ANAK USIAPRASEKOLAH DI DUSUN TEMPEL CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
Disusun Oleh I GUSTI AYU NIA JUNIARI 10130028
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2014 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN SOSIALISASI ANAK USIAPRASEKOLAH DI DUSUN TEMPEL CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
Disusun Oleh I GUSTI AYU NIA JUNIARI 10130028
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2014 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN SOSIALISASI ANAK USIAPRASEKOLAH DI DUSUN TEMPEL CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
Diajukan oleh : I Gusti Ayu Nia Juniari NIM : 10130028
Telah disetujui oleh
Pembimbing I
Induniasih, S.Kp.,M.Kes Tanggal : 14 Juni 2014 NIP. 195712201986032001
Pembimbing II
Rizky Erwanto, S.Kep., Ns., M.Kep Tanggal : 14 Juni 2014 NIK. 450309015
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN SOSIALISASI ANAK USIA PRASEKOLAH DI DUSUN TEMPEL CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA I Gusti Ayu Nia Juniari 1 , Induniasih 2 , Rizky Erwanto 3
INTISARI Latar Belakang : Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Perkembangan sosialisasi dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pola asuh. Orang tua dengan pola asuhnya akan menjadi role model bagi seorang anak dalam membentuk perilakunya. Tujuan Penelitian : Diketahuinya Hubungan Pola Asuh dengan Sosialisasi Anak Usia Prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Data diambil menggunakan teknik sampling Proportional Random Sampling yaitu ibu yang memiliki anak usia prasekolah (2-5 tahun) berjumlah 77 orang. Diolah dan dialisis menggunakan analisis Chi Square dengan =0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Hasil Penelitian : Berdasarkan kategori pola asuh dari 77 orang responden, pola asuh otoriter sebanyak 8 orang (10,4%), demokratis sebanyak 69 orang (89,4%). Berdasarkan kategori sosialisasi anak, anak memiliki kemampuan sosialisasi baik sebanyak 68 orang (88,3%) dan kurang sebanyak 9 orang (11,7%). Hasil analisis diperoleh nilai p-value = 0,000 (<0,05%) dan OR=27,083. Kesimpulan : Ada hubungan antara pola asuh dengan sosialisasi anak usia prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Kata Kunci : Pola asuh, sosialisasi, anak usia prasekolah 1 Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta 2 Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3 Dosen Universitas Respati Yogyakarta
THE CORRELATION BETWEEN PARENTING AND SOCIALIZATION ON PRESCHOOL CHILDREN AT TEMPEL VILLAGE CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA I Gusti Ayu Nia Juniari 1 , Induniasih 2 , Rizky Erwanto 3
ABSTRACT
Background : Children have characteristics which are keep growing and evolving since the conception to the end of their adolescence. The development of children socialization influenced by many factors, one of them is parenting. Parents apply their parenting style to their children, so that it forms children behavior because parents become a role model for them. Research Objective : To know the correlation between parenting and socialization on preschool children at Tempel village Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Research Method : This research is non-experimental research with cross sectional research design. The data collection used Proportional Random Sampling. The data are mothers who have children (two-five years old) as many as 77 mothers. The data processing and data analysis used chi-square with =0.05 and trustworthiness 95%. Result : Based on parenting category, from 77 respondents, authoritarian parenting as many as eight respondents (10.4%), democratic parenting as many as 69 respondents (89.4%). Based on children socialization category, children who have good socialization as many as 68 children (88.3%) and children who have poor socialization as many as nine children (11.7%). The result obtained that p-value=0.000 (<0.05) and OR=27.083. Conclusion : There is a correlation between parenting and socialization on preschool children at Tempel village Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Keywords : Parenting, Socialization, Preschool Children 1 S1 Nursing student of Respati Yogyakarta University 2 Lecturer of Health Ministry Poltekkes of Yogyakarta 3 Lecturer of Respati Yogyakarta University
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN SOSIALISASI ANAK USIA PRASEKOLAH DI DUSUN TEMPEL CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
PENDAHULUAN Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Masa kanak-kanak awal meliputi toddler dan anak prasekolah. Usia prasekolah merupakan fase kanak- kanak awal dengan rentang usia 2-5 tahun (1) . Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama (2) . Salah satu perkembangan anak yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah yang berkaitan dengan perkembangan psikososial atau perkembangan sosial anak yang merupakan kemampuan untuk beradaptasi dengan orang lain. Perkembangan ini sangat berpengaruh terhadap cara anak bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya, dimana terdapat anak-anak yang mengalami kesulitan dalam pergaulan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hurlock mengungkapkan setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi sosialisasi pada anak, yaitu pola pengasuhan orang tua, pengaruh teman sebaya, penerimaan diri dan lingkungan (3) . Pada semua tingkatan umur, seseorang dipengaruhi oleh kelompok sosial dengan siapa mereka mempunyai hubungan tetap dan merupakan tujuan identifikasi diri. Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Pada usia inilah anak mulai melihat dunia lain diluar dunia rumah bersama ayah dan ibu (4) . Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan sosialisasi pada anak usia prasekolah terpenting dipengaruhi oleh faktor keluarga yang merupakan agen sosialisasi dan lingkungan dimana anak itu tumbuh dan berkembang. Hubungan dengan orang tua atau pengasuhnya merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua (5) . Orang tua dengan pola asuhnya akan menjadi role model bagi seorang anak dalam membentuk perilakunya (6) . Pengaruh pengasuhan orang tua terhadap anak terus berlangsung tidak hanya pada masa kanak-kanak tetapi berlangsung terus yang berdampak pada fase perkembangannya (7) . Hasil penelitian Suharsono, Aris, dan Arif (2009) menyatakan bahwa korelasi antara pola asuh dengan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,000) (4) . Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Eka (2004) yang menyatakan bahwa, apabila orang tua menerapkan pola asuh yang tepat maka akan mempengaruhi kemampuan sosialisasinya, karena anak hidup dalam keluarga yang selalu mendukungnya dalam cinta kasih dengan pola pengasuhan yang tepat dan interaksi keluarga yang harmonis, sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal (8) . Interaksi orang tua dan anak dalam mengasuh dan memberikan stimulasi kepada anak dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak. Pembahasan di atas dapat menunjukkan, bahwa orang tua dan keluarga merupakan institusi yang penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi individu atau seseorang, dalam hal ini peneliti mengambil Kelurahan Caturtunggal sebagai tempat penelitian. Hasil observasi peneliti melihat dari tujuh orang ibu, tiga diantaranya peneliti melihat adanya anak yang diperlakukan halus dan penuh kasih sayang oleh orang tuanya terutama sang ibu dan memberikan pengertian atau nasihat dengan menjelaskan dampak yang akan terjadi akibat tingkah lakunya, sehingga anak bisa memahami kesalahannya dan kembali bermain bersama temannya. Empat diantaranya peneliti melihat adanya anak yang diperlakukan secara keras oleh orangtuanya, misalnya dengan membentak anak dihadapan teman atau anak yang lain saat bermain, akibatnya anak menjadi menangis dan menjauh dari teman-temannya ketika bermain dan ada pula yang langsung pulang sambil menangis mengikuti ibunya. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan sosialisasi anak, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan pola asuh dengan sosialisasi anak usia prasekolah di Dusun Tempel Kelurahan Caturtunggal.
TUJUAN 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh dengan Sosialisasi Anak Usia Prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik dari responden meliputi usia orang tua (ibu), usia anak, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin anak, dan paritas. b. Mengetahui tipe pola asuh yang diterapkan oleh orang tua (ibu) di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. c. Mengetahui kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. d. Mengetahui perbedaan proporsi sosialisasi anak kurang usia prasekolah dengan pola asuh orang tua di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi non eksperimental dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan pada 16-20 Maret 2014 di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia prasekolah (2-5 tahun) di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta yang berjumlah 95 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proportional Random Sampling berjumlah 77 orang yang dipilih sesuai kriteria inklusi dan ekslusi yaitu : Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : a) Bersedia menjadi responden dan bersedia mengisi informed concent. b) Ibu yang memiliki anak usia prasekolah yaitu 2-5 tahun. c) Ibu dapat membaca dan menulis. d) Ibu kandung tinggal serumah. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : a) Ibu yang memiliki anak mengalami kecacatan. b) Struktur keluarga inti tidak utuh terdiri dari ayah-anak atau ibu- anak. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan komputerisasi menggunakan rumus Pearson Product Moment untuk uji validitas dan rumus Alpha Croanbach untuk uji reliabilitas. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statistik Chi Square. HASIL PENELITIAN Hasil yang dapat dari penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Dengan Sosialisasi Anak Usia Prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Krakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu, Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu, Paritas, Usia Anak, dan Jenis Kelamin Anak di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta 2014 No. Karakteristik Frekuensi (f ) Persentase ( % ) 1. Usia Ibu a. 20-35 tahun b. > 35 tahun
48 29
62,3 37,7 Jumlah 77 100 2. Usia Anak a. 2 tahun b. 3 tahun c. 4 tahun d. 5 tahun
25 18 22 12
32,5 23,4 28,6 15,6 Jumlah 77 100 3. Pendidikan Ibu a. SD b. SMP c. SMA d. PT
7 8 40 22
9,1 10,4 51,9 28,6 Jumlah 77 100 4. Pekerjaan a. IRT b. SWASTA c. WIRASWASTA
50 21 6
64,9 27,3 7,8 Jumlah 77 100 5. Jenis Kelamin Anak a. Laki-laki b. Perempuan
27 50
35,1 64,9 Jumlah 77 100 6. Paritas a. Primipara b. Multipara
22 55
28,6 71,4 Jumlah 77 100
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Yang Diterapkan di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. No. Kategori Pola Asuh F % 1. Otoriter 8 10,4 2. 3. Demokratis Permisif 69 0 89,6 0 Jumlah 77 100 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. No. Kategori Sosialisasi Anak F % 1. Kurang 9 11,7 2. Baik 68 88,3 Jumlah 77 100
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Antara Pola Asuh Dengan Sosialisasi Anak Usia Prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta 2014 Pola Asuh Sosialisasi Anak Total OR (95% CI ) p-value Kurang Baik N % N % N % Otoriter 5 62,5 3 37,5 8 100 27,083 4,6-156,1 0,000 Demokratis 4 5,8 65 94,2 69 100 Jumlah 9 11,7 68 88,3 77 100
PEMBAHASAN 1. Pola Asuh Yang Diterapkan Orang Tua Berdasarkan Tabel 4.2 pola asuh yang diterapkan orang tua di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta sebagian besar menerapkan pola asuh demokratis sebanyak 69 orang (89,6%). Kebanyakan orang yang berhasil menjadi dewasa berasal dari keluarga dengan orang tua yang bersikap positif dan hubungan antara mereka dan orang tua baik (9) . Pola asuh yang diterimanya terdahulu dianggap baik untuk diterapkan kepada anaknya, maka orang tua akan menerapkan pola asuh yang sama seperti yang mereka terima terdahulu (10) . Wanita atau perempuan (ibu) cenderung lebih mengerti kebutuhan anak-anaknya dibandingkan ayahnya (11) . Sebuah studi menyatakan bahwa dibandingkan ayah, ibu memiliki keterlibatan lebih besar dalam pengasuhan (12) . Selain itu menurut usia orang tua juga dapat mempengaruhi pola asuh. Usia paling memuaskan untuk membesarkan anak adalah antara 18-35 tahun. Pasangan orang tua yang masih dalam usia muda cenderung lebih demokratis atau permisif dalam menerapkan pola asuh kepada anaknya (10) . Penelitian ini menyatakan lebih dari separuh responden memiliki usia 20-35 tahun sebanyak 48 orang (62,3%). Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya, semakin tinggi pendidikan orang tua maka dapat menerima segala informasi dari luar, terutama tentang cara pengasuhan yang baik (7) . Lebih dari separuh responden memiliki pendidikan SMA sebanyak 40 orang (51,9%) dan PT sebagai tertinggi kedua sebanyak 22 orang (28,9%). Hal ini didukung oleh hasil penelitian (13)
mengatakan bahwa orang tua yang memiliki pendidikan tinggi cenderung menggunakan pola asuh demokratis dibandingkan pola asuh otoriter dan permisif. Budaya atau sosioekonomi yang berbeda, dimana kepatuhan dan ketegasan bukan diasosiasikan dengan dominasi atau kekerasan tetapi lebih kepada perhatian, menyayangi, dan keterlibatan (14) . Responden atau ibu lebih banyak menyatakan bahwa mengajarkan kepada anak agar segera minta maaf jika melakukan kesalahan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua (ibu) mengajarkan cara untuk bertanggung jawab terhadap anaknya. Hal lain yang menjadi perhatian adalah jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua (15) . Jumlah anak atau paritas akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lain (7) . Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan sikap dan perilaku orang tua dalam mendidik anak dengan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, serta hadiah atau hukuman. Pola asuh sangat berkaitan dengan pola asuh orang tua sebelumnya, pengaruh teman- teman, jenis kelamin orang tua, budaya atau status sosial ekonomi, usia orang tua, pendidikan, dan paritas atau jumlah anak.
2. Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan hal tersebut Tabel 4.3 kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta sebagian besar memiliki kemampuan sosialisasi yang baik yaitu sebesar 68 orang (88,3%) dapat mendukung perkembangan aspek sosialisasi. Dasar untuk sosialisasi adalah meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun (16) . Pengaruh teman sebaya terhadap sosialisasi adalah sebagai tempat anak untuk bisa menyesuaikan perilaku, sikap, dan nilai sesuai tuntutan kelompok. Usia 2-3 tahun, anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak-anak lain dan berusaha mengadakan kontak social (16) . Hal ini merupakan saat ketika anak-anak belajar cara bergaul dengan orang lain pertama kali dalam lingkungan bermain, baru kemudian dalam dunia sesungguhnya (17) . Dari uraian gambaran lokasi penelitian juga dapat mendukung bahwa di Dusun Tempel terdapat PAUD untuk anak usia 2-6 tahun sebagai pendidikan usia dini anak dan Posyandu balita. Kegiatan sosial tersebut mampu mendukung dan membantu anak dalam belajar bersosialisasi dengan lingkungannya. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Listyorini (2006) yang menyatakan bahwa, pada usia prasekolah anak perempuan cenderung lebih menyesuaikan diri dibandingkan dengan anak laki-laki (4) . Selain itu, kebanyakan penelitian menemukan bahwa anak perempuan lebih empatik dan suka menolong dan beberapa menemukan bahwa anak perempuan lebih penurut terhadap orang tua dan mencari persetujuan orang dewasa dibandingkan anak laki-laki (14) . Perkembangan anak dengan orang tua yang pekerjaan swasta kebanyakan tidak normal karena kesibukkan orang tua dan akhirnya tidak bisa mebagi waktu antara pekerjaan dengan mengasuh anak sehingga orang tua tidak bisa sepenuhnya mengasuh serta memantau perkembangan anak (18) . Pekerjaan responden (ibu) lebih dari separuh memiliki pekerjaan sebagai IRT sebanyak 50 orang (64,9%) dan pekerjaan swasta sebagai tertinggi kedua sebanyak 21 orang (27,3%). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan sosialisasi anak merupakan kemampuan anak dalam berinteraksi atau menyesuaikan diri, tingkah laku, sikap, dan nilai sesuai dengan tuntutan kelompok. Anak akan berhasil dalam penyesuaian sosial dengan baik serta dapat diterima sebagai anggota kelompok sosial ketika anak menyukai orang dan aktivitas sosialnya.
3. Hubungan Pola Asuh dengan Sosialisasi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan hasil uji statistik hubungan pola asuh dengan sosialisasi anak usia prasekolah menggunakan uji Chi Square dengan melihat nilai uji Fishers diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 yang merupakan nilai p-value tersebut lebih kecil atau kurang dari taraf signifikansi atau kesalahan yang ditentukan yaitu 5% atau 0,05. Dengan demikian menunujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan sosialisasi anak usia prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian ini pola asuh yang diterapkan orang tua (ibu) di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta dilihat dari tiga tipe pola asuh yaitu otoriter, demokratis, dan permisif tergolong dalam tipe demokratis yaitu sebanyak 69 orang (89,6%). Orang tua (ibu) yang menerapkan pola asuh demokratis sebanyak 65 orang (94,2%) dengan kemampuan sosialisasi anak baik dan orang tua (ibu) yang menerapkan pola asuh otoriter sebanyak 3 orang (37,5%) dengan kemampuan sosialisasi anak baik. Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang terbanyak yang diterapkan oleh orang tua (ibu) kepada anaknya karena pola asuh demokratis mempunyai prinsip kebebasan yang diajalankan dalam segala aspek kegiatan pada keluarga, sehingga dengan pola asuh demokratis membuat orang tua (ibu) benar- benar memperhatikan anak sebagai individu yang utuh lahir batin, dan tidak sedikitpun mengarahkannya secara otoriter (19) . Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Suharsono, Aris, dan Arif (2009) yang dalam jurnal keperawatan dengan judul Hubungan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah di TK Pertiwi Purwokerto Utara (4) . Hasil penelitian menunjukkan nilai p-value 0,000 yang berarti bahwa ada hubungan antara pola asuh terhadap kemampuan sosialisasi anak prasekolah di TK Pertiwi Purwokerto Utara (4) . Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Eka (2004) dengan judul Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mentaal di SLB C Negeri II Gondomanan Yogyakarta yang menunjukkan hasil penelitian dengan nilai p- value 0,000 yang berarti ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental di SLB C Negeri II Gondomanan Yogyakarta (8) . Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pola asuh yang tepat dapat mempengaruhi kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah dalam berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungannya. Pada usia prasekolah ini merupakan saat ketika anak-anak belajar cara bergaul dengan orang lain, pertama kali dalam lingkungan bermain, baru kemudian dalam dunia sesungguhnya (17) . Setiap pola asuh mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga tidak semua orang tua nyaman menerapkan pola asuh yang dianggap baik oleh orang lain, karena setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda-beda dalam mengasuh anaknya (4) . Hasil penelitian Eka (2004) menyatakan bahwa, apabila orang tua menerapkan pola asuh yang tepat maka akan mempengaruhi kemampuan sosialisasinya, karena anak hidup dalam keluarga yang selalu mendukungnya dalam cinta kasih dengan pola pengasuhan yang tepat dan interaksi keluarga yang harmonis, sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal (8) . Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang demokratis berhubungan erat dengan sosialisasi anak yang akan menjadi predisposisi untuk perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah. Apabila orang tua memilih pola asuh yang baik dan tepat maka akan berdampak pada kemampuan sosialisasi anak yang baik termasuk kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah. Dilihat dari hasil OR (95% CI 4,699- 156,110) sebesar 27,083 yang berarti bahwa pola asuh otoriter memiliki peluang 27 kali untuk terjadinya sosialisasi anak kurang dibandingkan dengan pola asuh demokratis. Orang tua (ibu) dari hasil kuesioner dalam penelitian ini menyatakan pada item pernyataan pola asuh otoriter bahwa tidak banyak orang tua (ibu) yang membiarkan anaknya untuk bergaul dengan orang-orang yang tidak disukai. Kebanyakan orang tua (ibu) juga menyatakan bahwa aturan yang dibuat harus dituruti oleh anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sosialisasi anak kurang dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yang tidak tepat seperti pola asuh otoriter. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan, yaitu : 1. Tipe pola asuh yang diterapkan di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta sebagian besar termasuk dalam tipe demokratis. 2. Kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta sebagian besar termasuk dalam kategori baik. 3. Ada hubungan yang bermakna antara pola asuh dengan sosialisasi anak usia prasekolah di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. 4. Pola asuh otoriter memiliki peluang 27 kali untuk terjadinya sosialisasi anak kurang dibandingkan dengan pola asuh demokratis. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Universitas Respati Yogyakarta Dapat menjadikan karya ini sebagai tambahan dan sumber referensi atau informasi dalam pendidikan keperawatan anak tentang pola pengasuhan dan kemampuan sosialisasi anak. 2. Bagi Masyarakat di Dusun Tempel Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan dalam menerapkan pola pengasuhan demokratis pada anak prasekolah (2-5 tahun) melalui kader Posyandu sehingga dapat berpengaruh baik pada perkembangan sosial anak di lingkungan sosialnya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pendukung dalam penelitian selanjutnya. Selain itu dapat juga mengembangkan variasi lain dari penelitian ini dengan meneliti variabel lain yang mempengaruhi sosialisasi seperti faktor pengaruh teman sebaya, lingkungan, dan penerimaan diri. 4. Bagi Puskesmas Depok III dan Kader Posyandu Menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan untuk memberikan penyuluhan terkait dengan perkembangan sosial anak serta pola asuh yang sesuai untuk anak baik pada saat Posyandu atau PAUD. DAFTAR PUSTAKA 1. Gruendemann, B.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioratif, Vol. 2. Jakarta: EGC. 2. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak & Raudhatul Athfal. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah. 3. Romana, A.B.Y.H. 2005. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Sosialisasi Anak Usia Sekolah Di Panti Asuhan Yatim Puteri Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 4. Suharsono, J.T., Aris, F., & Arif, S.U. 2009.Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah di TK Pertiwi Purwokerto Utara. Jurnal. Jurnal Keperawatan Soedirman Vol. 4. Tersedia dalam :http://jos.unsoed.ac.id. [Diakses 20 November 2013]. 5. Jahja, Y. 2011. Psikolgi Perkembangan. Ed. 1. Jakarta :Kencana Predana Media Group. 6. Ihromi, T.O. 2004. Bunga Rampai : Sosiologi Keluarga. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia. Tersedia dalam :http://books.google.co.id/.[Diakses 10 Desember 2013]. 7. Yani, L.Y & Ervin W. 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Personal Sosial, Motorik, dan Bahasa Anak Prasekolah di PAUD Al-Hidayah. Jurnal. Prodi D3 Kebinanan. Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Tersedia dalam : ejournal.stikes- ppni.ac.id. [Diakses 20 November 2013]. 8. Eka, A.G. 2004. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mental Di SLB C Negeri II Gondomanan Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 9. Hurlock, E.B. 2010. Perkembangan Anak, Jilid 2, Edisi 6. Jakarta: Erlangga. 10. Rahni, S. 2010. Hubungan PolaAsuh Orang Tua dan Peran Kelompok Sebaya Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di SLTP Negeri 1 Gamping Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 11. Nurhalimah. 2009. Pengalaman Orang Tua Mengasuh Remaja Dengan Perilaku Kekerasan di Kota Depok. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Tersedia dalam : http://lontar.ui.ac.id. [Diakses 4 Desember 2013]. 12. Santrock, J.W. 2012.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. 13. Rahmayanti, S.D & Septiarini P. 2012. Hubungan Pola Asuh Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Jurnal. STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi. Tersedia dalam : http://stikesayani.ac.id/publikasi/e- journal. [Diakses 17 Mei 2014]. 14. Papalia, D.E., Sally, W.O., & Ruth, D.F. 2009. Human Development :Perkembangan Manusia, Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika. 15. Kumojoyo, A. 2011. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Majemuk Siswa SD. Skipsi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Tersedia dalam : http://repository.uinjkt.ac.id/. [Diakses 20 Mei 2014]. 16. Hurlock, E.B. 2012. Psikologi Perkembangan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga. 17. Wisaksono, C. 2007. 50 Cara Efektif Menanamkan Tingkah Laku Positif Pada Anak. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Tersedia dalam :http://books.google.co.id/. [Diakses26 Desember 2013]. 18. Eka, F. & Atik, S. 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-3 Tahun. Jurnal. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali. Tersedia dalam http://journal.akbideub.ac.id/index. php/jkeb/article/view/95/94. [Diakses 20 November 2013]. 19. Rinestaelisa, U.A. 2008. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.