Anda di halaman 1dari 15

1

Daftar Isi
BAB I Pendahuluan ................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3
BAB II Isi ................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Pasang Surut ................................................................................. 4
2.2 Komponen Pembangkit Listrik dalam Energi Pasang Surut .......................... 4
2.3 Prinsip Dasar Pembangkit Listrik Energi Pasang Surut ................................. 5
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ............................................................... 8
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Energi Pasang Surut .......................................... 9
2.6 Potensi Energi Pasang Surut di Indonesia ...................................................... 10
BAB III Penutup ........................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 14




2



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Krisis energi telah melanda dunia hingga akhir tahun 1990an, hal ini karena
kebutuhan akan bahan energi primer dunia adalah 85% disuplai oleh bahan bakar
fosil, yakni minyak bumi 40%, batu bara 25% dan gas bumi 20% (Pramudji, 2002).
Hal ini tentu saja membuat kita mencari alternatif yang dapat memecahkan masalah
ini guna mengurangi ketergantungan sumber energi pada BBM dengan
memanfaatkan sumber energi alternatif, seperti energi non-konvensional dari lautan.
Sumber energi non-konvensional dari lautan misalnya Ocean Thermal Energy
Conversion (OTEC) yang memanfaatkan pasang-surut air laut yang energinya dapat
menghasilkan tenaga listrik.
Indonesia memiliki luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar
1.929.317 km
2
, dengan bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan
Utara ke Selatan 1.930 km telah mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis
pantai terpanjang di dunia. Pada musim hujan, angin umumnya bergerak dari Utara
Barat Laut dengan kandungan uap air dari Laut Cina Selatan dan Teluk Benggala. Di
musim Barat, gelombang air laut naik dari biasanya di sekitar Pulau Jawa. Fenomena
alamiah ini mempermudah pembuatan teknik pasang surut tersebut. Proses
pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah lingkungan. Potensi energi
pasang-surut seluruh samudera di dunia tercatat sebesar 3.106 MW. Di Indonesia
pada umumnya yang pasang-surutnya sekitar 5 m, antara lain di sebagian Pulau
Sumatera, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Barat, Irian dan
pantai selatan Pulau Jawa (Soepardjo, 2005).




3



1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pasang surut?
2. Komponen apa saja yang mempengaruhi energi pembangkit listrik pasang
surut?
3. Bagaimana prinsip dasar pembangkit listrik energi pasang surut?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembangkit listrik energi pasang
surut?
5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pembangkit listrik energi pasang surut?
6. Bagaimana potensi energi pasang surut di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian pasang surut.
2. Menjelaskan komponen-komponen yang mempengaruhi energi pembangkit
listrik pasang surut.
3. Untuk mempelajari prinsip dasar pembangkit listrik energi pasang surut.
4. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pembangkit listrik energi
pasang surut.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembangkit listrik energi
pasang surut.
6. Untuk mempelajari potensi energi pasang surut di Indonesia.









4



BAB II
ISI

2.1 Pengertian Pasang Surut
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di
laut, yakni suatu gerakan vertikal (naik turunnya air laut secara teratur dan berulang-
ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam
dari dasar laut. Gerakan tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi (gaya tarik
menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau bumi dengan bulan dan
matahari. Pasang-surut laut merupakan hasil dari pengaruh gaya tarik gravitasi dan
efek sentrifugal yang didorongkan ke arah luar pusat rotasi
Puncak gelombang pasang-surut disebut pasang tinggi (High Water/RW) dan
lembah gelombang disebut surut/pasang rendah (Low Water/LW). Perbedaan vertikal
antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang-surut atau tunggang
pasang (tidal range) yang bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan meter.
Periode pasang-surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak
atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang-surut bervariasi antara 12
jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit
Pada dasarrnya tenaga pasang-surut dengan air konvensional adalah sama-
sama memanfaatkan gravitasi tinggi jatuh air dalam membangkitkan listrik. Pasang
surut menyangkut tentang arus air periodik dua arah dengan dua kali pasang dan dua
kali surut setiap hari. Kondisi operasi energi pasang surut air lautnya pun
memerlukan bahan konstruksi yang lebih tahan korosi daripada material untuk air
tawar. Tinggi jatuh airnya pun relatif sangat kecil (berkisar antara 11 meter) bila
dibandingkan instalasi pembangkit listrik hidro lainnya.

2.2 Komponen Pembangkit Listrik dalam Energi Pasang Surut
Ada tujuh komponen utama sebuah Pusat Pembangkit Tenaga Listrik Energi
Air Pasang Surut adalah, bangunan ruangan mesin, tanggul (bendungan) untuk
5

membentuk kolam, pintu-pintu air untuk jalan air dari kolam ke laut atau sebaliknya,
turbin yang berputar oleh dorongan air pasang dan air surut, generator yang
menghasilkan listrik 3.500 volt, panel penghubung, serta transformator step up dari
3.500 volt ke 150.000 volt. Selain itu terdapat juga bagian-bagian lain yang
mempengaruhi proses pembangkit listrik energi pasang surut ini diantaranya adalah:
1. Bagian Pintu Air
Pintu air ini mempunyai fungsi yang sangat penting dalam mempercepat
pengosongan dan pengisian waduk dalam waktu daur pengoperasian.
2. Bagian Pengisisan Batu
Merupakan sekat yang terdiri dari batu-batuan karang antara bagian pintu air
dengan bangunan bagian pembangkitan tenaga yang berfungsi untuk menahan
gerak gelombang jika semakin besar.
3. Bagian Pembangkit Tenaga
Bangunan pembangkit tenaga ini mirip terowongan yang panjangnya 386 meter.
Mempunyai tiga tegangan pantai, 24 pembangkit tenaga dan sebuah ruang
pengendali, yang semuanya berada di ruang mesin pembangkit tenaga listrik.

2.3 Prinsip Dasar Pembangkit Listrik Energi Pasang Surut
Energi pasang surut merupakan bentuk energi memanfaatkan beda ketinggian
pada waktu air laut pasang dan air laut surut. Pasang surut akan bervariasi dengan
waktu dan tingginya tergantung pada posisi relatif matahari, bulan dan bumi.
Topografi dan kedalaman laut pada keadaan tertentu dapat bertindak sebagai
resonator atau konsentrator pasang surut dan dapat menyebabkan tinggi pasang
mencapai 15 m. Tidak kurang dari 100 lokasi di dunia yang dinilai sebagai tempat
yang cocok bagi pembangunan pembangkit energi pasang surut (Soepardjo, 2005).
Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang terbarukan.
Prinsip kerjanya sama dengan pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan
untuk memutar turbin dan menghasilkan energi listrik. Energi diperoleh dari
pemanfaatan variasi permukaan laut terutama disebabkan oleh efek gravitasi bulan,
dikombinasikan dengan rotasi bumi dengan menangkap energi yang terkandung
dalam perpindahan massa air akibat pasang surut.
6



Gambar 1. Proses Pasang

Pada gambar 1, terlihat bahwa arah ombak masuk ke dalam muara sungai
ketika terjadi pasang naik air laut. Dalam proses ini air pasang akan ditampung ke
dam sehingga pada saat air surut, air pada dam dapat dialirkan untuk memutar turbin.


Gambar 2. Proses Surut

Ketika surut, air mengalir keluar dari dam menuju laut sambil memutar turbin
seperti yang terlihat pada gambar 2 di atas. Pasang surut menggerakkan air dalam
jumlah besar setiap harinya, dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam
jumlah yang cukup besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang
surut. Oleh karena waktu siklus bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam
sekali), suplai listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan daripada pembangkit
listrik bertenaga ombak.
7


Gambar 3 Prinsip Dasar Pembangkit Listrik Energi Pasang Surut

Saat ini ada 3 jenis teknologi pembangkit listrik tenaga arus pasut yaitu, Tidal
Power, Tidal Fence dan Tidal Turbine (Daud, 2006). Seluruh wilayah pantai secara
teratur mengalami periode pasang surut dalam sehari dan untuk Tidal Power
perbedaan pasang-surut minimal 5 meter. Teknologi yang diterapkan sebenarnya
adalah teknik tradisional hydroelectric, dengan adanya dam (bendungan) yang
melewati suatu teluk. Bangunan tenaga listriknyapun dilengkapi pintu-pintu air dan
turbin dipasang sepanjang dam yang memisahkan kolam dan laut. Teluk yang
ujungnya sempit sangat cocok diterapkan. Ketika air pasang menghasilkan tingkat air
yang berbeda di dalam dan di luar dam, pintu-pintu air akan terbuka, air yang
mengalir melewati turbin akan menjalankan generator untuk menghasilkan listrik.
Pemanfaatan energi ini memerlukan daerah yang cukup luas untuk menampung air
laut (reservoir area) dan bangunan dam bisa dijadikan jembatan transportasi. Tidal
Power dibedakan menjadi dua yaitu kolam tunggal dan kolam ganda. Pada sistem
Tidal Power, energi dimanfaatkan hanya pada saat periode air surut atau air naik.
Sedangkan sistem kolam ganda memanfaatkan aliran dalam dua arah. Perbedaan
tinggi antara permukaan air di kolam dan permukaan air laut pada instalasi ini
8

semakin tinggi semakin baik. Di Jepang, sistem ini telah dikembangkan dengan
pembukaan instalasi baru di Laut Ariake, Kyushu. Di Muara Sungai Severn, Inggris
juga telah mulai direncanakan instalasi berskala besar untuk 12 GW listrik.
Teknologi Tidal Fence, skala besar digunakan juga sebagai jembatan
penghubung antar pulau di antara selat. Menggunakan instalasi yang hampir sama
dengan Tidal Power, namun terpisah dengan turbin arus antara 5 sampai 8 knot (5,6
sampai 9 mil/jam) dapat dimanfaatkan energi lebih besar dari pembangkit listrik
tenaga angin karena densitas air 832 kali lebih besar dari udara (5 knot arus =
velositas angin 270 km/jam). Skala besar pembangkit tenaga arus ini sepanjang 4 km
telah mulai dikerjakan tak jauh dari Sulawesi Utara yakni di Kepulauan Dalupiri dan
Samar, Filipina, sekaligus membuat jembatan penghubung pada empat pulaunya.
Diestimasi energi yang nantinya dihasilkan di Filipina ini maksimum adalah sebesar
2.200 MW dengan minimum rata-rata sebesar 1.100 MW setiap hari. Hal ini
didasarkan dengan kecepatan arus rata-rata sebesar 8 knots pada kedalaman sekitar 40
meter. Modul turbin Davis yang dipakai dapat mengkonversi listrik pada lokasi
tertentu seperti di sungai sebesar 5 KW sampai 500 KW sedangkan instalasi di laut
bisa menghasilkan 200 MW sampai 8000 MW.
Teknologi ketiga adalah Tidal Turbine seperti turbin angin. Teknologi ini
berfungsi sangat baik pada arus pantai yang bergerak sekitar 3,6 dan 4,9 knots (4 dan
5,5 m/jam). Pada kecepatan ini, turbin arus berdiameter 15 meter dapat menghasilkan
energi sama dengan turbin angin yang berdiameter 60 meter. Lokasi ideal turbin arus
pasang surut ini tentunya dekat dengan pantai pada kedalaman antara 20-30 meter.
Energi listrik yang dihasilkan menurut perusahaan Marine Current Turbine - Inggris
adalah lebih besar dari 10 MW per 1 km2, dan 42 lokasi yang berpotensi di Inggris.
Lokasi ideal lainnya yang dapat dikembangkan terdapat di Filipina, Cina dan
tentunya Indonesia.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Mekanisme suatu pusat energi pasang-surut tergantung dari faktor
meteorologi atau geofisika, antara lain, arah dan kecepatan angin, lamanya angin
bertiup dan luas daerah yang dipengaruhi pasang-surut. Oleh karena itu, faktor-faktor
9

tersebut harus diperhatikan dengan seksama. Pada pemanfaatan energi ini diperlukan
daerah yang cukup luas untuk dapat menampung air laut (reservoir area). Pada sisi
lain energi ini tidak menimbulkan bahan-bahan yang beracun (unhealthy waste),
"exhaust gas", "ask", "atmospheric radiation".

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Energi Pasang Surut
Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya tentu pembangkit listrik
pasang surut sangat unggul yaitu pasang surut air dapat diprediksi karena dipegaruhi
oleh pergerakan bumi dan serta gravitasi bulan dan matahari, sedangkan untuk
pembangkit listrik lainnya (matahari dan angin) sangat bergantung pada perubahan
cuaca apalagi terlihat perubahan cuaca yang kadang tidak menentu sehingga sangat
sulit untuk diprediksi. Selain efesiensi dalam hal prediksi keadaan pasang surut,
pembangkit pasang surut juga tidak menghasilkan dampak dan limbah berbahaya
seperti yang dikhawatirkan dalam pembangkit energi nuklir. Waduk atau bendungan
yang dibangun untuk pembangkit pasang surut juga dapat berperan ganda selain
untuk menampung air yang digunakan memutar turbin juga dapat berfungsi
melindungi pulau dari gelombang laut yang besar. Efisiensi dari pembangkit listrik
pasang surut sangat sebesar dengan efisiensi 80% yang tentunya sangat besar bahkan
hampir tiga kali lebih besar dibandingkan dengan efisiensi dari pembangkit batu bara
dan minyak bumi yang memiliki efisiensi hanya 30% saja. Pembangkit pasang surut
juga mampu menghasilkan listrik sebesar 500 sampai 1000 MW. Dan setelah
dibangun, energi pasang surut dapat diperoleh secara gratis, tidak membutuhkan
bahan bakar, biaya operasi rendah, produksi listrik stabil, serta turbin lepas pantai
memiliki biaya instalasi yang rendah.
Namun dibalik kelebihan itu, pembangkit pasang surut juga memiliki
kekurangan yaitu pembangkit pasang surut sangat mahal dibangun karena medan
pembangunan yang agak sulit serta turbin yang dibutuhkan juga harus mampu tahan
terhadap tingkat korosi yang tinggi. Sebuah dam yang menutupi muara sungai
memerlukan area yang sangat luas sehingga dapat merubah ekosistem lingkungan
baik ke arah hulu maupun hilir hingga berkilo-kilometer. Selain itu, hanya dapat
mensuplai energi kurang lebih 10 jam setiap harinya, ketika ombak bergerak masuk
10

ataupun keluar. Meskipun dalam pembangunannya mahal, namun pembangkit pasang
surut hanya dibangun sekali dengan biaya perawatan yang relatif rendah
Disamping itu, adapun syarat-syarat untuk memilih lokasi pembangkit listrik
energi pasang surut ini adalah sebagai berikut:
1. Tinggi air pasang pada lokasi harus memadai sepanjang tahun.
2. Lokasi yang diusulkan tersebut tidak mempunyai endapan yang luar biasa jika
membawa endapan lumpur ke dalam laut diperlukan usaha untuk mengangkat
endapan ke atas suatu kolam penampungan.
3. Lokasi yang dipilih diusahakan bebas dari serangan ombak besar.

2.6 Potensi Energi Pasang Surut di Indonesia
Wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki selat-selat
sempit yang membatasi pulau-pulaunya. Selain itu, cukup banyak juga teluk dan
semenanjung yang setiap harinya mengalami pasang dan surut yang memiliki potensi
untuk digali energinya. Hal ini memungkinkan untuk memanfaatkan tenaga pasang-
surut, sebagai sumberdaya energi yang diperlukan oleh manusia. Pada saat laut
pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk
membangkitkan listrik.
Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui ada beberapa daerah di
Indonesia yang mempunyai potensi energi pasang surut (Soepardjo, 2005), yaitu :
1. Bagan Siapi-api; pasang surut mencapai 7 m,
2. Teluk Palu; daerah ini dilihat dari struktur geologisnya merupakan suatu patahan
(Palu Graben) yang memungkinkan adanya gejala pasang surut,
3. Teluk Bima di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat),
4. Kalimantan Barat,
5. Irian Jaya,
6. Pantai selatan Pulau Jawa.
Panjang pembangunan pasang surut maksimum di Indonesia yang ada sampai
saat ini adalah mencapai sekitar 6 m, yakni terdapat di daerah Muara Sungai Digul,
Irian Jaya. Selain letaknya yang saat ini kurang prospektif, juga kemungkinan
pemanfaatannya masih sangat belum realistis. Namun demikian, jika transmigrasi
11

sudah mulai berkembang di daerah itu, sumberdaya energi pasangsurut ini merupakan
cadangan energi yang berpotensi dipertimbangkan untuk dimanfaatkan di daerah
tersebut (Ongkosongo, 1989).
Sebenarnya hampir seluruh wilayah Indonesia mempunyai potensi yang besar
untuk tenaga pasang surut air laut,mengingat Indonesia merupakan Negara kepulauan
yang dikelilingi oleh lautan, dua lautan besar yang mengelilingi Indonesia yaitu
samudra Hindia dan samudra Pasifik. Dengan posisinya yang berada di lintang
khatulistiwa, hal ini menyebabkan kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus
laut cukup besar. Ditambah lagi kepulauan Indonesia memiliki panjang pantai lebih
kurang 80.000 km, di beberapa lokasi mempunyai beda tinggi pasang dan surut air
laut yang cukup besar.


Gambar 4 Potensi Energi Pasang Surut di Indonesia








12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Energi pasang surut memiliki potensi besar untuk diterapkan di Indonesia,
karena wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki selat-selat
sempit yang membatasi pulau-pulaunya, cukup banyak juga teluk dan semenanjung
yang setiap harinya mengalami pasang dan surut yang memiliki potensi untuk digali
energinya. Selain itu, kepulauan Indonesia memiliki panjang pantai lebih kurang
80.000 km, di beberapa lokasi mempunyai beda tinggi pasang dan surut air laut yang
cukup besar. Saat ini ada 3 jenis teknologi pembangkit listrik tenaga arus pasang
surut yaitu, Tidal Power, Tidal Fence dan Tidal Turbin. Energi pasang surut (Tidal
Energy) merupakan energi yang terbarukan. Prinsip kerjanya sama dengan
pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan
menghasilkan energi listrik.
Wilayah-wilayah di Indonesia yang berpotensi sebagai energi tidal, seperti
Bagan Siapi-api, Teluk Palu, Teluk Bima di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat),
Kalimantan Barat, Irian Jaya, dan Pantai selatan Pulau Jawa.
Pembangkit listrik pasang surut dapat diprediksi berdasarkan pergerakan bumi,
gravitasi bulan dan matahari, lebih efisien, tidak menghasilkan dampak dan limbah
berbahaya, waduk atau bendungan yang dibangun untuk pembangkit pasang surut
juga dapat berperan ganda selain untuk menampung air yang digunakan memutar
turbin juga dapat berfungsi melindungi pulau dari gelombang laut yang besar.
Pembangkit pasang surut juga mampu menghasilkan listrik sebesar 500 sampai 1000
MW. Kekurangan pembangkit pasang surut yaitu biaya pembangunan yang mahal
dan membutuhkan turbin yang tahan terhadap tingkat korosi tinggi, memerlukan area
yang sangat luas sehingga dapat merubah ekosistem lingkungan baik ke arah hulu
maupun hilir hingga berkilo-kilometer, serta hanya dapat mensuplai energi kurang
lebih 10 jam setiap harinya ketika ombak bergerak masuk ataupun keluar.


13

3.2 Saran
Mengingat letak geografis indonesia yang diapit dua lautan besar, yaitu samudra
hindia dan samudra pasifik serta memiliki panjang pantai lebih kurang 80.000 km, hal
ini menyebabkan kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar.
Dengan menggunakan energi pasang surut, Indonesia dapat mengurangi jumlah
karbon karena tidak menggunakan bahan bakar dari fosil, selain itu energi pasang
surut ini merupakan energi terbarukan. Dalam pemanfaatan pasang surut air laut
sebagai pembangkit listrik, dibutuhkan perencanaan yang tepat dan akurat serta biaya
yang cukup banyak. Meski demikian, manfaat yang kita dapatkan jauh lebih besar
dibandingkan pembangunan fisik berupa gedung atau jembatan yang terkadang
kurang bermanfaat karena terbengkalai.




















14

DAFTAR PUSTAKA

Daud, J. 2006. Sumber Energi Raksasa Terbaharui. Dalam Artikel Sulut on line
tanggal 22 Oktober 2005.
http:// www.sulutlink.com/berita2005/ sulut51022artikel.ht
diakses tanggal 23 September 2014

Gitrio, A. 2012. Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut.
https://www.academia.edu.
diakses tanggal 23 September 2014

Harun, N. 2011. Bahan Ajar Perancangan Pembangkit Tenaga Listrik.Universitas
Hassanudin: Makassar.

Ongkosongo, O. 1989. Penerapan Pengetahuan dan Data Pasang-Surut Dalam
Pasang-Surut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta :
241-254.

Pramudji. 2002. Pengelolaan Kawasan Pesisir dalam Upaya Pengembangan Wisata
Bahari. Oseana XXVII (1) : 27-35.

Setiawan, A. 2006. Energi dari Laut dan Pasang-surut Laut.
http:// oseanojgrafi.blogspot.com
diakses tanggal 23 September 2014

Gunawan, Thicon.2008. Pemanfaatan Energi Laut 2: Pasang Surut.
http://majarimagazine.com/2008/01/energi-laut-2-pasang-surut/



15

Soepardjo, A. 2005. Potensi dan Teknologi Energi Samudera Dalam Eksplorasi
Sumber daya Budaya Maritim. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)-
Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia, Jakarta:
125-132.

Tatrawati, E. dkk. 2007. Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Sistem
Daur Ganda Dengan Kolam Tunggal di Sumatra. Jurnal Penelitian. Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta ISSN:
1410-2315.

Wardiyatmoko, K. dan H.R. Bintarto. 1994. Geografi. Erlangga. Jakarta: 95-125.

Anda mungkin juga menyukai