Anda di halaman 1dari 3

1

AbstrakSiklus estrus merupakan siklus reproduksi pada hewan


mamalia dewasa betina bukan primata. Di dalam Siklus estrus
terdapat 4 hormon yang bekerja yaitu, FSH, LH, Progresteron,
dan Estrogen. Perubahan kandungan hormon reproduksi
selanjutnya menyebabkan perubahan struktur pada jaringan
penyusun saluran reproduksi. Praktikum ini dilaksanakan pada
Senin, 7 Oktober 2014 pukul 07.00-08.30 WIB di Laboratorium
Zoologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Pada
pengamatan yang di lakukan terhadap ketiga specimen mencit
tersebut diperoleh hasil, Mus musculus sedang ada dalam fase
Diestrus dan Metestrus. Jadi dikarenakan Mus musculus pada
percobaan ini belum memasuki fase Estrus (fase birahi siap
dikawini) maka specimen harus di rawat kembali dan di tunggu
hingga masuk fase Estrus kemudian di kawinkan dengan
pejantan yang diperkirakan akan siap dilakukan sekitar 2-3
hari.


Kata KunciDiestrus, Metestrus, Mus musculus, Siklus Estrus
I. PENDAHULUAN
IKLUS reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi
pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan
vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang
memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya[1].
Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus
menstruasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain
mempunyai siklus estrus (estrus cycle). Pada kedua kasus
ini,ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus itu setelah
endometrium mulai menebal teraliri banyak darah,karena
menyiapkan uterus untuk kemungkinan implamintasi embrio.
Satu perbedaan antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib
lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus
menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui
serviks dan vagina dalam peredaran yang disebut sebagai
menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali
oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak [3].
Siklus Estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai
dengan keadaan tikus tidak tenang, keluar lendir dari dalam
vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan
cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal,
ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami
akhir perkembangan/terjadi dengan cepat [6]
Pada saat estrus, hewan betina akan reseftif sebab di
dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase
yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut
dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus
mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan
pada marmut 15hari. Siklus estrus terdiri dari diestrus,
proestrus, estrus, dan metestrus. Periode periode tersebut
terjadi dalam satu siklus dan serangkaian . Tahapan/fase estrus
yang dialami hewan dapat dikenali dari gambaran sel yang
diperoleh melalui apusan vagina.
II. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Siklus Estrus dilakukan pada hari Selasa, tanggal
7 Oktober 2014 pada pukul 07.00 WIB. Praktikum dilakukan
di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA, ITS.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cotton
bud, kaca objek, kaca penutup, dan mikroskop. Bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini adalah metylen blue 1%,
aquades, NaCl 0.9%, dan 3 ekor mencit betina albino (Mus
musculus).
B. Cara Kerja
Praktikum ini hal yang dilakukan pertama kali menyiapkan
alat dan bahan, yang kedua membasahi cutton bud dengan
NaCl 0.9%, yang ketiga mengusapkan cutton bud tersebut ke
vagina mencit dengan cara mengusap lubang vagina, yang
keempat mengoleskan cutton bud tersebut pada gelas objek,
yang kelima menetesi kaca objek yang telah berisi apusan
vagina tersebut dengan metylen blue 1% sampai kira kira
bagian yang terdap apusan terkena dan menunggu kurang
lebih 3-5 menit, yang enam membuang kelebihan metylen
blue yang berada di kaca objek dengan cara membilasnya
dengan air aquades, yang ketujuh mengeringkan preparat
sampai benar benar kering dan tidak ada sisa air dari
aquades,kemudian tutup preparat dengan kaca penutup, yang
kedelapan mengamati preparat tersebut di bawah mikroskop,
yang kesembilan menentukan gambaran apusan vagina dan
tahap siklus reproduksinya dengan melihat tanda-tanda berupa
SIKLUS ESTRUS PADA MENCIT
(Mus musculus)
Febriana Puji Rahayu, Nova Maulidina
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: febriana13@mhs.bio.its.ac.id
S


2
epitel berinti,leukosit, dan sel epitel menanduk, yang
kesepuluh mencocokan hasil pengamatan dengan salah satu
fase siklus estrus sesuai ciri-ciri yang teramati, yang kesebelas
apabila belum mengalami fase estrus tentukan hari dimana
Mus-musculus mengalami fase estrus, lalu yang terakhir
kawinkan betina dengan jantan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Fungsi Perlakuan
Fungsi perlakuan membasahi cutton bud dengan NaCl 0.9%
bertujuan agar saat cutton bud dioleskan di vagina mencit
tidak merusak jaringannya. Sebab, larutan NaCl 0,9%
merupakan larutan fisiologis yang terdapat pada tubuh
mamalia termasuk mencit (Mus musculus) dan pHnya juga
sudah disesuaikan sehingga sesuai dengan kondisi tubuh dan
tidak merusak, fungsi perlakuan mengusapkan cotton bud ke
vagina mencit dengan cara memutar bertujuan agar sampel
yang terambil menghasilakan data atau hasil pengamatan yang
valid karena semua bagian pada lingkar lubang vagina telah
terambil sampelnya, selanjutnya fungsi dari mengoleskan
cotton bud ke gelas obyek adalah untuk mempermudah
pengamatan di mikroskop, selanjutnya menetesi kaca objek
yang telah berisi apusan vagina tersebut dengan metylen blue
1% hingga bagian yang terdapat apusan terkena dan
menunggu kurang lebih 3-5 menit berfungsi untuk
memberikan pewarnaan pada apusan vagina yang telah dibuat
di kaca objek. Sebab, metylen blue 1% merupakan larutan
basa yang akan berikatan dengan apusan vagina yang bersifat
asam. Perlakuan membuang kelebihan metylen blue yang
berada di kaca objek dengan cara membilasnya dengan air
aquades tujuannya adalah agar tidak mengganggu pada saat
pengamatan di mikroskop. Perlakuan selanjutnya adalah
mengamati preparat tersebut di bwah mikroskop, bertujuan
untuk melihat bentuk sel dan komposisi sel yang berada pada
apusan vagina. Fungsi dari menentukan gambaran sitologis
apusan vagina dan tahap siklus reproduksinya dan
menganalisis ciri-cirinya disesuaikan dengan tahapan yang
paling tepat. Bertujuan untuk mengetahui tahapan siklus estrus
yang sedang terjadi pada mencit. dan perlakuan terakhir
mencatat hasil pengamatan pada lembar hasil pengamatan. Hal
tersebut bertujuan untuk terus mengetahui perkembangan
mencit

B. Siklus Estrus Yang Teramati
Hasil praktikum adalah pada praktikum pada mencit no.1
mengalami fase diestrus yaitu terdapat epitel berinti dan
banyak leukosit , pada mencit no.2 mengalami fase metestrus
yaitu terdapat epitel berinti,leukosit, dan sel epitel menanduk,
dan pada mencit no.3 mengalami fase diestrus yaitu terdapat
epitel berinti dan banyak leukosit. Menurut Yatim (1994) ciri-
ciri dari fase siklus estrus adalah sebagai berikut, yaitu : fase
proestrus terdapat sel epitel biasa, fase estrus terdapat sel
menanduk ( corninfied), fase diestrus terdapat sel epitel biasa
dan banyak leukosit, dan fase metestrus terdapat banyak sel
epitel menunduk dan leukosit, kemudian juga sel epitel biasa.
C. Hormon yang Berperan
Pada siklus estrus hormon yang berperan adalah hormone
estrogen, hormon progesteron, hormon FSH, hormon LH,
hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium
sedangkan hormone FSH ( follicle stimulating hormone) dan
LH (luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh hipofisis
anterior. Hormon estrogen menyebabkan peningkatan mitosis
dan proliferasi sel-sel epitel dan proses pertandukan pada sel-
sel epitel permukaan. Konsentrasi estrogen yang tinggi pada
saat estrus mengakibatkan penebalan dinding vagina dan
mengakibatkan sel- sel epitel mengalami pertandukan dan
terlepas dari dinding epitel vagina. Sel- sel pertandukan
terlihat dominan pada hasil ulas vagina. Hormon FSH
merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan folikel
yang sedang tumbuh ini mensekresikan hormone estrogen,
dimana saat terjadinya lonjakan dari hormone estrogen,
hipofisis anterior akan meningkatkan sekresi hormon LH
sehingga akan terjadi ovulasi. Setelah ovulasi LH akan
merangsang jaringan folikel yang tertinggal di ovarium, untuk
membentuk korpus luteum yang akan mensekresikan hormon
progesteron. Hormon progesteron ini akan merangsang
penebalan dinding endometrium untuk mempersiapkan
kehamilan jika terjadi pembuahan[3]
D. Siklus Estrus (Estrus Cycle)
Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi
pada sistem reproduksi (ovarium, ovidak, uterus, dan
vagina)hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang
memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya
[1]. Sistem reproduksi memilik 4 dasar yaitu untuk
menghasilkan sel telur yang membawa setengah dari sifat
genetiknya[retno]. Pada fase estrus yang dalam bahasa lain
disebut oestrus yang berarti kegilaan atau kegirahan,
hipotalamus tertismulasi untuk melepaskan Gonadotroptin-
Releshing Hormone (GRH)[3]. Siklus reproduksi pada
mamalia primate disebut siklus menstruasi, sedangkan siklus
reproduksi pada non primata disebut siklus estrus. Dari satu
estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus. Panjang
siklus estrus pada tikus mencit 4-5 hari, pada babi,sapi, dan
kuda 21 hari, pada marmut 15 hari [1]. Siklus estrus terdiri
dari fase diestrus,proestrus,estrus, dan metetrus. Fase diestrus
merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan
folikel dari FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat.
Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase kandungan
air pada uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh
darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami fase
hipertrofi[6]. Fase proestrus ditandai dengan sel epitel yang
berbentuk oval,berwarna biru dengan inti sel berwarna merah
muda pada ahsil apusen vagina. Hasil apusen vagina pada
estrus ditandai dengan sel-sel epitel yang mengalami
pendudukan 9kornifikasi0,tanpa inti dan tak berwarna
pucat[2].Fase estrus adalah masa keinginan kawin yang
ditandai dengan keadaan tikus tidak tenang,keluar lendir dari


3
dalam vulva,pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat
dengan cepat,uterus mengalami versikurisasi dengan
maksimal,ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya
mengalami akhir peekembangan/dengan cepat[6]. Fase
metestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi
dengan pecahnya folikel, rongga folikel berangsur-angsur
mengecil, dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi
penurunan pada ukuran dan vaskularitas. [6]. Pada fase
estrus,terlihat pengaruh eksterogen dan dikarakteristikan oleh
sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada
akhir fase estrus, lapisan kornifikasi tampak invasi leukosit.
Fase metestrus,selama fase ini dimana sinyal stimulasi
ekstrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progresteron dan
menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas berakhir 1-5
hari[5].

E. Perbedaan Siklus Mestruasi dan Siklus Estrus
Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus
menstruasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain
mempunyai siklus estrus (estrus cycle). Pada kedua kasus
ini,ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus itu setelah
endometrium mulai menebal teraliri banyak darah,karena
menyiapkan uterus untuk kemungkinan implamintasi embrio.
Satu perbedaan antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib
lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus
menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui
serviks dan vagina dalam peredaran yang disebut sebagai
menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali
oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak
[3].Perbedaan utama lainnya meliputi perubahan perilaku yang
lebih jelas terlihat selama siklus estrus dibandingkan dengan
siklus menstruasi, dan pengaruh musim dan iklim yang lebih
kuat pada siklus estrus. Sementara seseorang perempuan bisa
resptif terhadap aktivitas seksual sepanjang siklus, sebagian
besar mamalia hanya akan berkopulasi selama periode di
sekitar ovulasi. Frekuensi siklus reproduksi sangat bervariasi
di antara mamalia. Lama siklus menstruasi pada mamalia rata-
rata 28 hari,siklus estrus hanya 5 hari [3].
F. Organ Reproduksi pada mencit
Sistem reproduksi betina pada mamalia terdiri atas :
ovarium, oviduk, uterus, vagina, alat kelamin luar. Sistem ini
mengalami perubahan siklis dalam struktual dan aktivitas
fungsional yang mekanismenya diatur secara hormonal.
Pertama terdapat ovarium yang terdiri atas medula dan
korteks, ada dua tipe ovarium yaitu padat (kompakta) dan
berongga. Tipe kompakta terdapat pada Teleosteoi,Reptilia,
Aves, dan Mamalia. Pada tipe berongga terdapat pada
Amphibi [5]. Kedua ada oviduk yang merupakan bagian
anterior dari saluran reproduksi betina terdiri atas infudibulum
yang dilengkapi oleh corong yang disebut ostistum tuba
abdominale. Dinding saluran terdiri atas jaringan otot dapat
berfungsi untuk memindahkan sel telur menuju tempat
pembuahan dengan gerakan peristastik [5]. Ketiga ada uterus
yang merupakan tempat saluran kelanjutan dari ovidak.
Terdiri atas 3 bagian yaitu, tanduk, badan, dan leher. Dinding
terdiri atas 3 lapisan yaitu endometrium, miometrium, dan
perimetrium. Pada waktu menstruasi bagian endometrium
mengalami peluruhan[4]. Keempat terdapat vagina, terdiri atas
3 lapisan yaitu mukosa,muskularis dan fibrosa. Mukus yang
terdapat dalam lumen vagina berasal dari kelenjar leher vagina
[4].


IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan dari praktikum ini bahwa Pada siklus estrus
terdapat empat fase yaitu diestrus, proestrus, estrus, dan
metestrus. Pada mencit No.1 dan No.3 pada fase diestrus,
sedangkan mencit no.3 Fase metestrus. Pada fase estrus
mencit akan siap kawin.
LAMPIRAN
Diskusi terdapat pada lampiran 1, sedangkan tabel
perbedaan hasil pengamatan apusen vagina dengan literatur
pada lampiran 2.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adnan. 2012. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar :
Jurusan Biologi Fmipa UNM.
[2] Ahmad, J.2009. Effects of Gonadotropin Relesing Hormone Conjugate
Immunization and Bioenchancing Role of Kamandhenu Ark Of
Kamdhenu Ark On Estrous Cycle, Serum Estradiol and Progresterone
Levels in Female Mus musculus. Journal of reproduktive Medicine
Vol.8. No.2 pp:70-75
[3] Campbell,N.A. 2004. Bioogi Jilid 3. Jakarta : Erlangga
[4] Nurhayati, A.P.D. 2004. Diktat Struktur Hewan. Surabaya : ITS.
[5] Pujdi, A. 2004. Perkembangan Hewan. Surabaya : ITS press.
[6] Retno,D. 2011. Biologi Universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
[7] Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai