MJT 0303 PDF
MJT 0303 PDF
ton bebansumbu
AE SDRG =
4
76 . 13
) (
ton bebansumbu
Diasumsikan pada awal tahun pembukaan jalan nasional jenis perkerasan lentur dengan lebar jalan
7 meter, nilai IRI awal adalah 2,0, dan setelah dilakukan overlay IRI juga adalah 2,0.
Asumsi lain adalah
7
0<IRI<4,5 pemeliharaan rutin dan 4,5<IRI<8 pemeliharaan berkala
biaya pemeliharaan rutin Rp 50 juta/km dan pemeliharaan berkala Rp1,3 milyar/km
tingkat pertumbuhan lalu lintas angkutan barang 6% pertahun,
J umlah truk pada tahun dasar adalah 211.156 unit
Tabel berikut ini adalah hasil perbandingan antara truk dengan muatan sesuai J BI dan truk dengan
kelebihan muatan mencapai 50% dari J BI untuk CESAL, IRI prediksi, dan jenis pemeliharaan
dalam kurun waktu sesuai umur rencana jalan 10 tahun.
Tabel 1. Perbandingan antara muatan sesuai J BI dan muatan berlebih 50%
1 211.156 791.835 2,128 Rutin 4.014.076 2,522 Rutin
2 223.825 839.345 2,263 Rutin 4.254.920 3,081 Rutin
3 237.255 889.706 2,407 Rutin 4.510.215 3,681 Rutin
4 251.490 943.088 2,559 Rutin 4.780.828 4,322 Rutin
5 266.580 999.673 2,721 Rutin 5.067.678 5,009 Berkala
6 282.574 1.059.654 2,893 Rutin 5.371.739 2,688 Rutin
7 299.529 1.123.233 3,075 Rutin 5.694.043 3,426 Rutin
8 317.501 1.190.627 3,268 Rutin 6.035.685 4,217 Rutin
9 336.551 1.262.065 3,473 Rutin 6.397.827 5,065 Berkala
10 356.744 1.337.789 3,690 Berkala 6.781.696 2,861 Rutin
Muatan Sesuai J BI
J lh LL Truk
Tahun
ke
CESAL
Muatan Berlebih 50%
Pemeliharaan Pemeliharaan IRI Prediksi IRI Prediksi CESAL
Berdasarkan asumsi di atas, pada tahun ke 10 baru tercapai 1,35 juta CESAL dan IRI prediksi 3,69
untuk kondisi beban kendaraan sesuai J BI, tetapi sesuai dengan umur rencana sudah harus
dilakukan pemeliharaan berkala. Sedangkan untuk kondisi beban 50% melebihi J BI, dengan
asumsi pemeliharaan berkala sudah harus dilakukan pada tahun ke-5 dengan 5,067 juta CESAL
dan IRI prediksi 5,01. Setelah dilakukan overlay maka IRI awal menjadi 2 kembali, pada tahun ke-
9 nilai ekivalen sudah mencapai 6,397 juta CESAL dan IRI prediksi adalah 5,065 dan dilakukan
overlay kembali. Pada tahun ke-10 dengan lintas ekivalen mencapai 6,781 juta CESAL dan IRI
prediksi hanya bertambah menjadi 2,861, karena telah dilakukan overlay pada tahun ke-9. J adi
dengan muatan truk berlebih 50% dari J BI telah dilakukan 2 kali pemeliharaan berkala selama
umur rencana jalan. Tentu saja dalam kenyataan di lapangan bisa menjadi lebih besar dari simulasi
ini, karena dalam simulasi ini diasumsikan bahwa yang berlalu lintas adalah truk barang 3 sumbu
saja, sementara pada kenyataannya semua lalu lintas roda empat ke atas harus diperhitungkan.
Dengan nilai penanganan di atas, biaya total pemeliharaan ruas jalan tersebut selama 10 tahun
untuk kondisi beban normal adalah Rp. 1,75 milyar/km,- (9 kali rutin x Rp. 50 juta +1 kali berkala
x 1,3 milyar), sedangkan untuk kondisi muatan berlebih Rp.3 milyar/km,- (8 kali rutin x Rp 50 juta
+2 kali berkala x Rp 1,3 milyar). Di sini terjadi peningkatan biaya penanganan sebesar Rp. 1,25
8
milyar/km dalam rentang waktu 10 tahun umur rencana. Dengan asumsi tersebut terjadi tambahan
biaya pemeliharaan jalan sebesar rata-rata Rp. 125 juta/km/tahun yang diakibatkan oleh muatan
truk yang melebihi J BI sampai batas toleransi 50%. Ini berarti bahwa muatan berlebih truk itu
berpengaruh terhadap biaya pemeliharaan jalan sampai 2,5 kali biaya pemeliharaan rutin pertahun
seperti yang diasumsikan di atas. Peningkatan biaya penanganan jalan akibat beban berlebih ini
tentu menjadi hambatan bagi pemerintah yang disibukkan hanya dengan pemeliharaan jalan yang
ada, sementara masih banyak ruas jalan yang perlu ditingkatkan dan bahkan dibangun baru,
terutama di daerah tertinggal. Dari hasil simulasi tersebut ditemukan juga bahwa jika nilai
penambahan biaya transportasi barang akibat muatan berlebih selama 10 tahun umur rencana jalan
tersebut dibebankan kepada operator, maka setiap kelebihan muatan menyumbang biaya transport
sebesar Rp. 45,-/ton-km. Dampak penambahan biaya transportasi akibat muatan berlebih ini
ditambah lagi dengan adanya pungutan tidak resmi (contoh kasus angkutan barang Medan Banda
Aceh mencapai antara 400 dan 500 ribu rupiah sekali jalan, laporan Bank Dunia dan BRR tahun
2007), selalu bermuara pada harga jual produk di tingkat konsumen, sehingga yang dirugikan
adalah konsumen.
Solusinya adalah diterapkannya sistem transportasi barang multimodal/intermodal terpadu. Khusus
untuk pulau J awa dan sebagian Sumatera, pemanfaatan intermodal antara moda truk dan moda
kereta api tentu lebih efisien, sedangkan untuk luar J awa (terutama kawasan Indonesia Bagian
Timur) kombinasi moda jalan dengan moda laut tentu lebih efisien. Pemerintah perlu meninjau
kembali kebijakan toleransi kelebihan muatan truk. Tidak hanya diberlakukan disinsentif dengan
denda di jembatan timbang, tetapi juga insentif dengan meningkatkan prasarana dan sarana moda
lain, sehingga penerapan sistem multimodal dan intermodal terpadu dapat berjalan dengan baik di
samping penyempurnaan regulasi. Sudah selayaknya diterapkan sistem transportasi barang
multimodal ataupun intermodal terpadu di Indonesia, agar beban lalu lintas di jalan raya berkurang
dan sekaligus kerusakan jalan menjadi minimal sehingga biaya pemeliharaan jalan dapat dialihkan
ke pembangunan jaringan jalan baru.