Anda di halaman 1dari 8

P PE EN ND DI I D DI I K KA AN N D DA AN N P PE EL LA AT TI I H HA AN N ( (D DI I K KL LA AT T) ) T TE EK KN NI I S S

P PE EN NG GU UK KU UR RA AN N D DA AN N P PE EM ME ET TA AA AN N K KO OT TA A
S Su ur ra ab ba ay ya a, , 9 9 2 24 4 A Ag gu us st tu us s 2 20 00 04 4

FAKULTAS TEKNI K SI PI L DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Materi : Bab X. SUDUT, ARAH, DAN AZIMUT
Pengajar : Lalu Muhammad Jaelani, ST

BAB X. SUDUT, ARAH, DAN AZIMUT
Oleh:
Lalu Muhammad Jaelani, ST Prodi Teknik Geodesi FTSP ITS Surabaya

10.1 Pendahuluan
Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran sudut dan arah.
Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan azimut. Sudut
yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan menjadi sudut horizontal dan sudut
vertikal. Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut
arah dan azimut, sementara sudut vertikal untuk penentuan sudut zenith.
Sudut-sudut dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
sudut diukur di lapangan dengan kompas, theodolit kompas, theodolit biasa ataupun sextan.
Sedangkan secara tidak langsung dapat diukur dengan metode pita, yang harganya dihitung
dari hubungan kuantitas yang diketahui dalam sebuah segitiga atau bentuk geometrik
sederhana lainnya.
Tiga persyaratan dasar untuk menentukan sebuah sudut diantaranya adalah garis
awal atau acuan, arah perputaran dan jarak (besar) sudut.








Gambar 10.1 Persyaratan Dasar Dalam Penentuan Sudut

10.2 Satuan Pengukuran Sudut
Ada beberapa sistem untuk menyatakan besarnya sudut, diantaranya yaitu :
Sistem Seksagesimal
Dalam sistem seksagesimal keliling lingkaran dibagi dalam 360 bagian yang disebut
derajad. 1
0
(1 derajad) = 60 (60 menit) dan 1 = 60 (60 detik).
Sistem Sentisimal
Dalam sistem sentisimal keliling lingkaran dibagi dalam 400 bagian yang disebut grade.
1
g
(1 grade) = 100
c
(100 centigrade) dan 1
c
= 100
cc
(100 centicentigrade).
X - 1

Sistem Radial
Dalam sistem radial keliling lingkaran dibagi dalam bagian yang disebut dengan satu
radial.
Sistem Waktu,
Sistem waktu digunakan dalam pengukuran astronomi. Dimana, 360 = 24 jam; 1 jam
=15

10.3 Bacaan Sudut dan Sudut.
Bacaan sudut merupakan bacaan sudut pada Theodolit (alat sejenis) ketika
membidik arah tertentu. Sudut merupakan selisih antara dua bacaan sudut. Alat diletakkan
di titik A, diarahkan ke B, bacaan sudutnya adalah 30. Alat kemudian diputar ke kanan dan
diarahkan ke C, diperoleh bacaan sudut 90.
Maka sudut BAC = Sudut Bacaan AC - Sudut Bacaan AB = 90-30 = 60.




Gambar 10.2. Bacaan Sudut dan Sudut

10.4 J enis-jenis Sudut Horizontal
Jenis-jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam pekerjaan pengukuran
tanah adalah sudut dalam, sudut ke kanan dan sudut belokan. Karena ketiga jenis sudut
diatas sangat berbeda maka jenis sudut yang dipakai harus ditunjukkan dengan jelas dalam
catatan lapangan.
Sudut dalam, terlihat dalam gambar 10.3, ada di sebelah dalam poligon tertutup dan
sudut luar terletak di luar poligon tertutup. Sudut luar merupakan axplement (pelingkar) dari
sudut dalam. Keuntungan mengukur sudut luar adalah penggunaannya sebagai pengecekan,
karena jumlah sudut dalam dan sudut luar pada satu stasiun (titik) harus sama dengan
360. Seperti digambarkan dalam gambar 10.3, sudut dalam dapat diputar searah jarum
jam (ke kanan) atau berlawanan jarum jam (ke kiri). Menurut definisi, sudut ke kanan
diukur searah jarum jam dari stasiun belakang ke stasiun depan. Catatan, selama
pengukuran berjalan, biasanya stasiun diberi nama urutan hurup abjad atau angka naik.
Perhatikan bahwa poligon pada gambar 10.3 adalah kanan dan kiri yaitu sama
dalam bentuk tetapi berkebalikan seperti tangan kanan dan tangan kiri. Gambar 10.3 (b)
ditunjukkan hanya untuk menekankan bahwa sebuah kesalahan serius dapat terjadi jika
X - 2

sudut-sudut searah dan berlawanan arah jarum jam dicampur aduk. Karenanya harus
dipakai prosedur yang seragam, misalnya bila mungkin selalu mengukur sudut searah jarum
jam dan arah putaran ditunjukkan dalam buku lapangan dengan sebuah sketsa.





(
(a) Kanan (b) Kiri
Gambar 10.3 Sudut Dalam
Sudut belokan (gambar 10.4) diukur ke kanan (searah jarum jam) dari perpanjangan
garis belakang ke stasiun depan. Sudut belokan selalu lebih kecil dari 180 derajad dan arah
putaran ditentukan dengan jalan menambahkan ka dan ki pada harga numerisnya. Jadi,
sudut B dalam gambar 10.4 adalah Kanan (Ka) dan sudut di C adalah Kiri (ki)






Gambar 10.4 Sudut Belokan
10.5 Arah Garis
Arah sebuah garis adalah sudut horizontal antara garis itu dengan garis acuan yang
telah dipilih (misalnya meridian)

10.6 Sudut Arah (Bearing)
Sudut arah merupakan satu sistem penentuan arah garis dengan memakai sebuah
sudut dan huruf-huruf kuadran. Sudut arah sebuah garis adalah sudut lancip horizontal
antara sebuah meridian acuan dan sebuah garis. Sudutnya diukur dari utara maupun selatan
ke arah timur ataupun barat, untuk menghasilkan sudut kurang dari 90. Kuadran yang
terpakai ditunjukkan dengan huruf U atau S mendahului sudutnya dan T atau B
mengikutinya. Contoh U80T. Dalam gambar 10.5, semua sudut arah dalam kuadran UOT
diukur searah jarum jam dari meridian. Jadi Sudut arah garis OA adalah U70T. Semua
sudut arah dalam kuadran SOT adalah berlawanan arah jarum jam dari meridian, sehingga
X - 3

OB adalah S35T. Demikian pula dengan sudut arah OC adalah S55B dan untuk OD,
U30B.







Gambar 10.5 Bearing

10.7 Menghitung Sudut Arah
Dalam pengukuran poligon, diperlukan sudut arah (atau Azimut). Sebuah poligon
adalah serangkaian jarak dan sudut, atau jarak dan sudut arah, atau jarak dan azimut yang
menghubungkan titik-titik yang berurutan. Garis-garis bidang tanah milik, membentuk
poligon jenis poligon tertutup. Sebuah pengukuran jalan raya dari satu kota ke kota lainnya
biasanya merupakan poligon terbuka, tetapi bila mungkin harus ditutup dengan pengikatan
pada titik-titik yang diketahui koordinat, yang dekat dengan titik awal dan titik akhir.
Hitungan sudut arah sebuah garis disederhanakan dengan gambar sketsa gambar
10.6. Dalam gambar 10.6 (a) anggaplah sudut arah garis AB adalah U4135T dan sudut di
B berputar searah jarum jam (kekanan) dari garis BA yang diketahui, adalah 12911.
Kemudian sudut arah garis BC adalah 180 - (41 35+12911) = 914, dan dari sketsa
sudut arah BC adalah U914B







(a) (b)
Gambar 10.6 Hitungan Bearing
Dalam gambar 10.6 (b), sudut arah jarum jam di C dari B ke D diukur sebesar 88
35. Sudut arah CD adalah 88 35 9 14= S79 21B. Melanjutkan teknik ini, sudut sudut
arah dalam Tabel 10.1 telah ditentukan untuk semua garis dalam gambar 10.6 (a)
X - 4

Tabel 10.1. Sudut arah dalam gambar 10.6 (a)
AB U4135T DE S3151B
BC U914B EF S1227T
CD S7921B FA S7335T
Cek AB U4135T

Sudut arah suatu arah awal harus dihitung kembali sebagai sebuah pengecekan
memakai sudut terakhir. Adanya ketidaksesuaian menunjukkan bahwa (1) telah terjadi galat
(error) aritmetik atau (2) sudut-sudutnya tidak diratakan dengan benar sebelum
menghitung sudut arah. Dalam tabel 10.1, perhatikan bahwa sudut arah AB dalam gambar
10.6 (a) diperoleh dengan memakai sudut terukur 11510 di A, sehingga menghasilkan
sudut arah U4135T, yang cocok dengan sudut arah awal.
Sudut-sudut poligon harus diratakan sesuai dengan penjumlahan geometrik yang
benar sebelum sudut arah dihitung. Dalam poligon tertutup, jumlah sudut dalam sama
dengan (n-2)180, dimana n adalah banyaknya sisi (arah). Jika sudut-sudut poligon tidak
menutup karena misalnya ada perbedaan 2 detik dan tidak diratakan sebelum menghitung
sudut arah maka sudut arah asli dan pengecekan yang dihitung untuk sudut arah AB juga
akan berselisih 2 detik, dengan anggapan tidak ada kesalahan hitung yang lainnya.

10.6 Sudut J urusan (Azimut)
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian acuan.
Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari utara, tetapi para ahli
astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai selatan sebagai arah acuan.
Seperti ditunjukkan dalam gambar 10.7, Azimut berkisar antara 0 sampai 360 dan
tidak memerlukan huruf-huruf untuk menunjukkan kuadran. Jadi Azimut OA adalah 70,
Azimut OB 145, Azimut OC 235, dan Azimut OD 330. Perlu dinyatakan dalam catatan
lapangan apakah Azimut diukur dari utara atau selatan.






Gambar 10.7 Azimuth

X - 5

10.8 Menghitung Azimut
Banyak juru ukur lebih menyukai Azimut daripada sudut arah untuk menyatakan
arah garis, karena lebih mudah mengerjakannya, terutama kalau menghitung poligon
dengan komputer.
Mencari azimuth dari titik tetap









A
0
Y
b


Y
a


X
b
Xa
A (X
a
, Y
a
)
B (X
b
, Y
b
)
Utara = Y+
Azimuth dari A ke B dapat dihitung
dengan rumus :

) (
) (
tan
1
a b
a b
AB
Y Y
X X

=

(10.1)
Gambar 10.8. Azimuth dari titk tetap

Untuk menghitung azimuth, harus dilihat dulu arahnya terletak di kuadran berapa, dan ini
dapat dilihat dari tanda aljabar dari harga (X
b
X
a
) dan (Y
b
Y
a
).Letak kuadran dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 10.2 : Kuadran Azimuth
Kuadran (X
b
X
a
) (Y
b
Y
a
) Azimuth ()
I
II
III
IV

) (
) (
tan
1
a b
a b
Y Y
X X

=


+
+


+


+


= 180


= 180 +


= 360

X - 6

Azimuth dari rangkaian titik







Gambar 10.9. Azimuth Rangkaian Titik
B
A C

BC

AB
Pada titik A, B, C seperti
gambar disamping, diketahui
azimuth
AB
dan sudut .
Kemudian akan dicari besar
azimuth
BC

Azimuth
BC
dapat dicari dengan rumus umum sebagai berikut :

AB
=
BC
180 (10.2)

Dengan ketentuan sebagai berikut :
Harga 180 dapat dipilih (+) atau () , hasilnya akan sama saja
Harga : - dipakai tanda (+) bila sudut berada di kiri garis A-B-C
- dipakai tanda () bila sudut berada di kanan garis A-B-C
Bila azimuth lebih besar dari 360, maka harus dikurangi 360
Bila azimuth lebih kecil dari 0, maka harus ditambah 360

Contoh 10.1:





Jawab :
BC
=
AB
+ 180 + = 50 + 180 + 220 = 450 360 = 90
B
A C

AB
Diketahui :
AB
= 50
= 220
Ditanya :
BC
= ?

atau
BC
=
AB
180 + = 50 180 + 220 = 90

Referensi
Brinker, Russell C, 1986. Dasar Dasar Pengukuran Tanah Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga,139-146
Purwohardjo, Umaryono U, 1986. Pengukuran Horizontal. Bandung: Jurusan Teknik Geodesi
ITB, 20-22
X - 7

Anda mungkin juga menyukai