Anda di halaman 1dari 12

Pengendalian Proses

1
Bab 1
MANFAAT PENGENDALIAN PROSES

Pabrik kimia adalah susunan atau rangkaian berbagai unit pengolahan yang
teritegrasi satu sama lain secara sistematik dan rasional. Tujuan dari pengoperasian
pabrik secara keseluruhan adalah untuk mengubah atau mengkonversi bahan baku
tertentu (input feedstock) menjadi produk yang diinginkan. Dalam pengoperasiannya,
pabrik kimia akan selalu mengalami gangguan (disturbance) dari luar (eksternal).
Walaupun demikian, pengoperasian pabrik tetap harus memenuhi beberapa persyaratan
tertentu, diantaranya :

1. Aspek Keamanan (Safety)
Keamanan dalam operasi suatu pabrik kimia merupakan kebutuhan primer untuk
orang-orang yang bekerja di pabrik tersebut dan bagi kelangsungan perusahaan.
Untuk menjaga terjaminnya keamanan tersebut, berbagai kondisi operasi pabrik
seperti tekanan operasi, temperatur, konsentrasi bahan kimia, dan lain-lain harus
dijaga tetap dalam batas-batas tertentu yang diizinkan. Misalnya sebuah reaktor
didisain untuk tekanan operasi sampai 100 psig, dengan demikian kita harus
mempunyai sistim pengendali agar operasi tidak pernah melebihi 100 psig.

2. Spesifikasi Produksi (Production Specification)
Suatu pabrik harus menghasilkan produk dalam jumlah dan dengan kualitas tertentu
yang diinginkan, dengan demikian dibutuhkan suatu sistem pengendali untuk
menjaga tingkat produksi dan kualitas produk yang diinginkan. Misalnya kita
menginginkan produksi etilin 2 juta ton per hari dengan kemurnian 99,5%. Maka
sebuah sistim pengendali diperlukan untuk mencapai tingkat produksi demikian.

3. Peraturan Lingkungan (Environmental Regulations)
Terdapat berbagai peraturan lingkungan yang memberikan syarat-syarat tertentu bagi
berbagai buangan pabrik kimia. Misal adanya peraturan tentang kadar SO
2
yang
boleh ada pada gas buangan industri atau kualitas air tertentu yang boleh dialirkan ke
sungai.
Pengendalian Proses
2
4. Kendala-Kendala Operasional (Operational Constrains)
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi pabrik kimia memiliki kendala-
kendala operasional tertentu yang harus dipenuhi. Sebagai contoh, pada suatu pompa
harus dipertahankan nilai Net Positive Suction Head (NPSH) tertentu selama operasi;
kolom distilasi harus dijaga agar tidak terjadi flooded, dan isi tangki-tangki tidak
boleh luber atau kering.

5. Aspek Ekonomi (Economics)
Operasi pabrik kimia ditujukan untuk memberikan keuntungan yang maksimum,
sehingga pabrik harus dijalankan pada kondisi yang menyebabkan biaya bahan baku
menjadi minimum dan laba yang diperoleh menjadi maksimum.

Untuk dapat memenuhi semua persyaratan diatas, diperlukan pengawasan (monitoring)
yang terus-menerus terhadap operasi pabrik kimia dan intervensi dari luar (external
control) untuk menjamin tercapainya tujuan operasi. Hal ini dapat terlaksana melalui
suatu rangkaian peralatan (alat ukur, kerangan atau valve, pengendali dan komputer) dan
intervensi manusia (plant managers, plants operator), yang secara bersama-sama
membentuk control system.

Sistem pengendali diterapkan untuk memenuhi 3 (tiga) kebutuhan berikut:
a. Menekan Pengaruh Gangguan Eksternal
b. Memastikan Kestabilan Suatu Proses
c. Optimasi Kinerja Suatu Proses

Beberapa contoh kasus untuk dapat menggambarkan dengan lebih baik penggunaan
sistem pengendali untuk memenuhi ketiga kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:





Pengendalian Proses
3
1.1. Menekan Pengaruh Gangguan Eksternal

Contoh 1.1 Pengendalian Operasi Tangki Pemanas Berpengaduk


Gambar 1.1 Tangki Pemanas Berpengaduk


Tujuan sistim pemanas ini adalah :
1. Menjaga temperatur keluar T pada temperatur yang diinginkan T
s
.
2. Menjaga volume cairan dalam tangki pada volume yang diinginkan V
s
.

Bila : F
i
, T
i
tetap T
i
=T
s

V =V
s
h =h
s


Bila : F
i
atau T
i
berubah makadiperlukan alat pengendali

Sejumlah konfigurasi sistem pengendali dapat diterapkan pada kasus perubahan nilai F
i

dan/atau T
i
. Berikut konfigurasi pengendalian yang dapat dipakai:

A. Pengendalian Temperatur (Untuk kasus T
i
berubah, F
i
konstan)
Gambar 1.2 memperlihatkan termokopel mengukur temperatur cairan T dan pada
alat pengendali, T hasil pengukuran dibandingkan dengan temperatur yang diinginkan T
s
.
Hasil perbandingan menghasilkan penyimpangan =T
s
-T. Nilai penyimpangan (error)
disampaikan ke alat pengendali (controller) yang kemudian akan menentukan apa yang
perlu dilakukan pada kerangan (valve) agar temperatur T kembali ke T
s
. J ika >0 (berarti
T<T
s
) maka kontroler akan membuka kerangan steam sehingga lebih banyak steam yang
Pengendalian Proses
4
disuplai, dan sebaliknya jika <0. Sistim pengendalian demikian dimana pengukuran
variabel yang ingin dikendalikan (T) dilakukan setelah gangguan mempengaruhi proses,
disebut sistim pengendalian umpan balik (feedback). Nilai Ts disebut sebagai set point
dan ditentukan oleh operator atau penanggung jawab produksi.


Gambar 1.2 Pengendalian temperatur sistim feedback untuk tangki pemanas

Gambar 1.3 memperlihatkan sistim pengendalian berbeda yang dapat diterapkan
untuk menjaga temperatur T =T
s
. Mula-mula dilakukan pengukuran temperatur aliran
masuk (T
i
) dan dilakukan pengendalian aliran steam untuk mendapatkan T = T
s
.
Konfigurasi pengendalian seperti ini disebut pengendalian umpan maju (feed forward).
Sistim umpan maju tidak menunggu sampai pengaruh gangguan mencapai proses, tetapi
sistim bekerja sebelum gangguan mempengaruhi proses, sehingga mengantisipasi
pengaruh yang akan terjadi.


Gambar 1.3 Pengendalian temperatur sistim feed forward untuk tangki pemanas
Pengendalian Proses
5
B. Pengendalian Ketinggian Cairan (Untuk kasus F
i
berubah, T
i
konstan)

Contoh ini memperlihatkan usaha mempertahankan volume V, atau ketinggian
cairan h pada harga h
s
yang diinginkan jika F
i
berubah-ubah. Cairan dalam tangki diukur
ketinggiannya dan selanjutnya dilakukan pembukaan atau penutupan kerangan yang
dapat merubah laju alir masuk F
i
(Gambar 1.4) atau laju alir keluar F (Gambar 1.5).
Kedua konfigurasi ini tergolong sistim umpan balik karena sistim pengendalian bekerja
setelah pengaruh gangguan dirasakan oleh proses.


Gambar 1.4 Skema Pengendali Ketinggian Cairan dengan pengaturan laju alir keluar F.


Gambar 1.5 Skema Pengendali Ketinggian Cairan dengan pengaturan laju alir masuk F
i
.
Pengendalian Proses
6
1.2 Memastikan Kestabilan Proses

Pada Gambar 1.6, variabel proses x (dapat berupa T, P, C, atau F) mula-mula
berharga konstan. Pada t =t
o
nilai x tersebut terganggu oleh faktor luar, tetapi setelah
beberapa saat x kembali pada nilai semula. Sistem dengan kelakuan demikian disebut
sebagai sistem yang stabil (stable) atau self regulating. Pada sistem demikian tidak
diperlukan intervensi atau pengendalian dari luar untuk memaksa x kembali ke nilai
awalnya.


Gambar 1.6 Respons Dari Suatu Sistem Stabil

Situasi yang sangat berbeda terlihat pada Gambar 1.7. Setelah gangguan, harga y tidak
kembali pada nilai semula, tetapi makin menyimpang. Sistem dengan kelakuan demikian
disebut sebagai sistem yang tidak stabil (unstable). Pada sistem seperti ini diperlukan
intervensi atau pengendalian dari luar untuk stabilisasi sistem tersebut.


Gambar 1.7 Respons Dari Suatu Sistem Tidak Stabil

Pengendalian Proses
7
Contoh 1.2 Pengendalian Operasi Suatu Reaktor Tidak Stabil

Pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) Gambar 1.8 berlangsung reaksi
eksotermal ireversibel:
A B

Untuk reaksi A B dalam CSTR dengan jaket pendingin, perubahan suhu
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pembangkitan panas akibat reaksi (heat generation) dan
pembuangan panas (heat removal) oleh cairan pendingin.



Gambar 1.8 Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) dengan J aket Pendingin


(a) Pembangkitan Panas (Heat Generation)

q
gen
= H kC
A
(1.1)

Pada CSTR :
F
i
C
Ai
= F
i
C
A
+ VkC
A

(1.2)
= 1 dan = V/F (1.3)

=
RT
E
A k exp (1.4)
k C
C
Ai
A
+
=
1
1
(1.5)


=
RT
E
A
C
RT
E
A H q
Ai
gen
exp 1
exp q
gen
=f(T) sigmoidal (1.6)

Pengendalian Proses
8
(b) Pembuangan Panas (Heat Removal)

( ) ( )
C
o
i
p
rem
T T
V
A U
T T
V
F C
q + =

(1.7)

J ika C
p
F dan U
o
A tidak bergantung pada T, makaq
rem
=f(T) linier

Pembangkitan panas oleh reaksi eksotermal dalam reaktor CSTR terhadap
temperatur reaksi berbentuk sigmoidal seperti ditunjukkan oleh kurva A dalam Gambar
1.9, sedangkan kurva pembuangan panas oleh cairan pendingin berbentuk linier seperti
ditunjukkan oleh kurva B dalam gambar tersebut. Pada keadaan steady-state, jumlah
panas yang dikeluarkan sebagai hasil reaksi akan sama dengan jumlah panas yang
dibuang oleh pendingin. Hal ini menyebabkan keadaan steady-state hanya akan terjadi
pada perpotongan-perpotongan kurva A dan B, sehingga titik-titik yang menyatakan
keadaan steady-state adalah P
1
, P
2
, dan P
3
. P
1
dan P
3
merupakan titik steady-state yang
stabil, sedangkan P
2
merupakan titik steady-state yang tidak stabil.



Gambar 1.9 Tiga titik steady-state pada suatu CSTR eksotermal.

Pengendalian Proses
9
Kelakuan dinamik sistem reaksi eksotermik tersebut dapat dilihat pada Gambar
1.10. Pada kondisi reaktor steady-state di titik P
2
, reaktor beroperasi pada temperatur T
2

dan konsentrasi C
A2
. J ika temperatur umpan T
i
naik, temperatur campuran akan ikut naik
sehingga mencapai titik T
2
. Pada titik T
2
, panas yang dilepaskan oleh reaksi (Q
2
) akan
menjadi lebih besar dari panas yang dapat dibuang oleh cairan pendingin (Q
2
). Hal ini
menyebabkan temperatur reaktor akan naik. Kenaikan temperatur reaktor ini juga akan
memperbesar laju reaksi. Laju reaksi yang semakin besar akan mengakibatkan panas
yang dilepaskan oleh reaksi eksotermik akan semakin besar, yang kembali akan
menyebabkan kenaikan temperatur. Dengan demikian, kenaikan temperatur umpan T
1

akan menyebabkan temperatur reaktor bergeser jauh hingga mencapai keadaan steady-


Gambar 1.10 Respons Dinamik pada CSTR (Gambar a dan b menunjukkan
ketidakstabilan dari titik steady-state P
2
, sedangkan c dan d menunjukkan kestabilan
kedua titik steady-state lainnya)
Pengendalian Proses
10
state baru P
3
. Hal yang mirip akan terjadi jika T
i
menurun. Pada keadaan ini temperatur
reaktor akan bergeser jauh hingga mencapai titik akhir T
1
. Hal yang berbeda akan terjadi
jika kondisi steady-state yang digunakan dalam operasi reaktor adalah P
1
atau P
3
.
Gangguan pada kedua titik ini tidak akan mengakibatkan operasi reaktor bergeser jauh
dari titik tersebut, karena kondisi reaktor secara alamiah akan segera kembali ke titik
steady-state semula.
Pengoperasian pada P
1
dan P
3
menghasilkan sistem yang stabil, sehingga tidak
diperlukan intervensi untuk stabilisasi, sedangkan operasi pada P
2
menghasilkan sistem
yang tidak stabil dan membutuhkan pengendalian. Namun demikian, pada kondisi-
kondisi tertentu diperlukan operasi reaktor pada P
2
. Beberapa alasan untuk penggunaan
kondisi operasi P
2
adalah sebagai berikut :
1. Temperatur steady-state rendah di P
1
menghasilkan yield yang rendah karena T
1

terlalu rendah.
2. Temperatur steady-state tinggi di P
3
mungkin terlalu tinggi yang menyebabkan
kondisi yang tidak aman, atau dapat merusak katalis atau produk B.


1.3 Optimasi Kinerja Proses Kimiawi

J ika keamanan dan spesifikasi produk yang diinginkan sudah tercapai, maka
tujuan berikut yang harus dicapai adalah bagaimana mengoperasikan pabrik dengan cara
yang menguntungkan. Kondisi operasi (temperatur, konsentrasi, tekanan atau laju alir)
pada suatu proses dapat diubah-ubah untuk mendapatkan kondisi optimal yang
menghasilkan keuntungan yang maksimum. Maksud ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pengendali atau dengan intervensi langsung oleh operator.
Pengendalian Proses
11
Contoh 1.3 Reaksi consecutive (seri) endotermal dalam reaktor Batch

Pada reaksi endotermal berikut yang berlangsung dalam suatu reaktor batch:

C B A
2 1


J ika B merupakan produk yang diinginkan dan adalah keuntungan yang didapatkan,
maka tujuan ekonomis pengoperasian reaktor tersebut adalah mendapatkan yang
maksimum dalam periode reaksi t
R
.
Hal ini dapat dicapai dengan memaksimumkan fungsi berikut:

maks
=

g
t
steam
0
A pembelian biaya ]}dt [biaya - B] penjualan dari an {[pendapat (1.8.)
Dari Gambar 1.11 terlihat bahwa variabel yang dapat diubah-ubah secara bebas untuk
memaksimumkan keuntungan adalah laju alir steam Q(t).




Gambar 1.11. Reaktor batch dengan reaksi dua tahap seri

Perubahan yang akan terjadi pada reaksi yang akan terjadi akibat perubahan Q(t) secara
ekstrem adalah sebagai berikut :
1. Bila Q(t) diperbesar sampai mencapai laju alir terbesar yang memungkinkan dalam
selang waktu (0 - t
R
), temperatur campuran reaksi T akan maksimum. Hal ini akan
menyebabkan :
Biaya untuk Q(t) maksimum
Pada awal reaksi : yield B maksimum
Pengendalian Proses
12
Pada akhir reaksi: yield C pada reaksi C B juga akan meningkat (tidak
diinginkan). Untuk menghindari meningkatnya C, laju alir Q(t) harus diperkecil
pada akhir reaksi
2. Bila Q(t) minimum [Q(t) =0] laju reaksi pada laju alir steam tersebut juga akan
=0, sehingga:
Biaya untuk Q tidak ada
Produk B juga tidak ada

Dari penjelasan mengenai hasil yang akan dicapai untuk kedua nilai ekstrem Q(t) diatas
terlihat bahwa perolehan produk B yang maksimum akan dicapai jika nilai Q(t) bervariasi
sepanjang waktu reaksi t
R
diantara kedua nilai ekstrem tersebut sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar 1.12.



Gambar 1.12. Profil laju alir steam optimal untuk reaktor batch pada Contoh 1.3.

Gambar 1.12 memperlihatkan bahwa untuk mendapatkan keuntungan optimal diperlukan
suatu sistem pengendali untuk:
1. Menghitung laju alir steam terbaik untuk setiap waktu selama periode reaksi.
2. Mengatur kerangan (valve) pada penyalur steam sehingga laju alir terbaik untuk
setiap waktu yang telah dihitung dapat diwujudkan dalam operasi.

Anda mungkin juga menyukai