Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 15 Pages pp. 15- 29
15 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH Ebit Julitawati 1 , Darwanis 2 , Jalaluddin 3 1) Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Abstract: The purpose of this study to examine the effect of local revenue (PAD) and the Fund Balance of the financial performance of the district / city in Aceh province. The population in this study are 23 districts / municipalities in Aceh province that already has a data realization Revenue Budget Expenditure (Budget) in the period 2009-2011. This study uses census. To test the effect of local revenue (PAD) and the Fund Balance of the financial performance of government used multiple linear regression models. The results showed that the local revenue (PAD) and the Fund Balance and simultaneous partial effect on the financial performance of the district / city in Aceh province. Keyword: Local Revenue (PAD), Intergovermental Transfer, Government Financial Performance
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Populasi dalam penelitian ini yaitu 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang telah memiliki data realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) periode 2009-2011. Penelitian ini menggunakan metode sensus. Untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah digunakan model regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Kata Kunci : Pendapatan Asli daerah (PAD), Dana Perimbangan, Kinerja Keuangan Pemerintah . PENDAHULUAN Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang telah menerapkan otonomi daerah dengan landasan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 dan prinsip-prinsip pemberian Otonomi Daerah dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yaitu Penyelengaraan Otonomi Daerah yang kemudian digantikan oleh Undang- Undang Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah telah ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Pasal 4 No.105 Tahun 2000 yang menegaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan atas keadilan dan kepatuhan. Apabila pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan baik sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka tentunya akan meningkatkan kinerja Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No.1 Agustus 2012 - 16
pemerintah daerah itu sendiri. Namun pada kenyataannya, berdasarkan kutipan dari media waspada online menyebutkan bahwa kinerja pengelolaan keuangan daerah Provinsi Aceh masih buruk, sebagaimana yang dirilis oleh Menteri Dalam Negeri, mencerminkan lemahnya aparatur pemerintahan Aceh dalam mekanisme pengelolaan keuangan daerah. Cerminan lemahnya keuangan daerah juga menjadi indikator besarnya potensi terjadinya korupsi dalam proses pengelolaannya. Tidak hanya pengelolaan keuangan yang buruk, hingga saat ini Pemerintah Aceh belum pernah mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI dalam aspek pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, tentunya hal ini mencerminkan bahwa system manajamen pengelolaan keuangan Aceh masih buruk. Selanjutnya, berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II BPK-RI Tahun 2010, ditemukan bukti di Provinsi Aceh bahwa, belanja bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten/kota Tahun Ajaran 2009 senilai Rp 86,02 miliar belum dipertanggungjawabkan dan berpotensi disalahgunakan oleh penerima bantuan. Berdasarkan temuan bukti-bukti tersebut, jelas terlihat bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah masih buruk dan dapat dinilai belum baik. Salah satu instrumen untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan disahkan. Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli daerah (PAD). Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah dalam jumlah besar. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tulang punggung pembiayaan daerah. Karena itu, kemampuan suatu daerah menggali PAD akan mempengaruhi perkembangan dan pembangunan daerah tersebut. Di samping itu semakin besar kontribusi PAD terhadap APBD, maka akan semakin kecil pula ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat. Sumber keuangan yang berasal dari PAD lebih penting dibanding dengan sumber yang berasal dari luar PAD. Hal ini karena PAD dapat dipergunakan sesuai dengan kehendak dan inisiatif pemerintah daerah
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
17 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012
demi kelancaran penyelenggaraan urusan daerahnya. Selain PAD, Dana Perimbangan juga merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang memiliki kontribusi besar terhadap sturktur APBD. Dalam UU No.33/ 2004 disebutkan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan memper- timbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. PAD dan Dana Perimbangan memiliki peranan yang besar sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan pada akhirnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Penurunan kegiatan ekonomi diberbagai daerah juga menyebabkan penurunan PAD daerah sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah daerah secara otonom. Begitu juga sebaliknya peningkatan kegiatan ekonomi diberbagai daerah akan meningkatkan PAD daerah sehingga pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah tidak terhambat.
Perumusan Masalah Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan berpengaruh secara bersama maupun terpisah terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Tujuan Penelitian Untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana perimbangan secara bersama maupun terpisah terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
KAJIAN KEPUSTAKAAN Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. (Yuwono, 2005:107) menyatakan bahwa pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Yang dimaksud sumber pendapatan asli Daerah Provinsi Aceh yaitu : a. Pajak Daerah; b. Retribusi Daerah; c. Zakat; Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No.1 Agustus 2012 - 18
d. Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan; dan e. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah. Berdasarkan pasal 79 Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dapat disimpulkan PAD adalah sesuatu yang diperoleh Pemerintah Daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah serta lain- lain pendapatan daerah yang sah. Dari beberapa komponen PAD tersebut, maka yang perlu mendapatkan perhatian adalah pajak dan retribusi daerah, karena kedua jenis PAD ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan membebeani rakyat.
Dana Perimbangan Menurut Permendagri No.32 Tahun 2008, dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, kepada daerah diberikan Dana Perimbangan melalui APBN yang bersifat transfer dengan prinsip money follows function. Salah satu tujuan pemberian Dana Perimbangan tersebut adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dengan daerah dan antar daerah, serta meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah. Pada aspek hubungan pemerintahan pusat dan daerah ini (Elmi, 2002:55) mengungkapkan bahwa dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan akan terjadi pembagian keuangan yang adil dan rasional. Artinya bagi daerah-daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam akan memperoleh bagian pendapatan yang jumlahnya lebih besar sedangkan daerah- daerah lainnya akan mengutamakan bagian dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). UU No.33 Tahun 2004 pada Pasal 1 ayat 19, menjelaskan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dan Pasal 10 ayat 1 menjelaskan dana perimbangan terdiri atas: Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.
Kinerja Keuangan Pemerintah Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian, 2006:117). Pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah dapat diukur dengan menilai efisiensi atas realisasi dari alokasi yang dilakukan pemerintah terhadap suatu anggaran. Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara output dan input atau realisasi pengeluaran dengan alokasi yang dianggarkan oleh
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
19 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012
pemerintah daerah. Semakin kecil rasio ini, maka semakin efisien, begitu pula sebaliknya. Suatu kegiatan dikatakan efisien jika pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai hasil (output) maksimal dengan menggunakan biaya (input) yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang diinginkan. Dengan mengetahui hasil perbandingan antara realisasi pengeluaran dan alokasi penganggaran dengan menggunakan ukuran efisiensi tersebut, maka penilaian kinerja keuangan dapat ditentukan (Medi, 1966 dalam Budiarto, 2007). Apabila kinerja keuangan diatas 100% ke atas dapat dikatakan tidak efisien, 90% - 100% adalah kurang efisien, 80% - 90% adalah cukup efisien, 60% - 80% adalah efisien dan dibawah dari 60% adalah sangat efisien. Penelitian Nasution (2010) terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah memberikan hasil bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja yang digunakan adalah dengan rasio upaya fiskal, yaitu Total Pendapatan Asli Daerah dibagi Total Anggaran Pendapatan Asli Daerah, yang mengindikasikan daerah- daerah tersebut terkadang tidak bisa mencapai Anggaran Pendapatan Asli Daerah yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal ini bisa terjadi, daerah tersebut tidak secara rasional dalam menyusun Anggaran PAD. METODE PENELITIAN Populasi Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh, yang berjumlah 23 kabupaten/kota, terdiri dari 18 Kabupaten dan 5 Kota. Penelitian ini memiliki rentang waktu 3 tahun yaitu mulai dari tahun 2009-2011. Dengan demikian jumlah amatan yang diteliti berjumlah 23 kabupaten/kota x 3 tahun = 69 populasi. Pemilihan populasi dengan kriteria kabupaten/kota tersebut telah menyediakan data lengkap dalam laporan APBK serta laporan realisasi APBD.
Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan terdiri dari : 1. Penelitian lapangan, yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pengumpulan data APBK dan data realisasi APBD. Data penelitian untuk laporan APBK diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aceh (DPPKA), data laporan realisasi APBD diperoleh dari situs Direktorat Jendral Keuangan Daerah Departemen Dalam Negeri.(www.djkd.depdagri.go.id). Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No.1 Agustus 2012 - 20
2. Penelitian kepustakaan, merupakan data sekunder yang dikumpulkan berupa data-data teoritis yang mendukung penelitian ini, termasuk hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data Penelitian dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda yaitu menggunakan pooled data mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Data diolah dengan menggunakan program bantuan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) Versi 17.0.
Uji Parsial Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini dilakukan untuk melihat Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan secara parsial terhadap kinerja keuangan pemerintah. Uji ini dilakukan dengan melihat masing-masing nilai koefisien regresi. H A diterima jika i 0, dan sebaliknya H 0 diterima jika i = 0. Uji Simultan Uji F statistik digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (serentak) terhadap variabel tidak bebas. Uji F dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan terhadap kinerja keuangan. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R 2 ).
Rancangan Pengujian Hipotesis Tehnik analisis data pada pengujian hipotesis menggunakan pengujian analisis regresi linier berganda yang merupakan tehnik statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh antara dua atau lebih variabel dan untuk melihat pengaruh secara parsial dan simultan. Rancangan pengujian hipotesis berdasarkan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Rancangan Tehnik Analisis Data
Keterangan : Y = Kinerja Keuangan Pemerintah X 1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) X 2 = Dana Perimbangan
Adapun persamaan model regresi berganda dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: Y = 0 + 1 x 1 + 2 x 2 + ....................... (1)
Keterangan: Y = Kinerja Keuangan Pemerintah X 1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) X 2 = Dana Perimbangan Y X 1 X 2
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
21 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012
0 , 1 , 2 = Konstanta dan koefisien regresi
= Variabel gangguan yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. HASIL PEMBAHASAN Gambaran Umum Observasi Penelitian Penelitian ini mengambil populasi pada seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh sebanyak 23 Kabupaten/kota, dengan periode waktu dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Kriteria yang dijadikan pemilihan populasi adalah kabupaten/kota yang telah memiliki laporan APBD.
Deskripsi Data Penelitian Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah minimum, maksimum dan mean. Hasil statistik deskriptif berdasarkan data APBD terhadap 23 kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std. Deviation PAD 69 3.27 88.52 24.2163 15.77624 DAPER 69 221.69 827.45 4.0077E2 113.84852 KINERJA 69 .00 4.00 .1739 .59301 Valid N (listwise) 69
Sumber : Olah data tahun 2012
Hasil Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi berganda dari pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.319 .343 6.757 .000 X 1 .122 .072 .195 1.679 .098 X 2 .304 .092 .384 3.309 .001 a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan Tabel hasil pengujian hipotesis, dan pengujian baik secara simultan dan parsial, maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = 0,889 + 0,025 X 1 0,003 X 2 + .... (2)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui hasil-hasil sebagai berikut: a. Koefisien Korelasi (R) sebesar 0,353 menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 35,3%. Artinya PAD dan Dana Perimbangan mempunyai hubungan terhadap kinerja keuangan pemerintah sebesar 35,3%. b. Koefisien Determinasi (R 2 ) sebesar 0,125, atau 12,5%. Artinya, variabel independen yang meliputi PAD dan Dana Perimbangan mempengaruhi variabel dependen yaitu kinerja keuangan pemerintah sebesar 12,5%. Sisanya sebesar 87,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam peneilitian ini. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No.1 Agustus 2012 - 22
c. Konstanta sebesar 0,889 menunjukkan bahwa apabila variabel independent (PAD dan Dana Perimbangan) sama dengan nol atau dianggap konstan maka kinerja keuangan pemerintah sebesar 0,889. d. Koefisien regresi ( 1 ) sebesar 0,025 menunjukkan bahwa setiap penerimaan PAD sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan kinerja keuangan pemerintah sebesar 2,5%. Dengan asumsi variabel independent lainnya tetap (konstan). e. Koefisien regresi ( 2 ) sebesar -0,003 menunjukkan bahwa setiap penerimaan Dana Perimbangan sebesar 1% maka akan diikuti oleh penurunan kinerja keuangan sebesar 0,3%. Dengan asumsi variabel independent lainnya tetap (konstan).
Hasil Pengujian Secara Simultan Pengaruh secara simultan dapat dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R 2 ). berdasarkan hasil pengujian pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota secara simultan diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 )
sebesar 0,125. Dengan demikian variabel independen yang meliputi PAD dan Dana Perimbangan secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang pertama yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian Florida (2006), hasil hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh PAD secara simultan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Artinya, keseluruhan komponen PAD sangat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan prinsip- prinsip otonomi daerah. Namun penelitian Rahim (2008) menunjukkan hasil bahwa Dana Perimbangan pusat yang diterima oleh pemerintah daerah dari pemerintah pusat tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja keuangan pemerintah daerah. Dana Perimbangan yang diterima melalui DAU dan DAK tidak memberikan dampak positive terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar.
Hasil Pengujian Secara Parsial Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Hasil pengujian statistik secara parsial mengenai pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah menunjukkan nilai koefisien regresi ( 1 )
0 yaitu (0,025), berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan maka ditarik kesimpulan bahwa
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
23 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012
PAD berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah. Apabila terjadi perubahan variabel PAD sebesar 1% akan meningkatkan kinerja keuangan pemerintah sebesar 2,5%. Setiap kenaikan PAD akan diikuti oleh peningkatan kinerja keuangan pemerintah dan sebaliknya penurunan PAD akan mengakibatkan penurunan kinerja keuangan pemerintah. Pendapatan Asli Daerah dapat diartikan sebagai pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat dikenakan kepada setiap orang atau badan usaha baik milik pemerintah maupun swasta karena perolehan jasa yang diberikan pemerintah daerah tersebut. Oleh sebab itu daerah dapat melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam undang-undang. Peningkatan PAD akan mengakibatkan peningkatan kinerja keuangan pemerintah. Hal ini dapat terjadi karena Pemerintah Kabupaten/kota di Provinsi Aceh menekankan hasil atas PAD mereka berasal dari berbagai sumber yang dikelola oleh daerah dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam Undang- Undang. Hasil penelitian ini sesuai atau konsisten dengan hasil penelitian Florida (2006), yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh PAD secara parsial terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Artinya, keseluruhan komponen PAD sangat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan prinsip- prinsip otonomi daerah.
Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Hasil pengujian secara parsial, diperoleh nilai koefisien regresi ( 2 ) 0 yaitu -0,003, berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan maka ditarik kesimpulan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota. Artinya setiap 1% perubahan variabel Dana Perimbangan maka secara relatif akan mempengaruhi penurunan kinerja keuangan pemerintah sebesar 0,3%. Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak serta DAU dan DAK merupakan dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemeritah daerah dengan tujuan untuk membiayai kelebihan belanja daerah. Apabila realisasi belanja daerah lebih tinggi daripada pendapatan daerah maka akan terjadinya defisit. Oleh karena itu untuk menutup kekurangan belanja daerah maka pemerintah pusat mentransfer dana dalam bentuk Dana Perimbangan kepada pemerintah daerah. Semakin besar transfer Dana Perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat akan memperlihatkan Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No.1 Agustus 2012 - 24
semakin kuat pemerintah daerah bergantung kepada pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. Sehingga akan membuat kinerja keuangan pemerintah daerah menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2008). Hasil penelitian Rahim menyebutkan bahwa Dana Perimbangan yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Takalar melalui DAU dan DAK tidak memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan daerah Kabupaten Takalar. Hasil penelitian Rahim juga membuktikan bahwa Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah Kabupaten Takalar juga tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Takalar.
Tabel 3. Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.319 .343 6.757 .000 X1 .122 .072 .195 1.679 .098 X2 .304 .092 .384 3.309 .001 a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan Tabel hasil pengujian hipotesis, dan pengujian baik secara simultan dan parsial, maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 0,889 + 0,025 X 1 0,003 X 2 + .... (3) Dari persamaan tersebut dapat diketahui hasil-hasil sebagai berikut: a. Koefisien Korelasi (R) sebesar 0,353 menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 35,3%. Artinya PAD dan Dana Perimbangan mempunyai hubungan terhadap kinerja keuangan pemerintah sebesar 35,3%. b. Koefisien Determinasi (R 2 ) sebesar 0,125, atau 12,5%. Artinya, variabel independen yang meliputi PAD dan Dana Perimbangan mempengaruhi variabel dependen yaitu kinerja keuangan pemerintah sebesar 12,5%. Sisanya sebesar 87,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam peneilitian ini. c. Konstanta sebesar 0,889 menunjukkan bahwa apabila variabel independent (PAD dan Dana Perimbangan) sama dengan nol atau dianggap konstan maka kinerja keuangan pemerintah sebesar 0,889. d. Koefisien regresi ( 1 ) sebesar 0,025 menunjukkan bahwa setiap penerimaan PAD sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan kinerja keuangan pemerintah sebesar 2,5%. Dengan asumsi variabel independent lainnya tetap (konstan). e. Koefisien regresi ( 2 ) sebesar -0,003 menunjukkan bahwa setiap penerimaan Dana Perimbangan sebesar 1% maka akan diikuti oleh
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
25 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012
penurunan kinerja keuangan sebesar 0,3%. Dengan asumsi variabel independent lainnya tetap (konstan).
Hasil Pengujian Secara Simultan Pengaruh secara simultan dapat dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R 2 ). berdasarkan hasil pengujian pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota secara simultan diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 )
sebesar 0,125. Dengan demikian variabel independen yang meliputi PAD dan Dana Perimbangan secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang pertama yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian Florida (2006), hasil hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh PAD secara simultan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Artinya, keseluruhan komponen PAD sangat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan prinsip- prinsip otonomi daerah. Namun penelitian Rahim (2008) menunjukkan hasil bahwa Dana Perimbangan pusat yang diterima oleh pemerintah daerah dari pemerintah pusat tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja keuangan pemerintah daerah. Dana Perimbangan yang diterima melalui DAU dan DAK tidak memberikan dampak positive terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar.
Hasil Pengujian Secara Parsial Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Hasil pengujian statistik secara parsial mengenai pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah menunjukkan nilai koefisien regresi ( 1 )
0 yaitu (0,025), berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan maka ditarik kesimpulan bahwa PAD berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah. Apabila terjadi perubahan variabel PAD sebesar 1% akan meningkatkan kinerja keuangan pemerintah sebesar 2,5%. Setiap kenaikan PAD akan diikuti oleh peningkatan kinerja keuangan pemerintah dan sebaliknya penurunan PAD akan mengakibatkan penurunan kinerja keuangan pemerintah. Pendapatan Asli Daerah dapat diartikan sebagai pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat dikenakan kepada setiap orang atau badan usaha baik milik pemerintah maupun swasta karena perolehan jasa yang diberikan pemerintah daerah tersebut. Oleh Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No.1 Agustus 2012 - 26
sebab itu daerah dapat melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam undang-undang. Peningkatan PAD akan mengakibatkan peningkatan kinerja keuangan pemerintah. Hal ini dapat terjadi karena Pemerintah Kabupaten/kota di Provinsi Aceh menekankan hasil atas PAD mereka berasal dari berbagai sumber yang dikelola oleh daerah dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam Undang- Undang. Hasil penelitian ini sesuai atau konsisten dengan hasil penelitian Florida (2006), yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh PAD secara parsial terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Artinya, keseluruhan komponen PAD sangat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan prinsip- prinsip otonomi daerah.
Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Hasil pengujian secara parsial, diperoleh nilai koefisien regresi ( 2 ) 0 yaitu -0,003, berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan maka ditarik kesimpulan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota. Artinya setiap 1% perubahan variabel Dana Perimbangan maka secara relatif akan mempengaruhi penurunan kinerja keuangan pemerintah sebesar 0,3%. Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak serta DAU dan DAK merupakan dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemeritah daerah dengan tujuan untuk membiayai kelebihan belanja daerah. Apabila realisasi belanja daerah lebih tinggi daripada pendapatan daerah maka akan terjadinya defisit. Oleh karena itu untuk menutup kekurangan belanja daerah maka pemerintah pusat mentransfer dana dalam bentuk Dana Perimbangan kepada pemerintah daerah. Semakin besar transfer Dana Perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat akan memperlihatkan semakin kuat pemerintah daerah bergantung kepada pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. Sehingga akan membuat kinerja keuangan pemerintah daerah menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2008). Hasil penelitian Rahim menyebutkan bahwa Dana Perimbangan yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Takalar melalui DAU dan DAK tidak memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan daerah Kabupaten Takalar. Hasil penelitian Rahim juga membuktikan bahwa Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah Kabupaten Takalar juga tidak berpengaruh signifikan terhadap
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
27 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012
peningkatan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Takalar.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah dilakukan pengujian dan analisis data dalam penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. 2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. 3. Dana Perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini dapat disimpulkan dalam beberapa hal yaitu: 1. Untuk peneliti selanjutnya, melihat pengaruh yang dihasilkan variabel independen terhadap variabel dependen masih kecil, maka saran yang dapat diberikan untuk menambahkan variabel lainnya seperti Dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yang juga termasuk pendapatan suatu daerah selain PAD dan Dana Perimbangan. 2. Untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah dapat diganti dengan menggunakan pengukuran Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Indeks Kemampuan Rutin dan Rasio Keserasian. 3. Untuk pemerintah daerah kabupaten/kota agar dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan tujuan agar dapat membiayai belanja daerahnya sendiri sehingga mengurangi transfer Dana Perimbangan dari pemerintah pusat sebagai wujud kemandirian daerah dalam membiayai belanjanya. Kemampuan untuk memenuhi belanja daerah membuktikan bahwa pemerintah daerah telah melakukan efisiensi terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota itu sendiri. DAFTAR KEPUSTAKAAN Anonim 1, 2008. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Perundang- undangan Dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Kota Banda Aceh Tahun Anggaran 2007 Nomor 1.C/LHP/ XVIII.BAC/ 5/ 2008 tanggal 13 Mei 2008. Anonim 2, 2009. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Perundang- undangan Dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Kota Banda Aceh Tahun Anggaran 2008 Nomor 171.C/S/XVIII.BAC/07/2009 Tanggal 23 Juli. Aramana, D., 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 1, No.1 Agustus 2012 - 28
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah Dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Propinsi Sumatera Utara. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Bastian, I., 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga Davey, K., 1989. Keuangan Pemerintah Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Detisa, D., 2010. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Khusus Pada Pemerintahan Nanggroe Aceh Darussalam. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan. Devas N., Brian B., Anne B. Kenneth, D. dan Roy, K. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Penerjemah Masri Maris. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Elmi, B., 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia. Jakarta: UI- Press. Florida, A., 2007. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Darah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Akuntansi, Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, Medan. Halim, A., 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 3. Penerbit Salemba Empat. Kesit, B. P. 2004. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah. JAAI. Vol. 8 No. 2. Koswara, E. 2001. Otonomi Daerah: Untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat. Jakarta: Yayasan Pariba. Mankiw, N. G., 2006. Makroekonomi. Erlangga. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta. Nasution, N. A., 2010. Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Rahim, S., 2008. Analisis Strategi Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Takalar. Isjd.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/ 3206701711.pdf Redjo, S. I., 1998. Keuangan Pusat dan Daerah. BKU Ilmu Pemerintahan Fakultas Ekonomi Pascasarjana Kerjasama Universitas Padjajaran. Bandung. Republik Indonesia. 2003. Undang- undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Republik Indonesia. 1999. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Republik Indonesia. 2000. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang- undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Republik Indonesia.1999. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta 1999. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Sekaran, U., 2007. Research Methods for Business. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Penerbit Salemba. Sidik, M., 2002. Format Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang Mengacu Pada Pencapaian Tujuan Nasional. Makalah Seminar Nasional, Public Sector Scorecard. Jakarta. Simanjuntak, D., 2006. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Labuhan Batu. Tesis. Program Pascasarjana Ekonomi USU, Medan. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabeta. Sukirno, S., 2004, Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sumitro, R. 1987. Azas dan Dasar Perpajakan. Bandung: Eresco. Syamsi, I., 1994. Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara. Jakarta: Rineka Cipta. Yani, A., 2008. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala