Anda di halaman 1dari 22

ANANLISIS AKTIVITAS INVESTASI

1. Pengantar

Aset merupakan manfaat ekonomi yang diperoleh oleh seseorang atau suatu perusahaan yang
dapat digunakan masa mendatang dan merupakan hasil dari kejadian atau transaksi di masa
lalu. Aset memiliki sifat sebagai manfaat ekonomi (economic benefits) dan bukan sebagai
sumber ekonomi (economic resources). Hal ini dikarenakan manfaat ekonomi tidak
membatasi bentuk ataupun jenis dari sumber ekonomi yang dapat dikategorikan sebagai aset.

Aset dapat dibagi dalam dua jenis yaitu tangible ( berwujud) dan intangible( tidak berwujud).
Asset berwujud yaitu asset yang terlihat fisik aslinya dan asset yang nilainya sesuai dengan
wujudnya misalnya bangunan, mesin yang harganya sesuai dengan ongkos pembuatannya
(walaupun tanah tidak ada ongkos pembuatannya namun tanah termasuk asset berwujud).
Asset tidak berwujud yaitu asset yang tidak terlihat fisik aslinya dan asset yang nilainya tidak
sebanding dengan wujud fisiknya misalnya surat berharga saham yang wujud fisiknya hanya
secarik kertas yang ongkos pembuatannya relatif murah dan tidak sama dengan nilai atau
harga jika secarik kertas tersebut kita jual.

2. Pengenalan Asset Lancar
Asset lancar merupakan sumberdaya atau klaim atas sumberdaya yang langsung dapat
diubah menjadi kas. Asset lancar adalah adalah asset yang diharapkan akan dijual, ditagih
atau digunakan selama satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung dari mana yang akan
menjadi lebih panjang.
Selisish antara asset lancar dengan kewajiban lancar disebut modal kerja. Perusahaan
memerlukan modal kerja untuk beroperasi dengan efektif, namun modal kerja mahal karena
akan menggunakan investasi yang paling mnguntungkan . banyak perusahaan berusaha
meningkatkan profitabilitas dan arus kasnya dengan mengurangi investasi pada asset lancar
melalui metode seperti pengelolaan penjaminan kredit dan penagihan yang efektif, serta
persediaan tepat waktu. Perusahaan lain berusaha untuk mendanai asset lancara mereka
dengan kewajiban lancar, seperti utang dagang, sebagai usaha mengurangi modal kerja.



2.1 Kas dan setara kas.
Kas merupakan asset yang paling liquid, mencangkup mata uang, deposito dana, money
orders dan cek. Sedangkan setara kas tergolong asset yang sangat lancar, investasi jangka
pendek yang siap dikonversi menjadi kas, dan hampir jatuh tempo sehingga risiko perubahanj
harga yang disebabakan pergerakan tingkat bunga minimal.

Kosep likuidasi penting dalam analisis laporan keuangan. Likuiditas berarti jumlah kas atau
setra kas yang dimiliki perusahaan dengan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam waktu
singkat. Jumlah asset likuid yang dilaporkan perusahaan pada neraca sangat beragam.
Umumnya perusahaan dalam industry yang dinamis membutuhkan likuiditas yang lebih
tinggi untuk memanfaatkan kesempatan atau untuk bereaksi terhadap perubahan yang cepat
pada lingkungan yang kompetitif.
Selain memeriksa jumlah asset likuid untuk perusahaan, analisis juga harus
mempertimbangkan hal berikut.

1. Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas
2. Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi untuk
mendukung suatu perjanjian pinjaman atau sebagai penjamin hutang.

2.2 Piutang
Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa atau dari
pemberian pinjaman uang. piutang usaha mengacu pada janji lisan untuk membayar yang
perasal dari penjualan produk dan jas asecara kredit. Wesel tagih mengacu pada janji tertulis
untuk membayar. Piutang diklasifikasikan ke dalam asset lancar jika diharapkan akan
direalisasi atau ditagih dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung dari mana
yang lebih panjang.

2.2.1 Penilaian Piutang
Analisis piutang sangat penting karena dampaknya terhadap posisi asset dan arus laba yang
saling terkait. Realitanya banyak perusahaan yang tidak mampu menagih semua piutangnya.
Kerugian piutang dapat menjadi sangat berarti dan mengurangi asset lancar serta laba bersih
sekarang dan masa depan. Resiko analisis ini adalah pengalaman masa lalu kurang bisa
memprediksi kerugian masa depan, atau mungkin kita gagal mencerminkan kondisi terkini.

2.2.2 Analis Piutang
Kita harus waspada terhadap insentif manajemen dan auditor dalam melaporkan laba dan
asset. Dengan memperhatika hal tersebut, terdapat dua pertanyaan penting dalam analisis
piutang.

Resiko kolektabilitas. Manajemen sering kali lebih mementingkan pengalaman masa lalu
karena kondisi ekonomi sulit diprediksi. Analisis harus mempertimbangkan bahwa meskipun
pendekatan dengan rumus untuk menghitung penyisishan piutang tak tertagih sangat mudah
dan praktis, penghitungan ini mencerminkan penilaian mekanik yang menghasilkan
kesalahan. Informasi yang berguna harus diperolaeh dari sumber atau perusahaan lain. alat
analisis untuk memeriksa kolektabilitas mencangkup:

1. Memebandingkan presentase piutang terhadap penjualan perusahaan pesaing dengan
perusahaan yang sedang dianalisis.
2. Memerikasa konsentrasi pelangggan-resiko meningkat jika piutang terkosentrasi pada
satu atau sedikit pelanggan.
3. Menghitung menyelidiki tren periode rata-rata kolektabilitas piutang disbanding
dengan syarat kredit pelanggan untuk industry yang bersangkutan.
4. Menentukan bagian piutang yang merupakan pengalihan dari piutang atau wesel
tagih masa lalu.

Analisis posisis keuangan terkini dan kemampuan perusahaan memenuhi utang lancar yag
tercermnin dalam pengukuran seperti rasio lancar juga harus mengakui pentingnya siklus
operasi untuk mengklasifikasi piutang lancar. Siklus operasi dapat menghasilkan piutang
cicilan nyang belum dapat tertagih selama beberapa tahun dapat dilaporkan sebagai asset
lancar. Analisis asset lancer dan kaitanya dengan kewajiban lancer harus diakui dan
disesuaikan dengan risiko waktu ini.
Keaslian piutang. Pemahaman mengenai praktik industry dan sumber informasi tambahan
digunakan untuk menambah keyakinan. Pelanggan pada industry tertentu mengembaikan hak
untuk mengembakikan barang. Analisis harus mempertimbangkan hak pengembalian
tersebut. Hak pengembalian yang bebas dapat menurunkan kualitas piutang.

Skuritas piutang. Salah satu masalah analisis penting adalah saat perusahaan menjual semua
atau again piutanganya pada pihak ketiga yang disebut anjak piutang atau skuritisasi, piutang
dapat dijual dengan ataupun tanpa recourse pada pembeli jaminan kolektabilitas.

Skuritas piutang sering kali dilakukan dengan menciptakan entitas bertujuan kusus seperti
perwalian pembelian piutang dari perusahaan dan mendanai pembelian ini melalui penjualan
obligasi ke pasar.

Piutang usaha disajikan sebesar jumlah neto setelah dikurangi dengan penyisihan piutang
tidak tertagih, yang diestimasi berdasarkan penelaahan atas kolektibilitas saldo piutang.
Piutang dihapuskan pada saat piutang tersebut dipastikan tidak akan tertagih.

Terdiri dari piutang usaha : pihak ketiga dan pihak hubungan istimewa, piutang lainnya yang
terdiri dari pihak ketiga dan pihak hubungan istimewa.

Analisis umur piutang :
Lancar Rp374,413
Jatuh tempo:
1 - 30 hari 46,975
31 - 60 hari 2,471
61 - 90 hari 1,833
> 90 hari 4,339
Jumlah 430,031
Dikurangi:
Penyisihan piutang (554)
tidak tertagih
Bersih 429,477




Mutasi penyisihan piutang tidak tertagih adalah sebagai
berikut:
Saldo pada awal tahun 8,752
Penambahan penyisihan 6,405
tahun berjalan
Penghapusan (14,603)
Saldo pada akhir tahun 554

Berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan akun piutang masing-masing pelanggan pada
akhir tahun, manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan piutang tidak tertagih tersebut
cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha di
kemudian hari.

3. Beban Dibayar Dimuka
Beban dibayar dimuka merupakan pembayaran dimuka atas barang atau jasa yang belum
diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam asset karena mencerminkan jasa yang
diberikan jika tidak afa membutuhkan penggunaan asset lancer lain.

4. Persediaan
4.1 Akuntansi Dan Penilaian Persediaan
Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan.
Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan disebabakan oleh
dampaknya pada laba bersih dan penilaian asset. Metode persediaan digunakan untukm
mengalokasikan biaya barag tersedia untuk dijual pada harga pokok penjualan atau
persediaan akhir.

Persamaan persediaan dapat digunakan untuk memahami arus persediaan. Untuk perusahaan:
persediaan awal + pembelian bersih harga pokok penjualan = persediaan akhir. Persamaan
ini menekankan arus biaya dalam perusahaan. Arus ini secara alternative dapat dinyatakan
pada grafik sebelah kiri.

Biaya persediaan awalnya dicatat pada neraca. Saat persediaan terjual, biaya ini dipindahkan
dari nerca dan mengalir pada laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan. Biaya tidak
dapat berada pada dua tempat yang sama pada waktu bersamaan, melainkan dapat dicatat
pada neraca sebagai beban masa depan, atau diakui saat ini pada lapiran laba rugi
profitabilitas untuk dikaitkan dengan pendapatan penjualan.

Konsep penting akuntansi persediaa adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan diperoleh pada
periede terjualnya, maka HPP akan sama dengan biaya pembelian barang. Namun jika
persediaan tersedia pada akhir periade akuntansi, penting untuk menentukan persediaan mana
yang telah terjual dan iaya mana yang tersdia pada neraca.

4.2 Arus biaya persediaan
Untuk memberikan ilustrasi asumsi arus biaya yang tersedia, misalanya catatan persediaan
suatu persahaan sebgai berikut:

Persediaan tanggal 1 januari, 2009 40 unit@$500 $20.000
Persediaan dibeli sepanjang tahun 60 unit@$600 $36.000
Harga pokok barang tersedia untuk dijual 100 unit $56.000

Selanjutnya, jika sepanjang tahun terjual 30 unit seharga $800 dan menghasilkan pendapatan
penjualan sebesar $24.000. GAAP memeberikan tiga pilihan bagi perusahaan untuk
menentukan biaya mana yang akan dikaitkan dengan poen jualan:

First- in, firs-out (FIFO). Metode ini mengansumsikan bahwa yang dibeli pertama
merupakan yang pertama dijual. Berikut adalah laba kotor perusahaan jika menggnakan
FIFO:

Penjualan $24.000
HPP (30@$500) $15.000
Laba kotor $ 9.000

Oleh karena biaya persediaan sebesar $15.000 telah dipindahkan dari neraca, biaya
persediaan yang dilaporkan pada neraca akhir periode adalah $41.000.
Last-in, first-out (LIFO), metode inim mengansumsikan bahwa yang dibeli terakhir
merupaka yang pertama dijual. Sehingga laba kotornya adalah sebgai berikut:
Penjualan $24.000
Harga pokok penjualan (30@$600) $18.000
Laba kotor $ 6.000

Oleh karena biaya persdiaan sebesar $18.000 telah dipindahkan dari neraca dan tercemin
pada HPP, biaya yang tersisa pada neraca sebesar $38.000 dilaporkan sebgai persediaan.

Average cost (Biaya persediaan rata-rata). Unit dijual tanoa memperhatikan uutan
pembeliannya dan menghitung HPP serta persediaan akhir seagai rata-rata tertimbang
sedrrhana sebgai berikut:
Penjualan $24.000
HPP (30@$560) $16.800
Laba kotor $ 7.200

HPP dihitung dengan menggunakan rat-rata tertimbang dari biaya barang tersedia untuk
dijual total dibagi dengan jumlah unit yang tersedia untuk dijual ($56.000/100=$560).
Persediaan akhir dilaporkan pada neraca adalah $39.200.

5. Analisis Persediaan
Dampak Biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas
Ringkasan hasil perhitungan dengan tiga alternative metode diatas adalah :
Metode
Persediaan
awal
pembelian
Persediaan
akhir
Harga pokok
penjualan
FIFO $20.000 $36.000 $42.000 $15.000
LIFO $20.000 $36.000 $38.000 $18.000
Average Cost $20.000 $36.000 $30.200 $16.800


laporan laba rugi berdasarkan ketiga metode berikut adalah:
Metode Penjualan
Harga pokok
penjualan
Laba kotor
FIFO $24.000 $15.000 $9.000
LIFO $24.000 $18.000 $6.000
Average Cost $24.000 $16.800 $7.200

Kesimpulan : laba kotor dapat dipengaruhi oleh pilihan metode penghitungan biaya
perusahaan.

Pada periode dimana harga meningkat, FIFO memberikan laba kotor yang lebih tinggi
disbanding LIFO karena biaya persediaan yang lebih rendah dikaitkan dengan pendapatan
penjualan dengan harga pasar terkini. Hal ini sering dinyatakan segai keuntungan fiktif FIFO
karena laba kotor sebenarnya merupakan penjumlahan dari laba ekonomi dan laba
kepemilikan.

Laba ekonomi sesuai dengan jumlah yang terjual dikalikan dengan selisish antar harga juala
dsan biaya penggantian persdiaan seperti dibawah ini:
Laba ekonomi = 30 unit X ($800-$600) = $6.000

Laa kepemilikan merupakan kenaikan biaya penggantian karena persediaan telah diperoleh
dan sama dengan jumlah unit terjual dikalikan dengan selisish biaya penggntian terkini
dengan biaya perolehan awal, seperti dibawah ini:
Laba kepemilikan = 30 unit x ($600-$500) = $3.000

Dari laba kotor sebesar $9.000, sebesar $3.000 terkait dengan keuntungan inflasi yang
diperoleh perusahaandari oembelian persdiaan masa lalu.

Laba kepemilikan merupakan fungsi dari perpuratan persediaan berapa lama persediaan
tersimpan- dan tingkat inflasi. Salah satu masalah serius adalah bahwa keuntungan ini telah
hilang selama beberapa decade terakhir karena inflasi yang lebih rendah dan pengawasan
manajemen atas kuantitas persediaan melalui proses manufaktur yang lebih baik, serta
pengendalis persdiaan yang lebih baik.pada negara yang tingkat inflasinya lebih tinggi
disbanding Amerika Serikat, keuntungan kepemilikan FIFO masih menjadi masalah.

5.1 Dampak Biaya Persedian Terhadap Neraca
Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum melikuidasi laporan
persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhitr pada harga yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan biaya penggantian. Sehingga, neraca perusahan yang menggunakan
LIFO, tidak secara akurat mencerminkan investasi lancaryang dimiliki perusahaan dalam
persediaan.


5.2 Dampak Biaya Persediaan Terhadap Arus Kas
Peningkatan laba ktor dengan metod FIFO juga menyebabkan laba sebelum pajak yang lebih
tinggi, sehingga menimbulkan utang pajak yang lebih tinggi. Pada periode ini di mana harga
meningkat, perusahaan dapat terjebak pada penguranagan arus kas karena membeyar pajak
yang lebih tinggi dan perlu mengganti persediaan yang terjuala pada biaya penggantianyang
lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pembelian awal.

Salah satu alasan digunakannya LIFO adalah pengurangan kewajiban pajak pada periode
harga meningkat. Namun IRS mengharuskan bahwa perushaan yang menggunakan LIFO
untuk tujuan pajak harus menggunakan metode ini untuk laporan keuangan. Ini merupakan
aturan ketaan LIFO (LIFO conformity rule).
Perusahaan yang menggunakan biaya persediaan LIFO diharuskan untuk mengungkapkan
jumlah yang akan dilaporkan jika perusahaan menggunakan metode FIFO. Selisish anatar
kdua metode ini dinamankan cadangan LIFO. Hal ini dapat digunakan untuk menghitung
jumlah yang akan memengaruhi arus kas kumulatif maupun periode berjalan karena
penggunaan LIFO.

5.3 Masalah Penilaian Persediaan Lainnya

Likuidasi LIFO. Perusahaan diwajibkan mencatat setiap tingkat biaya sebagai kelompok
npersediaan terpisah. Untuk biaya persediaan LIFO, persediaan akhir diloaporkan pada biaya
pembelian terdahilu yang dapat lebih rendah atau lebih tinggi secara signifikandari buaya saat
ini. Pada periode harga meningkat pengurangan kuantitas masalah disebut sebagai likuidasi
LIFO menghasilkan peningkqatan pada laba kotor seperti penggunaan pada biaya persediaan
FIFObegitu juga sebaliknya. Dampak likuidasi LIFO dapat dilihat pada catatan kaki
persediaan laporan tahunan. Perusahaan mengindikasikan bahwa pengurangan kuantitas
persediaan menyebabkan penjualan barang yang dicatat dengan biaya masa lalu yang berbeda
dengan biaya sekarang. Seorang anslisi LIFO harus hati-hati terhadap dampak likuidasi LIFO
pada profitabilitas.

Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari LIFO ke FIFO. Metode LIFO merupakan
metide yang diharapkan oleh penganalisis, karena laporan laba rugi tidak membutuhkan
penyesuaian besar disebabakan harga pokok penjualan telah mendekati biaya terkini. Namun
metode ini menyebabkan persediaan neraca tidak mencerminkan harga saat ini-sering kali
dinyatakan lebih rendah. Hal ini dapat mengurangi kegunaan berbagai pengukuran seperti
rasio lancar atau rasio perputaran persediaan. Hal ini menyebabakan kemampuan perusahaan
dalam memebayar utang terlalau rendah, perputara persediaan terlalau tinggi. Untuk
mengatasinya, dapat menggunakan teknik analisis untuk menyesuaikan LIFO agar lebih
mendekati situasi performa dengan mengasumsikan FIFO.

Penyesuaian neraca dimungkinkan jika perusahaan mengungkapakan selisish lebih biaya kini
atas persediaan yang dihitung dengan LIFO, atau cadanagn LIFO. Maka diperlukan tiga
penyesuain berikut :

1. Persdiaan = persediaan yang dilaporkan berdasarkan LIFO + cadangan LIFO
2. Pertambahan kewajiban pajak tengguhan sebesar: (cadangan LIFO X tariff pajak)
3. Saldo laba = saldo laba yang dilaporkan +[cadangan LIFO x (1-tarif pajak)

Umunnya saat harga meningkat, laba LIFO lebih kecil pada laba FIFO. Namun, dampak
bersih dari penyajian kembali pada tahun manapun tegantung oada dampak kombinasi dari
perubahan persediaan awal dan akhir serta factor lain termasuk likuidasi lapisan LIFO.

Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari FIFO ke LIFO. Penyesuaian ini
membutuhkan asumsi penting sehingga bisa menimbulkan kesalahan. Laba LIFO mencakup
laba kepemilikan atas persediaan awal. Terdapat manfaat untuk menghitung persediaan awal
(PAFIFO) x tingkat inflasi untuk lini persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan:

HPP
LIFO
= HPP
FIFO
+ (PA
FIFO
x r), dengan r sebagai tingkat inflasi.

Perhatikan bahwa r, bukan m,erupakan tingkat inflasi umum seperti IHK atau IHP. Indeks ini
merupakan inflasi yang terkait dengan lini persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan. Jika
perusahaan memiliki beberapa lini produk, indeks prodeuksinya harus diestimasi secara
terpisah. Jika r bukan buka tungkat inflasi pada umumnya seperti CPI tau IHP, dan dimaksud
adalah indeks inflasi sehubungan dengan lini persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan.
Dalam hal ini perusahaan mempunyai berapa lini produk, secara teori, tiap lini tersebutharus
diestimasi secara terpisah.

Estimasi r dapat menggunakan angka yang dikeluarkan opelh departemen perdagangan untuk
industriu kusus perusahaan. Selain itu jika perusahaan menjalankan usaha erdasarkan
komuditas dapat digunakan dengan asumsi bahwa komponen biaya biaya persediaan lain
berubah secara proporsional terhadap bahan bakunya. Analisis juga dapat menggunakan
tingkat inflsi perusahaan pesaing. Jika perusahaan dengan lini produk serupa menggunakan
biaya persediaan LIFO, tingkat inflasi dapat diestimasi sebesar peningkatan cadangan LIFO :
persediaan perusahaan pesaing erdasarkan FIFO pada akhir periode lalu sebagai berikut :

R = perubahan cadangan LIFO
Persediaan FIFO dari akhir periode lalu


5.4 Biaya Persediaan Perusahaan Manufaktur Dan Dampak Peningkatan Produksi
Biaya manufaktur terdiri atas tiga komponen :
1. Bahan baku atau bahan mentah biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat
produk.
2. Tenaga kerja biaya tenaga langsng yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk jadi.
3. Overhead biaya tidak langsung pada prises manufaktur.

Overhead sering kali merupakan komponen biaya produk terbesar dan paling sulit diukur
untuk tingkat produksi. Total overhead harus dialokasikan pada seluruh hasil produksi.
Analisi biaya ini harus waspada bahwa alokasi biaya overheadbukan merupakan ilmu pasti
dan sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Jika peningkatan pada tingkat produksi
menyebabkan persediaan akhir meningkat, lebih banyak viaya overhead yang tinggal
dineraca dan profitabilitas meningkat. Kemudian saat kuantitas persediaan menurun, laporan
laba rugi tidak hanya terbebano niaya overhead periode berjalan tetapi juga biaya overhead
perode sebelumnya yang berasal dari persediaan tahun berjalan, karenanaya laba menjadi
turun. Oleh karena itu analisi harus waspada terhadap dampak perubahan tingkat prduksi
terhadap laba yang dilaporkan

Biaya perolehan atau nilai pasar, mana yang lebih rendah

Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau valuasi adalah menilai pada biaya
perolehan atau nilai pasar, dinilai dari mana yang lebih rendah (lower of cost or market-
LOCOM). Nilai atau harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya penggantian terkini
melalui pembelian atau reproduksi. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai
realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan
normal. Batas atas nilai pasar, atau nilai realisasi bersih, mencerminkan biaya oenyelesaian
dan penyerahan yang terkait dengan penjualan barang. Batas bawah memastikan bahwa jika
nilai persediaan diturunkan dari biaya perolehan awal menjadi nilai pasar, angka penurunan
yang terjadi telah mencakuo realisasi laba kotor normal atas penjualan ayng akan dilakukan.

Biaya (cost) merpakan biaya perolehan persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu dari
metode biaya persediaan. Misalnya, FIFO, LIFO, atau Biaya Rata-rata. Analisis persediaan
kita harus memperhatikan dampak aturan LOCOM. Saat harga meningkat, aturan ini
cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan pilihan metode biaya
persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar. Dalam praktik, beberapa perusahaan dengan
sukarela mengungkapkan biaya persediaan terkini, biasanya pada catatan.

5. PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG

Aset jangka panjang metupakan aset yuang digunakan untuk menghasilkan penghasilan
operasi atau mengurangi biaya operasi untuk lebih dari satu periode. Asset jangka panjang
yang paling umum adalah asset tetap berwujudseperti bangunan, pabrik dan peralatan. Aset
jangka panjang juga mencakup aset tak berwujud seperti hak paten, merk dagang, copyright,
dan goodwill.

6.1 Akuntansi Aset Jangka Panjang
6.1.1 Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai
Proses akuntansi aset jangka panjang mencakup tiga aktivitas terpisah, diantaranya
kapitalisasi, alokasi, dan penurunan nilai. Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses
penangguhan biaya yang terjadi pada periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat
berlangsung selama beberapa periode di masa depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan akun
asset.

Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset) secara periodic
sepanjang satu atau lebih periode amnfaat yang diharapkan. Proses alokasi ini dinamakna
penyusutan untuk asset berwujud, amortisasi untuk asset tak berwujud, dan deplesi untuk
sumber daya alam. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses penurunan nilai buku
asset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi biaya tersisa yan masih
tercatat pada neraca.

6.1.2 Kapitalisasi

Aset jangka panjang diciptakan melalui proses kapitalisasi. Kapitalisasi berarti menempatkan
aset di neraca, bukan membebankan biayanya dilaporan laba rugi. Untuk aset berwujud (hard
asset) seperti Plant Property and Equiptment (PPE), aset dicatat sesuai nilai perolehan.
Sedangkan untuk aset tak berwujud (soft asset) seperti litbang, iklan, biaya upah, kapitalisasi
lebih bermasalah. Semua aset ini tidak menghasilkan keuntugan di masa depan, meskipun
dapat ditempakan sebagai aset. Konsekuensinya, biaya aset tidak berwujud segera dibiayakan
dan tidak dicatat pada neraca.

6.1.3 Alokasi

Alokasi merupakan pembebanan biaya aset secara periodik sepanjang periode manfaat yang
diharapkan. Alokasi biaya disebut penyusutan (depreciation) jika terkait dengan aset tetap,
amortisasi (amortization) jika digunakan untuk aset tak berwujud, dan deplesi (depletion)
untuk sumber daya alam, ketiga istilah tersebut mengacu pada alokasi. Alokasi biaya
meruoakan proses untuk mengaitkan biaya aset dengan manfaatnya dan bukan merupakan
proses valuasi. Nilai tercatat aset (niali kapitalisasi dikurangi alokasi biaya kumulatif) tidak
perlu mencerminkan nilai wajar.

Tiga faktor ayng menentukan nilai alokasi biaya, yaitu periode manfaat, nilai sisa, dan
metode alokasi.

6.3.4 Penurunan Nilai (Impairment)

Jika arus kas yang diharapkan (tidak didiskonto) lebih kecil disbanding dengan nilai tercatat
aset (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), aset perlu diturunkan nilainya dan dinyatakan
sebesar nilai pasar wajar (jumlah diskonto taksiran arus kas). Dampaknya adalah untuk
mengurangi nilai tercatat aset pada neraca dan mengurangi profitabilitas sebesar jumlah yang
sama.

Ada dua distorsi terkait dengan penurunan aset, yaitu.
a. Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat diturunkan
namun tidak dapat dinaikkan
b. Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang mendistorsi laba
bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan kegunaan nilai aset pada neraca.
c.
6.5 Kapitalisasi Versus Pembebanan: Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio

Kapitalisasi merupakan bagian penting dari akuntansi modern. Kapitalisasi mempengaruhi
baik laporan keuangan maupun rasionya. Kapitalisasi juga membuat laba menjadi lebih
unggul dibandingkan arus kas sebagai pengukuran kinerja keuangan.

6.5.1 Dampak Kapitalisai terhadap Laba

Kapitalisasi memiliki dua dampak terhadap laba. Pertama, kapitalisasi menangguhkan
pengakuan biaya. Sehingga menghasilkan laba yang lebih tinggi selama periode akuisisi
namun laba yang rendah pada periode berikutnya jika dibandingkan dengan pembebanan
biaya. Kedua, kapitalisasi menghasilkan serial perataan laba.

6.6 Dampak kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi

Kapitalisasi mempengaruhi laba maupun basis investasi dari rasio tingkat pengembalian
investasi. Sebaliknya, membebankan biaya aset menghasilkan basis investasi yang lebih
rendah dan meningkatkan fliuktuasi laba. Peningkatan fliktuasi laba diperbesar dengan
digunakannya basis investasi, ayng mengarah pada rasio tingkat pemgembalian yang lebih
berfliktuasi dan kurang bermanfaat. Pembebanan juga menghasilkan bias terhadap
pengukuran laba, karena laba dinyatakan terlalu rendah pada tahun akuisisi dan terlalu tinggi
pada tahun-tahun berikutnya.

5.6.1 Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas

biaya aset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang terhadap
ekuitasmencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya. Hal ini
terjadi karena pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan terlalu rendah
untuk perusahaan yang memiliki aset produktif.

5.6.2 Dampak Kapitalisasi terhadap arus Kas Operasi

Ketika biaya aset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas
operasi. Sebaliknya, jika aset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar
aktivitas investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya aset akan menyatakan arus kas
keluar operasi yang terlalu tinggi dan arus kas keluar investasi terlalu rendah pada tahun
akuisisi dibandingkan degngan kapitalisasui biaya.

7. Aset Tetap dan Sumber Daya Alam

Properti, pabrik, dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud tak lancar yang
digunakan dalam proses menafkur, penjualan, atau jasa untuk menhasilkan pendapat dan arus
kas selama lebih dari satu periode. Oleh karena itu, aset ini memiliki periode manfaat yang
diharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode. Aset ini diperoleh untuk
digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. Nilai
atau potensi jasa yang dimiliki akan berkurang karena digunakan, dan aset ini biasanya
merupakan aset operasi yang terbesar. Properti terkait dengan biaya real estat: pabrik
mengacu pada bangunan dan struktur operasi: dan peralatan mengacu pada mesin yang
digunakan dalam operasi. Properti, pabrik, dan peralatan disebut juga aset produktif, aset
model, dan aset tetap.

7.1 Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam

Bagian ini mendiskripsikan penilaian aset dan sumber daya alam.

Menilai Properti, Pabrik, dan Peraalatan.
Biaya ini mencakup beban apapun yang diperlukan agar aset tersebut berada dalam lokasi
dan kondisi siap digunakan atau siap memberikan jasa seperti baiya angkut, instalasi, pajak,
dan biaya pemasangan (set up). Seluruh biaya akuisisi dan persiapan dikapitalisasi pada saldo
akun aset. Alasan digunakan biaya historis terutama sehubungan dengan objektivitasnya.
Penilaian aset tetap dengan biaya historis, jika diterapkan secara konsisten, biasanya tidak
menghasilkan distorsi yang serius. Bagian ini akan mempertimbangkan beberapa masalah
khisus yang akan terjadi saat menilai aset.

Menilai Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang digunakan disebut aset yang dihabiskan (wasting asset), merupakan
hak untuk mengambil atau mengonsumsi sumber daya alam.Juga sering kali terdapat biaya
cukup tinggi untuk menemukan sumber daya yang dikapitalisasi dalam neraca, dan biaya ini
langsung dibebankan saat sumber daya tersebut kemudian dipindahkan, dikonsumsi, atau
dijual. Perusahaan biasanya mengalikasikan biaya sumber daya alam pada jumlah estimasi
unit cadang yang tersedia.

Penyusutan
Prinsip dasar penyusutan laba adalah , laba yang mendapatkan manfaat dari penggunaan aset
jangka panjang, harus menanggung bagian proporsional dan biaya aset tersebut. Penyusutan
merupakan alikasi biaya bangunan dan peralatan (tanah tidak disusutkan) sepanjang masa
manfaatnya.
Meskipun penambahan kembali dalam laporan arus kas atau nenan non kas, penyusutan tidak
menghasilkan dana bagi penggantian aset. Hal ini merupakan kesalahan konseo yang umum
terjadi. Pendanaan dari biaya modal dicapai melalui kegiatan arus kas operasi maupun
pendanaan.

Tingkat Penyusutan
Tingkat penyusutan tergantung pada dua faktor , masa manfaat dan metode alokasi.
Umur masa manfaat. Kerusakan fisik merupakan faktor penting yang membatasi masa
manfaat, dan hamper seluruh aset mengalaminya. Frekuensi dan kualitas pemeliharaan
mempengaruhi kerusakan fisik. Pemeliharaan dapat memperpanjang masa manfaat namun
tidak bisa membuat masa manfaat menjadi takterbatas. Faktor pembatas lainnya adalah
keusangan, yang mengurangi masa manfaat melalui perkembangan teknologi, pola konsumsi
dan kekuatan ekonomi. Keusangan bisa terjadi jika perkembangan teknologi membuat aset
menjadi tidak efisien atau tidak ekonomis sebelum masa manfaatnya habis.

Metode Alokasi.Keragaman penyusutan secara signifikan disebabkan oleh metode yang
dipilih. Kita akan melihat ada dua jenis metode yang biasa digunakan, garis lurus dan
dipercepat.

Gris Lurus. Metode penyusutan garis lurus (straight line) mengalokasikan biaya aset pada
masa manfaat berdasarkan beban periodic yang sama. Bangunan dibandingakan untuk mesin
dimana penggunanya merupakan faktor yang lebih penting. Penentu penyusutan lain,
keusangan, tidak selalu terjadi seragam sepanjang waktu. Namun karena tidak adanya
informasi mengenai tingkat penyusutan yang mungkin, metode garis lurus memiliki
keunggulan karena sederhana. Karakteristik ini, memungkinkan yang menjadikan metode ini
popular, diandingkan karakteristik lainnya.
Analisis kita harus mewaspadai kelemahan konseptual penyusutan garis lurus. Penyusutan
garis lurus secara implist mengasumsikan bahwa penyusutan pada tahun-tahun awal sama
dengan tahun berikutnya saat mungkin aset telah kurang efisien dan membutuhkan
pemeliharaan yang lebih tinggi.Penyusutan garis lurus menghasilkan bias yang makin besar
pada pola tingkat pengambilan aset sepanjang waktu.
Meskipun biaya pemeliharaan dapat menurunkan laba sebeum penyusutan, biaya ini tidak
menghilangkan dampak meningkatnya pengembalian seiring waktu. Tentunya, peningkatan
aset yang sudah tua tidak tercermin pada sebagian besar perusahaan.

Dipercepat.Metode penyusutan yang dipercepat (acceleranted) mengalokasikan biaya aset
sepanjang masa manfaat dengan pola yang semakin menurun. Penggunaan metode ini
didukung oleh penerimaan dan interval Revenue Code. Daya penarik metode ini untuk tujuan
pajak adalah percepatan alokasi biaya dan berikut penangguhan laba kena pajak. Semakin
cepat aset dihapuskan untuk tujuan pajak semakin besar penangguhan pajak untuk masa
depan, dan semakin banyak dana yang tersedia lagsung untuk operasi. Konsep yang
mendukung metode dipercepat adalah padangan bahw beban penyusutan yang semakin kecil
sepanjang waktu merupakan kompensasi atas (1) peningkatan biaya perbaikan dan
perawatan, (2) penurunan pendapatan dan efisiensi operasi, serta (3) peningkatan
ketidakpastian pendapatan atas aset berumur di masa depan (karena keusangannya)

Dua metode penyusutan dipercepat yang paling umum adalah saldo menurun dan
jumlah angka tahun. Metode saldo menurun (declining-balance method) mengenakan tariff
tetap terhadap saldo akun yang semakin turrun (nilai tercatat). Dalam praktik, perkiraan
tingkat amortisasi beban penyusutan yang makin turun adalah dengan menggunakan tariff
ganda (sering kalin dua kali lipat) dari tariff garis lurus.

Khusus. Metode penyusutan khusus ditentukan pada industrui tertentu seperti baja
dan mesin berat. Persamaan metode ini adalah dikaitkannya beban penyusutan pada aktivitas
penggunaan asset. Jika metode aktivitas atau yang biasa juga disebut sebagai metode unit
produksi dietapkan, perlu menelaah estimasi masa manfaat secara periodic.

Deplesi
Deplesi bmerupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tingkat pemungutan.
Deplesiasi tergantung pada produksi, menghasilkan lebih banyak produksi berarti
mengeluarkan biaya deplesi yang lebih pula.

Penurunan nilai
Bangunan dan sumber daya alam biasanya dusustkan selama masa manfaat berdasarkan
prinsip alokasi dengan tujuan penentuan laba. Nilai yang terbawa dari asset yang disusutkan
tidak dirancang untyuk merefleksikan nilai sekarang dari asset. Meskipun dengan
konservativ, akuntansi seringkali melakukan refleksi nilai, dengan menurunkan nilai pada
neraca (write down) untuk merefleksikan nilai saat ini. saat Ini akuntansi tidak
memperbolehkan menuliskan nilai asset untuk merefleksikan nilai pasar.

Menganalisis Asset Tetap Dan Sumber Daya Alam
Valuais asset tetap dan sumberdaya alam menekankan objektivitas biaya historis.
Namun, biaya historis tidak relevan dalam menilai asset pengganti. Juga biaya ini tidak dapat
dibandingkan untuk beberapa lapiran keuangan perusahaan, dan tidak terlalu bermanfaat
untuk mengukur biaya kesempatan atau dalam menilai kegunaan alternative dana. Dalam
periode tingkat dana meningkat, biaya histori mencerminkan daya beli yang bebeda.
Penilaian nilai asset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan dalam akuntansi.
Namun, konservatismen mengizinkan adanya oenghapusan nilai karena penurunan nilai yang
permanen. Penurunana nilai menghilangkan beban yang terkait dengan aktivitas operasi pada
periode masa depan.
Aturan akuntansi untuk menurunkan nilai asset jangka panjang mewajibkan
perusahaan untuk secara berkala menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang merupakan
penurunan nilai. Penurunan asset setelahnya dapat mendistorsi hasil yang dilaporkan. Jika
taksiran arus kas tidak lebih kecil dari nilai yang tercatat asset, maka nilai asset diturunkan.
Kerugian penurunan nilai dihitung sebagai selisish nilai tercatat asset dengn nilai wajarnya.

Menganalisis Penyusutan Dan Deplesi
Sebagaian besar perusahaan menggunakan aset produktf jangka panjang pada aktivitas
operasi mereka, dan penyusutan merupakan beban utama. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam hal ini adalah adanya revisi masa manfaat asset.
Biasanya tidk adan pengungkapan mengenai hungun antar tingkat penyusutan dan
ukuran kelompok asset, maupun antara tingkat tersebut dan metode akuntansi. Tantangan lain
bagi analisis ini berasal dari perbedaan metode alokasi yang digunakan untuk pelaporan
keuangan dan tujuan pajak. Tiga kemungkinan yang umum adalah:
1. Penggunaan garis lurus baik dalam pelaporan keuangan maupun tujuan pajak
2. Penggunaan garis lurus untuk lapiran keuangan dan metode dipercepat untuk pajak.
Dampak pajak menguntungkan berasal dari penangguhan pembayaran pajak yang
menghasilkan penggunaan dana gratis.
3. Penggunaan metode dipercepat baik untuk pelaporan keuangan maupun tujuan
pajak. Hal ini mengakibatkan penyusustan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal,
yang dapat diperpanjang selama beberapa tahun bagi perusahaan yang sedang
ekspansi.
Meskipun terdapat kelemanahan, informasi penyusustan tidak boleh diabaikan. Kesalahan
konsep lain dalam penyerdehanaan arus kas adalah bahwa penyusutan hanya meruoakan
beban tata buku dan berbed dari beban lain seperti tenaga kerja dan bahan baku, oleh karena
itu, boleh dikeluarkan dan dianggap tidak sepenting beban lainnya.

Menganalisa penyusustan memebutuhkan evaluasi kelayakan. Evaluasi ini dapat
menggunakan pengukuran seperti rasio penyusutan terhadap asset total atau penyusustan
terhadap faktir yang terkait dengan ukuran lainnya. Terdapat beberapa pengukuran yang
terkait dengan umur asset tetap yang berguna untuk membandingkan kebijakan penyusustan
antar periode dan antar perusahaan diantaranya Rata-rata jangkauan total, umur rata-rata dan
umur sisa rata-rata.

Pengukuran tersebut memberikan estimasi yang layak untuk perusahaan yang menggunakan
oenyusustan garis lurus tetapi tidak terlalau bermanfaat bagi perusahaan yang menggunakan
metode dipercepat. Pengukuran lain yang sering digunakan dalam analisis ini adalah :

Rata-rata jangkauan waktu total = umur rata-rata + umur sisa rata-rata

Tiap pengukuran dapat memebantu menilai kebijakan dan keputusan penyusustan sepanjang
waktu. Umur rata-rata bagunan dan perlengkapan berguna untuk mengevaluasi bebrapa factor
seperti margin laba dan persyaratan pendanaan masa depan.

Analisi Penurunan Nilai
Tiga masalah analis yang timbul dari penurunan nilai adalah evaluasi kelayakan jumlah
penurunan nilai, evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai, dan analisis efek penurunan nilai
terhadap laba.

Evaluasi waktu penurunan asset juga cukup penting dan merupaka tugas analis tersulit.
Pertama perlu melakukan identifikasi asset yang diklasifikasikan akan turun, kemudian
mengukur presentase asset yang dihapus dan evaluasi apakah nilai penghapusan layak atau
tidak untuk kelas asset yang bersangkutan. Jika penghapusa terjadi, akibat kelemahan
industry secara keseluruhan maka nakan sengan bermanfaat apabila membandingkan
prosentase penghapusan yang dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain di dalam
industry yang sama.

8. ASET TIDAK ERWUJUD

Asset tidak berwujud merupakan hak, istimewa, dan manfaat kepemilikan atau pengendalian..
Dengan karakteristik umum tingginya ketidak pastian masa manfaat dan tidak adanya wujud
fisik. Asset tidak berwujud sering kali tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau
segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga, dan mengalami perubahan penilaian yang
besar karena kondisi yang kompetitif.

Terdapat berbedaan penting antar akuntansi asset berwujid dan tak berwujud. Jika perusahaan
menggunakan bahan baku dan tenaga kerja untuk menciptakan asset berwujud, perusahaan
akan mengkapitalisasi biaya dan menyusutkannya sepanjang masa manfaat. Sebaliknya jika
perusahaan menghabisankan uang untuk mengiklankan suatu produk atau melatih agen
penjualan perusahaan tidak dapat menkapitalisasi biaya ini meskipun terdapat manfaat masa
depan.

8.1 Akuntansi asset tak berwujud

a. Asset tak berwujud yang dapat diidentifiksikan merupaka asset tak berwujud yang
dapat diindenifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaaan selama
periode manfaat yang terbatas.

b. asset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan merupakan asset yang dapat
dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasikan dan sering kali
memiliki masa manfaat yang tak terhingga. Misalnya good will, perusahaan harus
membebankan biaya pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan asset tak berwujud saat
terjadnya, kecuali good will.

8.2 Amortisasi Asset Tak Berwujud
Saat kapitalisasi iaya asset tak berwujud yang dapat atau tidak dapat diidentifikasi, biaya
tersebut selanjutnya harus diamortisasi sepanjang periode masa manfaat asset. Jangka masa
manfaat tergantung pada dari jenis, kondisi permintaan, situasi kompetitif, hokum, kontrak,
aturan atau batasan ekonomis lainnya. Misalnya, hak paten merupakan hak eksekutif yang
diberikan pemerintah kepada investor selama periode tertentu.

8.3 Menganalisis Asset Tak Berwujud
Analisis sering kali mencurigai asset tak berwujud saat menilai laporan keuangan. Asset tak
berwujud sering kali merupakan salah satu asset berharga yang dimiliki perusahaan dan
sering kali terjadi kesa;ahan penilaian yang serius. Misalnya, good will dicatat hanya oada
saat akuisisi, sebagian besar good will mungkin terdapat pada neraca. Namun, sering kali
good will tercermin dalam kelebihan laba. Jika kelebihan laba tidak terbukti, maka good will
aik dibeli maupun tidak, hanyalah bernilai kecil atau bahkan tidak bernilai.
Dalam menganalisis asset tidak berwujud, diperlukan suatu estimasi sendiri mengenai
penilaian asset. Analisis juga harus waspada terhadap komposisi, penilaian, dan di posisi
good will. Good will dihapus jika klebihan laba mendasari eksistensinya tidak ada lagi.

8.4 Asset Tidak Berwujud Dan Kontinjensinya Yang Tak Tercatat
Salah satu asset penting dalam kategori ini adalah good will yang diciptakan secara internal.
Pengeluaran untuk menciptakan good will sering kali diebankan saat terjadinya. Jika good
will diciptakan dan dapat dijual dan menghasilkan laba yang lebih besar, laba saat ini terlalu
rendah karena pembebanan penegmbangan.
Salah satu asset tak tercatat yang terkait dengan pembebanan yang terkait dengan elemen
jasa atau ide. Sebagai contoh adalah program televises yang dicatat sebesar biaya
tersembunyi untuk menghasilkan penghasilan lisensi yang bernilai jutaan.

Anda mungkin juga menyukai