Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

Acara 6

Simulasi Percobaan Pautan pada Proses Pindah Silang untuk
Pemetaan Kromosom



DISUSUN OLEH
NAMA : ENDANG LISTIANI
NIM : F05111017
KELOMPOK : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2013

ABSTRAK
Praktikum yang dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi ini bertujuan untuk
Melakukan percobaan proses pindah silang tunggal dan pindah silang ganda, membuat peta
kromosom, serta menentukan koefisien koinsidens dan interferensi. Pada praktikum ini
menggunakan bahan berupa plastisin, kertas dan simulasi test-cross gen-gen terpaut. Pada
percobaan imitasi kromosom menggunakan plastisin untuk pindah silang tunggal diperoleh
hasil yaitu antara lokus a pada kromosom 1 saling bertukar dengan lokus A pada kromosom
3 yang menghasilkan rekombinasi gen. Sementara pada pindah silang ganda memiliki
rekombinasi gen yang jauh lebih besar dibandingkan pada pindah silang tunggal. Hal ini
disebabkan rekombinasi terbesar akan terdapat pada gen-gen yang memiliki jarak yang jauh.
Untuk mengetahui frekuensi rekombinasi dilakukan pemetaan kromosom. Pemetaan
kromosom merupakan skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai garis lurus dimana
diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada kromosom itu. Dari pembuatan peta
kromosom tersebut dapat ditentukan frekuensi rekombinan. Dan berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh banyaknya pindah silang ganda yaitu: KK = .


Kata Kunci: Pindah Silang, Pindah Silang Tunggal, Pindah Silang Ganda, Pemetaan
Kromosom, Rekombinasi Gen









PENDAHULUAN
Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis pada semua mahluk
hidup. Pindah silang ialah proses penukaran segmen dari kromatid; terjadi antara kromatid
yang bukan pasangannya dari kromosom homolong dan berlangsung pada saat kromosom
mengganda menjadi 2 kromatid berpasangan (bersinapsis) dan yang homolog bergandeng
pada bidang ekuator proses penukaran segmen dari kromatid-kromatid bukan saudara
(nonsister chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa pindah silang umum
terjadi pada setiap gametogenesis (peristiwa pembentukan gamet) pada kebanyakan makhluk
hidup, seperti tumbuhan, hewan dan manusia. Pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir
profase I atau permulaan metafase I), yaitu ketika kromosom telah mengganda menjadi dua
kromatid Pada waktu kromosom-kromosom hendak memisah (yaitu pada anafase I),
kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat dan putus dibagian kiasma, kemudian tiap
potongan itu melekat pada kromatid sebelahnya secara timbal balik. Berhubung dengan itu
gen-gen yang terletak pada bagian yang pindah itu akan berpindah pula tempatnya ke
kromatid sebelahnya (homolognya).
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang
atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada
pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling
memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan tinggi tanaman dengan
warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi. Hukum Mendel II disimpulkan dari
persilangan dihibrid. Hukum ini juga dinamakan Hukum Penggabungan Bebas (the
mendelian law of independent assortment). Hukum II Mendel menyatakan bahwa pada waktu
pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi bebas (misal alel A memisah
dari a, serta alel B memisah dari b) akan bergabung secara bebas membentuk genotip dengan
dengan kombinasi alel yang berbeda-beda.

Hukum Mendel II (Hukum Kebebasan Mendel = Prinsip berpasang-pasangan secara
bebas), dimana:
a. Dalam peristiwa pembentukan gamet, alela-alela mengadakan kombinasi secara bebas
sehingga kombinasi sifat-sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam.
b. Berlaku untuk pembastaran dengan dua sifat beda (dihibridisasi) atau lebih, baik
dominansi maupun intermediet (Yatim,1986).

Pindah silang dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pindah silang tunggal merupakan pindah silang yang terjadi pada satu tempat. Dengan
terjadinya pindah silang ini akan terbentuk 4 macam gamet. Dua macam gamet
memiliki gen-gen yang sama dengan gen-gen yang dimiliki induk (parental), sehingga
dinamakan gamet tipe parental. Dua gamet lainnya merupakan gamet-gamet baru,
yang terjadi akibat adanya pindah silang. Gamet-gamet ini dinamakan gamet
rekombinasi. Gamet tipe parental dibentuk lebih banyak dibanding dengan tipe
rekombinasi.
2. Pindah silang ganda merupakan pindah silang yang terjadi pada dua tempat. Jika
pindah silang ganda (double crossing over) berlangsung diantara dua buah gen yang
terangkai, maka terjadinya pindah silang ganda ini tidak akan tampak dalam fenotip,
sebab gamet-gamet yang dibentuk hanya dari tipe parental saja atau dari tipe
rekombinasi atau tipe parental dan tipe rekombinasi akibat pindah silang tunggal.
Akan tetapi, misalkan diantara gen A dan B masih ada gen ketiga, misalnya gen C,
maka terjadinya pindah silang ganda antara A dan B akan nampak (Suryo,2010).\

Peluang crossover (PC) akan menentukan banyaknya crossover (pindah silang) yang
terjadi. Nilai PC berkisar dari 0 sampai 1. Apabila nilai PC sama dengan 1, maka seluruh
kromosom akan mengalami crossover. Apabila PC sama dengan 0, maka tidak akan terjadi
proses crossover, atau dengan kata lain kromosom offspring (kromosom anak hasil pindah
silang) akan sama dengan kromosom parent (kromosom induk).

Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh maupun kromosom kelamin. Tautan pada
kromosom tubuh disebut tautan autosomal atau tautan non-kelamin. Sedangkan tautan
kelamin disebut juga tautan seks.
Gen-gen yang mengalami tautan pada satu kromosom tidak selalu bersama-sama pada
saat pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis. Gen-gen yang tertaut tersebut dapat
mengalami pindah silang. Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen
suatu kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya (Suryo,2010).

Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari kromatid-
kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa pindah silang sangat
umum terjadi pada saat pembentukan gamet pada kebanyakan makhluk. Pindah silang terjadi
pada akhir profase I atau awal metafase I yang terjadi pada saat kromosom telah mengganda
menjadi dua kromatid. Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu
kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup kemungkinan
adanya pindah silang pada kromatid-kromatid yang lain (Campbell, 2004).
Peristiwa pindah silang diikuti oleh patah dan melekatnya kromatid pada waktu profase
dalam pembelahan meiosis. Pindah silang mengakibatkan rekombinasi sehingga dihasilkan
kombinasi parental dan rekombinasi pada fenotipenya. Dalam menghitung presentase tipe
rekombinan di antara keturunan dapat digunakan unit peta, yaitu jarak antara gen-gen untuk
menyatakan posisi relatifnya pada suatu kromosom. Untuk menentukan unit peta antara gen-
gen, terlebih dahulu dihitung nilai pindah silang (NPS) = (jumlah tipe rekombinan / jumlah
individu seluruhnya) x 100% (Suryo,2010).
Persentase pindah silang digunakan untuk menggambarkan jarak antar gen yang
bertaut, dengan satuan ukuran unit peta. Satu unit sama dengan 1% pindah silang
(rekombinan) dan menunjukan jarak linier antar 2 gen tersebut. Frekuensi pindah silang
sangat ditentukan oleh jarak antar gen yaitu kemungkinan terjadinya pindah silang antar gen
tersebut makin jauh. Jarak sentromer mempengaruhi pindah silang, demikian pula umur
organisme (makin tua makin sedikit suhu, makin rendah atau lebih rendah 22
o
C), nutrisi dan
pengaruh zat kimia. Tempat dimana gen berada dalam kromosom (loci) berada pada analog
linier di benang kromatid.
Uji silang sering juga disebut sebagai persilangan tes, persilangan tes adalah suatu
persilangan untuk mengetahui apakah suatu individu itu homozigot ataukah heterozigot.
Fenotip dari individu yang homozigot ataupun yang heterozigot dominan dari suatu gen yang
bersifat dominan penuh adalah sama. Pada persilangan ini, maka individu yang akan diuji
dikawinkan dengan individu yang sudah jelas homozigot resesif (Hardjosubroto, 1998).
Muller menegaskan bahwa suatu pindah silang yang terjadi pada suatu tempat tentu
menghambat terjadinya pindah silang lain yang berdekatan. Inilah yang dinamakan
interferensi. Untuk mencari besarnya interferensi harus dicari besarnya koefisien koinsidens
(KK) dahulu, yaitu perbandingan antara banyaknya pindah silang ganda yang sesungguhnya
dengan banyaknya pindah silang ganda yang diharapkan (Elrod & Stansfield, 2002).




METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan pada
tanggal 18 Oktober 2013. Adapun bahan yang digunakan berupa plastisin, kertas dan
simulasi test-cross gen-gen terpaut.
Pada percobaan ini terlebih dahulu membuat kromosom homolog sister chromatid
(tetrad) menggunakan Plastisin yang berbeda warna kemudian kertas yang bertulis kan
masing-masing A B C D E diletakan pada alelnya diatas plastisin sebagai simulasi letak gen
secara random pada plastisin, kemudian hasil susunan gen digambar, kemudian pindah silang
tunggal di lakukan yakni segmen kromatin di tukarkan dengan segmen kromatin kromosom
homolognya pada suatu tempat, kemudian susunan gen gen yang baru terbentuk tersebut di
gambar, kemudian lakukan pindah silang ganda yakni tukar segmen kromatid dengan segmen
kromatid kromosom homolognya dua tempat kemudian susunan gen-gen baru terbentuk
tersebut digambar Selanjutnya diperhatikan data simulasi computer hasil test-cross berikut:
Tabel Data simulasi computer hasil uji silang (testcross)
No
Fenotip
(gamet
F1)
Jumlah No
Fenotip
(gamet
F1)
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
+++++
+B+++
++C++
+++D+
++++E
A++++
+B++E
+BC++
A+C++
++C+E
+B+D+
++CD+
A++D+
+++DE
A+++E
116
35
11
26
24
4
8
4
34
1
9
1
2
108
1
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
+B+DE
+BC+E
A+C+E
+BCD+
A+CD+
AB+D+
++CDE
A++DE
AB++E
ABC++
+BCDE
A+CDE
AB+DE
ABC+E
ABCD+
42
1
9
3
9
1
10
3
2
98
10
36
15
24
34
16 AB+++ 15 32 ABCDE 104

Selanjutnya di uji apakah setiap pasang gen (dua-dua) bebas satu sama lain atau tidak
(terpaut). Seandainya tidak bebas, dihitung koefisien rekombinasi dan jarak antara gen-gen
tersebut. Kemudian digambar peta kromosomnya.
Bila terjadi pindah silang untuk dua kromosom yang berdampingan (tiga gen saling terpaut),
dihitung coincidence dan interference: apakah kedua pindah silang tersebut bebas atau tidak
(saling mempengaruhi: menekan/merangsang).
HASIL PERCOBAAN


Gambar 1. Kromosom homolog dan
sister chromatid (tetrad)
Gambar 2. Kromosom hasil pindah
silang tunggal
Gambar 3. Kromosom hasil pindah
silang ganda
PEMBAHASAN
Didalam perkawinan silang individu yang dihasilkan/ Filial nya terkadang memiliki
Fenotip dan Genotip yang tidak sesuai dengan yang telah diterangkan dalam hukum mendel I
maupun hukum mendel II , itu berarti pewarisan sifat tersebut mengalami penyimpangan
Hukum Mendel baik Hukum I Mendel ataupun Hukum II Mendel. Hukum II Mendel atau
Hukum Penggabungan Bebas (The Mendelian Law Of Independent Assortment) menyatakan
bahwa pada waktu pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi bebas
(misal alel A memisah dari a, serta alel B memisah dari b) akan bergabung secara bebas
membentuk genotip dengan dengan kombinasi alel yang berbeda-beda. Artinya bahwa bila
dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat
secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan
gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi.
Penyimpangan dapat disebabkan oleh tautan dan pindah silang. Hal ini disebabkan
organisme memiliki jumlah gen lebih banyak daripada jumlah kromosom. Selain itu,
pengamatan Mendel juga pada kromosom yang berlainan sehingga terjadi segregasi secara
bebas. Namun, dalam hal ini jika sifat yang diamati pada kromosom yang sama (homolog)
maka tidak akan terjadi rasio fenotip 9:3:3:1 pada F2 nya, artinya hukum pemisahan secara
bebas tidak berlaku karena terjadi tautan. Tautan (linkage) merupakan 2 gen yang terletak
pada kromosom yang sama tidak dapat bersegregasi secara bebas dan cenderung diturunkan
bersama. Melalui pengamatan fenotip, kita mengetahui suatu sifat terpaut yaitu dengan
melakukan test cross.
Selain karena tautan, penyimpangan Hukum Mendel juga terjadi karena pindah silang.
Pindah silang merupakan salah satu kejadian dalam ilmu genetika dimana kromosom tidak
berpasangan dengan kromosom homolognya (Yatim,1996).
Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi , diperoleh data berikut:
Jarak A C = 10,5
Jarak A B =
Jarak B C =
Jarak B D =
Jarak C D =
Jarak C E =
Jarak D E =
Berarti gen A B C D E berdasarkan perhitugan diatas dapat ditempatkan dalam urutan
lieniernya yang sebenarnya adalah C-A-B-D-E
Dalam jarak minimum tersebut persentase rekombinansi ekuivalen dengan jarak peta .
diluar jarak tersebut, hubungan menjadi tidak linier. Jarak peta yang yang sebenarnya pun
menjadi lebih kecil dari yang seharusnya karena fraksi rekombinasi , jarak peta dan fraksi
rekombinansi tampak menjadi semakin saling bebas pada jarak yang jauh(Elrod, susan dan
Stansfield, william.2002).
Hasil pindah silang ganda ditandai dengan jumlah frekuensi rekombinan yang paling kecil
berdasarkan hasil perhitungan diatas adalah CAB ABC BDE Gen yang terdapat ditengah
pada pindah silang ganda menunjukkan bahwa gen tersebut merupakan gen yang terdapat di
tengah pemetaan kromosom . pndah silang tersebut pada suatu gen akan menekan kejadian
pindah silang pada gen yang berdekatan letak dengannya
Sehingga diketahui pindah silang ganda yang sesungguhnya terjadi yaitu:

. Pindah
silang ganda yang diharapkan yaitu: . Jadi banyaknya pindah silang ganda adalah :
. KK = pindah silang ganda yang sesungguhnya / Pindah silang ganda yang
diharapkan :
Setelah mengetahui koefisien koinsidens kita mencari Interferensi interferensi adalah
adalah suatu pindah silang yang terjadi pada suatu tempat tertentu menghambat terjadinya
pindah silang yang berdekatan. Untuk mencari besarnya interferensi, terlebih dahulu dicari
koefisien koinsidens (KK), yaitu perbandingan antara banyaknya pindah silang yang
sesungguhnya dengan banyaknya pindah silang ganda yang diharapkan. Setelah koefisien
koinsidens didapat, maka koefisien interferensi dapat dihitung dengan menggunakan
perhitungan 1-KK.
Interfensi (I)= 1-KK= 1- 4,6789= -3,6789





KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan imitasi kromosom dengan menggunakan bahan berupa plastisin
diperoleh hasil untuk pindah silang tunggal yaitu antara lokus a pada kromosom 1 saling
bertukar dengan lokus A pada kromosom 3 yang menghasilkan rekombinasi gen. Sementara
pada pindah silang ganda memiliki rekombinasi gen yang jauh lebih besar dibandingkan pada
pindah silang tunggal. Dan berdasarkan hasil perhitungan diperoleh banyaknya pindah silang
ganda yaitu: KK =





REFERENSI
Campbell NA, dkk, 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Elrod & Stansfield. 2002. Schaums Outline Teori dan Soal-Soal Genetika. Jakarta: Erlangga.
Hardjosubroto, Wartomo. 1998. Pengantar Genetika Hewan. Yogyakarta: Fakultas
Peternakan UGM.
Suryo. 2010. Genetika untuk Strata1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yatim, Wildan. 1986. Genetika. Bandung: Transito.
http://www.psikomedia.com/foblog/pdf?id=2120
http://kelasfapetc2010.files.wordpress.com/2011/10/9-pautan-maping.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17344/3/Chapter%20II.pdf







LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Jarak A-B=



Jarak B-C=



Jarak A-C=

X 100% = 10,5 %

Jarak B-D=

%

Jarak C-D=



Jarak C-E=



Jarak D-E=



Pindah Silang Sesungguhnya (PSS)=



PSD=


KK =


Interfensi (I)= 1-KK= 1- 4,6789= -3,6789

Anda mungkin juga menyukai