Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi dapat dikatakan semakin
pesat.Fenomena perkembangan teknologi mampu memberikan kontribusi
banyak terhadap berbagai aktivitas masyarakat,sehingga apa yang mereka
lakukan kini bisa lebih efektif dan efisien baik dari segi proses maupun dari
segi hasil. Perkembangan teknologi ini dulunya hanya berkembang pada
beberapa aspek.Namun saat ini sudah merambah hampir pada semua aspek
kehidupan seperti ekonomi, sosial dan budaya.
Teknologi merupakan suatu pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin,
material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya.
Dalam ranah komunikasi, teknologi lebih fokus pada perangkat-perangkat
teknologi yang terdiri dari hardware, software, proses dan sistem, yang
digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar
komunikasi berhasil (komunikatif) (Munir, 2008).
Pada dasarnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain, selain
sebagai mahluk individu juga sekaligus mahluk sosial yang memiliki
kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesama. Teknologi sebenarnya lebih
dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia. Teknologi
2

bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di
dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta
yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah
menjadi suatu dayapencipta yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang
pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas
manusia yang lain.
Dewasa ini masyarakat Indonesia dihadapkan pada perkembangan
teknologi yang mana masyarakat dapat memperoleh informasi-informasi
tanpa terbatas ruang dan waktu seperti pada saat ini dimana informasi terus
mengalir dalam media konvensional ataupun new media. Media konvensional
menyajikan informasi-informasi yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat,
Media tersebut memberikan informasi-informasi yang murah, informatif dan
mudah dijangkau seperti contoh televisi, majalah, koran ataupun radio
sehingga masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi.
Televisi merupakan salah satu media yang sangat mempunyai peranan
penting bagi kelangsungan bahkan dari keseharian masyarakat khususnya di
Indonesia. Televisi menjadi salah satu cara yang dianggap mudah bagi
masyarakat untuk mendapatkan informasi-informasi yang dicari bahkan
dianggap penting. Selain dianggap mudah, televisi juga merupakan salah satu
sumber informasi yang murah, dibandingkan dengan munculnya new media
seperti keberadaan internet. Tidak semua kalangan masyarakat bisa
mengakses internet. Dikarenakan ada beberapa faktor, contohnya faktor SDM
3

yang masih rendah sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia masih buta
akan munculnya new media atau keberadaan dari internet.
New media merupakan salah terobosan baru teknologi yang berintegrasi
dengan koneksi internet. Dengan melihat prospek pertumbuhan penggunaan
internet yang cukup menggiurkan dan mampu mempengaruhi kognisi
masyarkat, kini penyebaran informasi melalui media ini mampu memberikan
efektivitas dan efisiensi yang cukup baik. Sehinnga keberadaan new media
sendiri menjadi ancama bagi media konvensional yang dinilai kurang mobile
dan masih terikat waktu. Tidaklah wajar kini banyak konvergensi media
konvensional kedalam new media.
Saat ini persaingan new media dan konvensional televisi semakin ketat.
Hal ini bisa dilihat dari kelebihan dan kekuarang dari tiap media tersebut
yang saling melengkapi. Dari new media sendiri dengan kelebihan mampu
menawarkan tiga unsur utama dalam menyajikan informasi. Yakni penyajian
yang lebih cepat, pengemasan informasi menarik,serta dengan
adanyaberbagai inovasi layanan yang sangat atraktif dan berpotensi merubah
secara perlahan animo masyarakat untuk berpindah menggunakan media ini
(tampilan, fitur, dsb). Ketiga faktor ini membuat masyarakat memandang
bahwa new media saat ini semakin menyaingi media konvensional sebagai
sumber utama dalam memperoleh informasi.
Dari segi media konvensional, televisi memiliki kelebihan utama yang
menjadi faktor utama bertahannya media ini seperti keterjangkauan yang
4

lebih spesifik di hampir seluruh lapisan masyarakat. Dengan jangkauan yang
lebih luas dan hampir tidak mengenal usia menjadikan media ini masih tetap
bisa bertahan. Selain itu, penyajiannya yang dapat dikonsumsi secara massive
(serempak dalam satu waktu) menjadi pertimbangan utama para penyedia
informasi (iklan, program) untuk tetap menggunakan media ini sebagai sarana
penyebaran dan hal tersebut menjadi salah satu penguat televisi tetap
bertahan. Bisa kita lihat industri pertelevisian di Indonesia semakin hari
semakin besar dan tentu saja menjadi sarana konglomerasi karena kekuatan
Televisi yag gangat besar dalam membentuk public opinion.
Adanya kelebihan dari dua media yang saling bersaing tersebut
menyebabkan konflik sesaat terhadap pemikiran masyarakat dalam pemilihan
media apa yang nantinya akan digunakaan dalam mendapatkan informasi.
Konflik sesaat tersebut akan berdampak terhadap adanya perubahan animo.
Perubahan animo masyarakat menjadi salah satu faktor utama pertimbangan
media konvensional untuk terus bergelut dan mengencangkan diri dalam
menghadapi persaingan dengan new media seperti dengan adanya terobosan
konvergensi media kedalam new media. Konvergensi media konvensional
menjadi salah satu upaya yang cukup efektif dalam mempertahankan animo
masyarakat untuk tetap setia menggunakan media konvensional. Konvergensi
media tidak hanya mentransformasikan basis data, dan medium yang
menyalurkannya. Namun, selurh proses produksi, pengolahan, dan distribusi
informasi, sehingga media-media konvensional seperti koran, radio, televisi
dan lain-lain akan berubah dengan bentuk-bentuk media baru yang
5

sepenuhnya digital, seperti Streaming TVdan World Wide Webatau situs-situs
tertentu (berita online, bealnja online).
Pesatnya perkembangan media baru secara nyata akan membawa suatu
perubahan pola pikir, sikap dan tindakan / prilaku bagi setiap
individu.Perubahan tersebut paling tidak akan membawa individu ke dalam
pola hidup yang menurutnya efektif dan efesien. Atas dasar alasan inilah,
kaum kosmopolitan menyatakan bahwa perkembangan new media merupakan
media pencerah peradaban yang lebih maju. Perkembangan new media akan
membawa dampak positivisme sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.
Namun ada beberapa asumsi dari peneliti mengenai kedua media
tersebut. Di satu pihak, media baru dapat membuka cakrawala dunia yang
sangat menjanjikan yang kaya warna, kaya nuansa, kaya citra, namun disisi
lain ini akan menjadi sebuah dunia yang seakan-akan tanpa kendali. Begitu
juga dengan media konvensional. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa
media ini rentan akan berbagai terpaan seperti krisis global, menurunnya
minat membaca dan pendapatan periklanan (media cetak), serta
ketidakmampuan untuk mempertahankan usaha mereka dalam konteks untuk
menkonvergensikan diri ke dalam media digital (Salman, Ibraham, Abdullah,
Musthafa, Mahbob (2011))
Berkaca pada fenomena saat ini, individu yang lebih memilih
ketinggalan dompetnya daripada ketinggalan handphonenya
6

menunjukkan bahwa manusia tidak dapat lepas dari media dan menjadikan
media sebagai salah satu kebutuhan primer. Ada sebuah teori yang
menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia mengalami beberapa perubahan
seiring dengan perkembangan komunikasi yakni mengenai fenomen
masyarakat informasi. Dalam ranah komunikasi, masyarakat informasi adalah
sekumpulan masyarakat yang berpaku pada informasi sebagai komoditas
ekonomi yang sangat berharga, saling berinteraksi dengan sesamadi dalam
sebuah sistem komunikasi global, sertamendapatkan informasi dengan
intensitas yang sangat tinggi dan dalam cakupan kepentingan yang sangat
penting (Abrar, 2003).
Berkaca pada fenomena saat ini, adanya anggapa bahawa individu akan
lebih memilih ketinggalan dompetnya daripada ketinggalan
handphonenya menunjukkan bahwa manusia tidak dapat lepas dari media
dan menjadikan media sebagai salah satu kebutuhan primer. Bisa dilihat dari
kejadian disekitar kita bahwa orang sedang sibuk dengan gadgetnya, entah
mereka browsing, sosial media (twitter, facebook, insagram, path) sampai nge
game padahal mereka sedang bersama teman tetapi mereka tetap memegang
gadget mereka. Kemudaha media berupa jejaring sosial sudah mengubah total
mobilitas masyarakat saat ini.
Penggunaan teknologi media saat ini mengubah berbagai macam aspek
kehidupan mulai dari cara berinteraksi sampai dengan gaya hidup. Sampai-
sampai sekarang terdapat istilah menjauhkan yang dekat dan mendekatkan
yang jauh. Intensitas interaksi sosial di dalam masyarakat menjadi
7

berkurang, dan kebanyakan mereka sering asik dengan aktivitas gadget
masing-masing dan menyebabkan mereka terjebak di dunia virtual yang
mereka ciptakan sendiri.Hal ini berkaitan dengan bagaimana kognisi manusia
itu mampu membentuk perspektif tersendiri yang dapat berdampak terhadap
apa yang akan manusia lakukan. Ada dua teori pendukung dari tradisi
sosiopsikologis yang relevant untuk memahami individu yakni teori sifat dan
teori kognitif (Rahmiati, 2013).
Teori sifat akan membantu memahahi bagaimana seorang individu
berinteraksi di dalam suatu keadaanakan bergantung pada sifat yang
diperlihatkan individu dan situasinya atau lingkungan dimana individu
tersebut dapat menentukan identitasnya sendiri. Dan kajian yang menjadi
konsen pemahaman adalah tentang model sifat extraversion. Karena model
sfiat ini berkaitan dengan kecenderungan akan lebih menyukai apa saja yang
bersifat kolektif, termasuk dalam suatu pemilihan keputusan menggunakan
media serta juga didukung oleh motivasi diri (Rahmiati, 2013). Apa yang
dianggap banyak orang, adalah yang terbaik dan akan cenderung diikuti oleh
individu.
Oleh sebab itu berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk
membahasa fenomena persaingan new media dan media konvensional dengan
judul Persaingan New Media dan Media Konvensional serta Dampaknya
terhadap Masyarakat di Era Modern dengan fokus pembahasan studi pada
efek komunikasi situs jejaring sosial dan televisi di masyarakat.
8

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana persaingan new media dan media konvensional saat ini ?
2. Bagaimana dampak dari persaingan tersebut terhadap masyarakat di era
modern ?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui persaingan new media dan media konvensional saat ini.
2. Untuk mengetahui dampak dari persaingan dari new media dan media
konvensional terhadap masyarakat di era modern.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang persaingan new
media dan media konvensional serta dampaknya.
2. Manfaat Akademis
Sebagai landasan pemikiran atau sumbangsih kepada ilmu pengetahuan
khususnya penelitian dalam bidang persaingan media di era modern.





9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan New Media dan Media Konvensional

New Media adalah sebuah istilah yang mulai muncul pada era 90an. New
Media kerap kali dikaitkan dengan digitalisasi. Yang merujuk pada akses pada
setiap konten kapanpun, dimana, dan pada setiap media elektronik yang ada.
Dalam teori media baru ini ada dua pandangan mengenai era media pertama dan
kedua. Pertama, pandangan interaksi social : membedakan media menurut
seberapa dekat media dengan model interaksi tatap muka. Kedua, pandangan
integritas social : pendekatan ini menggambarkan media bukan dalam bentuk
informasi, interaksi, atau penyebarannya,tetapi dalam bentuk ritual atau
bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat
dengan menyatukan masyarakat dalam bentuk rasa saling memiliki.
(Triwijanarko, utomo, & widayati, 2013)
Munculnya media baru dipicu oleh kekuatan teknologi komunikasi yang
mendukung penyebaran berita, dengan kecepatan yang tinggi, serta adanya
kemudahan akses dan lebih adaptif terhadap penggunanya. Namun perbedaan
karakteristik dalam aplikasi teknologi komunikasi, secara prinsip memiliki
persamaan yaitu, kemampuan mengirim berita dengan cepat dan bisa mengikat
berbagai kelompok yang memilki perbedaan sosial, ekonomi dan politik. Dalam
10

interaksi konvensional, melalui komunikasi tatap muka, sangatlah susah untuk
melakukan komunikasi dalam dan amat sangat terdapat suatu perbedaan. Selain
itu, untuk menyatukan sikap, maupun perilaku , sudah jelas membutuhkan biaya
dan tenaga.
Rogers (1986 : 1), teknologi komunikasi pada umumnya didukung oleh
perangkat keras dan perangkat lunak, yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan
dengan mengurangi ketidakpastian. Teknologi komunikasi juga mendorong
tumbuhnya media baru, yang memiliki karakter spesifik lebih fleksibel dan
mandiri. Rahardjo (dalam Junaedi dkk, 2011: 6), mengungkapkan, keberadaan
media baru tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologiu dan komunikasi
yang begitu pesat. (Susanto)
Menguatnya, media baru yang didukung oleh teknologi komunikasi
mendorong media konvensional mengikuti karakter media baru yang mengan
dalkan kebebasan, kecepatan, fleksibilitas dan transparansi dalam penyebaran
informasi. Sejalan dengan itu, Utari (dalam Junaidi dkk, 2011: 49), menyatakan,
teknologi internet dapat dengan mudah diakses kapanpun, dimanapun dan oleh
siapapun. Dia memilki konektivitas dan jangkauan secara global. Efisien dalam
penggunaanya, melibatkan interakktivitas, fleksibel dan yang paling pentinmg
bersifat pribadi.
Rogers (1986:7), bahwa sifat utama teknologi komunikasi baru
mengandung implikasi untuk melakukan riset komunikasi tentang interaktivitas
dari media baru, sifat media baru yang individualistis membuat media baru
11

tersebut hampir hampir tidak mungkin dapat distandarkan. Setiap individu
dapat menerima informasi yang sangat berbeda dari suatu sistem komunikasi yang
interaktif .
Daya tarik khalayak terhadap suatu media umumnya berbeda dengan daya
tariknya terhadap media-media lain, meskipun tumpang tindih suka terjadi.
Penggemar televisi, misalnya, biasanya jarang menggemari buku. Pembaca setia
Koran biasanya bukan penggemar film. Bahkan terhadap suatu jenis media,
ketertarikan khalayak berbeda-beda, tergantung pada profesi, minat dan selera
mereka. (Rivers, Jensen, & Peterson, 2003). Media bukan saja bisa menjadi
pembujuk kuat, namun media juga bisa membelikkan pola perilaku atau sikap-
sikap yang ada terhadap suatu hal. (Rivers, Jensen, & Peterson, 2003)
Berdasarkan catatan Media Planning Guide (2010:454), pengguna internet
di Indonesia meningkat tajam, sebelum tahun 1998, yang berjumlah kurang lebih
limaratus ribu pengguna, menjadi kira kira duapuluh satu juta pengguna. Dari
jumlah tersebut, pengguna berusia muda sekitar 60,7 %. Berarti pengguna internet
memang didominasi oleh generasi muda.
Sebuah data dari MarkPlusInsight,sebuah organisasi yang bergerak dalam
bidang riset tentang teknologi internet mengatakan bahwa pada tahun 2011,
jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta pengguna. Dengan
kisaran umur 1530 tahun sebagai pengguna terbanyak. Penggunaan situs
Facebook di Indonesia adalah yang terbesar ketiga didunia. Berdasarkan data
statistic pada bulan maret 2012 oleh Sociabakers, Indonesia memiliki 43.523.740
12

akun pengguna Facebook. Data dari Semiocast.com pada februari tahun 2012
menjelaskan bahwa pengguna Twitter di Indonesia mencapai 19,5 juta jutaan
pengguna. Terbesar kelima didunia setelah Amerika Serikat, Brazil, Jepang, dan
Inggris Raya. Mahasiswa berada pada usia yang aktif menggunakan perangkat
new media, apa dampak dari penggunaan new media dan media konvensional
terhadap tingkat sosialisasi politik. (Susanto)

2.2 Persaingan Antar Media
Jurnalisme online adalah perubahan baru dalam ilmu jurnalistik. Laporan
jurnalistik dengan menggunakan teknologi internet maka disebut dengan media
online yang menyajikan informasi cepat dan mudah diakses dimana saja. Hampir
setiap orang di dunia pernah membuka sebuah media online. Karena bisa dibilang
lebih ringkas dan cepat dalam memperoleh informasi. Kemudahan-kemudahan
yang ditawarkan oleh dunia seiring dengan perkembangan zaman membuat
sebuah perubahan besar dalam dunia jurnalistik. Khususnya media jurnalistik
online yang semakin berkembang dan merambah hampir ke seluruh dunia. Mudah
sekali bagi sebagian orang untuk mendapatkan berita terhangat dengan
manggunakan internet.
Di Indonesia, media online menjadi trend belakangan ini. Sebagai contoh,
media online detik.com di Indonesia yang telah sukses menyajikan beragam
berita, selain itu kantor berita Nasional Antara juga menggunakan teknologi
internet. Seiring berjalannya waktu, media online lain mulai bermunculan seperti
13

astaga.com, satunet.com, suratkabar.com, berpolitik.com, dan pekan ini muncul
okezone.com. Dengan lahirnya media online maka media cetakpun tidak mau
kalah, dengan dua penyajian media cetak dan media online seperti kompas.com,
temporaktif.com, republika.com, pikiran-rakyat.com, klik-galamedia.com. dan
masih banyak lagi. Itu adalah langkah baru berkembangnya teknologi yang telah
melahirkan jurnalisme online.
Memang ada data yang menyebutkan bahwa media cetak terutama surat
kabar menurun dari semula 5,1 juta eksemplar pada tahun 1997 menjadi 4,7 juta
eksemplar pada saat ini. Dan juga bahwa sekarang ini dunia pemberitaan
mengistilahkan yang cepat mengalahkan yang lambat bukan yang besar
mengalahkan yang kecil dalam arti, berita yang cepat sampai kepada khalayak
itulah yang banyak diminati.
Faktor lain yang membuat media cetak tidak kehilangan pamor, yakni
tidak semua orang di dunia, khususnya di Indonesia tidak memiliki skill dan
pengetahuan yang cukup untuk mengakses sebuah media online. Mereka harus
memiliki kemampuan dalam pengoperasian komputer dan juga pengetahuan
tambahan mengenai para pengaksesan website-website di Internet. Ditambah lagi
dengan semangat belajar orang-orang yang bisa dibilang kurang sehingga
membuat mereka lebih memilih untuk membaca atau mencari informasi yang
sudah tersedia di depan mata dan lebih mudah di dapat, yakni media cetak.
Konvergensi media tidak hanya mengubah basis data, dan medium yang
menyalurkannya. Namun, secara keseluruhan juga mengubah proses produksi,
14

pengolahan, dan distribusi informasi, sehingga media-media seperti koran, radio,
televisi dan lain-lain akan berubah dengan bentuk-bentuk media baru yang
sepenuhnya digital, seperti televisi, World Wide Web dan internet. Konvergensi
komputer, telekomunikasi, dan sistem media massa konvensional membawa
berbagai perubahan fundamental dalam fungsi media. Sumber media massa
menjadi semakin banyak dan less authoritative and less profesional. Kemampuan
media massa untuk bertindak sebagai gatekeeper akan menghilang.
2.3 Konsep Budaya Populer Sebagai Produk Media
Sebenarnya budaya populer itu mempunyai power, budaya perlu dikaji, tapi itu
tidak berarti kita datang langsung ke budaya tersebut diturunkan . Kita bisa
mendapatkan informasi yang mereka akan tahu tentang budaya media massa .
Namun, media hanya menampilkan budaya populer dalam masyarakat yang adil.
Penerimaan budaya populer itu sendiri adalah hal yang sangat kompleks. Ini
karena kita bukanlah orang yang hanya menerima budaya populer dalam arti arah.
Tapi kita juga pengguna budaya populer di spreader yang sama.
Menurut Raymond Williams (1962) mendefinisikan budaya sebagai suatu
cara hidup tertentu yang dibentuk oleh nilai, tradisi, kepercayaan, objek material,
dan wilayah. Pada dewasa ini sumber daya-sumber daya yang dikenal akrab yang
mencakup mulai dari maknaan, bahasa, ritual keagamaan hingga programTV dan
internet dipadukan oleh individu-individu dan kelompok-kelompok ke dalam
repertoar budaya yang khusus atau kotak perlahan (Hannerz, 1969). Yang
digunakan untuk menciptakan kebiasaan, keterampilan, gaya, dan strategi aksi
15

kontenporer (Swidler, 1986). Dengan banyaknya cara-cara hidup yang
dipergunakan pada zaman sekarang ini yang sudah terkumpul menjadikan budaya
tersebut menjadi budaya yang rutin digunakan.

Media juga tidak hanya melintasi batasan geografis, tetapi juga batas-batas
kelas, ras, budaya, politik, pendidikan dan jenis kelamin, dalam rangka
mendistribusikan sebagai produk yang disampaikan secara rutin, hiburan dan
informasi yang menanamkan dan menyegarkan sudut pandang dan cara
pemahaman tertentu.
Media seperti TV atau internet juga tidak terlepas dari kehidupan kita,
meskipin ke dua nya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai hiburan dan
menjadi hal penting, media menjadi pnegaruh terbesar yang sampai sekarang tetap
menjadi publikasi yang paling tersohor. Banyak dinatara situs-situs web bahkan
siaran televisi yang membahas mnegenai kasus yang sedang terjadi, seperti hal
nya kasus alay atau istilah lain seperti cabe-cabean. Kalau dipikirkan kembali,
menurut kita, sebeberapa penting sih istilah-istilah kata tersbebut buat kehidupan
kita?. Sebagai contoh kata-kata yang tercipta dan menjadi budaya populer saat ini
seperti diakibatkan karena adanya pemikiran yang melekat pada diri individu
tersendiri.
Media yang berorientasi anak remaja merupakan fenomena yang cukup
baru. Sudah dianggap bahwa remaja saat ini dapat menonton media internet sering
dilakukan. Remaja berhasratnya untuk menonton, mendengarkan, atau membaca.
16

Saat ini begitu banyak remaja yang mneggunakan media dan begitu banyak
produk media menjangkau para remaja sehingga hubungan mereka telah menjadi
dua arah. Anak-anak muda sangat dipengaruhi oleh muatan yang disediakan oleh
media massa, di saat yang bersamaan media massa menjadi sangat dipengaruhi
oleh apa yang diinginkan remaja.
Mendefinisikan "budaya" dan "populer", yang pada dasarnya adalah
konsep yang masih dibicarakan, sangat rumit. Definisi itu bersaing dengan
berbagai definisi budaya populer itu sendiri. John Storey, dalam Cultural Theory
and Popular Culture, membahas enam definisi. Definisi kuantitatif, suatu budaya
yang dibandingkan dengan budaya "luhur" (Misalnya: festival-festival kesenian
daerah) jauh lebih disukai. "Budaya pop" juga didefinisikan sebagai sesuatu yang
"diabaikan" saat kita telah memutuskan yang disebut "budaya luhur". Namun,
banyak karya yang melompati atau melanggar batas-batas ini misalnya
Shakespeare, Dickens, Puccini-Verdi-Pavarotti-Nessun Dorma. Storey
menekankan pada kekuatan dan relasi yang menopang perbedaan-perbedaan
tersebut seperti misalnya sistem pendidikan.
Definisi ketiga menyamakan budaya pop dengan Budaya Massa. Hal ini
terlihat sebagai budaya komersial, diproduksi massal untuk konsumsi massa. Dari
perspektif Eropa Barat, budaya pop dapat dianggap sebagai budaya Amerika.
Atau, "budaya pop" dapat didefinisikan sebagai budaya "autentik" masyarakat.
Namun, definisi ini bermasalah karena banyak cara untuk mendefinisikan
"masyarakat". Storey berpendapat bahwa ada dimensi politik pada budaya
populer; teori neo-Gramscian melihat budaya pop sebagai tempat perjuangan
17

antara 'resistansi' dari kelompok subordinat dalam masyarakat dan kekuatan
'persatuan' yang beroperasi dalam kepentingan kelompok-kelompok dominan
dalam masyarakat." Suatu pendekatan postmodernism pada budaya populer "tidak
lagi mengenali perbedaan antara budaya luhur dan budaya populer."
Storey menekankan bahwa budaya populer muncul dari urbanisasi akibat
revolusi industri, yang mengindentifikasi istilah umum dengan definisi
"budaya massa". Penelitian terhadap Shakespeare (oleh Weimann atau Barber
Bristol, misalnya) menemukan banyak vitalitas karakteristik pada drama-drama
Shakespeare dalam partisipasinya terhadap budaya populer Renaissance.
Sedangkan, praktisi kontemporer, misalnya Dario Fo dan John McGrath,
menggunakan budaya populer dalam rasa Gramscian yang meliputi tradisi
masyarakat kebanyakan (Ludruk misalnya).
Kekhasan budaya populer terletak pada kemampuannya untuk
menggabungkan sukses komersial dengan kekuatan retoris untuk mengklaim
berbicara atas nama rakyat dan dengan suara mereka. Meskipun sukses komersial
yang memungkinkan untuk mengklaim persetujuan luas di kalangan populasi
relatif mudah, keberhasilan retoris yang lebih kompleks. Ini adalah kompleks
karena, seperti telah kita lihat, itu bukan kasus sederhana dari produsen inscribing
satu set perangkat retoris yang dapat dibaca dari sebuah teks sebagai milik rakyat.
Negosiasi retoris ini budaya populer harus sangat terlibat dalam negosiasi dan
berkembang dinamika hegemoni dan secara historis kontingen (Conboy,2002)
Budaya populer mungkin dapat dilihat lebih sebagai mutasi dari
kebudayaan rakyat yang telah disesuaikan dengan pasar massal ekonomi kapitalis.
18

Daya tariknya terletak pada cara itu berhasil mempertahankan klaimnya keaslian
dengan orang-orang biasa yang berada di luar kekuasaan elite. Hal ini, sebagian,
dengan mempertahankan aspek hubungan yang nyata antara manusia dan artefak.
Identitas konsumen dengan produk, identitas tersebut yang dijual kepada orang-
orang. Tentu saja ini adalah sebuah manuver sangat politis, mengamankan
masuknya orang-orang di mesin ini dari ekonomi politik dengan
mengartikulasikan aspek pengalaman otentik masyarakat dan mampu memberikan
mereka dengan cara yang memiliki kekuatan untuk meyakinkan mereka dari
tempat mereka di dalamnya. Saluran persuasi ini adalah retorika.
Ada dua pers populer muncul dari kompleksitas budaya populer. Satu
dipolitisasi, menyarankan alternatif dan berkampanye atas nama perubahan sosial
yang radikal. Lain adalah unsur populer yang menolak segala keterlibatan dengan
budaya tinggi demokrasi perwakilan, yang lebih memilih strategi perlawanan
ironis atau main-main sinis. Seperti yang akan kita lihat ini adalah jarang saling
eksklusif dan setiap artikulasi populer harus mengandung unsur-unsur dari kedua
hiburan dan informasi: kesenangan dan propaganda, keuntungan dan altruisme.
Budaya populer tidak hanya bermaka tersebar luas, arus-utama, dominan,
atau sukses secara komersial, sebagaimana sering dipahami. Lebih dari itu,
budaya populer bermakna bahwa artefak-artefak dan gaya-gaya ekspresi
manusia berkembang dari kreativitas orang kebanyakan, dan beredar di kalangan
orang-orang menurut minat, preferensi, dan selera mereka. (Lull, 2000). Budaya
populer dengan demikian muncul dari masyarakat, tidak hanya dijejalkan pada
mereka. Popular culture is made by the people, not produced by the culture
19

industry Popular culture is made by the people at the interface between the
products of the culture industries and everyday life. Popular culture is made by
the people, not imposed upon them; it stems from within, from below, and not
from above. Popular culture is the art of making do with what the system
provides. (de Certeau, 1984; Fiske, 1995). Budaya popular berkembang dari
dalam, tidak dapat dipaksakan dari luar atau dari atas. Budaya populer akan
mengkonstruksi dan menegosiasikan makna di tengah medan pertarungan ideologi
dan hegemoni yang, di satu sisi, ingin mengkomersialkan, dan di sisi lain, ingin
mendemokratisasikan praktek-praktek budaya yang kita jalani dalam kehidupan
sehari-hari.

2.4 Kajian Teori

2.4.1 Cultivation Analysis
Teori kultivasi (cultivation theory)adalah teori yang memprediksi dan
pembentukan jangka panjang presepsi, pemahaman, dan keyakinan audiens
mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi televisi. Teori ini ditemukan oleh
George Gerbener dan Lawrence Gross pada tahun 1972. Gerber mengemukakan
bahwa pesan- pesanmedia mengubah pemikiran tradisional mengenai waktu,
ruang dan pengelompokan sosial merupakan tantangan langsung terhadap
pemikiran yang saat itu bahwa media memiliki sedikit pengaruh terhadap individu
dan budaya. Teori ini ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan
dan dipersepsikan penonton televisi. Tradisi pengaruh media dalam jangka waktu
20

panjang dan efek yang tidak langsung menjadi kajiannya. Argumentasi awalnya
adalah, televisi telah menjadi anggota keluarga yang penting, anggota yang
bercerita paling banyak dan paling sering (dalam Severin dan Tankard,
2001:268).
Teori ini mencerminkan transformasi media secara perlahan dari
ketergantungan pada presepektif transmisional menjadi prespektif ritual.
Prespektif trnsmisional melihat media sebagai pengirim pesan pesan. Sedangkan
prespektif ritual, berpendapat sebaliknya, bahwa media dikonseptualisasikan
sebagai suatu cara mentranmisikan pesan dalam ruang tetapi sebagai hal yang
sentral bagi pemeliharaan masyarakat dalam suatu waktu. Komunikasi massa
bukan sebagai tindakan mengkomunikasikan informasi melainkan representasi
keyakinan yang dimiliki bersama.

Dalam riset proyek indikator budaya terdapat lima asumsi yang dikaji Gerbner
dan koleganya (Baran, 2003 : 324325).
1. Televisi secara esensial dan fundamental berbeda dari bentuk media massa
lainnya. Televisi terdapat di lebih daripada 98 persen rumah tangga
Amerika. Televisi tidak menuntut melek huruf seperti pada media
suratkabar, majalah dan buku. Televisi bebas biaya, sekaligus menarik
karena kombinasi gambar dan suara.
2. Medium televisi menjadi the central cultural arm masyarakat Amerika,
karena menjadi sumber sajian hiburan dan informasi.
21

3. Persepsi seseorang akibat televisi memunculkan sikap dan opini yang
spesifik tentang fakta kehidupan. Karena kebanyakan stasiun televisi
mempunyai target khalayak sama, dan bergantung pada bentuk
pengulangan program acara dan cerita (drama).
4. Fungsi utama televisi adalah untuk medium sosialisasi dan enkulturasi
melalui isi tayangannya (berita, drama, iklan) sehingga pemahaman akan
televisi bisa menjadi sebuah pandangan ritual (ritual view/ berbagi
pengalaman) daripada hanya sebagai medium transmisi (transmissional
view).
5. Observasi, pengukuran, dan kontribusi televisi kepada budaya relatif kecil,
namun demikian dampaknya signifikan. Menurut teori kultivasi ini,
televisi menjadi media atau alat dimana para pemirsa televisi itu belajar
tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Dengan kata lain untuk
mengetahui dunia nyata macam apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh
pemirsa televisi. Atau bagaimana media televisi mempengaruhi persepsi
pemirsa atas dunia nyata. Asumsi selama pemirsa kontak dengan televisi,
mereka akan belajar tentang dunia (dampak pada persepsi), belajar
bersikap dan nilainilai orang.

Televisi menjadi potret sesungguhnya dunia nyata. Gerbner dan koleganya
berpendapat bahwa televisi menanamkan sikap dan nila tertentu. Media pun
kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota
masyarakat yang kemudian mengikatnya bersamasama pula. Media
22

mempengaruhi penonton dan masingmasing penonton itu meyakininya.
Sehingga para pecandu berat televisi itu akan mempunyai kecenderungan sikap
yang sama satu sama lain (Nurudin, 2003 :159). Sementara McQuail (2001:465)
mengutip pandangan Gerbner bahwa televisi tidak hanya disebut sebagai jendela
atau refleksi kejadian seharihari di sekitar kita, tetapi dunia itu sendiri.

Empat tahap Kultivasi
1. Analisis sistem pesan, terdiri atas analisis isi mendetail dari program
televisi untuk menunjukan tayangan yang paling sering berulang dan
konsisten
2. Formulasi pertanyaan mengenai realitas sosial penonton, melibatkan
penyusunan pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan
sehari-hari mereka
3. Menyurvei khalayak, mensyaratkan bahwa pertanyaan pada tahap
kedua diberikan kepada khalayak dan peneliti menanyakan kepada
para penonton ini mengenai level kosumsi televisi mereka.
4. Membandingkan realitas sosial dari penonton kelas berat (heavy
viewer) dan kelas ringan ( light viewer). Bagi gerber terdapat sebuah
diferensi kultivasi atau perbedaan respon diantara penonton kelas
berat dan rigan.
Inilah yang kemudian dalam analisis kultivasi televisi memberikan
homogenisasi budaya atau kultivasi terjadi dalam dua hal mainstreaming
(pelaziman) dan resonance (resonansi). Mainstreaming dalam analisis kultivasi
23

terjadi pada pecandu berat televisi (menonton lebih dari 4 jam perhari) yang mana
simbolsimbol televisi telah memonopoli dan mendominasi sumber informasi
dan gagasan tentang dunia. Orang menginternalisasi realitas sosial dominannya
lebih kepada aspek kultural, karena ini lebih dekat dengan kesehariannya.
Sementara, resonance terjadi ketika pemirsa melihat sesuatu di televisi
yang sama dengan realitas kehidupan mereka sendiri, realitas televisi tak berbeda
dengan realitas di dunia nyata. Artinya, mereka menganggap bahwa pemberitaan
perang, kriminalitas, dan konflik para pesohor di televisi ialah realitas dunia yang
sesungguhnya. Televisi tidak sekadar memberikan pengetahuan, atau melaporkan
realitas peristiwa. Lebih dari itu, televisi berhasil menanamkan realitas
bentukannya ke benak pemirsa.
Teori ini melihat posisi audience secara pasif, presepsi yang dibangun
dibenak individu atau masyarakat dan budaya ditentukan oleh Televisi. Adanya
pengajaran pandangan bersama tentang dunia sekitar, peran-peran bersama dan -
nilai bersama melalui Televisi. Heavy viewers kan melihat realitas sesuai dengan
realitas yang ditampilkan televisi sedangkan light viewers cenderung tidak
terpengaruh dengan tampilan televisi di dunia. Kemudian ditemukan adanya
variabel-variabel yang menentukan dampak menonton televisi seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan dan terpaan berita.
Kesimpulanya penelitan George Gerber mencoba untuk menyatakan
bahwa menonton televisi mempengaruhi pemikiran kita tentang dunia dan realita.
Televisi menciptakan kesamaan pandangan mengenai melihat dunia yang
otomatis mempengaruhi kebiasan dan culture di masyarakat. Televisi meng
24

homogenkan budaya yang berbeda, dan efek yang ditimbulkan tidak langsung
namun terakumulasikan dalam waktu yang lama.

2.4.2 Uses and Gratification
Teori Uses and Gratification mencoba menjelaskan sudut pandang
seseorang terhadap media. Teori ini melihat manusia berdasarkan an outcome of
Abraham Maslows Hierarchy of Needs, melihat bagaimana individu
menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan mereka. Sehingga Uses and
Gratificatioans bersifat lebih manusiawi dalam melihat penggunaan media
(Blumer dan Katz, 1974).
Audiens berperan sebagai pengguna komunikasi massa yang memegang
kendali. Pengguna media aktif dalam proses komunikasi dan berorientasi
mencapai tujuanya dalam penggunaan media. Mereka mencari sumber media
mana yang paling mampu memenuhi kebutuhanya dan bebas memutuskan
bagaimana menggunakan media serta pengaruhnya terhadap mereka. Seperti
mereka memilih menonton berita di Televisi atau mencari alternatif lain melalui
media online merupakan proses dari teori ini.

Asumsi Teori Uses and Gratification
1. Audiens bersifat aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada
tujuan.
Setiap individu memiliki tingkat kebutuhan terhadap media yang
berbeda antara satu dan lain. Berikut adalah tipe kebutuhan akan media :
25

(1) Kognitif, memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman, (2)
afektif, pengalaman emosional, menyenangkan atau estetis, (3) Personal
intregrative, meningkatkan kredibilitas, percaya diri dan status, (4) social
intregative, meningkatkan hubungan keluarga, teman dll; (5) pelepasan
ketegangan, pelarian atau pengaluhan (Katz, Gurefitz dan Hass, 1973).
McQuail mengklasifikasikan kebutuhan dan keputusan khalayak :
(1) diversion atau pengaliha, (2) personal relationship, ketika seseorang
menggunakan media sebagai ganti temanya, (3) personal identity,
menggunakan media untuk menekankan nilai-nilai individu, (4)
surveillance atau pengawasan, bagaimana individu mengumpulkan
informasi yang ia butuhkan di media.
2. Audiens memiliki inisiatif dalam menghubungkan kepuasan dengan
pilihan media tertentu. Asumsi ini menekankan hak otonomi yang
dimiliki audiens dalam mengambil keputusan tentang media yang ia
pilih.
3. Media yang berbeda berkompetisi untuk kepuasan kebutuhan.
Hubungan antara media dan audiens dipengaruhi oleh lingkungan atau
masyarakat.
4. Individu mempunyai kesadaran diri yang cukup dalam penggunaan
media, minat motif sehingga bisa memberikan gambaran akurat
tentang penggunaan media tersebut. Asumsi ini menjadi bahan untuk
penelitian tentang uses ang gratification, bahwa audiens berada pada
kondisi sadar mengapa mereka memilih media tertentu.
26

5. Penialaian terhadap nilai isi media hanya dapat dilakukan oleh audiens.
Asumsi ini didasarkan pada pernyataan bahwa indvidu memiliki kuasa
atas pilihanya sehingga hanya mereka yang menilai tentang isi media.
Beberapa penelitian lanjutan menyatakan bahwa sebagai manfaat media
,erupakan soa kebiasaan. Penggunaan mediaanya terkadang bersifat
selektif dan rasional namun terkadang meggunakam media untuk bersantai
dan sebagai tempat pelarian. Pendekatan uses end gratification tidak
menolak pendapat bahwa ada kemungkinan media mempengaruhi audiens
di alam bawah sadarnya dan bagaimana mereka melihat dunia tetapi teori
ini tidak mampu melihat sejauh mana keberadaan efek media.

2.4.3 CMC (Computer Mediated Communication)
Computer Mediated Communication menurut A.F Wood dan M.J Smith
adalah segala bentuk komunikasi antar individu, individu dengan kelompok yang
saling berinterkasi melalui computer dalam suatu jaringan internet
Computer Mediated Communication merupakan sebuah konsep
berkomunikasi melalui internet dengan media komputer. internet adalah media
berbasis komputer yang semula berawal dari media tools untuk menyimpan
serta mengolah informasi data. Setelah mengalami modifikasi (dengan saluran
telepon dan modem), digunakan sebagai media (elektronik) komunikasi dalam
bentuk jaringan (network) yang luas dan mengglobal. Internet sebagai media
komunikasi memiliki penawaran interaktif yang dinamis terhadap
27

penggunanya/user, jauh melebihi penawaran interaktif pada televisi dan radio
(yang terbatas pada satu program dan isi materi acara). Bahkan, internet
memberikan penawaran pencarian informasi yang diinginkan melalui fasilitas
querydan boolean dengan menggunakan kata kunci (keywords).
Meskipun dalam aktivitas dan proses komunikasi bermedia internet adalah
pertukaran data melalui komputer, namun tetap melibatkan manusia sebagai
pemberi konteks atau situasi pada aktivitas dan proses komunikasi tersebut, yang
meliputi konteks individual, group, organisasi, massa dan sosial. Pada level
individual, pengguna menggunakan internet tools untuk mencari dan menerima
informasi.
CMC mempelajari bagaimana perilaku manusia dibentuk atau diubah
melalui pertukaran informasi menggunakan media computer. Dalam
perkembangannya komunikasi lewat media computer terjadi peleburan antara
komunikasi mediation (perantara) dan immediate (langsung). Mediation mengacu
pada proses pertukaran pesan dimana pesan disampaikan melalui perantaraan
media bentuk teknologi dari yang paling sederhana seperti kertas, sampai
teknologi canggih seperti komputer internet. Immediate merupakan proses
komunikasi tatap muka secara langsung tanpa adanya media perantara apapun.
Berkaitan dengan karakteristik medium internet, dari segi penggunaan
medium tersebut adalah berbasis pada penggunaan komputer sebagai perangkat
pokok, beserta program pendukung operasionalisasi internet dengan
menggunakan energi elektronik, terkoneksi dalam bentuk jaringan yang luas
28

melalui berbagai peralatan seperti satelit, modem, wireless phone dan sebagainya.
Karena jaringan yang luas tersebut, maka cakupan media internet tidak terbatas
pada batasan geografis sehingga lintasan benua dapat dicapai yang
memungkinkan terjadinya komunikasi dan interaksi antarbudaya. Hambatan
waktu (timelesness) oleh medium internet relatif lebih cepat kapasitas
kemampuannya untuk menyampaikan pesan yang berupa teknologi digital
komputer dalam bentuk teks, grafis, audio ataupun video. Semua bentuk pesan
tersebut, kecepatannya tergantung pada rute transmisi yang harus dilalui, juga
sangat bergantung pada kebutuhan penerima informasi untuk melihat informasi
tersebut.










29

2.5 Kerangka Berfikir






















Media Competition
New Media Mass Media Media Effect
Popular Culture
Media Effect and Social
Construction
Interaction
Theories
SKI
30

Alur berpikir dari penelitian ini didasari dengan adanya kompetisi antara
media konvensional dan digital saat ini. Televisi yang dimana merupakan media
konvensional dalam penyebaran informasi mulai tersaingi oleh kehadiran new
media. Persaingan kedua macam media tersebut menimbulkan efek pada
masyarakat dari berbagai macam aspek mulai interaksi sampai budaya. Salah satu
contoh produk dari persaingan kedua media tersebut adalah popular culture.
Masyarakat era modern ini menggunakan produk pop culture tersebut sehingga
mempengaruhi aspek-aspek dalam kehidupan. Salah satu aspek yang terpengaruhi
adalah pola interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lain.
Interaksi manusia akan berubah ketika dipengaruhi oleh aspek-aspek
tertentu. Dalam hal ini, interaksi dipengaruhi oleh hasil dari popular culture.
Dalam menganalisis perubahan perilaku interaksi sosial tersebut, kami
menggunakan teori-teori yang digunakan antara lain: Cultivation theory, uses and
gratification, dan CMC (Computer mediated communication) theory. Dari
interaksi-interaksi tersebut, maka akan muncul efek-efek pada lingkungan sosial
dan membentuk konstruksi sosial. Efek-efek tersebut pada akhirnya membentuk
sebuah sistem komunikasi baru di Indonesia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek-efek dari
persaingan media dari sisi masyarakat. Bagaimana media berpengaruh pada
sistem komunikasi masyarakat dan merubah pola interaksi masyarakat sehingga
menimbulkan budaya-budaya baru di masyarakat.

31

BAB 3
METODOLOGI DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Wacana
Pada dasarnya, analisis merupakan upaya yang dilakukan untuk menguak
identitas objek analisis. Karena obek analisis wacana tidak pernah hadir sendirian,
selalu disertai konteks, maka konteks merupakan penentu identitas objek analisis.
Dalam hal ini kita memfokuskan objek kita pada salah satu media massa yang
ada, yaitu Televisi dan Internet. Dalam pemberitaan di televisi dan Internet
sebagai media online , tak jarang kita menemukan adanya ketimpangan-
ketimpangan yang terjadi. Terkadang diantara televisi dan internet , satu berita
yang sama akan berbeda kesan yang kita dapatkan jika kita membandingkannya.
Tentu hal ini bisa membuat kita bingung dan bertanya-tanya, informasi manakah
yang benar-benar akurat. Tetapi dengan mencoba menganalisis wacana tersebut,
kita akan mengetahui motif/ideology yang tersembunyi di balik teks berita
tersebut secara sederhana, cara membaca yang lebih mendalam dan jauh ini
disebut sebagai analisis wacana.
3.2 Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk
Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan
dikembangkan oleh beberapa ahli, model Van Dijk adalah model yang paling
banyak dipakai. Analisis wacana kritis model van Dijk bukan hanya semata-mata
32

mengalisis teks, tapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan
kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat, dan bagaimana kognisi atau
pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks yang
dianalisis. Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi atau bangunan
yaitu : teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
Inti analisisnya adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke
dalam satu kesatuan analisis. Pada dimensi teks yang diteliti bagaimana struktur
teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.
Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita, yang melibatkan
kognisi individu dari wartawan atau redaktur. Sedangkan aspek ketiga
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu
masalah yang mempengaruhi kognisi wartawan atau redaktur disini terjadi
perbandingan diantara dua media yang disini adalah internet dan televisi.
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif dengan
dasar penelitian mengunakan metode analisis wacana kritis Teun A. van Dijk.
Data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk memberi gambaran laporan penyajian. Oleh karena sifatnya
berhubungan dengan kata-kata dan perilaku orang, maka pendeskripsian menjadi
sangat penting untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih jelas atas
masalah yang dibahas. Proses interpretasi dilakukan, yaitu menafsirkan data guna
mengungkapkan makna-maknanya sebagai bagian dari analisis.
33

3.3 TVOne dan Detik.Com
3.3.1 TVOne
TvOne (sebelumnya bernama lativi) adalah sebuah stasiun televisi swasta
Indonesia. Stasiun televisi ini didirikan pada 9 Agustus 2002 oleh pengusaha
Abdul Latief. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak
menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan
beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya juga
dimiliki oleh Group Bakrie yang juga memiliki staiun televisi antv.
Pada tanggal 14 Pebruari 2008, Lativi secara resmi beganti nama menjadi
tvOne, dengan komposisi 70% berita, sisanya gabungan program olahraga dan
hiburan. Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan saham tvOne.
Komposisi kepemilikan saham tvOne terdiri dari PT Visi Media Asia sebesar
49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%, dan Promise Result Ltd
10%. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Ardiansyah Bakrie, dan Pemimpin
Redaksi pemberitaan tvOne adalah Karni Ilyas.
TVone merupakan salah satu media TV swasta yang besar di Indonesia.
Karakteristik program tvOne lebih menekankan pada acara berita dan selebihnya
adalah acara olahraga dan hiburan dengan komposisi 70% berita, sisanya
gabungan program olahraga dan hiburan. TVOne Mengklasifikasikan program-
programnya dalam kategori News One, Sport One, Info One, dan Reality One,
tvOne membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan
menampilkan format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian
34

program. tvOne memiliki program-program yang menjadi unggulan yaitu;
Indonesia Lawyer Club, Kabar Arena, Kabar Petang. TVOne juga memiliki
program yang lain seperti sport, talkshow dan Info. Acara-acara TVOne bersifat
reality. Di TV One tidak menayangkan gosip selebriti ataupun berita sensasional
selebriti, TVOne Juga tidak menayangkan sinetron dan sejenisnya.
Segmentasi khalayak pemirsa tvOne mencakup semua kalangan, karena
acara yang berbentuk berita-berita ringan yang sifatnya umum, seperti kabar pagi,
kabar siang, kabar petang, dan acara sejenis lainnya. Selain segmentasi kalangan
yang mencakup semua. Terdapat juga segmentasi yang bisa dikatakan khusus
mungkin hanya untuk kalangan menengah keatas yaitu berita-berita Khusus
seperti Kabar Pasar (berita ekonomi) dan Jakarta Lawyers Club.

3.3.2 Detik.Com
Detikcom ialah sebuah portal web yang berisi berita aktual dan artikel
dalam jaringan di Indonesia. Detikcom merupakan salah satu situs berita
terpopuler di Indonesia. Berbeda dari situs-situs berita berbahasa Indonesia
lainnya, detikcom hanya mempunyai edisi daring dan menggantungkan
pendapatan dari bidang iklan. Meskipun begitu, detikcom merupakan yang
terdepan dalam hal berita-berita baru (breaking news). Sejak tanggal 3 Agustus
2011, DetikCom menjadi bagian dari trans corpora.
Detikcom merupakan salah satu media digital yang ada di Indonesia.
Detikcom berada dibawah naungan transcorp yang dimiliki oleh Chairul Tanjung.
35

Peliputan utama detikcom terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi
informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai membaik,
detikcom memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.
Detikcom merupakan portal kepada situs-situs: detikNews, detikFinance,
detikFood, detikHot, detiki-Net, detikSport, detikHealth, detikShop, detikTV,
detikSurabaya, detikBandung, detikforum, blogdetik serta beberapa fasilitas
lainnya
Selain karena sebagai pelopor media online, detik.com dianggap memiliki
kelebihan sebagai media online. Beberapa kelebihan detik.com di antaranya
adalah :
1. Informasi yang cepat dalam menyampaikan informasi yang didapat dari
masyarakat. Dalam hal ini update informasi dilakukan selama 24 jam.
2. Berita yang dimuat, ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami
masyarakat.
3. Mudah mengaksesnya, dan bisa dinikmati dengan berbagai macam
perangkat tekhnologi baik komputer maupun telepon genggam.
4. Memungkinkan interaksi pembaca melalui fasilitas forum pembaca.
Sehingga masing-masing pembaca bisa saling berdiskusi atas sebuah
topik.
5. Didukung oleh wartawan wartawan yang memiliki tingkat profesionalisme
tinggi sehingga mampu menyuguhkan berita yang bermutu.
36

3.4 Perbandingan antara Tvone dan detik.com
Informasi pada zaman sekarang sangat mudah diakses. Masyarakat
disajikan bermacam-macam informasi dari berbagai sumber dan masyarakat
berhak memilih sumber yang mereka inginkan. Media konvensional seperti
televisi menyajikan hal-hal yang mudah dijangkau dari berbagai lapisan
masyarakat. Sedangkan dari media online sendiri menyajikan berjuta-juta
informasi yang terkadang tidak bisa ditemukan dalam televisi. Media online yang
merupakan produk dari pop culture dapat bersaing dengan media konvensional
seperti televisi. Bagaimana masyarakat menyikapi fenomena ini? apakah
masyarakat semakin terliterasi oleh media ataukah masyarakat semakin apatis
terhadap media dengan kemudahanya dalam pengaksesanya dan heterogennya?
Sebagai media konvensional, TVone memiliki kelebihan dimana sebagian
besar masyarakat mengakses media melalui televisi, sehingga jumlah penonton
TVone lebih banyak daripada pengakses Detikcom. Namun karena era yang
semakin canggih, masyarakat disuguhi kemudahan dalam mengakses media tanpa
terhambat oleh ruang dan waktu. Disinilah detik.com akan dibandingkan dengan
Tvone. Masyarakat tentu saja mengenal Tvone karena Tvone merupakan stasiun
televisi nasional yang terkenal di Indonesia. Sedangkan Detikcom merupakan
pionir atau berita online pertama di Indonesia. Hal ini juga yang membuat
detikcom melekat di masyarakat, mudah diingat dan dikenal. Tvone dan
detik.com juga memiliki pemilik yang berbeda dan banyak perbedaan dalam hal
lainya. Dari sinilah alasan mereka dibandingkan.
37

Pertama adalah perbedaan mereka mengenai jenis tayangan.
Menggunakan teori uses and gratification, masyarakat Indonesia akan mencari
dan memilih apa yang dapat memuaskan kebutuhannya. Karena pada zaman
sekarang media yang disajikan kepada masyaraka sangat banyak dan mudah
diakses dimanapun dan kapanpun. Dalam konteks ini Tvone dan detik.com
merupakan dua media massa yang sama sama menfokuskan diri pada
penyampaian informasi. TVone merupakan media yang megkhususkan pada
berita dan Informasi mengenai politik, sport, pengetahuan dan bersifat reaitas .
Berbeda dengan TVone, Detikcom merupakan media digital yang tidak hanya
fokus pada berita, namun detikcom juga menyajikan konten hiburan, seperti
lifestyle, musik, fashion dan yang tidak ada di Tvone adalah Gosip.
Kedua perbedaan Tvone dan detik.com adalah keberpihakan media.
Keberpihakan media terjadi karena media tersebut dikuasi oleh pemerintah, partai
politik, dll. Isi konten dari TVone tidak berimbang karena pemilik dari TVone
tersebut Aburizal Bakrie yang mencalonkan dirinya menjadi calon presiden. Isi
konten dari Tvone akan lebih membuat citra yang baik bagi Aburizal Bakrie dan
memperburuk citra para pesaing dari Aburizal Bakrie yaitu calon-calon presiden
yang lain. Sehingga konten dari TVone tersebut tidak berimbang. Berbeda halnya
dengan Detikcom, meskipun pemilik media tersebut adalah Chairul Tanjung,
namun konten dari Detikcom lebih netral dan tidak memihak, meskipun tidak
seratus persen.
Ketiga perbedaan antara TVone dan Detikcom adalah pengarsipan.
TVone yang merupakan media konvensional (fokus pada TV) hanya
38

menampilkan berita yang memang sedang tayang saat itu, kita tidak bisa mencari
berita pada hari sebelumnya bahkan berita pada hari selanjutkan. Berbeda dengan
media digital yang selalu mudah untuk diakses dimanapun dan kapan pun, karena
salah satu kelebihan dari media digital adalah dapat memberikan informasi pada
hari-hari sebelumnya atau sesudahnya. Namun pada media konvensional (televisi)
tidak bisa menayangkan pemberitaan pada hari-hari sebelumnya, jadi kita hanya
bisa menyaksikan pada pemberitaan hari itu juga. Meskipu sekarang tvone sudah
menyediakan website http://www.tvonenews.tv/ namun hal ini akan masuk
kedalam media online.
Pada media konvensional (TVone) siaran debat-debat lebih sering terjadi
karena memang secara audio visual lebih mudah dipahami dari pada kita harus
menonton di internet 9yang terkadang buffering) ataupun membacanya di internet
(berupa teks). Disini penggunaan media digital di Indonesia memiliki
keterbatasan. Namun dsisnilah yang membuat media online berbeda dengan
media massa konvensional yaitu dengan adanya interaksi dengan audiens.
Audiens dapat memberikan komentar pada berita yang disajikan. Dalam
detik.com, audiens dapat memberikan komentar dengan
menggunakan account jejaring sosial yang dimiliki. Hal tersebut memberikan
kesempatan pada audiens untuk menanggapi berita. Hal ini merupakan poin
keempat dari perbedaan mereka.
Dari konten yang sudah ada jelas sangat berbeda antara media
konvensional TVone dengan media digital detikcom. Selain itu cara penyajiannya
yang dimana ke dua media tersebut berlomba-lomba untuk menampilkan yang
39

terbaik bagi publik. Ketika sedang gembor-gembornya pemilu kemarin, ke dua
media tersebut berlomba dengan menyiarkan secara update disepanjang harinya.
Dan ketika ada isu-isu yang sedang hangat bisa dipastikan kedua dari media
tersebut akan menayangkan lebih awal dan terdepan dengan berbagai narasumber
yang kompeten.
Kelima adalah bahasa yang digunakan. Untuk media konvensional TVone
cara penyajiannya masih menggunakan kata-kata yang frontal yang tidak
semestinya digunakan dalam media. TVone juga kadang memberikan perkataan
yang kasar, bahkan TVone juga terkenal dengan sebutannya yang suka
mengkompor-kompori suatu masalah yang ada. Dari kejadian ini banyak sekali
efek yang didapat terhadap masyarakat, diantaranya masyarakat akan lebih
terpengaruh pola pikirnya dan sebagian masyarakat juga merasakan
ketidaknyamanan dalam pemberitaan yang ditayangkan. Misalnya debat dalam
indonesia lawyer club yang merupakan salah satu dari acara di tvone. Terkadang
mereka mengumpat dan memaki bahkan mereka teriak dan marah di dalam acara
tersebut. Berbeda Dalam detik.com , detik menggunakan bahasa yang lebih halus
dan sopan. Meski terkadang informasi dari detik.com tidak terlalu mendetail dan
kebanyakan dari tulisannya lebih membahas permukaan masalah. Namun detik
menyajikanya dengan bahasa yang bagus karena terdapat gatekeeper yang
mengawasi pemostingan artikel- artikel tersebut.
Keenam adalah segementasi penonton. Segmentasi penonton juga
berbeda, TV one yang lebih mengarah ke politik memiliki banyak tayangan untuk
menengah keatas. Iklan apartemen, kabar ekonomi, indonesia lawyer club
40

merupakan tayangan untuk segmentasi menengah keatas. Tidak ada gosip ataupun
sinetron dalam Tvone. Berbeda dengan detik.com yang memiliki berita lebih
umum sepeerti fashion, gosip dan berita-berita ringan lainya.
Banyak yang berpendapat bahwa pemberitaan TVone juga terlampau dari
penyimpangan, karena penyajian ini disiarkan secara terpotong-potong tanpa ada
keutuhan sebuah berita. Sedangkan ada yang menilai bahwa detik.com belum
objektif dalam menginformasikan berita. Objektif disini secara umum berarti
bersifat faktual atau berpatokan pada kenyataan yang ada. berita harus objektif
maksudnya adalah berita tersebut harus dikemukakan secara faktual, berpatokan
pada informasi yang sah tentang apa yang benar-benar terjadi, bukannya
berpatokan pada orang yang memberitakannya, ataupun penonton. Keduanya
dinilai kurang objektif, Tvone menyajikan informasi yang kurang lengkap
sedangkan detik terkadang hanya mengulas permukaan dari suatu permaslahan.
Pembanding/ Media Tvone Detik.com
Pemilik media Ardiansyah Bakrie Chairul Tanjung
Tayangan politik, sport, pengetahuan
dan bersifat reaitas
(konten lebih berat)
Politik, sport, lifestyle, gosip,
fashion
(konten lebih ringan)
Media penyampaian Audiovisual Mayoritas berupa teks, dan
beberapa ada yang
audiovisual (streaming)
Pengarsipan Terbatas (dalam website Dapat di arsipkan dam dapat
41

tvone) dicari berita kapanpun
Feedback Tidak ada feedback Feedback langsung denngan
cara berkomentar di website
detik.com
Bahasa Tegas, terkadang kasar dan
cenderung mengkompori
suatu masalah
Cenderung lebih sopan dan
penataan bahasa yang baik
Segmentasi
Penonton
Menengah keatas Menengah dan menengah
keatas

3.5 Analisa terhadap teori
3.5.1 Analisis teori kultivasi dalam tvone
Dalam teori kultivasi menjelaskan tentang efek media massa yang bersifat
kumulatif, maksudnya audiens mengkonsumsi informasi yang diberikan media
massa secara terus menerus. Televisi merupakan media yang dapat menjangkau
semua khalangan masyarakat. Menurut teori kultivasi televisi merupakan media
yang menciptakan pandangan tentang realitas, walaupun tidak akurat tetapi
menjadi realitas karena kita percaya bahwa hal tersebut adalah realitas.
TV one adalah sebuah stasiun televisi lokal yang dimana lebih banyak
menyajikan acara-acara berita. Tv one mudah diakses karena menggunakan media
televisi yang dapat mencakup semua khalangan masyarakat, dan juga dalam
acara-acara yang ada ditelevisi berbentuk audio visual sehingga para audiens lebih
42

mudah dalam menerima informasi yang disuguhkan. Dalam konteks acara, TV
one lebih fokus dalam menyampaikan informasi politik. Hampir seluruh acara
dalam TV one menyangkut tentang masalah politik.
TV ONE merupakan salah satu media yang dimana acara-acara yang
disiarkan merupakan acara berita. Sekarang ini dimana bulan-bulan akan
mendekati pilpres, semua yang ditayangkan dalam berita TVONE di dalamnya
menyangkut berita-berita politik. Menurut hasil analis mengenai berita yang
dimuat atau ditayangkan dalam TV ini lebih mengungkap atau membicarakan
sosok orang lain yang pada intinya sedikitr menjelekkan. Sedangkan pemilik TV
ini sendiri merupakan bakal calon presiden yang sedang mencalonkan ,berita-
berita yang disiarkan lebih memihak kepada si pemilik medianya, bisa dikatakan
semua tayanngan berita yang diberitakan stasiun televisi ini tidak bersifat netral.
Dalam penyajian penyampaian informasi tentang politik, misalnya tentang
pemilu mendatang. TVone lebih cenderung membuat citra yang lebih baik
terhadap Aburizal Bakrie sebagai calon Presiden dibandingkan dengan calon-
calon presiden yang lainnya, karena Aburizal Bakrie merupakan pemilik dari
Tone tersebut. Dalam hal ini TVone sudah mengkonstruksi realitas terhadap
audiens tentang citra Aburizal Bakri sebagai calon presiden. Informasi yang
diterima audiens secara terus menerus ini yang akhirnya menjadikan realitas yang
disajikan oleh TVone menjadi realitas audiens walaupun informasi tersebut tidak
atau kurang akurat.
43

Jika dikaitkan dalam teori kultivasi ini, media televisi yang kami angkat
dalam realitasnya yaitu TV ONE cenderung dipengaruhi oleh unsur politik yang
ada dibelakangnya.Dalam menayangkan beritanya TV ONE mempertajam berita
yang mampu mencederai pihak tertentu. Dan tindakan seperti ini bisa dibilang
sebagai tindakan yang tidak professional.Dari analisis mengenai aktualisasi
penayangannya TV ONE selalu mengutamakan acara-acara yang sudah ada atau
yang sedang tayang.Dalam hal ini yang dimaksud adalah tidak menghentikan
acara yang sedang berlangsung demi berita terbaru yang baru saja didapatkan.
Dari segi ke originalitasan tayangannya juga bisa dibilang masih diragukan karena
bisa dibuktikan adanya kemiripan konsep dari acara-acara TV ONE dengan salah
satu stasiun tv lain yaitu MetroTV. yang lebih dulu ada daripada TV ONE. Dari
segi kualitas gambar TV ONE menghadirkan gambar yang cahayanya terlalu
berlebihan sehingga tampak terlalu terang, serta dalam hal latar belakang atau
background contohnya background yang digunakan di belakang pembaca berita
itu terkesan atau cenderung kaku.

3.5.1 Analisis Detik.com Menggunakan Teori CMC
Teori CMC (computer-mediated communication) menjelaskan bahwa
internet merupakan salah satu bentuk dari CMC. Dalam dunia maya terdapat
kelemahan dimana para pengguna tidak dapat menggunakan gerak tubuh, nada
suara serta ekspresi raut wajah untuk berkomunikasi sehingga para pengguna
tidak dapat mengitepretasikan interaksi secara sempurna, hal ini menyebabkan
44

pengguna menjadi lebih agresif dan impulsif dalam berkomunikasi.
Perkembangan Teknologi informasi dan komunikasi yang pesat saat ini
memunculkan berbagai media dalam internet yang dapat digunakan untuk
berinteraksi dengan orang lain dalam jarak yang jauh sekalipun serta mencari
informasi dalam skala global, seperti dalam situs detik.com yang menyajikan
berbagai informasi yang dapat kita temukan, mulai dari olahraga, politik hingga
informasi finansial. Didalam detik.com tidak hanya menyajikan text serta gambar
dalam penyampaian informasinya, tetapi juga melalui video yang dapat di akses
melalui tv.detik.com, yang memudahkan para pengguna menerima informasi
dalam bentuk visual bergerak dari pada tulisan serta gambar. Detik.com juga
menyediakan forum untuk berinteraksi antar individu dan saling bertukar
pendapat tentang suatu fenomena yang diberitakan dalam detik.com.
Dalam interaksi yang terjadi di dalam forum detik.com, sebagian besar
para pengguna tidak saling mengenal, hal ini menyebabkan kurangnya informasi
tentang krasteristik pengguna media tersebut. Sehingga para pengguna dapat
menyampaikan pendapat serta opininya lebih angresif dan terbuka dalam suatu
fenomena yang sedang di ulas, walaupun terjadi konflik antara pengguna karna
perbedaan pendapat dalam suatu fenomena, hal ini tidak menjadi masalah besar
karena pada dasarnya para pengguna tidak saling mengenal satu sama lain
sehingga adanya rasa percaya diri bahwa pendapat mereka sendiri adalah yang
paling tepat, seperti misalnya pendapat orang lain dianggap kurang benar dalam
suatu masalah karna mereka memiliki informasi yang berbeda. Adapun pengguna
yang lebih memilih pendapat orang lain daripada pendapatnya sendiri disebabkan
45

orang tersebut lebih banyak memiliki informasi dalam suatu fenomena yang
sedang di bahas.
Secara garis besar detik.com merupakan salah satu media informasi yang
up to date dalam jaringan internet. Karena dalam penyampaian informasinya tidak
seperti media konventional yang sudah ditentukan waktu penyuguhan
informasinya, dalam detik.com hampir setiap saat munculnya berita baru yang di
update dalam situsnya. Detik.com juga menyediakan seacrh engine bagi para
pengakses situs tersebut untuk mencari informasi yang di inginkan yang tidak
dimunculkan di homepagenya, biasanya informasi yang dicari tersebut merupakan
informasi yang sudah cukup lama sehingga tidak dapat ditemukan dalam
websitenya yang hanya memuat informasi paling baru.

3.5.1 Analisa TVOne dan detik.com dalam Teori Uses and Gratification
Dalam teori ini khalayak media konvensional dan digital memilih untuk
memuaskan kebutuhanya. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa setiap orang
memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan pencarian informasi.
Alasan-alasan tersebut antara lain bahwa khalayak memiliki selera yang berbeda
dan pengetahuan mengenai media yang berbeda-beda.
Pada dasarnya khalayak TVone biasanya terfokus pada golongan menengah
keatas, yang dimana pada golongan menengah keatas lebih banyak menyukai
informasi-informasi tentang bisnis politik. Karena dilihat dari kontennya TVone
memiliki konten yang cukup berat dan cara penyajian beritanya pun lebih
46

mengutamakan debat-debat politik. Khalayak yang memang merupakan
segmentasi Tvone, mereka yang menonton Tvone memiliki tujuan bagi dirinya
sendiri, mereka sadar untuk memilih menonton Tvone tersebut untuk memenuhi
kebutuhannya. Namun bagi khalayak yang diluar segmentasi Tvone, mereka yang
berada pada golongan menengah kebawah, mereka umumnya memiliki tingkat
edukasi yang rendah sehingga tingkat melek media dari khalayak tersebut masih
rendah. Menurut asumsi keempat dari uses and gratification di bab 2, penonton
memilih secara sadar dalam pemilihan media. Dalam hal ini, khalayak yang
berada di segmentasi menengah kebawah menonton secara tidak sadar karena
mereka tidak melek media, mereka menonton juga tidak untuk mencukupi
kebutuhan mereka, melainkan hanya ingin mengikuti apa saja.
Seperti pada media konvisional Tvone, media digital detik.com juga
terfokus pada golongan menengah ke atas, dimana pada golongan menengah
keatas yang sudah mengerti akan teknologi dan melek terhadap media. Karena
dilihat dari kontennya detik.com adalah media digital yang dimana detik.com bisa
diakses kapan pun dan dimana pun, detik.com itu sendiri juga bisa menyajikan
pemberitaan yang telah lewat ditayangkan atau yang belum ditayangkan.
Khalayak yang memang memilih detik.com adalah mereka yang berada pada
kalangan pekerja dan mempunyai tujuan bagi dirinya sendiri untuk memenuhi
kebutuhan, mereka sadar akan butuhnya informasi yang bisa diakses pada saat-
saat yang bisa ditentukan.
Hal ini dari teori uses and gratification yang dipakai menimbulkan efek
yang memang mempengaruhi pola pikir masyarakat, seperti contoh pada kalangan
47

menengah kebawah yang tidak melek media, pasti berpikir bahwa apa yang
disampaikan dalam media konvensional akan selalu diikuti, tetapi dalam kalangan
menengah keatas yang pemikirannya sudah maju dan melek terhadap media, pasti
akan berpikir jauh dan mempertimbangkan apa yang sedang terjadi. Teori uses
and gratification juga sangat berperan aktif dalam penggunaan medianya pun
berorientasi pada tujuan, maksudnya adalah khalayak mempunyai tipe-tipe
kebutuhan untuk memperoleh informasi, pengalaman emosional, serta
meningkatkan hubungan.

3.6. Efek tv one menyajikan berbagai konten mempengaruhi masyarakat
yang menonton tv (terhadap sikap)
Seperti yang telah dijalaskan sebelumnya pada sub bab sebelumnya
mengenai perbedaan antara Tvone dengan detik.com, poin-poin tersebut secara
implisit maupun eksplisit akan memberikan efek tertentu kepada mereka yang
menikmati konten yang disajikan oleh masing-masing media tersebut.
Tvone yang merupakan salah satu media televisi yang cenderung
menyajikan konten mengenai berita, memiliki style tersendiri dalam
penyajiannya seperti bersifat lebih frontal, lebih gamblang namun di sisi lain
terkesan berpihak kepada beberapa oknum (salah satunya kepada ownernya).
Hal ini tentu di pengaruhi juga oleh faktor kepemilikan dan keberagaman
informasi serta target segmentasi dari tv one endiri. Dari kepemilikan, sudah
menjadi rahasia umum tv one dimiliki oleh saham dari Bakrie Group yang tak
lain dibawah naungan Abu Rizal Bakrie. Beliau merupakan salah satu tokoh
48

politisi dari partai politik Golongan Karya. Mengapa faktor kepemilikan
berpengaruh? Karena sebagai owner/ pemilik memiliki kekuasaan yang lebih
untuk mengendalikan apa saja yang menjadi naungannya sekalipun hal tersebut
bisa dikatakan secara halu.
Selain itu dari keberagaman informasi, tv one cenderung fokus kepada
konten yang bersifat informatif seperti yang telah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya bahwa tv one berorientasi 70% konten berita dan sisanya adalah
lain-lain. Namun konten tv one daris sudut pandang dirinya sebagai media
televisi memang dikhususkan bagi segmentasi menengah keatas meskipun bagi
kalangan lain yang dibawahnya masih bisa mengakses (seperti konten
mengenai jual apartemen dll).
Keseluruhan poin-poin di atas akan berdampak terhadap penikmat konten
dari tv one. Bagi mereka yang kerap menikmati televisi terutama tv one, tentu
akan menerima beberapa dampak. Yang pertama dari segi kognisi, masyarkat
penikmat televisi akan terkonstruksi pemikiran seperti apa yang disampaikan
oleh media tersebut dalam hal ini adalah tv one. Terkonstruksi dari
ideologi/pengaruh yang ditanamkan baik oleh owner maupun pihak lain yang
turut memberikan sumbangsih ideologi pada media televisi tersebut. Didukung
dengan kondisi lingkungan yang homogen (sama-sama penikmat televisi) akan
membentuk sebuah budaya yang menjadi sebuah sikap. Seperti halnya
fenomena sosial masyarkat yang mudah terperdaya oleh informasi media tanpa
mencerna dengan baik. Sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan sikap
yang terlalu konsumtif terhadap media televisi tanpa mau bersikap kritis,
49

karena tidak semua yang info yang diberikan adalah benar dan sesuai (ingat
aspek politisasi kepemilikan), contohnya jika tv one kerap kali cenderung
bersifat frontal, maka masyarakat juga akan cenderung bersifat frontal, padahal
nilai, norma masih mengikat dalam kehidupan mereka. Pernyataan datas
didasarkan atas hasil wawancara kepada beberapa masyarkat yang memang
kerap menggunakan televisi saja sebagai sumber berita (dalam hal ini tv one)
(5 Juni 2014, Kota Probolinggo) mereka menyatakan bahwa apa yang disajikan
oleh tv one adalah fakta sebenarnya dan sangat percaya dan meyakini akan
informasi yang disampaikan sehingga sikap yang mereka ambil kerap kali
ketika membicarakan beberapa topik tertentu yang pernah disiarkan di tv one
cenderung sama seperti penggunaan bahasa (kosa kata) yang sedikit lebih
radikal dan bahkan beberapa informan mengatakan bahwa owner dari tv one
sangat peduli dengan masyarakat karena melihat beberapa iklan yang kerap
kali menunjukan pencitraan dari Abu Rizal Bakrie. Hal ini yang semakin
menunjukkan bahwa konstruksi pemikiran dapat terbentuk dari konten yang
disiarkan oleh televisi
Namun bagi mereka yang telah teredukasi dengan baik (well educated)
tentu tidak akan serta merta menganggap benar apa yang ditayangkan oleh
televisi. Mereka akan lebih bersifat kritis dan mau mencerna informasi yang
mereka terima dengan baik. Hal ini didasarkan hasil wawancara kepada salah
seoarng mantan wartawan di Malang yang memang sangat terliterasi (melek
media) dan berpendidikan baik (dari segi degree) menyatakan bahwa tv one
bukanlah satu-satunya media yang harus dipercaya, dan sebagai masyarakat
50

yang baik seharusnya mampu melihat dengan jeli adanya faktor-faktor lain-lain
seperti konspirasi pemikiran dan penanaman ideologi.

3.7. detik.com sebagai konten mempengaruhi masyarakat yang suka
mengakses detik.com (terhadap sikap)
Bagi masyarakat yang memiliki kesibukan tingkat tinggi , media portal
bisa menjadi salah satu solusi untuk memperoleh berbagai informasi yang
dibutuhkan karena dengan televisi sudah tidak memungkinkan dan tidak
portable (tidak praktis).
Detik.com merupakan salah satu media portal di Indonesia yang
menyajikan informasi dengan prinsip aktual. Media portal ini memberika
berbagai informasi secara online melalui situs dengan alamat detik.com yang
dapat diakses secara bebas dan memiliki beragam rubrik (berita, entertain,
gosip, fashion dll).
Di sisi lain, detik.com mendapat kritikan dari berbagai pengamat media
yang menganggap bahwa berita yang ditayangkan memang cepat dan aktual
namun penataan bahasa, kebenaran fakta dan keafsahan opini yang
disampaikan masih diragukan. Mengapa demikian? Karena di beberapa kasus
ternyata detik.com kerap kali melakukan perubahan terhadap beberapa
berita/artikel yang telah publikasikan beberapa saat setelah di publish.
Berita yang disajikan oleh detik.com cenderung bersifat permukaan atau
tidak tajam namun dibandingkan tv one yang terlalu frontal, detik.com masih
lebih baik dari segi bahasa.
51

Karakter dari sebuah media portal (dalam hal ini detik.com) akan
memberikan pengaruh kepada para pembaca. Bagaimana cara berpikir,
bagaiman sikap masyarakat tersebut terhadap pemilihan media itu sendiri.
Bagi masyarakat umum yang bermobilitas tinggi, mungkin ketika memiliki
sarana pendukung untuk mengakses media portal akan lebih memilih media ini
daripada televisi dan akan lebih percaya begitu saja dengan apa yang
disampaikan. Namun bagi masyarakat yang bermobilitas tinggi namun
terliterasi dengan baik (well educated) tidak serta merta akan tetap memilih
media portal karena mereka telah berbekal pengetahuan tentang bagaimana
sebenarnya media massa yang benar (konvensional maupun digital). Sehingga
dalam mencerna informasi mereka akan lebih selektif dan lebih smart
(mengkroscek dan mengkritisi keabsahan berita tersebut).
Jika melihat secara luas, tampak sebuah persaingan antara tv one dengan
detik.com secara implisit. Masyarakat sudah bisa merasakan namunt idak
mengetahui dan tidak dapat mendeskripsikan fenomena apa itu sebenarnya
karena telah terbuai oleh konten-konten informasi yang ditayangkan. Padahala
dengan adanya persaingan ini, persaingan antara dua media massa yang
menjadi sumber informasi akan menimbulkan efek kebingungan di benak
masyarakat. Mengapa demikian?
Mengacu pada faktor kepemilikan yang sangat rawan terjadinya politisasi
media massa yang dimiliki, tv one dimiliki oleh Abu Rizal Bakrie sedangkan
detik.com dimiliki oleh Chairil Tanjung. Pada tv one sudah menjadi rahasia
umum bahwa media televisi ini lebih cenderung menyampaikan informasi yang
52

mendukung eksistensi dari kepentingan partai politik Golongan Karya dimana
Abu Rizal Bakrie adalah ketua umumnya. Sedangkan detik.com cenderung
bersifat netral sekalipun dimiiki oleh salah satu pejabat negara (Menteri
Perekonomian).

Bagi masyarakat yang terliterasi (well educated) akan menimbulkan
kebingungan pemilihan media, manakah yang harus dipilih? Disisi lain tv one
lebih terjamin faktanya sekalipun ada unsur politik dan penggunaan bahasa
yang kurang benar, namun di sisi lain detik.com lebih bersifat netral dan lebih
aktual serta tidak mengenal batas waktu untuk memperoleh informasi
sekalipun pembahasanya tidak mendalam dan keafsahannya masih diragukan.
Keadaan seperti akan menimbulkan sikap apatis dikalangan masyarakat yang
terliterasi karena kebingungan yang tidak jelas.










53

3.7 Kesimpulan
Persaingan antara media konvensional dengan media digital yang dalam hal ini
mengambil media tv one sebagai media konvensiona dan media portal detik.com
sebagai bahan analisa menunjukkan sebauh perkembengan yang baik dalam cara
penyebaran informasi kepada khalayak. Namun kemunculan perkembangan ini
tentu harus dibarengi dengan beberapa kesiapan seperti persiapan mental dan
sarana prasarana. Hal ini harus dilakukan karena melihat dari sisi efek , dimana
media nantinya akan memberikan berbagai macam informasi yang disampaikan
dan kesemuanya akan mempengaruhi kognisi masyarakt yang menikmati
informasi tersebut. Terlebih fenomena saat ini rawan akan politisasi media yang
berdampak pada isi konten yang ditayangkan. Dalm hal ini persaingan antara tv
one dengan detik.com akan memberikan dampak-dampat tertentu terhadap sikap
dari masyarakat.
Ada dua macam masyarakat di dalam media yakni mereka yang awas (well
educated) dan kurang awas (unwell educated). Bagi segenap masyarakat yang
kurang awas akan menganggap media ( tv one maupun detik.com) merupakan
satu-satunya sumber yang terpercaya dan menjadi panutan. Namun tidak bagi
mereka yang telah awas, akan menganggap media manapun bukanlah satu-
satunya panutan, yang terpenting adalah bagaimana mencari kebenaran infromasi
melalui berbagai media yang ada sekalipun belum tentu memperoleh informasi
yang benar. Keadaan ini akan rawan memunculkan sebuah sikap apatis karena
ketika semua media membuat ragu kalangan masyarakat yang terlitarsi akan
54

membuat mereka semakin jenuh dengan kebingungan yang terjadi terhadap
pemilihan media dan informasi.
Jika melihat dari sikap memilih media, bagi kaum yan terliterasi mereka
akan cenderung memilih media detik.com daripada media tv one untuk
memperoleh informasi. Berdasarkan hasi wawancara kepada beberapa responden
yang terliterasi, dapat disimpulkan melalui wawancara yang kami lakukan kepada
para pengonsumsi media bahwa, media digital lebih membuat mereka bisa
nyaman menikmati segala tayangan, contohnya seperti masalah pada media yang
kami angkat yaitu penayangan khususnya menonton acara berita. Mereka
menganggap bahwa tayanganyang ditayangkan secara visual lebih menarik dan
lebih cepat ditangkap oleh penontonnya atau yang melihat dibandingkan
membaca pada salah satu situs online.
Dari media online itu sendiri, dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang
lebih memilih media online karena mereka sembari mengakses situs-situs
tayangan lainnya.Jadi mereka tidak bosan ketika sedang membaca atau melihat
yang itu saja, mereka bisa menjelajah atau mengakses ke situs lainnya.Memang
pada kenyataannya media online merupakan salah satu solusi dari keterlambatan
menonton.Dimana kita bisa mencari berita itu dari tanggal berapapun.Tetapi,
portal media juga memiliki kekurangan yaitu dimana diperlukan jaringan dari
internet, dan belum tentu itu ada disetiap tempat.
Media konvensional yaitu televisi dipilih karena mampu menayangkan
sebuah tayangan khususnya berita-berita yang dimana penayangannya haruslah
55

secara aktual dan kebanyakan lebih tajam dan terpercaya. Serta mampu
merepresentasikan suatu kejadian dengan akurasi waktu dan timing.
















56

Daftar Pustaka
Abrar, A. N. (2003). Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi.
Yogyakarta: LESFI
Conboy, M. (2002). The Press and Popular Culture. London: Sage Publication.
Ibrahim, I. (2007). Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape
dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.
Ido Prijana Hadi, 2007. Cultivation Theory diakses 26 April 2014,
http://www.academia.edu/1852625/Cultivation_Theory Journal: The
Public Sector Innovation Journal, 16(3), 1-11
Kartika, Kristiya. 1996. Ekologi Media : Persaingan Antar Industri Surat Kabar
Dalam Memperebutkan Iklan, Tesis S2 Universitas Indonesia, Jakarta.
Lull, J. (2000). Media, Communication, Culture: A Global Approach (Vol. II).
New York: Columbia University Press.
Munir (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta.
Rahmiati, D. (2013). Minggu kedelapan: Tradisi Komunikasi [powerpoint slides]
teks tidak terpublikasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur,
Indonesia.
Rivers, W. L., Jensen, J. W., & Peterson, T. (2003). Media Massa dan
Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
57

Salman, A.. Ibraham, F., Abdullah, M. Y. Musthafa, N., Mahbob, M. (2011), The
Impact of New Media on Traditional Mainstream Mass Media. The
Innovation
Sendjaja, Sasa D, 1996. Teknologi dan Industri Media Massa di Indonesia :
Menuju Era Niching dan Networking
Susanto, E. H. (n.d.). Media Baru , Kebebasan Informasi dan Demokrasi di
Kalangan Generasi Muda. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Tarumanagara .
Triwijanarko, R., utomo, S., & widayati, W. (2013). Pengaruh Penggunaan Media
Konvensional dan New Media Tingkat Sosilisasi Politik Mahasiswa Fisip
Undip. Jurnal Ilmu Pemerintah, 1.




.

Anda mungkin juga menyukai