Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan ridho
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang suku bangsa di indonesia ini tanpa
menemuai hambatan yang berarti.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada demua
pihak yang telah mendukung terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca,
demi perbaikan makalah ini di kemudian hari.
Demikian, kami harap buku ini dapat dipergunakan sebaik baiknya dan dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita senua. Amien.
Bengkulu, 3 Agustus 2011
Ketua kelompok
Robbie Shugara

==================================================================
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar
..............................................................................................................................
Daftar isi
........................................................................................................................................
Pendahuluan
.................................................................................................................................
Isi........................................................................................................................................
...........
Penutup
........................................................................................................................................
Daftar pustaka
..............................................................................................................................


==================================================================

UPAYA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
A. PEMBENTUKAN BPUPKI
1. Latar Belakang
Memasuki awal tahun 1944, kedudukan Jepang dalam perang Pasifik semakin
terdesak. Angkatan Laut Amerika Serikat dipimpin Laksamana Nimitz berhasil
menduduki posisi penting di Kepulauan Mariana seperti Saipan, Tidian dan Guan yang
memberi kesempatan untuk Sekutu melakukan serangan langsung ke Kepulauan
Jepang. Sementara posisi Angkatan Darat Amerika Serikat yang dipimpin oleh Jendral
Douglas Mac Arthur melalui siasat loncat kataknya berhasil pantai Irian dan
membangun markasnya di Holandia (Jayapura). Dari Holandia inilah Mac Arthur akan
menyrang Filipina untuk memenuhi janjinya. Di sisi lain kekuatan Angkatan Laut Sekutu
yang berpusa di Biak dan Morotai berhasil menghujani bom pada pusat pertahanan
militer Jepang di Maluku, Sulawesi, Surabaya dan Semarang. Kondisi tersebut
menyebabkan jatuhnya pusat pertahanan Jepang dan merosotnya semangat juang
tentara Jepang. Kekuatan tentara Jepang yang semula ofensif berubah menjadi
defensif (bertahan).
2. Pengertian dan Tujuan BPUPKI
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( Dokuritsu Junbi
Cosakai ) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara
Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan
menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI diketuai
oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P.
Soeroso.
BPUPKI diresmikan pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sangi In di jalan Pejabon,
Jakarta. Upacara peresmiannya dihadiri 2 Orang Pejabat Jepang, Yaitu Jendral Itagaki (
panglima Ketujuh yang bermarkas di Singapura ) dan Letnan Jenderal Nagano ( panglima
Tentara ke enam yang baru ).
Pada saat peresmian dikibarkan pula bendera Jepang, Hinomaru oleh Mr. A.G.
Pringgodigdo yang disusul pengibaran bendera Indonesia, Merah Putih oleh Toyohito Masuda.
3. Anggota Anggota BPUPKI
1. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Ketua)
2. R.P. Soeroso (Wakil Ketua)
3. ichibangase Yosio (Wakil Ketua) - orang Jepang
4. Ir. Soekarno
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Muhammad Yamin
7. Prof. Dr. Mr. Soepomo
8. KH. Wachid Hasjim
9. Abdoel Kahar Muzakir
10. Mr. A.A. Maramis
11. Abikoesno Tjokrosoejoso
12. H. Agoes Salim
13. Mr. Achmad Soebardjo
14. Prof. Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
15. Ki Bagoes Hadikoesoemo
16. AR Baswedan
17. Soekiman
18. Abdoel Kaffar
19. R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
20. KH. Ahmad Sanusi
21. KH. Abdul Halim
22. Liem Koen Hian
23. Tan Eng Hoa
24. Oey Tiang Tjoe
25. Oey Tjong Hauw
26. Drs. Yap Tjwan Bing.
4. Kegiatan BPUPKI
a. RAPAT PERTAMA
Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta
yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung
tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR pada zaman kolonial Belanda.
Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan
harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Pada rapat pertama ini terdapat 3
orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya
mengemukakan lima asas yaitu:
1. peri kebangsaan
2. peri ke Tuhanan
3. kesejahteraan rakyat
4. peri kemanusiaan
5. peri kerakyatan
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu
1. persatuan
2. mufakat dan demokrasi
3. keadilan sosial
4. kekeluargaan
5. musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut
Pancasila yaitu:
a. kebangsaan Indonesia
b. internasionalisme dan peri kemanusiaan
c. mufakat atau demokrasi
d. kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau bilamana
diperlukan dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:
a. Sosionasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan yang berkebudayaan
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali
disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan upaya
Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah dalam satu-kesatuan.
Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah Pancasila, namun konsep
bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan serta redaksi yang
sedikit berbeda.
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI
mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.
b. RAPAT KEDUA
Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk negara,
wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan
keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Dalam rapat ini dibentuk
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19 orang dengan ketua Ir.
Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikoesno Tjokrosoejoso dan
Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta.
Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni
wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-
Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya.
Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil
beranggotakan 7 orang yaitu:
1. Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota)
2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. A.A. Maramis
5. Mr. R.P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Soekiman
Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk
membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia
Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut tercantum
tiga masalah pokok yaitu: a. pernyataan Indonesia merdeka b. pembukaan UUD c.
batang tubuh UUD
Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil
tiga alenia pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir
seluruhnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.
c. MASA ANTARA RAPAT PERTAMA DAN KEDUA
Dalam masa reses (masa istirahat) antara Sidang I BPUPKI dengan Sidang II
BPUPKI, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar negara,
sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai masukan.
Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia Sembilan
dengan susunan sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)
5. KH. Wachid Hasyim (anggota)
6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. A.A. Maramis (anggota)
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis)
dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu
dan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta
(Jakarta Charter) yang berisikan: a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya b. Kemanusiaan yang adil dan beradab c. Persatuan
Indonesia d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
B. PEMBENTUKAN PPKI
1. Latar belakang dan pembentukan PPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI atau Dokurtsu Junbi Cosakai dibubarkan oleh
Jepang karena dianggap terlalu cepat mewujudkan kehendak Indonesia merdeka dan mereka
menolak adanya keterlibatan pemimpin pendudukan Jepang dalam persiapan kemerdekaan
Indonesia.
Pada tanggal itu pula dibentuk PPKI atau Dokuritsu Junbi Inkai, dengan anggota
berjumlah 21 orang terdiri dari 12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi,
1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari maluku, 1 orang dari
Tionghoa.
2. Susunan Anggota PPKI
ketua : Ir Soekarno
wakil ketua : Moh Hatta
penasehat : Ahmad Subardjo
anngota : R.A.A Wiranata Kusumah
ki Hajar Dewantoro
Mr. Kosman singodimejo
Sayuti Melik
Iwa Kusuma Sumantri
3. Tujuan PPKI dan Kegiatannya
Tugas PPKI adalah menyusun rencana kemerdekaan Indonesia yang telah dihasilkan
BPUPKI. PPKI pada dasarnya dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai upaya
untuk menarik simpati dari berbagai golongan.
PPKI secara simbolik dilantik oleh Jendral Terouchi dengan mendatangkan Ir. Soekarno,
Drs. M. Hatta dan juga Rajiman Wedyodiningrat (mantan ketua BPUPKI) ke Saigon pada
tanggal 9 Agustus 1945. Dalam pidato pelantikannya Terauchi menerangkan bahwa cepat atau
lambat kemerdekaan bisa diberikan, tergantung pada cara kerja PPKI. adapun wilayah
Indonesia, maka wilayah Indonesia akan meliputi bekas Hindia Belanda. Bahkan dari hasil
pertemuan tanggal 11 Agustus 1945, rencana kemerdekaan akan diberikan tanggal 24 Agustus
1945.
Setelah pembentukannya PPKI tidak dapat berbuat banyak, karena kegiatannya
terganggu oleh gerakan para pemuda yang berkeinginan agar pemimpin PPKI yaitu Ir.
Soekarno dan Drs. M. Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia khususnya
pada tanggal 15 Agustus 1945, setelah para pemuda mendengar berita kekalahan Jepang atas
Sekutu akibat pemboman kota Hiroshima 6 Agustus 1945 dan Nagasaki 9 Agustus 1945.
C. PERISTIWA PENTING SEPUTAR PROKLAMASI
1. Peristiwa Rengas Dengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan" yang
dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l. Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan
"Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945
pukul 04.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian
didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan
terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr.
Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian.
Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut
kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua
anggota PETA mendukung rencana tersebut.
2. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
sekitar pukul 21.00 WIB Soekarno Hatta sudah sampai di Jakarta dan
langsung menuju ke rumah Laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta
untuk menyusun teks proklamasi. Dalam kondisi demikian, peran Laksamana Maeda
cukup penting. Pada saat-saat yang genting, Maeda menunjukkan kebesaran moralnya,
bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan hak dari setiap bangsa,
termasuk bangsa Indonesia.
Tokoh yang terlibat dalam perumusan teks proklamasi antara lain, Ir.
Soekarno, Mohammad Hatta dan Ahmad Soebarjo.
3. Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Setelah rumusan teks proklamasi selesai dirumuskan muncul permasalahan,
siapa yang akan menandatangani teks proklamasi? Soekarno mengusulkan agar
semua yang hadir dalam rapat tersebut menandatangani naskah proklamasi sebagai
Wakilwakil Bangsa Indonesia. Usulan Soekarno tidak disetujui para pemuda sebab
sebagian besar yang hadir adalah anggota PPKI, dan PPKI dianggap sebagai badan
bentukan Jepang. Kemudian Sukarni menyarankan agar Soekarno Hatta yang
menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia. Saran dan usulan
Sukarni diterima.
Langkah selanjutnya, Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik
konsep teks proklamasi dengan beberapa perubahan, kemudian ditandatangani oleh
Soekarno Hatta. Perubahan-perubahan tersebut meliputi:

a. kata tempoh diubah menjadi tempo,
b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi Atas nama bangsa Indonesia, dan
c. tulisan Djakarta, 17-8-05 diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun 05.
Naskah hasil ketikan Sayuti Melik merupakan naskah proklamasi yang
autentik. Malam itu juga diputuskan bahwa naskah proklamasi akan dibacakan pukul
10.00 pagi di Lapangan Ikada, Gambir. Tetapi karena ada kemungkinan timbul
bentrokan dengan pasukan Jepang yang terus berpatroli, akhirnya diubah di kediaman
Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sejak pagi hari tanggal 17 Agustus
1945 di kediaman Ir. Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah diadakan
berbagai persiapan untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kurang
lebih pukul 09.55 WIB, Drs. Mohammad Hatta telah datang dan langsung menemui Ir.
Soekarno. Sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno
menyampaikan pidato yag intinya adalah sebagai berikut :
- Meski mengalami pasang surut, perjuangan bangsa indonesia untuk mencapai
kemerdekaan tidak pernah berhenti
- Dengan tenaga dan kekuatan sendiri, bangsa indonesia bertekat bulat menentukan
nasib bangsa dan tanah airnya.
4. Penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan
Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat
dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks
proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei, Waidan B.
Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama
Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita
proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan
tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab
mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita
proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan.
Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat
siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa
memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal
20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang
masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf
Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar
baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan
Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan
DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara
langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para
utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.

a. Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
b. Sam Ratulangi dari Sulawesi.
c. Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
d. A. A. Hamidan dari Kalimantan.
D. PEMBENTUKKAN KELENGKAPAN NEGARA
1. Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945
a. Mengsahkan UUD 1945
b. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden
c. Sebelum dibentukknya MPR, sementara tugas presiden dibantu KNIP
2. Sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945
a. Pembagian wilayah atas 8 Provinsi dan gubernurnya
1. Sumatera : Teuku Mohammad Hasaan
2. Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo
3. Jawa Tengah : R. Panji Surono
4. Jawa Timur : R.M. Suryo
5. Sunda Kecil : Mr. I. Gusti Ketut Puja
6. Maluku : Mr. J. Latuharhary
7. Sulawesi : R. G.S.S.J. Ratulangi
8. Kalimantan : Ir. Pangeran Mohammad Noor
b. Membentuk komite Nasional ( daerah )
c. Menetapkan 12 departemen beserta menterinya, 4 menteri negara dan pejabat
tinggi negara
- 12 departemen beserta menterinya
1. Departemen Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah
2. Departemen Luar Negeri : Mr. Ahmad Subardjo
3. Departemen Kehakiman : Prof. Dr. Mr. Supomo
4. Departemen Keuangan : Mr. A.A Maramis
5. Departemen Kemakmuran : Surachman Cokroadisurjo
6. Departemen Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmojo
7. Departemen Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan : Ki Hajar Dewantara
8. Departemen Sosial : Iwa Kusumasumantri
9. Departemen Pertahanan : Supriyadi
10. Departemen Perhubungan : Abikusno Tjokrosuyoso
11. Departemen Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosuyoso
12. Departemen Penerangan : Mr. Amir Syarifudin
- 4 Menteri negara
1. Menteri negara : Wachid Hasyim
2. Menteri negara : M. Amir
3. Menteri negara : R. Otto Iskandardinata
4. Menteri negara : R.M Sartono
- Pejabat Tinggi negara
1. Ketua Mahkamah Agung : Dr. Mr. Kusumaatmaja
2. Jaksa Agung : Mr. Gatot Tarunamihardja
3. Sekretaris negara : Mr. A.G. Pringgodigdo
4. Juru bicara negara : Soekarjo Wirjopranoto
3. Sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945
a. Pembentukkan Komite Nasional
Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (PemiluAnggota KNIP
dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas
kepresidenan. Namun, kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga
mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP
tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan
Maklumat Pemerintah RI No. X yang isinya meliputi hal-hal berikut.
1. KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat
undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
2. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah
Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari
tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite
Nasional Indonesia.
Susunan Pengurus KNIP
1. Ketua : Mr. Kasman Singodimejo
2. Wakil Ketua I : Sutarjo Kartohadiprojo
3. Wakil Ketua II : Mr. J. Latuharhary
4. Wakil Ketua III : Adam Malik
b. Pembentukan Pertai Nasional Indonesia
Partai Nasional indonesia pada awal pembentukannya bertujuan untuk dijadikan
partai tunggal di indonesia. Sedangkan tujuan menurut PPKI adalah mewujudkan
Negara Republik Indonesia yang berdaulat , adil dan makmur.
Maka setelah itu bermunculanlah berbagai partai politik, diantaranya : Masyumi,
Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata,
Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.
c. Pembentukkan Badan Keamanan Rakyat ( BKR )
Sehubungan dengan pembentukkan badan keamanan rakyat, PPKI memutuskan
beberapa hal, antara lain :
1. Rencana pembelaan negara oleh BPUPKI yang mengundang politik peperangan tidak
diterima karena bangsa indonesia menjalnkan politik perdamaian
2. PETA di Jawa dan di Bali serta LASKAR RAKYAT di Sumatera segera dibubarkan
3. Para anggota HEIHO dengan segera diberhentikan
4. Untuk kedaulatan Negara Republik Indonesia Merdeka, tentara kebangsaan Indonesia
harus selekasnya dibentuk oleh presiden
Sebagai tindak lanjut dari keputusan PPKI tersebut, maka dibentuklah Badan
Keamanan Rakyat ( BKR )yang ditetapkan sebagai Badan dan Penolong Keluarga
Korban Perang ( BPKKP ) dengan tugas memelihara keselamatn rakyat.

================================================================
DAFTAR PUSTAKA
LKS Sejarah, Penerbit GEMILANG
http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia
http://www.crayonpedia.org/mw/BAB11._PERISTIWA_SEKITAR_PROKLAMASI_DAN_PEMBE
NTUKAN_NEGARA_KESATUAN_REPUBLIK_INDONESIA
http://jamarisonline.blogspot.com/2011/04/nama-provinsi-dan-gubernur-awal.html
http://oliviaqueen.wordpress.com/hasil-hasil-sidang-ppki/
http://pustaka.ictsleman.net/normatif/sejarah/2_2_pendudukan_jepang_di_indonesia/sej
204_17.htm

Anda mungkin juga menyukai