami oleh negara negara
berkembang termasuk Indonesia dalam menerapkan teori pertumbuhan. Penerapan teori
pertumbuhan yang telah membawa kesuksesan di negara negara kawasan Eropa ternyata telah
menimbulkan kenyataan lain di sejumlah bangsa yang berbedaPertumbuhan ekonomi tetap
merupakan pertimbangan prioritas, tetapi pelaksanaannya harus serasi dengan pembangunan
nasional yang berintikan pada manusia pelakunya.


C.KARAKTERISTIK & PRINSIP EKONOMI KERAKYATAN

Ekonomi kerakyatan memiliki 3 (tiga) karakteristik, sebagai berikut.

To elevate property, meningkatkan kemampuan rakyat dari lower class menjadi middle class,
misalnya dalam jangka waktu 10-15tahun.
Setiap pembangunan adalah peningkatan produktivitas maka ekonomi kerakyatan diharapkan
mampu meningkatkan produktivitas masyarakat marginal.
Ekonomi kerakyatan memberikan nonphysical gain, contohnya keterampilan, manajemen, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta semua aset sumber daya manusia.

Tiga prinsip dasar ekonomi kerakyatan adalah sebagai berikut:

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
Bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Oleh karena itulah, dapat disimpulkan bahwa substansi dari ekonomi kerakyatan
mencakup tiga hal sebagai berikut :

Pertama, Adanya partisipasi penuh seluruh anggota masyarakat dalam proses pembentukan
produksi nasional. Partisipasi penuh seluruh masyarakat dalam proses pembentukan produksi
nasional ini sangat penting artinya bagi ekonomi kerakyatan. Dengan cara demikian seluruh
masyarakat mendapat bagian dari hasil produksi nasional itu. Sebab itu, sebagaimana ditegaskan
oleh pasal 27 UUD 1945, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.

Kedua, Adanya partisipasi penuh anggota masyarakat dalam turut menikmati hasil produksi
nasional. Artinya, dalam rangka ekonomi kerakyatan, tidak boleh ada satu orang pun yang tidak
ikut menikmati hasil produksi nasional, termasuk fakir miskin dan anak terlantar. Hal itu
dipertegas oleh Pasal 34 UUD 1945 yang mengatakan, Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara.

Ketiga, Pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi nasional harus berada di bawah
pimpinan atau pemilikan anggota masyarakat. Artinya, dalam sistem ekonomi kerakyatan,
kedaulatan ekonomi harus berada di tangan rakyat. Bukan di tangan para pemilik modal
sebagaimana dalam sistem ekonomi pasar neoliberal. Walaupun misalnya kegiatan pembentukan
produksi nasional dilakukan oleh para pemodal asing, kegiatan-kegiatan itu harus tetap berada di
bawah pengawasan dan pengendalian masyarakat.




D. EKONOMI KERAKYATAN, NEOLIBERALISME DAN KEYNESIAN

Ekonomi kerakyatan sangat berbeda dari neoliberalisme. Neoliberalisme, sebagaimana dikemas
oleh ordoliberalisme, adalah sebuah sistem perekonomian yang dibangun di atas tiga prinsip
sebagai berikut:

Tujuan utama ekonomi neoliberal adalah pengembangan kebebasan individu untuk bersaing
secara bebas-sempurna di pasar.

Kepemilikan pribadi terhadap faktor-faktor produksi diakui.

Pembentukan harga pasar bukanlah sesuatu yang alami, melainkan hasil dari penertiban pasar
yang dilakukan oleh negara melalui penerbitan undang-undang.

Berdasarkan ketiga prinsip tersebut maka peranan negara dalam neoliberalisme
dibatasi hanya sebagai pengatur dan penjaga bekerjanya mekanisme pasar. Dalam
perkembangannya, sebagaimana dikemas dalam paket Konsensus Washington, peran negara
dalam neoliberalisme ditekankan untuk melakukan empat hal sebagai berikut.

Pelaksanaan kebijakan anggaran ketat, termasuk penghapusan subsidi.
Liberalisasi sektor keuangan.
Liberalisasi perdagangan.
Pelaksanaan privatisasi BUMN.

Selain itu terdapat pula persamaan dan perbedaan antara Ekonomi Keynesian dan
Ekonomi Kerakyatan. Persamaannya adalah keduanya bertujuan menciptakan lapangan kerja
baru, melalui peningkatan pendapatan, menciptakan daya beli, dan permintaan efektif (effective
demand). Keduanya adalah juga skema ekonomi "Dorongan Besar" (Big Push) seperti dipikirkan
oleh Hirshman.
Sedangkan Perbedaannya, dalam Keynesian seperti dilaksanakan pada program
New Deal AS dan pemulihan ekonomi Eropa Barat pasca-Perang Dunia II, lapangan kerja
diwujudkan melalui pembentukan unit ekonomi skala besar yang didukung teknologi tinggi.
Sebaliknya, dalam Ekonomi Kerakyatan kegiatan ekonomi digerakkan oleh usaha-usaha skala
kecil dengan dukungan teknologi madya melalui industrialisasi pedesaan yang mencakup juga
mekanisasi pertanian. Perbedaan lain adalah bahwa fokus Ekonomi Keynesian adalah penciptaan
lapangan kerja dan permintaan efektif untuk menggerakkan industri yang telah mencapai
kelebihan produksi, sedangkan Ekonomi Kerakyatan lebih bertujuan untuk pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat (basic needs) yang berorientasi pada pasar domestik.

E.Peran Negara Dalam Ekonomi

Ekonomi Kerakyatan

1. Menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan,
mengembangkan koperasi (Pasal 33 ayat 1).
2. Menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak; mengembangkan BUMN (Pasal 33 ayat 2).
3. Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di
dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat 3).
4. Mengelola anggaran negara untuk kesejahteraan rakyat; memberlakukan pajak progresif dan
memberikan subsidi.
5. Menjaga stabilitas moneter.
6. Memastikan setiap warga negara memperoleh haknya untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2).
7. Memelihara fakir miskin dan anak terlantar (Pasal 34).

Kapitalisme

Negara Kesejahteraan

1. Mengintervensi pasar untuk menciptanya kondisi kesempatan kerja penuh.

2. Menyelenggarakan BUMN pada cabang-cabang produksi yang tidak dapat diselenggarakan
oleh perusahaan swasta.

3. Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan pembangunan.

4. Mengelola anggaran negara untuk kesejahteraan rakyat; memberlakukan pajak progresif
dan memberikan subsidi.

5. Menjaga stabilitas moneter.

6. Memastikan setiap warga negara memperoleh haknya untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak.

7. Memelihara fakir miskin dan anak terlantar.

Ekonomi Neoliberal

1. Mengatur dan menjaga bekerjanya mekanisme pasar, mencegah monopoli.

2. Mengembangkan sektor swasta dan melakukan privatisasi BUMN.

3. Memacu laju pertumbuhan ekonomi, termasuk dengan menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi masuknya investasi asing.
4. Melaksanakan kebijakan anggaran ketat, termasuk menghapuskan subsidi.


5. Menjaga stabilitas moneter.

6. Melindungi pekerja perempuan, pekerja anak, dan bila perlu menetapkan upah minimum.
F.Tujuan yang diharapkan Sistem Ekonomi Kerakyatan

Membangun Indonesia yang berdikiari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan
berkepribadian yang berkebudayaan
Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan
Mendorong pemerataan pendapatan rakyat
Meningkatkan efisiensi perekonomian secara nasional

LIMA HAL POKOK YANG HARUS SEGERA DIPERJUANGKAN AGAR SISTEM
EKONOMI KERAKYATAN TIDAK HANYA MENJADI WACANA SAJA

Peningkatan disiplin pengeluaran anggaran dengan tujuan utama memerangi praktek Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam segala bentuknya
Penghapusan monopoli melalui penyelenggaraan mekanisme persaingan yang berkeadilan (fair
competition)
Peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah
Penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada petani penggarap
Pembaharuan UU Koperasi dan pendirian koperasi-koperasi sejati dalam berbagai bidan usaha
dan kegiatan. Yang perlu dicermati, peningkatan kesejahteraan rakyat dalam konteks ekonomi
kerakyatan tidak didasarkan pada paradigma lokomatif, melainkan pada paradigma fondasi.

G.TANTANGAN EKONOMI KERAKYATAN

Pertanyaannya, bagaimanakah situasi perekonomian Indonesia saat ini? Artinya,
sebagai amanat konstitusi, sejauh manakah ekonomi kerakyatan telah dilaksanakan di Indonesia.
Sebaliknya, benarkah perekonomian Indonesia lebih didominasi oleh pelaksanaan agenda-
agenda ekonomi neoliberal sebagaimana banyak diperbincangkan belakangan ini?

Dua hal berikut perlu mendapat perhatian dalam menjawab pertanyaan tersebut.
Pertama, sebagai sebuah negara yang mengalami penjajahan selama 3,5 abad, perekonomian
Indonesia tidak dapat mengingkari kenyataan terbangunnya struktur perekonomian yang
bercorak kolonial di Indonesia. Sebab itu, ekonomi kerakyatan pertama-tama harus dipahami
sebagai upaya sistematis untuk mengoreksi struktur perekonomian yang bercorak kolonial
tersebut. Kedua, liberalisasi bukan hal baru bagi Indonesia, tetapi telah berlangsung sejak era
kolonial.


H.EKONOMI KERAKYATAN KE DEPANNYA


Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah Sistem Ekonomi Nasional Indonesia yang
berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan
sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat. Pemihakan dan perlindungan ditujukan pada ekonomi
rakyat yang sejak zaman penjajahan sampai 57 tahun Indonesia merdeka selalu terpinggirkan.
Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi nasional yang berkeadilan sosial adalah berdaulat di
bidang politik, mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya.
Moral Pembangunan yang mendasari paradigma pembangunan yang berkeadilan sosial
mencakup:

Peningkatan partisipasi dan emansipasi rakyat baik laki-laki maupun perempuan dengan otonomi
daerah yang penuh dan bertanggung jawab;
Penyegaran nasionalisme ekonomi melawan segala bentuk ketidakadilan sistem dan kebijakan
ekonomi;
Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang multidisipliner dan multikultural.
Pencegahan kecenderungan disintegrasi sosial;
Penghormatan hak-hak asasi manusia (HAM) dan masyarakat;
Pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu ekonomi dan sosial di sekolah-sekolah
dan perguruan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai