BIOSENSOR Sebelum saya menjelaskan lebih jauh, saya beritahukan bahwa ini adalah gagasan saya yang terfikirkan oleh saya ketika saya sedang mengiuti kuliah Mata Kuliah Sistem Instrumentasi dan ketika itu sedang membahas tentang Pemrosesan Sinyal Digital. Gagasan ini belum direalisasikan dan diaplikasikan namun akan segera dilakukan penelitian dan pengembangan lebih jauh. Dalam kuliah tersebut, dosen saya sedang menerangkan tentang jenis-jenis sensor. Salah satunya adalah biosensor. Biosensor selama ini digunakan untuk mengukur kadar glukosa. Lalu saya berpendapat bahwa tidak hanya glukosa saja yang dapat dideteksi, tetapi juga bakteri pathogen. Bakteri pathogen merupakan bakteri berbahaya yang sring terdapat dalam makanan. Makanan merupakan kebutuhan yang sangat krusial bagi manusia karena makanan berperan dalam pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, makanan dapat pula menimbulkan penyakit bagi manusia itu sendiri. Keracunan makanan atau foodborne disease (penyakit bawaan makanan), terutama yang disebabkan oleh bakteri patogen masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara termasuk Indonesia. Banyak media yang memberitakan terjadinya keracunan makanan akibat mengkonsumsi hidangan atau jamuan pesta, jajanan, makanan catering, bahkan pangan segar. Terdapat tiga faktor kunci yang umumnya memicu timbulnya kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan akibat bakteri, yaitu: 1. Kontaminasi : bakteri patogen harus ada dalam pangan; 2. Pertumbuhan : dalam beberapa kasus, bakteri patogen harus memiliki kesempatan untuk berkembang biak dalam pangan untuk menghasilkan toksin atau dosis infeksi yang cukup untuk menimbulkan penyakit; 3. Daya hidup (survival) : jika berada pada kadar yang membahayakan, bakteri patogen harus dapat bertahan hidup dalam pangan selama penyimpanan dan pengolahannya. Bakteri dapat menyebabkan keracunan pangan melalui dua mekanisme, yaitu intoksikasi dan infeksi. Biosensor adalah salah satu teknologi alat (divais) yang digunakan sebagai sensor untuk deteksi biomolekul atau senyawa-senyawa yang berkaitan dengan aktivitas biologi dan organisme hidup. Biosensor dapat digunakan untuk menelaah fungsi suatu material biologI atau jasad hidup, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui berfungsinya jasad tersebut. Kebutuhan akan Biosensor sebagai perangkat analis yang mampu merespons secara selektif terhadap sampel analit yang bersesuaian dan mengubah konsentrasinya menjadi sinyal listrik melalui system rekognisi yang merupakan kombinasi antara unsur biologis dan tranduser physico -chemical. Biosensor dapat memberikan alternatif yang kuat dan murah untuk analitis konvensional, untuk pengujian spesies kimia dalam matriks yang kompleks, biosensor dapat membedakan analit target dari sejumlah zat yang tidak dapat bereakasi dan berpotensI menginterferensi proses kimiawi, kemudian mengidentifikasi sampel yang diujikan. Aplikasi gelombang akustik saat ini banyak digunakan dalam berbagai bidang sensor termasuk penginderaan fisik, sensor kimia dan biosensor. Dalam merealisasikannya dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang berhubungan dengan pengetahuan mengenai bahan, sifat gelombang akustik, desain perangkat. ( Bill Drafts, IEEE vol. 49, No.4, April 2001). Pengembangan gelombang akustik dalam media piezoelektrik memungkinkan implementasinya untuk diwujudkan menjadi biosensor yang peka. Sensor gelombang akustik memiliki mekanisme deteksi pada permukaan sensor berupa getaran mekanis, atau rambatan gelombang akustik. Perambatan gelombang akustik melalui permukaan material, setiap perubahan karakteristik pada jalur propagasi mempengaruhi kecepatan atau amplitudo gelombang. Perubahan kecepatan dapat dipantau dengan mengukur frekuensi atau karakteristik fase sensor dan kemudian dapat dihubungkan dengan besaran fisik yang diukur. Hampir semua perangkat gelombang akustik dan sensor menggunakan material piezoelectric untuk menghasilkan gelombang akustik. Manfaat utama dari rencana alat ini adalah sebagai dasar penelitian untuk membuat biosensor patogen yang dapat diimplementasikan untuk standarasisasi keamanan pada produk pangan dari bakteri pathogen berbahaya sehingga bisa dikembangkan untuk tahap selanjutnya.