Chatarina Melisa Sethiono 405100068 Kelompok 6 TRAUMA/ CEDERA KEPALA (Trauma Kapitis) trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.
Etiologi Penyebab cedera kepala : 1. Kecelakaan lalu lintas 2. Jatuh 3. Trauma benda tumpul 4. Kecelakaan kerja 5. Kecelakaan rumah tangga 6. Kecelakaan olahraga 7. Trauma tembak dan pecahan bom Epidemiologi Lebih dr 2 juta pasien di US per tahunnya diobati di ER dan 25% dirawat. Di AS, trauma kapitis terjadi tiap 7 detik dan kematian karena brain injury tiap 5 menit. Terjadi di semua umur, tapi pada puncaknya pada usia 15-24 tahun. Pria : wanita = 3-4 : 1. Biasanya karena kecelakaan lalu lintas. Amerika: kematian paling besar Epidemiologi Klasifikasi berdasarkan mekanisme, patologi, lokasi lesi, derajat kesadaran & keparahan Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi durameter Trauma tumpul : Kecepatan tinggi, contoh : tabrakan otomobil Kecepatan rendah, contoh : terjatuh, dipukul Trauma tembus Contoh : luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya
6 Berdasarkan Patologi Komosio serebri Kontusio serebri Laserasio serebri Berdasarkan Lokasi lesi Lesi difus Lesi kerusakan vaskuler otak Lesi fokal Kontusio dan laserasi serebri Hematoma intrakranial Hematoma ekstradural (epidural) Hematoma subdural Hematoma intraparenkhimal Hematoma subarakhnoid Hematoma intraserebral Hematoma intraserebellar 8 Berdasarkan derajat kesadaran (SKG)
Kategori SKG Gambaran Klinik CT Scan otak Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologi (-) Normal Ringan 13-15 Pingsan <10 mnt, Defisit neurologik (-) Normal Sedang 9-12 Pingsan >10 mnt s/d 6 jam defisit neurologik (+) Abnormal Berat 3-8 Pingsan >6 jam, Defisit neurologik (+) Abnormal Catatan : 1.Pedoman triase di gawat darurat 2.Perdarahan intrakranial (CTscan) -->trauma kapitis berat Klasifikasi cedera kepala Mekanisme cedera kepala Tumpul Kecepatan tinggi (kecelakaan lalu lintas) Kecepatan lambat (jatuh, dipukul) Tajam/tembus Luka tembak, dll Berat-ringannya cedera Ringan GCS 13-15 Sedang GCS 9-12 Berat GCS <8 Morfologi fraktur tulang Kalvaria Garis vs bintang, depresi/non depresi, terbuka/tertutup Dasar tengkorak Dengan/tanpa kebocoran LCS, parese N.VII Lesi intrakranial Fokal Perdarahan epidural, subdural, intaserebral Difus Konkusi, kontusio multipel, hipoksia/iskemia 2 mekanisme kerusakan otak akibat cedera kepala : - Kerusakaan saat impaksi : - Konstusio dan laserasi korteks serebri, biasanya lobus frontal dan temporal pd sisi impaksi, atau pd sisi yg berlawanan (cedera contre-coup) - Lesi substansia alba akibat regangan akson dan disrupsi akibat deselerasi - Komplikasi sekunder (dpt segera diobati) : - Hematoma (ekstradural, subdural, intraserebral) - Edema serebri - Iskemia serebri - Coning - Infeksi Mekanisme Trauma Respon Tubuh Terjadap Trauma Akibat pe volume darah terutama ke daerah trauma. Daerah yg sehat akan mengalami kekurangan perfusi darah pe CO 2
vasodilator Edema serebral bs terjadi stlh 24-48 jam, puncaknya 3-5 hari. Dua faktor utama yg bs menyebabkan pe TIK: Vasodilatasi (segera) Edema serebral (24-48 jam)
AUTOREGULASI Komponen utama pem.neurologis pd pasien cedera kepala : Bukti eksternal trauma laserasi Tanda fraktur basis kranii Hematoma periorbita bilateral Hematoma pd mastoid Hematoma subkonjungtiva Keluarnya cairan serebrospinal dr hidung telinga (jernih, tdk bwarna, + mengandung glukosa) Perdarahan dr telinga Tingkat kesadaran (GCS) Pem.neurologis menyeluruh (reflek pupil)
Pemeriksaan penunjang Radiografi kranium ada tdknya fraktur. CT scan kranial jk tjd penurunan tingkat kesadaran/fraktur kranium yg disertai kebingunan, kejang, tanda neurogis fokal. Angiografi Lumbal pungsi untuk menentukan ada tidaknya darah pada LCS harus dilakukan sebelum 6 jam dari saat terjadinya trauma EEG Indikasi CT scan Cedera kepala ringan CT scan diperlukan pada cedera otak ringan (antara lain: adanya riwayat pingsan, amnesia, disorientasi dengan GCS 13-15 dan pada keadaan berikut Faktor risiko tinggi perlu tindakan bedah saraf: Nilai GCS <15 pada 2 jam setelah cedera Dicurigai ada fraktur depres atau terbuka Adanya tanda-tanda fraktur dasar tulang tengkorak (mis : perdarahan di MT, mata racoon, rinorrhea dan otorhea, battle sign) Muntah (>2 kali episode) Usia >65 tahun Faktor risiko sedang perlu tindakan bedah saraf : Amnesia sebelum cedera (>30 menit) Mekanisme cedera berbahaya (mis : pejalan kaki tertabrak kendaraan bermotor, penumpang terlember dari kendaraannya, jatuh dari ketinggian >3 kaki atau 5 anak tangga Tata laksana Ps hrs dirawat jk tdpt: Penurunan tingkat kesadaran Fraktur kranium Tanda neurologis fokal Cedera kepala ringan observasi neurologis & membersihkan/menjahit luka/laserasi kulit kepala. Cedera kepala berat rujuk spesialis bedah saraf. Urutan Tindakan Menurut Prioritas 1. Resusitasi Jantung Paru ABC 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan radiologi 4. Pemeriksaan laboratorium 5. TIK meninggi 6. Keseimbangan cairan elektrolit 7. Nutrisi 8. Neurorestorasi/ rehabilitasi Terapi medikamentosa untuk cedera otak Tujuan utama : mencegah kerusakan sekunder otak yang telah mengalami cedera
Cairan intravena Sesuai kebutuhan untuk resusitasi dan mempertahankan normovolemia Larutan ringer laktat atau garam fisiologis Kadar Na serum perlu dimonitor
Hiperventilasi Menurunkan PCO2 vasokonstriksi PD otak PaCO2 dipertahankan pada 35 mmHg atau lebih
Antikonvulsan Epilepsi pascatrauma yang terjadi pada 5% pasien dengan cedera kepala Fenitoin, fosfofenitoin profilaksis Kejang berkepanjangan diazepam atau lorazepam TIK meninggi Tjd akibat edema serebri/ hematoma intrakranial. Bila ada fasilitas sebaiknya pasang monitor TIK. Di atas 20 mmHg sudah harus diturunkan dgn cara: Hiperventilasi Terapi diuretik Diuretik osmotik (Manitol 20%) Dosis: 0,5-1 g/ kgBB diberikan dlm 30 menit. u/ mencegah rebound diberikan ulangan manitol stlh 6 jam dgn dosis 0,25-0,5 g/ kgBB dlm waktu 30 menit. Monitor: osmolalitas tdk melebihi 310 mOsm. Loop diuretik (Furosemid) Pemberiannya bersama Manitol, karena mempunyai efek sinergis & memperpanjang efek osmotik serum Manitol. Dosis: 40 mg/ hari IV. Posisi tidur Bagian kepala ditinggikan 20-30 derajat dgn kepala & dada pd satu bidang. Keseimbangan cairan elektrolit Pd saat awal (hari 1-2), pemasukan cairan dikurangi u/ mencegah bertambahnya edema serebri dgn jumlah cairan 1500-2000 ml/ hari. Yg dipakai NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Stlh hari 3-4 dpt dimulai makanan peroral melalui pipa nasogastrik. Nutrisi Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak. Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dekstrosa 5% 8 jam pertama, ringer dekstrose 8 jam kedua dan dekstrosa 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500-3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai urea N. Medikamentosa Lainnya Antibiotik profilaksis fraktur basis kranii. Antikonvulsan kejang Pemberian analgetika
* KI obat2an narkotik & sedatif KOMPLIKASI Gejala sisa cedera kepala berat Ketidakmampuan fisik (disfasia, hemiparesis, palsi saraf kranial) Ketidakmampuan mental (g3 kognitis, perubahan kepribadian) Kebocoran cairan serebrospinal Epilepsi pascatrauma terutama pd pasien yg kejang awal, anemsia pascatrauma (>24jam), fraktur depresi kranium, hematoma intrakranial. Profilaksis: diberikan fenitoin (dilantin) dgn dosis 3-4 x 100 mg/ hari selama 7 hari. Sindrom pascakonkusi Nyeri kepala Vertigo Depresi G3 konsentrasi Hematoma subdural kronik
Infeksi Risiko tinggi infeksi: fraktur tulang terbuka, luka luar, fraktur basis cranii. Profilaksis: ampisilin 3 x1 gram/ hari IV slm 10 hari. Bila curiga meningitis: ampisilin 4 x 3 gram IV + kloramfenikol 4 x 1 gram IV selama 10 hari.
Trauma kepala tertutup (Komusio serebri/Gegar otak, Kontusio serebri /Memar otak, Perdarahan sub dural, Perdarahan Intraserebral ) TATALAKSANA AWAL TRAUMA KAPITIS ABC assessment : Airway : buka jalan nafas, bersihkan, hati2 trauma cervical Breathing : pola / ritme nafas, oksigenisasi adekuat Circulation : evaluasi TD, N, cirkulasi (tu central) hrs adekuat Evaluasi perdarahan extracranial : akut abdomen (ruptur hepar, lien, ginjal), perdarahan thorax, fraktur, hematuria Hati2 sumber infeksi (luka terbuka kotor, ps HIV) Evaluasi dilakukan periodik, k/p alat monitor tanda vital. Evaluasi tingkat kesadaran periodik (kualitatif, GCS) TEKANAN INTRAKRANIAL MENINGKAT Keluhan : Sakit kepala, tambah kuat pd pagi hari atau setelah batuk/mengedan Mual / muntah, muntah proyektil Perubahan / penurunan kesadaran (progresif) Perubahan fungsi luhur : gangguan memori, orientasi, perilaku sosial PF : - TD - Nadi Cek : Analisa gas darah : biasa : alkalosis respiratorik Elektrolit Glukosa darah Fungsi ginjal Fungsi jantung, paru Pencitraan : schedel, CT scan kepala TATALAKSANA TIK MENINGKAT Tirah baring, kepala & bahu lebih tinggi + 15-30%, leher jangan tertekuk Hindarkan batuk/mengedan kuat Bila tak ada indikasi kuat, tunda pemasangan NGT, ETT Pd dugaan fraktur basis (frontal) dilarang memasang NGT. (alternatif : orogastric tube) Pemantauan GCS berkala, output, input Hiperventilasi : perlu ventilator / ICU Obat anti udem cerebri : Manitol 20%, cek : fungsi ginjal, elektrolit, osmolaritas darah. Furosemid IV, cek : fungsi ginjal, elektrolit Hindarkan pemakaian cairan hipoosmolar dan dextrose murni Operasi dekompresi TRAUMA TERBUKA Trauma kepala terbuka Trauma kepala ini menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak. Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2-3 hari akan tampak battle sign (warna biru dibelakang telinga diatas os mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar dari telinga). Perdarahan dari telinga dengan trauma kepala hampir selalu disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak. Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik yang dapat membantu mendiagnosa adalah : Battle sign ( warna biru/ekhimosis di belakang telinga di atas os mastoid ) Hemotipanum ( perdarahan di daerah gendang telinga ) Periorbital ecchymosis ( mata warna hitam tanpa trauma langsung ) Rhinorrhoe ( liquor keluar dari hidung ) Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga) laceratio cerebri Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan piamater. Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan subaraknoid traumatika, subdural akut dan intercerebral. Laceratio dapat dibedakan atas: Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka. Laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis.
Komplikasi Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis dan perdarahan / serosanguinis. TRAUMA TERTUTUP KOMUSIO/ KONKUSIO (Gegar otak)
Cedera kepala ringan. Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali. Hilang kesadaran sementara, < 10 20 menit. Tanpa kerusakan otak permanen. Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah Disorientasi sementara. Tidak ada gejala sisa. MRS kurang 48 jam kontrol 24 jam pertama, observasi tanda-tanda vital. Tidak ada terapi khusus. Istirahat mutlak setelah keluhan hilang coba mobilisasi bertahap, duduk berdiri pulang. Setelah pulang kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup.
Terjadi akibat beban guncangan semata khususnya akselerasi angulasi dan rotasi dan bukan karena fenomena kontak. Kebanyakan sembuh dalam beberapa detik atau menit. Biasanya ada retrograde dan anterograde amnesia CT atau MRI kelihatan normal, tidak ada perubahan struktural. Hanya 5% pasien terdapat perdarahan intrakranial pada CT scan. Beratnya concussion dilihat dari durasi hilang kesadaran dan amnesia.
Post concussion syndrome Menurut DSM-IV, kriteria untuk PCS meliputi: a. Riwayat trauma kepala yang menyebabkan adanya konkusi serebral yang signifikan. b. Gangguan kognitif dan atau memori c. Terdapat 3 dari 8 gejala (fatique, gangguan tidur, nyeri kepala, dizziness, iritabel, gangguan afektif, perubahan kepribadian, apatis) yang muncul setelah trauma dan menetap selama 3 bulan. d. Gejala-gejala muncul pada saat trauma atau memburuk setelah trauma. e. Mengganggu fungsi sosial f. Dieksklusi adanya demensia pasca trauma atau kelainan lain yang menerangkan gejala yang muncul. KONTUSIO (Memar Otak) perdarahan kecil / ptechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau otak yang akan menimbulkan edema jaringan otak di daerah sekitarnya Ada memar otak. Perdarahan kecil lokal/difusi Gejala : - Gangguan kesadaran lebih lama - Kelainan neurologik positif, reflek patologik positif, lumpuh, konvulsi. - TIK meningkat. - Amnesia retrograd lebih nyata
Biasanya tidak ada intervensi bedah dibutuhkan untuk memar otak.
Berdasarkan atas lokasi benturan, lesi dibedakan atas koup kontusio dimana lesi terjadi pada sisi benturan, dan tempat benturan. Pada kepala yang relatif diam biasanya terjadi lesi koup, sedang bila kepala dalam keadaan bebas bergerak akan terjadi kontra koup. HEMATOMA EPIDURAL Hematoma Epidural Perdarahan yang terjadi di antara tabula interna- duramater Hematoma massif akibat pecahnya a.meningea media atau sinus venosus
Tanda diagnostik klinis: Lucid interval (+) Kesadaran makin menurun Late hemipareseontralateral lesi Pupil anisokor Babinsky (+) kontralateral lesi Fraktur di temporal Hematoma Epidural di Fossa Posterior Gejala dan Tanda Klinis: Lucid interval tidak jelas Fraktur kranii oksipital Kehilangan kecadaran cepat Gangguan serebellum, batang otak dan pernapasan Pupil isokor Diagnostik: CT scan otak gambaran hiperdens di tulang tengkorak dan dura, umumnya di daerah temporal dan tampak bikonveks.
Patofisiologi Cedera disebabkan o/ laserasi arteri, meningea media, vena meningea media,atau sinus dura, dgn/ tanpa disertai fraktur tengkorak. Epidural hematoma kompresi, pergeseran, peningkatan TIK. Komplikasi Klinis Komplikasi primer mekanisme direk Menyebabkan cedera aksonal Hilangnya kesadaran awal/depresi status mental Komplikasi sekunder Hematoma yg luas kemunduran neurologik Tata laksana Evaluasi bedah saraf emergensi & evaluasi hematoma Intervensi GCS lbh rendah 8 (intubasi sekuens cepat) Stabilisasi sal.napas, sirkulasi Pembatasan komplikasi sekunder Epidural hematom HEMATOMA SUBDURAL Perdarahan terjadi di antara duramater-arakhnoid akibat robeknya bridging vein Gejala klinis Tjd 30% krn cedera kepala berat. Perubahan kesadaran (hampir semua kasus). Nyeri kepala, muntah, letargi. Hemiparesis. Interval lusid sblm gejala neurogik tampak. Jenis: Akut : interval lucid 0-5 hari Subakut : interval lucid 5 hari minggu Kronik : interval lucid >3 bulan Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang otak. Tanda-tanda akan gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan kantuk, dan kebingungan, Respon yang lambat, dan gelisah. Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil. Perdarahan subdural subakut, biasanya berkembang 7-10 hari setelah cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat. Tekanan serebral yang terus- menerus menyebabkan penurunan tingkat kesadaran yang dalam. Perdarahan subdural kronik, terjadi karena luka ringan. Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural. Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar membran vaskuler dan pelan-pelan meluas. Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa mingggu atau bulan. Keadaan ini pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik. Patofisiologi Robeknya vena penghubung antara korteks serebri & drainase sinus vena peningkatan TIK. Penyempitan ventrikel akibat volume bekuan. Udem yg disebabkan cedera otak. Diagnosis Anamnesis difokuskan pd mekanisme cedera & keadaan neurologik sblm & stlh cedera. Temuan radiografi dr CT scan kepala tanpa kontras kumpulan darah bbtk bulan sabit antara otak & dura. Hilangnya sulkus & penyempitan ventrikel. Pergeseran garis tengah akibat volume bekuan yg besar. Komplikasi Peningkatan TIK Udema otak Perdarahan rekuren Kejang Tata laksana Intervensi bedah saraf dini (4 jam) Intervensi GCS lbh rendah 8 (intubasi sekuens cepat). Subdural hematoma HEMATOMA SUBARAKHNOID Perdarahan Subarachnoid Gejala dan tanda klinis: kaku kuduk nyeri kepala bisa terdapat gangguan kesadaran Diagnosis: CT Scan Adanya perdarahan di ruang subaraknoid Subarachnoid Hemorrhage
Wanita Pendarahan spontan biasanya diakibatkan dari pecahnya secara tiba-tiba aneurysm di dalam arteri cerebral. Sekitar 25% orang mengalami gejala-gejala kerusakan pada bagian spesifik pada otak, seperti berikut di bawah ini : Kelelahan atau lumpuh pada salah satu bagian tubuh (paling sering terjadi). Kehilangan perasa pada salah satu bagian tubuh. Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa (aphasia).
Tanda dan Gejala Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat (kadangkala disebut sakit kepala thunderclap). Nyeri muka atau mata. Penglihatan ganda. Kehilangan penglihatan sekelilingnya.
Diagnosa Merasa sakit kepala hebat secara mendadak dan mencapai puncak dalam hitungan detik CT scan LP Cerebral angiography lokasi aneurism Magnetic resonance angiography CT angiography Penatalaksanaan Analgesik opioid sakit kepala Pelembut tinja konstipasi Nimodipine mencegah vasospasm dan stroke ischemic Memasang shunt mengeringkan cairan cerebrospinal, menghilangkan tekanan dan mencegah hydrocephalus
Komplikasi Hydrocephalus Vasospasm Pecahan kedua Prognosis 35% meninggal aneurism 5 % meninggal dalam beberapa minggu pendarahan dari pecahan kedua Orang yang bertahan untuk 6 bulan tetapi yang tidak melakukan operasi untuk aneurysm memiliki 3% kemungkinan mengalami pecahan lainnya setiap tahun.
Gambaran perbedaan perdarahan Intraserebral dan Subarachnoid HEMATOMA INTRASEREBRAL Hematoma Intraserebral Adalah perdarahan parenkhim otak, disebabkan karena pecahnya arteri intraserebral mono atau multiple.
http://www.emsmagazine.com/article/photos/1242402277713_46-3.jpg Diffuse axonal injury Arah dan gerakan kepala berperan penting dlm menentukan jmlh dan distribusi peristiwa kerusakan aksonal. Kepala lebih rentan thd kerusakan pada gerakan lateral dan sagital. Penyebabnya adalah beban guncangan bukan krn benturan. Koma traumatik lebih dr 6 jam. Jika durasinya 6-24 jam ringan. >24 jam sedang atau berat. Ps bisa sadar dlm bbrp hr, bln atau thn. Mereka yang sembuh mungkin akan memiliki g3 kognitif dan motorik sperti ataxia. Buta kortikal Buta kortikal Gangguan penglihatan yang sementara atau menetap dikarenakan adanya gangguan jaras visual posterior dan atau kerusakan di lobus oksipital di otak.
adanya disfungsi bilateral dari korteks visual di oksipital (V1) Etilogi oklusi kedua arteri serebral posterior dengan infark oksipital medial yang bilateral perdarahan serebral, tumor, infark pada vena, cardiopulmonary arrest , emboli udara dan lemak, herniasi uncus, dan demielinisasi
iskemik, cerebral atau coronaryarteriography, obat-obatan (siklosporin), trauma kapitis, kejang, migraine, myelografi buta kortikal sementara
Tanda dan gejala Kehilangan ketajaman visual Respon pupil masih ada Presepsi visual hampir tidak ada Optokinetik nistagmus tidak ditemui Tidak adanya atrofi atau edema papil (funduskopi normal)
Klasifikasi buta kortikal total dan buta kortikal parsial. Pada buta kortikal parsial proses visual masih lebih bagus dari buta kortikal total. Lapangan pandang dan ketajaman penglihatan bisa saja normal tapi terjadi gangguan pada korteks asosiasi berakibat ketidakmampuan melihat objek secara normal Patofisiologi terjadi lesi di korteks, refleks pupil terhadap cahaya masih ada karena refleks pupil diatur oleh hubungan nervus optikus ke kolikulus superior untuk diteruskan ke kompleks inti pre tektal tanpa menyinggahi bagian korteks. tidak terwujud sensasi visual dan penglihatan. Pada tes opto-kinetik-nystagmus, tidak akan dijumpai karena dimana fase lambatnya di kontrol oleh daerah perieto-oksipital dan fase cepatnya di kontrol oleh lobus frontal ipsilateral Kortikal blindness Bisa terjadi perlahan atau mendadak Perlahan contohnya : Stroke unilateral pada lobus occipital pengurangan persepsi visual secara kontralateral buta kortikal dalam 3-4 tahun Berhubungan dengan umur yang lebih tua, riwayat keluarga mengenai penyakit vaskular, penyakit jantung, merokok, diabetes melitus, perluasan infark sampai ke area sylvian dan tanpa adanya kemajuan penglihatan setelah stroke yangsesisi Kortikal blindness Jika terjadi secara mendadak oklusi arteri serebral posterior buta kortikal dengan denial of blindness (sindroma Anton) dimana penglihatan, dan persepsi cahaya tetapi refleks cahaya normal, tetapi seringkali masih tersisa sedikit sekali penglihatanterutama untuk obyek yang dikenalnya
Kortikal blindness Bila areal 18 dan 19 (psychic visual area) juga rusak, maka timbul agnosia visual (tidak mampu mengenal/memberi nama pada obyek yang dilihat tetapi masih dapat mengenalnya dengan perabaan, penciuman atau didengarkan suaranya) prosopagnosia halusinasi visual yang berbentuk polinopsia (masih melihat bayangan/wajah setelah objeknya menghilang), allthesia (bayangan visual ditransposisikan dari lapang pandang satusisi ke sisi lain) central dazzle (intoleransi terhadap cahaya tanpa rasa nyeri) Diagnosis anamnesa : penurunan ketajaman visual bisa secara tiba-tiba maupun perlahan.Penurunan ketajaman visual terjadi pada ke dua mata.
Dari pemeriksaan funduskopi, tidak ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan refleks pupil, masih dijumpai seperti orang normal.
Optokinetik nistagmus tidak dijumpai lagi.
Pada gambaranCT-Scan atau MRI baru dijumpai kelainan atau lesi pada korteks oksipital. Diagnosis banding adanya lesi di jaras visual bagian lebih awal, visual agnosia, histeria (Duke). Jika refleks pupil tidak ada yang disertai penurunan ketajaman penglihatan, maka lesi berada di jaras awal dari retina sampai ke daerah tuber sinerium(tangkai hipofise). Pada histeria,dijumpai pura-pura buta yang bertujuan menarik perhatian perbedaan paling utama adalah tidak adanya lesi pada korteks yang nampak dari hasil CT Scan atau MRI. Prognosis prognosis baik : pada pasien dibawah 40 tahun, tanpa riwayat hipertensi atau diabetes melitus dan tanpa adanya hubungan dengan gangguan memori, bahasa, dan kognitif.
prognosis buruk : pada buta kortikal akibat stroke dan bila adanya abnormalitas biooksipital pada pemeriksaanCT-Scan Seizures Emergencies??? Seizures become emergencies when : an individual is either in danger of harming themselves seizure continues for a long period of time immediate medical attention is necessary Definiton Status epilepticus Adam's principles of neurology, 9th edition Reccurent generalized convulsions at a frequency that precludes regaining of consciousness in the interval between seizures (grand mal status)
Foundation of Americas Working Group on Status Epilepticus Continuous seizure activity lasting >=30 min / intermittent seizure activity lasting >=30 min which consciousness is not regained Roos, Karen L. Neurology Emergency Early / impending status epilepticus continuous or intermittent seizures lasting more than 5 min, without full recovery of consciousness between seizures
Refractory status epilepticus Seizures lasting > 2 hour / seizures recurring at a rate of two or more episodes per hour without recovery to baseline between seizures, despite treatment with conventional antiepileptic drugs
Roos, Karen L. Neurology Emergency Epidemiology Roos, Karen L. Neurology Emergency 3 million cases in the worldwide USA 150.000 cases 50.000 60.000 refractory cases Highest incidence Young children < 1 yo Elderly > 85 yo Males : females = 1,5-2 : 1
Classification Roos, Karen L. Neurology Emergency Etiologies All fundamentals causes of seizures Vary between age groups Adult viral paraneoplastic encephalitis, old traumatic injury, epilepsy with idiopathic mental retardation Stroke & brain tumor (infrequent)
Adam's principles of neurology, 9th edition Roos, Karen L. Neurology emergency Pathophysiology Isolated seizure status epilepticus marked changes in ionic channels, adenosine formation/release, electrical synchronization, failure of GABA-mediated inhibition Failure of terminating mechanisms blockade of N-methyl- d -aspartate (NMDA) channels by magnesium activation of K + conductances repolarization of neurons and neuropeptide Y change in GABAA receptors expression of proconvulsive neuropeptides (substance P, neurokinin B)
Roos, Karen L. Neurology Emergency Time dependent pharmacoresistance alteration in the functional properties of GABA receptors present in the hippocampal dentate granule cells potency of benzodiazepines decrease by 20 times within 30 min of self-sustaining status epilepticus Translocation of calmodulin from the membrane to the cytosol phenytoin resistance
Seizure-induced neuronal injury & death Neuron-specific enolase, a marker of neuronal death >> in the serum of patients after status epilepticus excessive neuronal firing through excitotoxic mechanisms
Roos, Karen L. Neurology Emergency Clinical presentation Roos, Karen L. Neurology emergency Other clinical signs Rising temperature Acidosis Hypotension Renal failure because of myoglobinuria life threatening events
Prolonged convulsive status (>30 min) epileptic encephalopathy
Adam's principles of neurology, 9th edition Complications Roos, Karen L. Neurology Emergency Treatment Treatment
Adam's principles of neurology, 9th edition Roos, Karen L. Neurology Emergency Roos, Karen L. Neurology Emergency Roos, Karen L. Neurology Emergency Tumor Primer Sekunder Faktor Resiko Faktor genetik dan keluarga - Berasal dari kelainan struktur / fungsi pada 1 gen / >. - Gen yg berperan; onkogen dan tumor supresor gen (TSG). Faktor kerentanan genetik - Kerentanan terhadap interaksi dengan lingkungan toksik dan mutagenik Infeksi virus - Retrovirus, papovavirus, dan adenovirus - Baru terbatas penelitian pada binatang Riwayat kanker sebelumnya - Penderita Ca colorectal dan Ca mammae resiko meningioma Riwayat alergi - Terdapat hubungan antara asma dan glioma Kejang - Penderita meningioma dpt mengalami kejang bahkan 10 tahun sblm diagnosis meningiomannya ditegakkan. Paparan terhadap obat-obatan - Obat untuk nyeri, sakit kepala , dan gangguan tidur
Konsumsi vitamin, alkohol, dan tembakau - Antioksidan yg terkandung dlm vitamin mekan resiko kanker. - Kalsium dpt mekan resiko glioma pd perempuan dan meningioma pada laki & perempuan. - Penggunaan alkohol pd wanita hamil menunjukkan hub. Dgn timbulnya tumor otak - Rokok merupakan sumber bahan utama karsinogenik ternyata tdk mempunyai korelasi dgn timbulnya tumor otak.
Paparan terhadap bahan kimia - Formaldehid, vinil klorida, organokloride, dan akil urea Radiasi ionisasi - Resiko terjadinya tumor otak akan me sgt kuat pada penderita yg mendapat terapi radiasi Jenis & Manifestasi Klinis Herniasi struktur garis tengah (subfalcine herniation) Herniasi tentorium lateral ( uncal herniation) tjd herniasi lobus temporal mell hiatus tentorium. Kompresi formasio retikularis g3 tingkat kesadaran. Palsi N.III dilatasi pupil ipsilateral terfiksasi (tdk respons cahaya). Refleks plantar patologis.
136 Jenis & Manifestasi Klinis Herniasi tentorium sentral (o.k pembengkakan serebri difus/ herniasi lateral yg diabaikan); mell hiatus tentorium. Tjd penurunan kesadaran; pupil awalnya kecil, terfiksasi lalu berdilatasi. G3 lirikan mata ke atas akibat tekanan otak tengah superior. Tjd diabetes insipidus akibat tarikan tangkai hipofisis & hipotalamus. 137 Jenis & Manifestasi Klinis Herniasi tonsil; mell foramen magnum (bawah) & hiatus tentorium (atas). Kaku kuduk & kadang posisi kepala terangkat (terutama pd anak). Tjd g3 kesadaran, bs gagal napas. Tanda vital terpengaruh hipertensi, bradikardi.
138 Pemeriksaan Tes Meningitis Bakterial Meningitis Virus Meningitis TBC Tekanan LP Meningkat Biasanya normal Bervariasi Warna Keruh Jernih Xanthochromia Jumlah sel > 1000/ml < 100/ml Bervariasi Jenis sel Predominan PMN Predominan MN Predominan MN Protein Sedikit meningkat Normal/meningkat Meningkat Glukosa Normal/menurun Biasanya normal Rendah Interpretasi Analisa Cairan Serebrospinal 1. Astrocytoma Pilositik Anak-anak & dewasa muda >> 10 % melibatkan serebral, 85 % cerebelum Tumbuh lambat dan sering berkista Lokasi tersering : nervus optikus, hipotalamus, ganglia basalis, hemisfer cerebri, cerebelum, dan batang otak Gambaran PA : sel-sel bipolar dgn serat Rosenthal & sel-sel multipolar dgn mikrokista & granular bodies. Gambaran CT scan : lesi isodens / hipodens Gambaran MRI : berbatas tegas dgn sedikit edema. Menyengat kontras. Sering terlihat adanya kista & kalsifikasi pada tumor yg berlokasi cerebelum. 2. Astrocytoma Difus Tumbuh lambat & menginfiltrasi struktur otak di sekitarnya. Pada org dewasa muda Cenderung menjadi ganas ke arah astocytoma anaplastik & glioblastoma Lokasi tersering : cerebelum Gambaran PA : fibrilasi yg berdiferensiasi baik atau gemistositik neoplastik astrosit. Terdapat varian histologik, astrocytoma fibrilari, dan astrocytoma gemistositik Gambaran MRI : berbatas kurang tegas dan kurang menyengat kontras 3. Astrocytoma Anaplastik >> usia 35 - 55 tahun Laki-laki : perempuan = 1,2 : 1 Kelompok usia < 25 tahun 67 % lokasi pada fossa posterior, usia > 25 tahun 90 % lokasi di supratentorial. Gambaran PA : nukleus polimorfik, hiperseluler dgn gambaran mitotik dan proliferasi endotel Gambaran CT scan : massa dgn densitas rendah atau campuran, efek massa disertai penyengatan kontras yg bervariasi dan edema di sekitarnya. MRI merupakan pemeriksaan yg lbh baik dan sensitif, dgn gambaran intensitas yg heterogen dan massa berbatas tdk tegas. Astrocytoma Anaplastik (AA) Gejala klinis; kejang merupakan gejala awal pada 50 % kasus, sakit kepala 70 %, hemiparesis 59 %, gangguan penglihatan 58 %, papil edema 47 %, gangguan saraf kranialis 46 %, hemianopia 32 %, hemianestesia 32 %, muntah 29 %, dan disfasia 24 %. Gejala klinis tergantung lokasi 4. GLIBASTOMA MULTIFORME Astrositoma jenis yang paling ganas Sekitar 50% glioma adalah GBM >> usia 45-65 tahun Laki-laki : perempuan = 1,5 : 1 Gambaran PA: sesuai dengan astrositoma anaplastik, yang membedakan terdapatnya nekrosis Timbulnya nekrosis menunjukan prognosis yang buruk Gambaran MRI : sesuai dgn gambaran astrositoma anaplastik, ttp pd GBM lbh byk dijumpai perdarahan, deposit hemosiderin serta nekrosis sentral pd jalur white matter melewati garis tengah butterfly appeareance Variasi GBM : gliosarkoma, GBM multifokal & gliomatosis cerebri Gejala Klinis 32% kasus didahului dgn kejang, mrpkan gejala awal pd 20% pasien Kejang & divisit fokal neurologis mrpkn gejala yg dominan Gejala dan tanda klinis tergantung lokasi TATALAKSANA Dgn terapi multimodalitas median survival dpt mencapai 82minggu, drpd tanpa terapi multimodalitas Terlama 23bulan dgn terapi booster interstitial brachytherapy setelah reseksi dan radioterapi 5. Meningioma Berasal dari sel meningen Tumor ke 2 terbanyak diantara tumor primer intrakranial Klasifikasi WHO - meningioma grade I (benigna), 90% kasus - meningioma grade II (atipikal), 5-7% kasus - meningioma grade III (anaplastik), 3-5% kasus Usia 40-70 tahun Perempuan lebih rentan drpd laki-laki 90% lesi pada daerah supratentorial 8-10% infratentorial, terbanyak pada daerah CPA 1-2% ditempat lain (intraventrikel, sinus paranasal) Berhub dgn faktor genetik, terapi radiasi dan hormon seks sbg faktor resiko. Gambaran PA : - Atipik ditemukan proses mitosis/ peningkatan selularitas, rasio small cell dan nukleus sitoplasma yg tinggi, uninterupted patternless dan sheet-like growth. - Anaplastik ada peningkatan jumlah mitosis sel, nuklear pleomorphism, abnormalitas pola pertumbuhan meningioma dan infiltrasi serebral. - Pemeriksaan imunohistokimia dpt membantu diagnosis, 80% menunjukan epithelial membrane antigen + Gejala klinis Gejala klinis disebabkan krn mekanisme ; Iritasi pd korteks di bawahnya Penekanan pd jar. Otak dan saraf kranialis di bwhnya Invasi jar. Lunak sekitarnya & hiperostosis Cedera vaskuler pd otak Penyebab (virus) Infeksi yang menyebar melalui sistem saraf Masuk melalui kulit, sel nafas, sel cerna Infeksi yang menyebar melalui darah Peradangan SSP Peningkatan TIK Perubahan perfusi jaringan Gangguan pertukaran gas Disfungsi hipotalamus Nyeri kepala Gangguan transmisi impuls Hipermetabolik Mual, muntah Kelemahan neurologis Kejang Gangguan cairan dan elektrolit Gangguan perfusi jaringan cerebral Imobilisasi suhu tubuh Perubahan nutrisi PATOFISIOLOGI Pemeriksaan Neuroimaging Meningioma Gambaran CT scan : isoden atau hiperdens, hiperostosis atau erosi tulang Gambaran MRI : iso atau hipointense pd T1 sdgkan pd T2 iso atau hiperintense, kontras enhacement dan kadang dural tail + Dpt jg dilakukan pem. MRS, DSA Pem. Angiografi endovaskuler ptg utk melihat vaskularisasi tumor & ggg pd struktur vaskuler vital. TATALAKSANA Reseksi total mrpkn tujuan utama terapi Bila letak tumor sulit, reseksi total tdk dpt dilakukan, sehingga srg memnimbulkan gejala sisa Embolisasi endovaskular sebaiknya dilakukan sblm operasi utk mengurangi resiko perdarahan. INFEKSI OTAK Bacterial Meningitis Dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau kematian Jika curiga seseorang menderita meningitis bakteri lakukan punksi lumbal utk memeriksa organisme penyebabnya. Etiologi Neisseria meningitidis Streptococcus pneumonia Haemophillus Influenza type B Listeria monocytogenes Staphylococcus aureus,dll Gejala & tanda Sakit kepala Demam Kaku kuduk Stadium lanjut : Confusion Iritabilitas Kesulitan konsentrasi Stupor / coma Patogenesis Kolonisasi bakteri di nasofaring menyebar melalui darah CSS / meningens/parenkim Trombus vena juga mendukung penyebaran infeksi Trauma di dura pada kasus fraktur basillar tengkorak Terapi Antibiotik Empiris Usia Pasien Organisme penyebab Antibiotik Aternatif Neonatus Streptococcus group B, Listeria, E. coli Ampicillin + generasi 3 Cephalosporin Chloramphenicol + gentamicin 3 bln 18 thn N. meningitidis, S. pneumoniae, H. influenzae Cephalosporin gen. 3, vancomycin (jika resisten) Meropenem 18 50 tahun S. pneumoniae, N. meningitidis, H. influenzae Cephalosporin gen 3 Meropenem > 50 tahun S. pneumoniae, Bacil gram negatif, Listeria monocytogenes Ampicillin + cephlosprin generasi 3 Ampicilin + floroquinolon Pencegahan Vaksinasi utk H. influenzae & N. meningitidis. Terapi untuk ibu hamil yg terinfeksi sebelum partus utk mencegah meningitis neonatus oleh streptococcus group B. ENSEFALOPATI METABOLIK Ensefalopati metabolik a. Penyebab metabolik ensefalopati akut 1. Hipoksia, misalnya akibat henti jantung, hipotensi berat. 2. Hipoglikemia 3. Gagal organ pernapasan, ginjal atau hepar 4. Gangguan ion: Hiponatremia dan hipernatremia Hipokalemia Gangguan metabolisme kalsium atau magnesium (lebih sering menyebabkan ensefalopati kronik) 5. Defisiensi vitamin 6. Gangguan endokrin 7. Toksin, misalnya karbon monoksida, timbal, alkohol. Defisiensi vitamin
Vitamin Defisit neurologis B1 (tiamin) Sindrom Wernicke-Korsakoff (oftalmoplegia, ataksia, konfusi dan koma) B3 (niasin) Ensefalopati akut dn kronik Sindrom serebelar Mielopati B6 (piridoksin) Polineuropati B12 (kobalamin) Demensia Atrofi optik Polineuropati Degenerasi kombinasi subakut medula spinalis (kerusakan pada traktus kortikospinal dan kolumna posterior) D (kalsiferol) Miopati E (tokoferol) Degenerasi spinoserebelar Penyakit endokrin Gangguan Sindrom Neurologis Akromegali Ensefalopati kronik Defek lapang pandang Sindrom terowongan karpal Apnea obstruktif saat tidur Miopati Hipopituitarisme Ensefalopati akut atau kronik Tirotoksikosis Miksedema Ensefalopati akut atau kronik Sindrom serebelar Hipotermia Neuropati, miopati Sindrom Cushing Psikosis, depresi Miopati Penyakit Addison Ensefalopati akut Ensefalopati metabolik Hiperparatiroidisme dan hipoparatiroidisme Ensefalopati, kejang Miopati Hipertensi intrakranial benigna Tetani-dengan hipokalsemia Diabetes melitus Insulinoma Ensefalopati akut atau kronik Feokromositoma Nyeri kepala paroksimal (dengan hipertensi) Perdarahan intrakranial (jarang) Patofisiologi Terjadinya Ensefalopati metabolik 1. Hipoksia Otak yang normal memerlukan 3.3 cc 0 2 /100 gr otak/menit atau Cerebral Metabolic Rate for Oxygen (CMR 0 2 ). CMR 02 ini pada berbagai kondisi normal tidak banyak berubah. Hanya pada kejang-kejang CMR 0 2 meningkat Gangguan fungsi otak CMR 0 2 menurun. Pada keaadaan : CMR 0 2 < 2.5 cc/100 gram otak/menit gangguan mental CMR 0 2 < 2 cc 02/100 gram otak/menit koma
2. Hipoglikemia Energi otak hanya diperoleh dari glukosa. Tiap 100 gram otak memerlukan 5.5 mg glukosa/menit. Hipoglikemi menyebabkan Gangguan pada serebrum dan kemudian progresif ke batang otak yang letaknya lebih kaudal. Depresi selektif pada SSP yang dimulai pada formasio retikularis dan menjalar ke bagian-bagian lain. Sehingga menyebabkan penurunan atau gangguan kesadaran.
3. Gangguan sirkulasi darah Bila aliran darah ke otak berkurang, 0 2 dan glukosa darah juga akan berkurang.
4. Toksin Gangguan kesadaran dapat terjadi oleh toksin yang berasal dari penyakit metabolik dalam tubuh sendiri atau toksin yang berasal dari luar/akibat infeksi.
Ensefalopati metabolik - DM Diabetes Mellitus Menyebabkan komplikasi neuropati perifer yang dapat mempunyai beberapa bentuk berikut : Polineuropati distal simetris :hilangnya rangsang sensorik dan dalam keadaan yang lebih berat menyebabkan artropati yang tidak nyeri. Neuropati otonom Atrofi dan kelemahan akut otot ekstremitas bawah proksimal yang asimetris dan nyeri (pada pria usia paruh baya dan usia lanjut) amiotrofi diabetik Neuropati akibat jepitan (saraf menjadi sensitif terhadap tekanan) Sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome) menyebabkan saraf menjadi sensitif terhadap tekanan) Palsi saraf kranial (terutama mempengaruhi pergerakan mata) Neuropati lain termasuk neuropati dengan rasa nyeri yang saat pasien memulai terapi insulin (berhubungan dengan regenerasi aksonal) Ensefalopati metabolik c. Gejala Secara umum : 1. Status mental : Depresi Kebingungan Gangguan kesadaran 2. Pupil : Berukuran normal dan reaktif terhadap cahaya 3. Pergerakan mata Normal 4. Pernapasan Depressed 5. Pergerakan ekstremitas Penurunan secara simetris Hipotonicity
Ensefalopati metabolik Secara struktural : Korteks serebral amnesia dan defisit kognitif lainnya yang dapat berfluktuasi dan kelainan perilaku. Ganglia basal diskinesia atau sindrom rigiditas-akinetik. Serebelum disartria dan ataksia Hipoksia 1. Ensefalopati Hipoksia a. Penyebab Gangguan oksigenasi otak terjadi karena : Penurunan tekanan arterial oksigen penyakit paru. Penurunan Hb anemia atau kehilangan darah Penurunan aliran darah ke otak (hipoksia iskemik) akibat penurunan cardiac output. Gangguan pengikatan oksigen di otak karena biochemical block (jarang) keracunan sianida.
b. Mekanisme Kadar PO2 arteri serebral <35 mmHg (4,5 kPa) metabolisme anaerobik tidak efisien tidak ada aliran fenomenon dinding pembuluh darah membengkak alirah darah terhambat disfungsi neurologik.
c. Manifestasi Klinik 1. Gangguan visual 2. Inkoordinasi 3. Amnesia 4. Unconscious 5. Nyeri pada fleksi dan ekstensi sampai kematian
d. Prognosis 1. Ataksia 2. Myoclonus Parkinsonism 3. Korsakoffs psychosis 4. Dementia 5. Koma persisten
Hiperkapnea 2. Ensefalopati Hiperkapnea a. Definisi : Merupakan suatu keadaan akibat peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah.
c. Diagnosis PCO2 >50 mmHg (6 kPa) dengan penurunan P02 pada pemeriksaan darah. Gejala pusing, kebingungan dan papilloedema dapat juga menunjukkan tumor intrakranial, jika hiperkapnea tidak terbukti maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan CT-Scan otak.
Hipoglikemia 3. Ensefalopati Hipoglikemia a. Definisi Merupakan suatu keadaan akibat penurunan glukosa di otak yang mungkin disebabkan : Overdosis pengobatan DM Insulin secreting tumour Insulinoma Penyakit hepatik penurunan kadar glikogen.
b. Mekanisme Degenerasi neuronal Nekrosis fokal pada korteks serebral ,grey matter dan serebelum.
c. Manifestasi klinis Ringan : berkeringat, pallor, pusing, palpitasi, trembling dan rasa lapar. Sedang : Kebingungan, perasaan tidak tenang dan mengantuk. Berat : Hemiparesis, spasme otot, myoclonus, koma dan kematian.
d. Prognosis Ataksia Parkinsonism Dementia Hemiplegia
Hiperglikemia 4. Ensefalopati Hiperglikemia Dapat menyebabkan : 1. Diabetic ketoacidotic coma Akumulasi aseton dan badan keton dalam darah asidosis hiperventilasi penurunkan kadar PCO 2 dan HCO 3. Hiperglikemia juga menyebabkan diuresis osmotik dehidrasi. Gejala neurologis adalah bingung, progresi menjadi koma dan kematian. Koma Diabetikum Non-Ketotik 2. Diabetic hyperosmolar non-ketotic coma Terjadi karena efek hiperosmolar dari hiperglikemia berat reduksi komponen intraselular Gejala neurologis adalah pergerakan involunter, kejang dan hemiparesis. Trombosis vaskular jarang ditemukan. Diabetes Mellitus Ensefalopati Hepatik 5. Ensefalopati Hepatik a. Definisi Merupakan gejala dan tanda neurologik yang disebabkan gangguan hepatik yaitu : Gagal hepar akut Gagal hepar kronik dengan infeksi atau perdarahan gastrointestinal Gagal hepar kronik dengan degenerasi hepatocerebra
b. Manifestasi klinis Asterixis (gemetar pada tangan) Myoclonus Hemiparesis Disartria (gangguan dalam berbicara) Ataksia Hiperrefleksia Ophtalmoplegia Nistagmus
c. Mekanisme Gliosis pada korteks serebral,ganglia basal, serebelum dan batang otak Neuronal loss.
Ensefalopati Uremia 6. Ensefalopati Uremia a. Manifestasi klinis : Asterixis (gemetar pada tangan) Myoclonus Hemiparesis Disartria (gangguan dalam berbicara) Ataksia Hiperrefleksia Ophtalmoplegia Nistagmus Kejang.
b. Mekanisme : Uremia menunjukkan patologi non-spesifik pada sistem saraf. Dapat terjadi pada gagal ginjal kronik Dapat terjadi peningkatan kadar aluminium dementia, kelainan perilaku, kejang dan mioklonus.
Hiponatremia 6. Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah. Etiologi: intoksikasi air (keracunan air) dan sindrom sekresi Anti Diuretik Hormon yang tidak tepat (inapropriate antidiuretic hormone secretion syndrome) penggunaan obat terlarang MDMA (3,4- methylenedioxymethamphetamine) atau yang lebih populer dengan ekstasi, yang akan menyebabkan hidrasi berlebihan pasien-pasien psikiatrik dengan keluhan polidipsia
Pemeriksaan Penunjang Umum 1. Serum urea dan elektrolit 2. Fungsi hati (albumin, globulin, bilirubin, alkalin fosfat dan enzim) dan gula darah. 3. Gas darah (pH, P02, PCO2) 4. Serum amoniak 5. Electroencephalography slow wave activity (theta atau delta) berguna untuk diagnosis kelainan difus: ensefalopati hepatic menunjukkan triphasic slow wave configuration. 6. CT scan jika semua pemeriksaan normal atau diperkirakan terdapat kelainan struktural otak.
Penatalaksanaan Umum f. Penatalaksanaan Bertujuan mempertahankan homeostasis otak agar fungsi dan kehidupan neuron dapat terjamin. Terapi umum : 1. Resusitasi kardio-pulmonal-serebral meliputi : a. Memperbaiki jalan napas berupa : Pembersihan jalan napas, sniffing position, artificial airway, endotracheal inlubation, tracheotomy. b. Pernapasan buatan dikerjakan setelah jalan napas sudah bebas berupa : Pernapasan mulut ke mulut/hidung. Pernapasan dengan balon ke masker. Pernapasan dengan mesin pernapasan otomatis. c. Peredarah darah Bila peredaran darah terhenti, diberikan bantuan sirkulasi berupa : Kompresi jantung dari luar dengan tangan Kompresi jantung dari luar dengan alat
d. Obat-obatan Dalam keadaan darurat dianjurkan pemberian obat secara intravena seperti: epinefrin dan deksametason.
e.Elektrokardiogram Dilakukan untuk membuat diagnosis apakah terhentinya peredaran darah karena asistol, fibrilasi ventrikel atau kolaps kardiovaskuler.
f. Resusitasi otak Bertujuan untuk melindungi otak dari kerusakan lebih lanjut.
g. Intensive care
2. Anti konvulsan bila kejang
Daftar pustaka Ropper AH, Samuel MH, editors. Adams & victors principles of neurology. 9 th ed. New york : mcgraw hill, 2009 Emergency neurology ATLS ANLS Aldrich, Michael S., Alessi, Anthony G., Beck, Roy W. dan Sid Gilman. Cortical blindness:Etiology, Diagnosis, and Prognosis. Annals of Neurology 21(2): 149-158. Available at:http://deepblue.lib.umich.edu/handle/2027.42/50318[Accessed 27 Maret 2010]Fazel, Farhad dan Ali Abdalvand. Transien Cortical Blindness: A Ust Know Complication of Coronary Angiography: A Case Report. ARYA Atherosclerosis Journal. 2009. 49-50Available at: http://crc.mui.ac.ir/arya/arya/sounds/1691/1691_0.pdf [Accessed 27 Maret 2010]Cummings, Jeffrey L. dan Michael R. Trimble. Neuropsychiatry and Behavioral NeurologySecond Edition. American Psychiatry Publishing. 2002. 110. Available at: http://books.google.co.id/books?id=oJy8MlIicxEC&pg=PA110&dq=cortical+blindness&cd=1#v=onepage&q=cortica l%20blindness&f=false [Accessed 27 Maret 2010]Devinsky, Orrin dan Mark Desposito. Neurology of Cognitive and Behavioral Disorder. 133.Available at: http://books.google.co.id/books?id=eCXgtVIsUYkC&pg=PA133&dq=cortical+blindness&lr=&cd=14#v=onepage&q= ortical blindness&f=false [ Accessed 4 April 2010] Elder, Stewart Duke. Text-book of Ophthalmology: The neurology of vision, motor and optical anomalies . 3642Japardi, Iskandar. Kelainan Neurooptalmologi Pada Pasien Stroke. FK USU. Available at:http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi16.pdf [Accessed 4 April2010]Lam, Byron L. Cortical Blindness . 2009. Available at:http://www.medlink.com/medlinkcontent.asp[ Accessed 8 april 2010]