Disusun Oleh : Anik Apriani G2A011008 Hanif Kurnia S G2A011023 Arbella Novantica G2A011009 Herdha Ari C G2A011024 Ardhiyan Lukita S G2A011010 Hilda Amalia G2A011025 Arfyan Andy P G2A011011 Iik Ristiyanto G2A011026 Ayu Rachmawati N G2A011012 Insan Perdana G2A011027
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara harfiah, anafilaksis berasal dari kata ana yang berarti balik dan phylaxis yang berarti perlindungan. Dalam hal ini respons imun yang seharusnya melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan, dengan kata lain kebalikan dari pada melindungi (anti-phylaxis atau anaphylaxis).Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan zat gizi ke sel-sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel yang progresif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita. Pada syok anafilaksis yang paling membahayakan ialah masuknya alergen ke dalam sirkulasi plasma meyebabkan degranulasi Ig E yang dilepaskan dan masuk ke dalam sirkulasi mediator kimia. Sel mast dapat juga diaktifkan dengan masuknya antigen ke dalam jaringan. Vasodilatasi perifer yang menyeluruh menyebabkan terjadinya hiptensi dan syok. Syok anafilaktik merupakan bentuk terberat dari reaksi obat. Anafilaktis memang jarang dijumpai,Dii Indonesia, khususnya di Bali, angka kematian dari kasus anafilaksis dilaporkan 2 kasus/10.000 total pasien anafilaksis pada tahun 2005 dan mengalami peningkatan prevalensi pada tahun 2006 sebesar 4 kasus/10.000 total pasien anafilaksis. Beberapa sumber menyebutkan bahwa anafilaksis lebih sering terjadi pada perempuan, terutama perempuan dewasa muda dengan insiden lebih tinggi sekitar 35% dan mempunyai risiko kira-kira 20 kali lipat lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Berdasarkan umur, anafilaksis lebih sering pada anak-anak dan dewasa muda, sedangkan pada orang tua dan bayi anafilaksis jarang terjadi ( Depkes,R.I 2005)
B. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan makalah asuhan keperawatan syok anafilaksis sebagai berikut : Tujuan instruksional umum : 1. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan kegawatan syok anafilaksis. Tujuan instruksional khusus : 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengertian syok anfilaksis. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan faktor predisposisi syok anafilaksis. 3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi syok anafilaksis. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinik syok anafilaksis. 5. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan kegawatan pada syok anafilaksis, 6. Mahasiswa mampu menjelaskan pengakajian fokus secara kasus maupun secara teori pada syok anafilaksis. 7. Mahasiswa mampu memahami pathways keperawatan pada syok anfilaksis. 8. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan secara kasus maupun teori. 9. Mahasiswa mampu merumuskan fokus intervensi keperawatan pada syok anafilaksis. C. METODE PENULISAN metode penulisan pada makalah asuhan keperawatan syok anafilaksis, sebagai berikut: 1. Studi pustaka Dengan mencarai referensi buku-buku yang terbaru 2. Diskusi kelompok Mendiskusikan dengan kelompok terkait topik 3. Browsing Dengan mencari jurnal penelitian atau website yang terpercaya terkait dengan topik D. SISTEMATIKA PENULISAN BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Metode Penulisan D. Sistematika Penulisan BAB II : KONSEP DASAR A. Pengertian B. Etiologi/predisposisi C. Patofisiologi D. Manifestasi klinik E. Penatalaksanaan Kegawatan F. Pengkajian Fokus Kegawatan G. Pathways Keperawatan H. Fokus Intervensi dan Rasional BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
BAB II KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut, berat dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara antigen spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast.(Krause.2005) Anafilaksis merupakan respons klinis terhadap reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe I) antara antigen yang spesifik dan antibodi.( Smeltzer.2000)
KLASIFIKASI Secara imunopatologik reaksi anafilaksis dan reaksi anafilaktoid dibagi menjadi 4 diantaranya : 1. Reaksi anafilaksis yang diperankan oleh IgE atau IgG. 2. Reaksi anafilaktoid karena lepasnya mediator secara langsung misalnya oleh obat, makanan, agregasi kompleks imun seperti reaksi terhadap globulin , IgG anti IgA. 3. Reaksi transfusi karena pembentukan antibodi terhadap eritrosit atau leukosit.\ 4. Reaksi yang diinduksi prostaglandin oleh pengaruh aspirin atau obat lain.
B. ETILOGI/PRESDIPOSISI Penyebab Anafilaktik : 1. Makanan 2. Kegiatan jasmani 3. Sengatan tawon 4. Faktor fisis seperti udara yang panas air yang dingin pada kolam renang bahkan sebagian anafilasis penyebabnya tidak diketahui. (buku ilmu penyakit dalam, 2009) Menurut Sudoyo (2006) Syok anafilaktik disebabkan oleh respon antigen antibodi. Hampir semua zat apapun dapat menyebabkan reaksi hypersensitivitas. Zat ini, dikenal sebagai antigen, dapat diperkenalkan dengan injeksi, konsumsi atau melalui kulit dan saluran pernapasan. Sejumlah antigen telah diidentifikasi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami rekasi hipersensitivitas. Daftar ini termasuk makanan, makanan adiktif, agen diagnostik, agen biologis, agen lingkungan, obat-obatan, dan racun. Dalam lingkungan rumah sakit latexs merupakan suatu antigen yang sangat bermasalah bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan. Faktor etiologi syok anafilaktik:
a. Makanan - Telur dan susu - Ikan dan kerang - Kacang-kacangan dan biji - Kacang-kacangan dan sereal - Kedelai - Gandum - Buah jeruk - Cokelat - Stroberi - Tomat - Alpukat - Pisang - Buah kiwi - Lain-lain b. Makanan aditif
- Pewarna makanan - Pengawet c. Diagnostik agen
- Pewarna kontras iodinasi - Sulfobromophthalein - Dehydrocholic - Asam Iopanoic d. Agen biologis
- Darah dan komponen darah - Insulin dan hormon lainnya - Gamma globulin - Plasma seminal - Enzim - Vaksin dan antitoxins e. Lingkungan agen
- Serbuk sari, jamur dan spora - Sinar matahari - Bulu hewan - Lateks f. Obat
- Antibiotik - Aspirin - Non-steroid anti -inflammatory drugs - Narkotika - Dekstran - Vitamin - Anestesi lokal - Relaksan otot - Neuromuskular blocking agen - Barbiturat g. venoms
- Lebah, hormets, jaket kuning, dan tawon. - Ular - Ubur-ubur - Laba-laba - Rusa lalat - Semut api
C. PATOFISIOLOGI Sistem kekebalan melepaskan antibodi Jaringan melepaskan histamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan penyempitan saluran udara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek) gangguan pernafasan dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut , kram , muntah dan diare. Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah (yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesan cairan dari pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan menyebabkan penurunan volume darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembes ke dalam kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner. Seringkali terjadi urtikaria dan angioedema. Angioedema bisa cukup berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan. Anafilaksis yang berlangsung lama bisa menyebabkan aritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim, penyuntikan allergen dapat mengakibatkan kematian atau reaksi subletal dan umumnya reaksi yang berat terjadi secara cepat. Individu yang terkena merasakan gelisah, diikuti dengan cepat oleh rasa ringan pada kepala yang mengakibatkan singkop. Rasa gatal di tangan dan di kepala dapat menjadi urtikaria yang menutupi sebagian besar permukaan kulit. Pembengkakan jaringan lokal dapat timbul dalam beberapa menit dan khususnya mengubah bentuk kelopak mata, bibir, lidah, tangan dan genitalia.
D. MANIFESTASI KLINIK Gambaran kilinis anafilaksis sangat bervariasi, baik cepat dan lamanya reaksi maupun luas dan beratnya reaksi. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodromal baru menjadi berat. Keluhan yang sering dijumpai pada fase permulaan adalah rasa takut, perih dalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan kesemutan pada tungkai, sesak, mual, pusing, lemas dan sakit perut. Adapun Gejala-gejala yang secara umum, bisa pula ditemui pada suatu anafilaksis adalah: 1. Gatal di seluruh tubuh 2. Hidung tersumbat 3. Kesulitan dalam bernafas 4. Batuk 5. Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku 6. Pusing, berbicara tidak jelas 7. Denyut nadi yang berubah-ubah 8. Jantung berdebar-debar (palpitasi) 9. Mual, muntah dan kulit kemerahan
E. PENTALAKSANAAN KEGAWATAN Penatalaksanaan syok anafilaksis dalam tahap pencegahan Hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid, antihistamin atau epinefrin.Serangan serangga atau beberapa jenis binatang lain sudah dapat dicegah dengan cara desensitisasi yang berupa penyuntikan berulang-ulang dari dosis rendah sampai dianggap cukup dalam jangka waktu yang cukup lama.
Penatalaksanaan kegawatan yang dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan apabila terdapat tanda-tanda kagagalan sirkulasi dan pernafasan. Untuk itu tindakan RJP yang dilakukan sama seperti pada umumnya.Bilamana penderita akan dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih baik fasilitasnya, maka sebaiknya penderita dalam keadaan stabil terlebih dahulu. Sangatlah tidak bijaksana mengirim penderita syok anafilaksis yang belum stabil penderita akan dengan mudah jatuh ke keadaan yang lebih buruk bahkan fatal. Saat evakuasi, sebaiknya penderita dikawal oleh dokter dan perawat yang menguasai penanganan kasus gawat darurat. Penderita yang tertolong dan telah stabil jangan terlalu cepat dipulangkan karena kemungkinan terjadinya reaksi lambat anafilaksis. Sebaiknya penderita tetap dimonitor paling tidak untuk 12-24 jam. Untuk keperluan monitoring yang kektat dan kontinyu ini sebaiknya penderita dirawat di Unit Perwatan Intensif. 2. Oksigenasi Prioritas pertama dalam pertolongan adalah pernafasan. Jalan nafas yang terbuka dan bebas harus dijamin, kalau perlu lakukan sesuai dengan ABC-nya resusitasi.Penderita harus mendapatkan oksigenasi yang adekuat. Bila ada tanda- tanda pre syok/syok, tempatkan penderita pada posisi syok yaitu tidur terlentang datar dengan kaki ditinggikan 30o 45 agar darah lebih banyak mengalir ke organ- organ vital. Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen dengan masker. Apabila terdapat obstruksi laring karena edema laring segera lakukan intubasi endotrakeal untuk fasilitas ventilasi. Ventilator mekanik diindikasikan bila terdapat spasme bronkus, apneu atau henti jantung mendadak. Penatalaksanaan farmakologi pada syok anafilaksis antara lain : 1. Epinefrin Epinefrin atau adrenalin bekerja sebagai penghambat pelepasan histamine dan mediator lain yang poten, Mekanisme adrenalin menghambat terjadinya degranulasi serta pelepasan histamine dan mediator lainnya. Selain itu adrenalin mempunyai kemampuan memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah perifer dan otot polos bronkus. 2. Obat obat vasopressor Bila pemberian adrenalin dan cairan infuse yang dirasakan cukup adekwat tetapi tekanan sistolik tetap belum mencapai 90 mmHg atau syok belum teratasi, dapat diberikan vasopressor misalnya dopamin dapat diberikan secara infus dengan dosis awal 0,3mg/KgBB/jam dan dapat ditingkatkan secara bertahap 1,2mg/KgBB/jam untuk mempertahankan tekanan darah yang membaik. 3. Aminofilin Aminofilin menghambat pelepasan histamine dan mediator lain, Aminofillin ini diberikan bila spasme bronkus yang terjadi tidak teratasi dengan adrenalin. Jadi kerja aminofilin memperkuat kerja adrenalin 4. Kortikosteroid Kortikosteroid digunakan untuk mengatasi spasme bronkus yang tidak dapat diatasi dengan adrenalin dan mencegah terjadinya reaksi lambat dari anafilaksis. 5. Antihistamin Bekerja sebagai penghambat sebagian pengaruh histamin terhadap sel target. Antihistamin diindikasikan pada kasus reaksi yang memanjang atau bila terjadi edema angioneurotik dan urtikaria. 6. Pemberian cairan intravena Pemberian cairan intravena dilakukan bila tekanan sistolik belum mencapai 100 mmHg (dewasa) dan 50 mmHg (anak). Cairan yang dapat diberikan adalah RL/NaCl, Dextran/ Plasma. Pada dewasa sering dibutuhkan cairan sampai 2000ml dalam jam pertama dan selanjutnya diberikan 2000 3000 ml/m LPB/ 24 jam.
F. PENGKAJIAN KEGAWATAN Kasus pemicu Nn. Mawar 25 tahun dibawa ke UGD RS Daerah oleh keluarganya karena sesak nafas, kesulitan menelan, muntah-muntah, bengkak pada mata timbul bercak kemerahan pada seluruh tubuh disertai buah. Saat ini kesadaran pasien apatis keluarga mengatakan pasien sedang sakit dan sudah berobat pagi tadi. Setelah minum obat dari dokter tidak sembuh malah bertambah keluhan dan semakin parah. Nama : Nn. Mawar Usia : 25 th Keluhan utama : pasien mengalami sesak napas dan kesulitan menelan, muntah- muntah, bengkak pada mata, timbul bercak kemerahan pada seluruh tubuh disertai gatal. Data objektif Data subjektif 1. Pasien mengalami sesak napas 2. Pasien muntah muntah 3. Bengkak pada matanya 4. Ada bercak kemerahan diseluruh tubuh 5. Kesadaran apatis
1. Pasien mengatakan gatal diseluruh tubuh 2. Kesulitan menelan 3. Keluarga mengatakan setelah minum obat dari dokter tidak sembuh malah bertambah keluhan dan semakin parah
Menurut Haupt MT dan Carlson RW ( 1989) dalam jurnal Syok dan Penangananya oleh Cemy ( 2010) menjelaskan penatalaksanaan syok anfilaksis pada primery survey antara lain: 1. Airway ( jalan nafas) pada jalan napas harus dijaga agar tetap bebas tidak ada sumbatan . untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala leher diatur agar lidah tidak jatuh kebelakang menutupi jalan nafas yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut. 2. Bretahing ( pernapasan) . tindakan yang dapat dilakukan ialah memberikan bantuan napas bantuan bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas. Bantuan yang dapat diberikan jika penderita menampakkan adanya obstruksi jalan napas diberikan oksigen. Obat-obatan sampai dengan intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeatomi. 3. Circulation ( peredaran) yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar misal arteri karotis atau femoralis, segera lakukan kompresi jantung luar. Penilaian A, B, C merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar yang penatalaksanaanya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru. Pengkajian secara teori pada syok anafilaksis 1. Aktifitas/ istirahat Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena adanya rasa takut,sesak, lemas dan pusing serta gatal/pruritus. Tanda : Gangguan Pada tungkai (kesemutan), rasa gatal pada kulit tangan dan kepala. 2. Kardiovaskuler Gejala : Palpitasi, takikardia, hipotensi, renjatan dan pingsan Tanda : Pada EKG ditemukan aritmia, T mendatar atau terbalik, fibrilasi ventrikel sampai asistol. 3. Integritas Ego Gejala : Perasaan tidak berdaya, putus asa Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira. Kesulitan untuk mengekspresikan diri. 4. Makanan/cairan Gejala : Mual, muntah, sakit perut dan dapat terjadi diare. 5. Neurosensori Gejala : Sinkope/pusing, kesemutan Tanda : Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma, disorientasi, halusinasi dan kejang. 6. Nyeri/kenyamanan Gejala : Sakit kepala (pusing), sakit di bagian perut, gatal pada mata dan kulit. 7. Pernapasan Gejala : Rinitis, bersin, gatal di hidung, batuk, sesak, suara serak, gawat nafas, takipnea samoai apnea. 8. Interaksi Sosial Tanda : Ketidakmampuan untuk berkomunikasi akibat berbagai gangguan pada tubuh, seperti gatal, sesak, dan rasa takut G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi 1) Pasien tampak sesak 2) Kesadaran menurun 3) Sianosis 4) Kulit tampak dalam betuk semburat merah 5) Pucat b. Auskultasi 1) Penurunan tekanan darah 2) Takikardi 3) Bradikardi
2. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Laboratorium 1) Hematologi : Hitung sel meningkat, Hemokonsentrasi, trombositopenia, eosinophilia naik/ normal / turun. 2) Kimia: Plasma Histamin meningkat, sereum triptaase meningkat. Radiologi b. X foto: Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus, plug. c. EKG: Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia.
H. PATHWAYS KEPERAWATAN ( terlampir )
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa yang bisa muncul pada kasus tersebut antara lain: 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot bronkus . 2. Gangguan perfusi jaringan, berhubungan dengan penurunan curah jantung. 3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kapasitas vaskuler. 4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan produksi histamine dan bradikinin oleh sel mast. 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah.
J. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
No No Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional 1 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien mampu mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan nafas yang paten. Kriteria Hasil : Mempertahankan pola 1. Pastikan tidak terdapat benda atau zat tertentu atau gigi palsu pada mulut pasien.
2. Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar dan miringkan kepala pasien. Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya suatu benda asing ke faring.
Meningkatkan aliran sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas efektif pasien
3. Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
4. Kolaborasi : Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan nafas.
Menurunkan resiko aspirasi atau asfiksia.
Untuk menurunkan hipoksia cerebral. 2 2 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam perfusi jaringan pasien membaik. Kriteria Hasil : a. Kulit pasien hangat. b. Tanda vital dalam batas normal. c. Pasien sadar atau berorientasi.
1. Selidiki perubahan tiba tiba atau gangguan mental kontineu contoh cemas, bingung letargi, pingsan. 2. Lihat kulit apakah pucat, sianosis, belang, kulit dingin atau lembab, catat kekuatan nadi perifer.
3. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.
Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung. Penurunan curah jantung dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
Penurunan curah jantung dapat mencetuskan stres pernapasan.
3 3 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan tubuh pasien terhadap cairan terpenuhi. Kriteria Hasil: 1. Catat tanda vital pasien.
2. Catat peningkatan suhu dan durasi demam . berikan kompres hangat sesuai indikasi, pertahankan pakaian Indikator dari volume cairan sirkulasi. - Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diforesis yang berlebihan dihubungkan Kebutuhan cairan pasien terpenuhi tetap kering, pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.
3. Ukur haluan urine dan berat jenis urine.
4. Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan sediktnya 2500ml/hari.
5. KOLABORASI : Berikan obat obatan sesuai indikasi misal: antipiretik(aceta minofen). dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan yang berlebihan.
Peningkatan berat jenis urine/penuruna haluaran urine menunjukan perubaha perfusi ginjal /volume sirkulasi. - Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus,dan melembabkan membran mukosa.
Untuk membantu mengurangi demam dan respon metabolisme, menurunkan cairan tak kasat mata. 4 4 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan kulit berkurang dan 1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna kulit,turgor kulit,sirkulasi dan sensasi. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan kulit.
meningkatkan kesembuhan. Kriteria Hasil : Menunjukan kemajuan pada luka atau penyembuhan 2. Pertahankan higiene kulit misalnya membasuh dan kemudian mengeringkan dengan hati2 dan melakukan masagge dengan menggunakan lotion/cream. 3. Pertahankan kebersihan lingkungan pasien seprti seprei bersih kering dan tidak berkerut.
4. Sarankan pasien untuk melakukan ambulasi beberapa jam sekali jika memungkinkan. Gunting kuku secara teratur. Mempertahankan kebersihan karena kulit tiap kering dapat menjadi barier infeksi. Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan kenyamanan. -
Friksi kulit di sebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi. - Menurunkan tekana pada kulit dari istirahat lama di tempat tidur. - Kuku yang panjang /kasar meningkatkan kerusakan dermal. 5 5 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam terjadi peningktan intoleransi aktifitas. Kriteria Hasil : Pasien mencapai peningktan 1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas.
2. Catat respon cardiopulmonal terhadap aktivitas. Hipotensi dapat terjadi karena efek obat, perpindahan cairan,pengaruh fungsi jantung. - Penurunan / ketidak mampuan miokardium untuk toleransi aktivitas yang dapat di ukur
3. Kaji penyebab kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan mandiri sesuai indikasi.selingi periode aktivitas dengan periode istirahat.
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas. - Kelemahan dapat disebabkan oleh efek samping beberapa obat,nyeri dan stres. - Dapat menunjukan peningkatan decompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi strees miokard/kebutuhan oksigen
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai oleh Ig E yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Syok anafilaktik memang jarang dijumpai, tetapi mempunyai angka mortalitas yang sangat tinggi. Beberapa golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, dan bisa atau racun serangga. Faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis, yaitu sifat alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan paparan alergen. Anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe I, terdiri dari fase sensitisasi dan aktivasi yang berujung pada vasodilatasi pembuluh darah yang mendadak Penatalaksanaan syok anfilaktik harus cepat dan tepat mulai dari hentikan allergen yang menyebabkan reaksi anafilaksis; baringkan penderita dengan kaki diangkat lebih tinggi dari kepala; penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru; pemberian adrenalin dan obat-obat yang lain sesuai dosis; monitoring keadaan hemodinamik penderita bila perlu berikan terapi cairan secara intravena, observasi keadaan penderita bila perlu rujuk ke rumah sakit. Pencegahan merupakan langkah terpenting dalam penatalaksanaan syok anafilaktik terutama yang disebabkan oleh obat-obatan. Apabila ditangani secara cepat dan tepat sesuai dengan kaidah kegawat daruratan, reaksi anafilaksis jarang menyebabkan kematian
B. SARAN
1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera. 2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syock
DAFTAR PUSTAKA
Alkatri J, dkk, Resusitasi Jantung Paru, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Editor Soeparman, Jilid I, ed. Ke-2. 2009. Balai Penerbit FKUI:Jakarta Sudoyo. W Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I Edisi iv. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran. Jakarta H. Suyono Slamet. 2001. Buku Ajar, I LMU PENYAKI T DALAM. Jilid II, Edisi ketiga. Penerbit; Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2001 Sylvia. A. Price. 2005. PATOFI SI OLOGI , Konsep klinis Proses-proses Penyakit. Volume 1, Edisi 6. Penerbit; EGC. 2005 Marilynn. E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit; EGC Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit; EGC. 2001 Krause, Richard. 29 April 2005. Anaphylaxis. eMedicine. Accessed 24 April 2006 Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC