Anda di halaman 1dari 17

1

Daftar Isi

Daftar Isi .............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 2
Latar Belakang ................................................................................................................. 2
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
Tujuan ............................................................................................................................. 3
Manfaat ........................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4
Desa Mandiri Energi ........................................................................................................ 5
PNPM Mandiri ................................................................................................................. 6
PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................................................................. 7
Lokasi Penelitian ............................................................................................................. 7
Tata Laksana Penelitian .................................................................................................. 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 9
Diagram Sistem PLTB Pantai Samas ................................................................................ 9
Spesifikasi Teknis Turbin ............................................................................................... 10
Analisis Kerusakan Sistem ............................................................................................. 12
Rekomendasi Perbaikan dan Antisipasi Terjadinya Kerusakan .................................... 13
Duplikasi Teknologi Sejenis ........................................................................................... 15
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 16






2

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis energi telah menjadi permasalahan global yang dialami sebagian
besar negara. Ketergantungan terhadap sumber energi fosil sedikit demi sedikit
dialihkan kepada sumber energi terbarukan sebagai solusi krisis energi. Penelitian
dan pengembangan terhadap upaya pemanfaatan sumber energi terbarukan terus
dilakukan secara intensif oleh pihak penyedia layanan energi. Berbgai jenis sistem
pembangkit energi terbarukan yang telah dibangun di berbagai tempat
menunjukkan keseriusan upaya pemecahan solusi krisis energi melalui
pemanfaatan energi terbarukan.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang
paling berkembang saat ini. Kapasitas terpasang di seluruh dunia sampai dengan
akhir 2010 sebesar 194.390 Gigawatt (GW), dengan urutan negara pengguna
terbesar yaitu China, Amerika Serikat (USA), Jerman, Spanyol dan India.
Sedangkan di Indonesia baru mencapai sekitar 1,8 Megawatt (MW) (ESDM,
2012).

Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun memiliki program kerja mengenai
pembangunan PLTB di Indonesia yakni dengan target mencapai 74 MW pada
tahun 2019 seperti yang tercantum dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga
Listrik (RUPTL) PLN 2010-2019. Perkembangan ini juga beriringan dengan
semakin banyak peneliti serta investor domestik maupun asing yang mendukung
pembangunan sistem PLTB di berbagai wilayah di Indonesia.
Namun, perkembangan yang begitu pesat dalam program pembangunan
PLTB kurang diiringi dengan pengembangan program-program pada
keberlangsungan (sustainability) dan perbaikan terhadap PLTB yang telah
dibangun. Hal ini secara nyata dapat dilihat dari data-data PLTB yang minim
perawatan hingga terbengkalai dari PLTB yang telah dibangun. Oleh karena itu,
dalam mewujudkan pengembangan pemanfaatan energi angin di Indonesia, perlu
adanya peningkatan dan pembaharuan program-program dari pemerintah dalam
hal mempertahankan keberlangsungan serta kinerja dari PLTB yang telah
dibangun, disamping terus mengadakan pembangunan PLTB.
3

Salah satu contoh PLTB yang telah dibangun yaitu yang terletak pada
Pantai Samas, Bantul, D.I.Y. PLTB ini dibangun pada tahun 2013 dengan tujuan
sebagai penyedia sumber listrik pada kawasan wisata Perahu Laguna yang berada
di pantai tersebut. PLTB ini hanya dapat beroperasi selama kurang lebih 6 bulan
sejak pemasangan. Terhitung hingga april 2014, belum ada upaya dari pihak
pemerintah, yakni Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Bantul dalam
memperbaiki PLTB tersebut.
Latar belakang penelitian ini adalah mencari dan merumuskan solusi
kendala perawatan dan perbaikan sistem PLTB yang telah dibangun dalam
program keberlangsungan (sustainability) PLTB dengan studi kasus PLTB di
Pantai Samas, D.I.Y.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Faktor apakah yang berpengaruh terhadap terbengkalainya PLTB di Pantai
Samas, Bantul, D.I.Y serta saran yang dapat dimunculkan dalam rangka
perbaikan PLTB?.
2. Metode seperti apa yang dapat digunakan sebagai acuan pada saat
pembangunan sistem PLTB untuk dapat membuat sustainability dari
sistem PLTB dapat terjaga sejak awal pembangunan?.
3. Bagaimana cara menduplikasi sistem PLTB di sekitar Pantai Samas
dengan metode yang telah didapatkan?
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Memberikan gambaran mengenai penyebab umum dari terbengkalainya
sistem PLTB yang telah dibangun.
2. Memberikan metode sebagai rujukan pembangunan sistem PLTB untuk
membuat program yang menangani keberlangsungan dari sistem PLTB.
Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yakni sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak pemerintah maupun pihak yang ingin membangun
4

sistem PLTB dalam penentuan kebijakan yang akan diambil dalam program
keberlangsungan sistem PLTB.
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia memiliki sumber energi yang cukup beragam. Sumber energi
yang cukup penting dan banyak digunakan saat ini adalah energi fosil yang tidak
terbarukan (minyak bumi, gas bumi dan batubara) serta energi terbarukan (tenaga
air, panas bumi, energi surya, energi angin dan biomassa). Berkaitan dengan
kebutuhan akan energi listrik terutama untuk masyarakat di wilayah perdesaan
dan terpencil yang sulit dijangkau, pembangunan sektor energi menjadi hal yang
sangat dinantikan masyarakat. Dengan merujuk pada sumber energi fosil yang
terbatas serta melimpahnya potensi energi terbarukan yang belum maksimal
pemanfaatannya, maka alternatif terbaik sebagai salah satu solusi untuk
menyelesaikan permasalahan krisis energi di daerah pelosok adalah dengan
memanfaatkan potensi energi terbarukan.
Beberapa alasan mendasar bagi penyediaan energi terbarukan bagi
masyarakat perdesaan dan daerah terpencil antara lain karena :
1) Lokasi sumberdaya energi terbarukan umumnya berada di perdesaan dan desa
terpencil
2) Penyediaan energi konvensional di daerah ini memerlukan biaya tinggi
(terutama karena biaya distribusi yang relatif tinggi)
3) Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil
4) Pemanfaatan energi terbarukan tidak hanya untuk menyediakan energi bagi
keperluan rumah tangga akan tetapi juga untuk menambah penghasilan rumah
tangga dengan memperkenalkan dan mengimplementasikan kegiatan-kegiatan
atau usaha untuk menambah penghasilan.

Beberapa potensi pembangunan energi terbarukan yang memungkinkan
untuk dikembangkan di perdesaan dan daerah terpencil seperti tenaga air, energi
surya, energi angin dan biomassa. Dengan memanfaatkan potensi-potensi
tersebut, sangat memungkinkan untuk bisa sedikit mengatasi krisis energi, yaitu
5

dengan membangun Desa Mandiri Energi melalui sumber energi terbarukan serta
beriringan dengan kebijakan pemerintah melalui Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri.
Desa Mandiri Energi
DME adalah desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan memenuhi
lebih dari 60% kebutuhan energi (listrik dan bahan bakar) dari sumber energi
terbarukan yang dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumber daya
setempat. Pengembangan DME berangkat dari fakta bahwa sekitar 45% dari 70
ribu desa di Indonesia masuk dalam kategori desa tertinggal yang minim
infrastruktur dan fasilitas penunjang lainnya (sumber air bersih, akses energi, dan
lainnya) (ESDM, 2007). Selain itu, program ini dijalankan sebagai salah satu
jawaban tantangan keterbatasan energi yang makin terasa dan kerusakan
lingkungan akibat kurang terjaganya fungsi pelestarian lingkungan (Budiarto,
2011)
DME diharapkan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Pemanfaatan energi setempat,
2) Terciptanya kegiatan produktif yang merupakan dampak kegiatan pemanfaatan
energi setempat.
3) Penyerapan tenaga kerja baru, baik langsung (menangani unit pembangkit
energi) maupun tidak langsung (menangani kegiatan produktif yang
ditumbuhkan).

Kriteria ini perlu dipenuhi untuk menjamin tercapainya tujuan :
1) peningkatan pasokan energi bagi masyarakat,
2) penganekaragaman sumber energi masyarakat,
3) peningkatan produktivitas kegiatan ekonomi masyarakat desa
4) peningkatan kesempatan kerja
5) peningkatan kesejahteraan pada umumnya melalui penyediaan energi
terbarukan yang terjangkau dan berkelanjutan
6


Gambar 1. Kriteria Desa Mandiri Energi

Untuk pengembangan DME, fokus perlu diberikan utamanya pada
komunitas lokal sebagai penerima manfaat langsung maupun taklangsung
pembangunan fasilitas energi terbarukan. Kecenderungan untuk lebih memilih
pendekatan top down perlu dikurangi. Paling tidak, inisiasi top down tersebut
perlu didiseminasikan secara komprehensif dan sistematis dan betul-betul
menyentuh pelaku/penerima tingkat lokal sedini mungkin.

PNPM Mandiri
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan
acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri telah dilaksanakan sejak tahun 2007,
dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Keberhasilan PPK dan P2KP
menjadi model pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di perdesaan dan
perkotaan di lokasi PNPM Mandiri. PNPM Mandiri dimaksudkan untuk menjadi
payung program penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan pendekatan
pembangunan berbasis masyarakat. (PNPM Mandiri, 2012);
7

Tujuan PNPM Mandiri adalah meningkatkan kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri dengan cara menciptakan
atau meningkatkan kapasitas masyarakatbaik secara individu maupun
berkelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan
kualitas hidup, kemandirian serta kesejahteraan hidup dengan memanfaatkan
potensi ekonomi dan sosial yang mereka miliki melalui proses pembangunan
secara mandiri.

Gambar 2. Kriteria Program PNPM Mandiri
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM
Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah
satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung PNPM Mandiri yang
wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri
Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi pembangkit energi terbarukan yang dijadikan objek penelitian
terletak di Pantai Samas. Pantai Samas adalah pantai yang terletak di Desa
8

Srigading, Sanden, Bantul atau sekitar 24 km selatan Yogyakarta. Pantai Samas
terkenal dengan ombaknya yang besar, delta-delta sungai dan laguna atau danau
asin dekat pantai yang dahulu merupakan bagian laut dangkal, yang karena
peristiwa geografi terpisah dari laut.
Pada tahun 2013, Pemda Bantul telah merancang konsep wisata perahu
untuk menyusuri laguna yang menghubungkan pantai Samas dengan pantai
Depok. Di sebelah Timur pantai Samas telah dibangun dermaga perahu serta
pembangkit tenaga angin dengan kapasitas 5 KW untuk menunjang objek
pariwisata perahu tersebut.









Gambar 3. Lokasi penelitian pembangkit tenaga angin

Tata Laksana Penelitian
Pelaksanaan penelitian pada pembangkit tenaga angin di Pantai Samas
direpresentasikan melalui diagram alir berikut :

9













Gambar 4. Diagram alir penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diagram Sistem PLTB Pantai Samas
Sistem pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Pantai Samas merupakan
sistem pembangkit skala kecil (< 10 KW) dan bertipe off grid (tidak tersambung
dengan grid PLN). Secara keseluruhan, sistem terdiri dari 1 buah turbin angin
kapasitas 5 KW, kontroler, Rectifier (penyearah), dummy load (pembuang
kelebihan daya), 20 buah baterry deep cycle 12 V 150 Ah, sine wave inverter, dan
beban. Diagram sistem secara keseluruhan direpresentasikan oleh gambar berikut,
mulai
Studi
literatur
Analisis kerusakan
sistem
selesei
Survey lapangan
Identifikasi kinerja turbin
angin
Evaluasi dan
rekomendasi
10


Gambar 5. Diagram sistem turbin angin Pantai Samas
Pada sistem yang terpasang, generator pada turbin angin menghasilkan
listrik AC yang tidak stabil, kemudian masuk pada kontroller untuk mengatur
besarnya inputan pada komponen-komponen selanjutnya. Listrik AC yang tidak
stabil tadi diubah oleh rectifier menjadi listrik DC sebagai inputan 20 buah
susunan batere. Daya listrik yang dihasilkan akan disimpan pada batere atau
dibuang melalui dummy load jika daya yang diproduksi berlebihan. Daya listrik
DC yang tersimpan pada batere kemudian diubah oleh inverter menjadi listrik AC
dengan spesifikasi tegangan 220 V frekuensi 50 Hz sebelum digunakan untuk
menghidupkan beban berupa peralatan listrik AC.
Spesifikasi Teknis Turbin
Sistem PLTB yang ada di Pantai Samas dapat dikatakan lebih maju
(advance) dibanding dengan sistem PLTB lainnya yang ada di pesisir pantai
kabupaten Bantul terutama dari sisi turbin yang digunakan. Turbin yang dipasang
di Pantai Samas merupakan turbin EB 5 KW yang dilengkapi dengan sistem
kontrol otomatis untuk mengatur sudut blade (pitch) dan rotasi turbin (yaw),
berbeda dengan turbin-turbin konvensional yang masih menggunakan tebeng/
pengatur arah manual sebagaimana pada sistem pembangkit listrik tenaga hybrid
(PLTH) di Pantai Baru, Bantul. Adapun komponen-komponen pada turbin yang
digunakan direpresentasikan oleh gambar berikut,

11








Gambar 6. Komponen penyusun turbin angin sumbu horisontal (NREL, 2012)
Salah satu komponen yang menarik untuk diperhatikan adalah turbin EB 5
KW yang ada pada pantai Samas dilengkapi dengan sensor kecepatan berupa
anemometer dan sensor arah angin berupa wind vane sebagai inputan untuk
sistem kontrol pitch dan yaw. Sistem kontrol yang digunakan memiliki tujuan
untuk memodifikasi keadaan-keadaan operasi (operating states) turbin dalam
keadaan aman, memaksimalkan daya yang dapat dipanen, mengurangi kelelahan
beban yang merusak, dan mendeteksi kondisi gangguan pada turbin.
Adapun spesifikasi teknis dari turbin EB 5 KW yang digunakan
direpresentasikan pada tabel berikut,
Tabel 1. Spesifikasi teknik turbin EB 5 KW (Alpensteel.com)
Parameter Nilai
Rated Power 5000 W
Maximum Power 7500 W
AC Output 220 VAC
Frequency 50 Hz
Output Wave Type Pure Sine
Power Switch Management Auto Detect
Turbin Type HAWT
Material of Blades GRP
Generator Type PMG
Yaw Mode Electromotion
Number of Blades 3 pcs
Rotor Diameter 6,4 m
12

Rated Rotating Rate 240 rpm
Start Up Wind Speed 2,5 m/s
Rated Wind Speed 10 m/s
Maximum Wind Speed 25 m/s

Sedangkan kurva daya turbin EB 5 KW direpresentasikan oleh kurva berikut,






Gambar 7. Kurva daya Turbin EB 5 KW (AlpenSteel.com)
Dari kurva daya diketahui bahwa kecepatan minimal angin agar turbin
dapat beroperasi (start up wind speed) berada pada kisaran 2,5 m/s, kecepatan
rata-rata (rated wind speed) yang dipersyaratkan untuk menghasilkan daya 5000
W adalah 10 m/s, kecepatan untuk mencapai daya maksimal (maximum power)
7500 W berada pada kisaran kecepatan angin 15 m/s, dan kecepatan angin
maksimal (maximum wind speed) yang dapat ditolerir oleh turbin sebesar 25 m/s.
Analisis Kerusakan Sistem
Analisis kerusakan sistem PLTB di Pantai Samas, Bantul didapatkan dari
hasil survey langsung di lokasi dan wawancara dengan operator pembangkit
tenaga angin Pantai Samas. Menurut Sancoko (37), sistem PLTB baru dibangun
sekitar 1 tahun yang lalu oleh Pemda Bantul dengan menggandeng Perusahaan
Alpensteel sebagai kontraktornya. Akan tetapi, setelah 6 bulan beroperasi sistem
mengalami kerusakan dan sampai saat ini belum diperbaiki.
Penyebab utama kerusakan sistem dikarekan kecepatan angin pada suatu
hari melebihi batas maksimum kecepatan 25 m/s disertai fluktuasi arah akibat
13

badai. Dari kondisi tersebut, diperoleh hipotesis bahwa kerusakan sistem
dikarenakan sistem kontroller (berupa sensor maupun kontrol pitch dan yaw)
pada turbin tidak mampu merespon dan mengaktifkan fungsi brake (rem) untuk
memperlambat laju putaran low speed shaft. Akibatnya poros (shaft) memutar
gearbox dengan sangat cepat melebihi rated rotating rate yang sesuai kriteria
generator yang digunakan sebesar 240 rpm sehingga terjadi kondisi overload
(kelebihan beban). Adapun komponen lain seperti kontroller, batere, rectifier,
dummy load, dan inverter masih dalam kondisi baik dan tidak mengalami
kerusakan.
Pembangunan PLTB di Pantai Samas bisa dikatakan cukup baik, jika
dilihat dari sisi pengadaan komponen-komponen yang mendukung sistem. Akan
tetapi dari sisi sustainibility (keberlanjutan) proyek masih belum baik, terbukti
setelah 6 bulan beroperasi lalu mengalami kerusakan, sampai saat ini masih
mangkrak dan belum ada upaya perbaikan. Secara umum ada 2 penyebab yang
menjadikan pembangkit tersebut dalam keadaan mangkrak sampai saat ini, yaitu
aspek teknis dan nonteknis.
Dari aspek teknis terjadi kendala pada minimnya peralatan untuk
maintenance (perawatan) sistem dan terjadinya korosi pada mur-baut nacelle
(rumah generator) turbin, sehingga belum bisa dibuka. Sedangkan dari aspek
nonteknis ditemui kasus-kasus tentang minimnya anggaran untuk operational &
maintenance, kurangnya transfer teknologi dari kontraktor Alpensteel kepada
komunitas pengelola setempat, tidak diberikannya manual book (buku panduan)
turbin angin kepada komunitas pengelola, serta birokrasi ke Pemda untuk
pengurusan perbaikan yang terlalu rumit.
Rekomendasi Perbaikan dan Antisipasi Terjadinya Kerusakan
Pembangunan infrastruktur energi terbarukan membutuhkan kajian awal
yang komprehensif dan studi kelayakan dari aspek teknis, ekonomi, dan sosial. Ini
merupakan tantangan besar karena masih banyak kendala yang menghambat
peningkatan pemanfaatan berbagai sumber energi terbarukan di berbagai tempat.
14

Secara umum, mereka dapat diklasifikasikan sebagai masalah pasar, ekonomi
/keuangan, kelembagaan, teknis serta sosial dan budaya (Painuly, 2001).
Pembangunan PLTB di Pantai Samas menghabiskan dana yang tidak
sedikit. Dari hasil wawancara dengan operator pengelola sistem, diketahui bahwa
tidak kurang 500 juta dianggarkan hanya untuk pembangunan sistem. Seharusnya
ada anggaran yang juga dialokasikan untuk proses perawatan sedemikian
sehingga jika terjadi kerusakan sistem, penanganan perbaikan dapat segera
dilakukan.
Adapun rekomendasi perbaikan dari sisi teknis dilakukan dengan cara
mendatangkan pihak kontraktor untuk dapat membuka necelle yang mur-bautnya
sudah berkarat, yang karena keterbatasan peralatan yang dimiliki oleh operator
setempat sampai saat ini belum bisa dibuka. Sistem yang terletak di pesisir pantai
memang sangat rentan terhadap masalah korosi akibat kandungan garam pada uap
air laut. Oleh karena itu pada saat awal pembangunan seharusnya semua
perangkat yang mengalami kontak langsung dengan udara lingkungan seperti
perangkat turbin angin, sensor, maupun tiangnya harus dilapisi dengan lapisan
antikarat. Pemda setempat yang memiliki otoritas seharusnya pada saat awal
pembangunan mengadakan kesepakatan dengan pihak kontraktor untuk
memberikan pelatihan teknis yang komprehensif kepada komunitas setempat,
serta melakukan pendampingan dalam jangka waktu tertentu, minimal 1 tahun
sebagai bentuk tanggung jawab dan profesionalitas.
Secara lebih luas lagi, Pemda harus sadar bahwa daerah jangan hanya
terlena dengan kekayaan dan sumber daya energi yang melimpah, akan tetapi juga
diimbangi melaui penguatan sumber daya manusia untuk mengelolanya. Melihat
potensi pemanfaatan energi terbarukan yang cukup besar dan beragam, adanya
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki kurikulum energi terbarukan
bisa menjadi bibit awal pengembangan sumber daya manusia nya. Dalam rangka
penelitian, pengembangan, dan rekayasa (litbangyasa) di bidang industri energi
terbarukan maka perlu digiatkan lagi kerjasama antara perguruan tinggi dengan
lembaga penelitian maupun pengembangan teknologi seperti LIPI dan BPPT.
15

Duplikasi Teknologi Sejenis
Hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam duplikasi
teknologi PLTB sejenis untuk wilayah pantai di Indonesia.
Duplikasi dilakukan dengan memerhatikan hal-hal berikut :
Kebijakan yang diterapkan pembangun
o Pihak pembangun hendaknya memberikan peraturan yang lugas dan tegas
kepada pihak yang akan diserahi tanggung jawab terhadap pihak yang
mengurusi kebutuhan sistem PLTB. Tegasnya peraturan dapat memperkecil
kemungkinan kelalaian dan penyelewengan dalam program pelaksanaan
sistem PLTB..
o Pihak pembangun mengalokasikan dana yang cukup tinggi sebagai dana
perawatan dan perbaikan sistem PLTB sehingga diharapkan sistem dapat
berjalan dengan lancar.
Aspek teknis perwatan teknologi
o Tenaga teknis yang diserap haruslah memiliki latar belakang ilmu teknik
yang cukup (minimal lulusan SMK) yang dengan latar belakang keilmuan
yang dimiliki diharapkan dapat dengan mudah dan cepat mengerti dalam
proses penyerapan teknologi.
o Tenaga teknis diberikan pengajaran teknologi sistem PLTB dengan pelatihan
yang intensif dan dalam durasi pelatihan yang lama.
o Standard of Operational Procedure (SOP)/teknis manual dari pihak
pembangun diberikan kepada tenaga teknis lapangan sebagai rujukan
panduan perawatan disamping ilmu yang telah didapatkan dari pelatihan yang
telah diadakan.
o Tenaga teknis melaporkan track record kinerja sistem kepada pihak
pembangun dalam rangka monitoring sistem dan sebagai database kinerja
sistem. Jadwal pemantauan dan pelaporan diberlakukan dengan peraturan
yang ketat.
16

Aspek ekonomi daerah sekitar
o Upah yang diberikan kepada pihak pengurus dan penanggung jawab
sebesar nilai yang ideal dan pembayaran secara tertib. Permasalahan upah
merupakan salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan.
o Masyarakat dan pihak pembangun bekerja sama dalam membentuk
program penyediaan dana dari masyarakat sebagai umpan balik terhadap
hasil yang diberikan sistem PLTB kepada masyarakat.
Aspek sosial & masyarakat sekitar
o Pihak pembangun berusaha melakukan kerjasama dengan masyarakat
sekitar, khususnya tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam rangka
menjaga dan menghargai teknologi yang ada di sekitar masyarakat.
o Masyarakat sekitar haruslah menjadi prioritas utama pada hasil
pemanfaatan teknologi sistem PLTB sehingga diharapkan dapat timbul
rasa butuh terhadap teknologi tersebut. Contohnya, yakni membuat
lapangan pekerjaan yang modalnya didapatkan dari hasil sistem PLTB
tersebut.
KESIMPULAN

Daftar Pustaka
Alpensteel. Turbin EB 5 KW. Diakses di
http://alpensteel.com/component/virtuemart/?page=shop.product_details
&flypage=flypage.tpl&product_id=354&category_id=58, pada tanggal 3
April 2014.
Budiarto, R. 2013. Modul Ajar Pengantar Teknologi Energi Terbarukan. Jurusan
Teknik Fisika UGM.
ESDM. 2012 Peluang dan Tantangan Pengembangan PLT Bayu. Dikases di
http://www.ebtke.esdm.go.id/en/energy/renewable-energy/wind/279-
peluang-dan-tantangan-pengembangan-plt-bayu.html diakses tanggal 7
April 2014 pkl 08.40 WIB.
NREL, 2012. HAWT Component. Diakses di http://www.nrel.gov/wind/ , pada
tanggal 3 April 2014
17

Painuly, J.P., Barriers to renewable energy penetration; a framework for analysis,
Jour. Of Renewable Energy 24 (2001), pp. 73 89, 2001

Anda mungkin juga menyukai