Anda di halaman 1dari 6

Menelusuri Jejak Pekanbaru Masa Lalu

Diposkan oleh RIAU DAILY PHOTO on 18 Oktober 2012 di 20.45


Peradaban sebuah bangsa menjadi bermakna, ketika dia mampu memahami
dan mengingatnya dalam memori yang dituangkan pada simbol-simbol
peradaban. Dirasakan detak jantung dan napasnya pada kehidupan nyata,
serta mampu menghargai simbol, makna yang terkandung di dalamnya.
Melalui perilaku dan adab budaya, terkuaklah peradaban yang telah dimiliki.
Sebuah perhelatan bertajuk Wisata Fotografi adalah kegiatan hunting
partisipatif pada kawasan prioritas penataan pemukiman sesuia dengan
Visi " Menjadikan kelurahan Kampung Bandar Menjadi Kawasan
Sejarah dan Budaya Melayu di Kota pekanbaru" dalam perspektif
foto-foto mengantarkan kami untuk menelusuri sebuah kejayaan dan
peradaban melayu masa lalu di kota Pekanbaru. Kami seakan berada di
Pekanbaru masa lalu. Minggu pagi 7 Oktober 2012 kami dipandu oleh
bapak Muhammad Thohiran juru pelihara situs kompleks makam Marhum
Pekan, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). Dengan pengeras
suara Bapak thohiran mengantarkan kami dan menjelaskan situs sejarah
dan pusat budaya masyarakat masa lalu.
Tepian sungai siak tempat dimana kami berdiri dulunya adalah terminal
lama pintu kedatangan ke pekanbaru, kini terminal tersebut sudah
musnah dan hanya menyisakan sebuah bangunan kecil yang dulunya
digunakan sebagai Kursi tunggu bagi penumpang.
TERMINAL KOTA PEKANBARU DI TEPIAN SUNGAI SIAK TEMPO DULU


LOKASI SAAT INI EKS TERMINAL KOTA PEKANBARU DI TEPIAN SUNGAI SIAK

Bangunan Rumah Melayu Tua menjadi objek pertama kami, rumah ini
dibangun pada tahun 1928. Di tangga rumah tertulis 23-7-1928. Jika
melihat tanggal yang tertera di rumah ini, maka rumah ini dibangun 23
Juli 1928. Posisi rumah ini tepat berada di bawah Jembatan Sungai Siak
III,tepatnya di jalan Perdagangan, rumah ini adalah milik Tuan Qadhi H
Zakaria.


Perjalanan kami lanjutkan menuju sebuah pelabuhan , dulunya
dinamakan Pelabuhan Manggis, pelabuhan ini dulunya cuku ramai dan
dijadikan pelabuhan pengangkut barang. Kini hanya tersisa sebuah papan
yang berfungsi sebagai dermaga.

Tidak jauh dari Pelabuhan Manggis, dapat kita jumpai sebuah rumah Tua
yang Tinggi, rumah ini sudah ada semenjak tahun 1886, rumah tua ini
dulunya milik H Yahya. rumah ini berarsitektur Melayu Pesisir dan
rumahnya cukup tinggi dan ini menandakan bahwa si pemilik rumah
seorang yang kaya, seorang datuk, seorang penguasa ataupun seorang
yang memiliki peranan penting baik ekonomi maupun pemerintahan.

Perjalanan kami lanjutkan menuju Gudang Pelabuhan Pelindo I, disana
kami menemukan sebuag batu persegi setinggi sekitar 70 Cm masih
terlihat kokoh. Batu ini menjadi saksi bisu perkembangan Kota
Pekanbaru. Di batu itu tertulis Pb. 0, Pad 313, Bkn 65 dan di bawahnya
terdapat lambang PU. Tulisan tersebut bermakna Tugu tersebut
merupakan Tugu 0km Kota Pekanbaru, dan dari Tugu tersebut Kota
Bangkinang berjarak 65km dan Kota Padang berjarak 313km. Menurut
orang tua disekitar Tugu 0km tersebut, tugu ini semenjak tahun 1986
tidak lagi menjadi titik 0km Kota Pekanbaru.

Setelah mengambil beberapa momen dan dokumentasi di titik 0km Kota
Pekanbaru,perjalanan kami lanjutkan menyusuri akar rumput sejarah
masa silam Pekanbaru. Sejarah telah mencatat pada abad ke-18 silam
Bandar Senapelan pernah jadi ibukota Kerajaan Siak di tahun 1762-1766
semasa Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah (Sultan Siak IV) dan jadi
ibukota Provinsi Negeri Pekanbaru Kerajaan Siak semasa Sultan Syarif
Hasyim seperti yang tertuang dalam Pasal Delapan Bab al-Qawaid (kitab
UU Kerajaan Siak semasa Sultan Syarif Hasyim) tahun 1898. Artinya,
cikal bakal Pekanbaru adalah di Kampung Bandar Senapelan, dibuktikan
dengan adanya makam tokoh pendiri Pekanbaru. Makam Marhum Pekan
pendiri Kota Pekanbaru menjadi tujuan kami berikutnya, dikomplek
Makam marhum pekan kita juga dapat menjumpai makam lainnya seperti
makam Marhum Bukit, Markum Barat dan makam kerabat, keluarga dan
pengikut kerajaan Siak. Persis di sebelah Komplek Makam marhum pekan
terdapat sebuah Mesjid Tua yang bersejarah yaitu Masjid Raya
Pekanbaru, mesjid ini berdiri megah tapi sayang bentuk asli bangunan
tersebut sudah hilag dan mesjid dalam proses renovasi.


Beranjak dari komplek Makam marhum Pekan dan Mesjid Raya
pekanbaru, kami melanjutkan perjalanan menuju Rumah Tuan Kadi
Kerajaan Siak yaitu Haji Zakaria yang berada di jalan Senapelan Gang
Pinggir. Rumah ini merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Siak
masa lalu. Rumah peninggalan Tuan Kadi Zakaria memang sudah dipugar
tapi tak mengubah bentuk asli bangunan, rumah ini terlihat megah
dengan arsitektur Eropa masa lalu, konon rumah ini diarsiteki oleh arsitek
yang membangun Istana Siak. Rumah ini dulunya menjadi pesanggrahan
atau rumah persinggahan Sultan Syarif Kasim II ketika bertandang ke
Pekanbaru,bahkan ada kamar khusus Sultan. Bahkan di rumah itu juga
berbagai persoalan dan strategi menata Bandar Senapelan selalu dibahas.
Tidak jauh dari Rumah Tuan Kadi zakaria kita dapat menjumpai situs
sejarah pembentukan Serikat Dagang Islam dan Koperasi Serikat Islam
Kerajaan Siak, Surau Irhas yang merupakan situs markas Fisabillah
tentara kerajaan. Salah satu bangunan Pekanbaru masa lalu dan hingga
kini masih ada dan bentuknya sama sekali tidak berubah yaitu gedung
bank BNI yang berada di depan Pasar Kodim ,namun bangunan tersebut
saat ini kurang terawat dan banguna ini digunakan untuk berjualan,
seharusnya bangunan ini tetap dipertahankan dan dilestarikan tanpa
mengubah wujud asli dari bangunan tersebut.

Kampung Bandar Senapelan yang kaya peninggalan warisan sejarah dan
budaya, juga menyimpan warisan budaya etnis lain seperti di Kelurahan
Sago. Yaitu ditemukannya Kitab Dalai Lama, sebuah manuskrip kitab
kuno peninggalan Dalai Lama yang berusia lebih dari 100 tahun di
perkampungan Tionghoa Melayu, tepatnya di Wihara Tri Ratna Budhis
Centre, Jalan Karet Pekanbaru. Kitab yang berisi ajaran Tantrayana
setebal 108 lembar ditulis dalam bahasa Sansekerta menggunakan tinta
emas di atas kulit kayu. Kitab dari Nepal ini diperkirakan berasal dari
masa Dalai Lama Thubten Gyatso yang pernah jadi pemimpin spiritual
pada 1879.

Para tetua dan tokoh masyarakat Senapelan berharap, temuan benda
cagar budaya harus dilestarikan dan tak boleh dihancurkan. Karena benda
itu kelak jadi saksi bagi anak cucu terhadap keberadaan Pekanbaru saat
ini.
- See more at: http://www.riaudailyphoto.com/2012/10/menelusuri-jejak-pekanbaru-masa-
lalu.html#sthash.lHqLm88f.dpuf


http://www.riaudailyphoto.com/2012/10/menelusuri-jejak-pekanbaru-masa-lalu.html

Anda mungkin juga menyukai