Anda di halaman 1dari 4

FALSAFAH & ETIKA KEPOLISIAN

1. Tindakan/sikap perilaku Polri berpedoman kepada : Etika profesi Polri, dimana Tri Brata
sebagai Pedoman Hidup dan Catur Prasetya sebagai Pedoman Karya.
2. Kode etik profesi Polri adalah Kristalisasi dari nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya yg
dijiwai oleh Pancasila. Perilaku Polri berpedoman pada etika profesi Polri yg dijiwai
Pancasila
3. Pengertian Etika Polri :
a. Nilai dan norma moral yg dijadikan pedoman mengatur tingkah laku Etis anggota Polri
dalam semua bentuk penugasan
b. Sebagai etika yg diterapkan di lingkungan Polri merupakan cabang dari ilmu etika atau
filsafat moral yg diterapkan dilingkungan Polri.
4. Fungsi, tugas dan tujuan Polri menurut UU No. 2 Thn 2002 Ttg Polri :
a. Fungsi : Pasal 2 (Salah Satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan penertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman
dan pelayanan kepada masyarakat).
b. Tugas : Pasal 13
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Menegakkan hukum.
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
c. Tujuan : Pasal 4 : Mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta terbinanya ketentraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia.
5. Hub. antara UU No. 2 Thn 2002 Ttg Polri dengan Etika Profesi Polri adalah :
a. Dalam UU No. 2 Thn 2002 mengatur ttg apa yang menjadi fungsi, tujuan, kewenangan
dan tugas pokok Polri termasuk hal-hal lain yang berkaitan dengan Polri, sehingga
dibutuhkan sebuah kode etik profesi Polri sebagai pengikat dari sikap dan perilaku
Polri dalam melaksanakan UU tersebut (Psl. 34 ayat 1).
Penjelasan psl 34 ayat (1) :
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS ANGGOTA POLRI HARUS MENCERMINKAN
KEPRIBADIAN BHAYANGKARA NEGARA SEUTUHNYA YAITU : PEJUANG,
PENGAWAL DAN PENGAYOM NEGARA REPUBLIK INDONESIA, HARUS
MENGHAYATI & DIJIWAI OLEH ETIKA PROFESI POLRI YANG TERCERMIN DALAM
SIKAP DAN PERILAKUNYA yang DIRUMUSKAN DALAM KODE ETIK PROFESI
POLRI YANG MERUPAKAN KRISTALISASI NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
DALAM TB dan CP yang DILANDASI DAN DIJIWAI OLEH nilai-nilai PANCASILA.
b. Kode etik profesi Polri juga dapat menjadi pedoman bagi pengemban fungsi
kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dilingkungannya (Psl. 34 ayat 2). Yang dimaksudkan sebagai
pengemban fungsi kepolisian lainnya yaitu keplosian khusus, PPNS dan bentuk pam
swakarsa (psl. 3 ayat 1).
6. Peranan etika Polri dalam laks. tugas Polri unutk mewujudkan tujuan Polri :
Keberhasilan pelaksanaan tugas Polri untuk mewujudkan tujuan Polri bersumber dari SDM
Polri dan sumber daya lain sebagai pendukung. Dimana SDM (subjek ini terbagi atas
kuantitas dan kualitas. Kualitas terbagi atas Penguasan keahlian dan penghayatan
norma/nilai moral (Etika profesi Polri), dimana penguasaan ahli dan penghayatan
tersebut membutuhkan perilaku Polri yang etis (profesional dlm pelaksanaan tugas)
sehingga terwujudnya tujuan Polri yaitu Tata tnetram karta raharja.
7. Untuk apa anggota Polri mempelajari etika profesi Polri :
a. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan bahwa Etika Polri adalah dasar untuk
menanam dan menumbuh kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi
tuntutan masyarakat.
b. Membantu meningkatkan kesadaran moral dan menjadi siap untuk mengambil
keputusan etis yang tepat dan berbobot dalam pengabdiannya selaku anggota Polri.
c. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan etika profesi sebagai pedoman moral
yang berfungsi sebagai pengawas dan pengendali tingkah laku sebagai anggota Polri
dalam pengabdiannya kepada negara dan bangsa Indonesia.
d. Bagi Perwira Polri dituntut untuk memahami dan menghayati etika profesi Polri
secara mendalam karena :
Perwira harus memegang teguh kesetiaan dan ketaatan. Perwira adalah pemimpin
yang menjadi suri tauladan dari bawahannya.
Keputusan-keputusan dari Perwira selaku pemimpin mempunyai dampak yang luas
dan mendalam, menyangkut kehormatan dan martabat serta kebanggaan kesatuan
yang dipimpinnya.
Sebagai Perwira dituntut keberanian untuk bertanggung jawab atas semua
tindakannya termasuk tanggung jawab terhadap tindakan dari bawahannya.
8. Etika adalah nilai dan norma moral yang erkaitan dengan apa yang baik dan buruk, yang
boleh dan yang dilarang, yang patut dan yang tidak patut dilakukan yang menjadi
pegangan bagi seseorang/kelompok dalam mengatur tingkah lakunya untuk melaksanakan
tindakan yang etis.
9. Etika kewajiban : Apakah yang seharusnya saya perbuat sebagai anggota Polri?, maka TB,
CP dan KEP dijadikan sebagai penyaring dalam mengambil suatu tindakan dalam
menghadapi permasalahan dilapangan.
10. Etika keutamaan : Menjadi anggota Polri yang bagaimanakah seharusnya saya?, maka TB,
CP dan KEP dijadikan sebagai sifat keutamaan sebagai kecenderungan tetap sifatnya
anggota Polri.
11. Ethos kerja : Menjadi profesi yang bagaimanakah seharusnya Polri?, maka TB, CP dan
KEP dijadikan sebagai sifat baik yang merupakan karakteristik, identititas dan ciri khas Polri
sebagai kesatuan/profesi.
12. Teori etika normatif, maka pertanyaan mendasar : menurut norma manakah seharusnya
kita bertindak? Atau manakah tolak ukur objektif pertanggung jawaban moral kita?.
a. Teori Teologis, ajarannya : betul salahnya suatu tindakan tergantung dari akibat-
akibatnya. Kelemahannya : Menghilangkan dasar kepastian, Kurang tegas dalam
memberi jawaban dan Kadang menghalalkan segala cara
Jenisnya :
1) Hedonisme (hedone = kenikmatan), Ajarannya : yang baik bagi dirinya sendiri
adalah yang membawa kenikmatan / kesenangan. Kritik : bersifat egois dan tidak
mencukupi sebagai pertanggung jawaban moral suatu tindakan
2) Eudonisme (eudaimonia = kebahagiaan), Ajarannya : yang baik bagi manusia
adalah yang mmebuat dia bahagia. Jalan pikirannya : manusia dalam bertindak ada
dua tujuan yaitu tujuan demi tujuan selanjutnya dan tujuan demi dirinya sendiri
(kebahagian)
3) Utilitarisme ( Utilitas = berguna), Ajarannya : yang baik adalah yang membawa
manfaat bagi orang banyak. Keunggulannya : tidak bersifat egois, melainkan
universal. Kelemahannya : tidak menjamin keadilan dan hak-hak manusia.
b. Teori Deontologis (deon = wajib). Ajarannya : baik buruknya suatu tindakan tidak
tergantung akibatnya, melainkan ada cara bertindak yang begitu saja wajib atau
dilarang. Kelemahannya : Sifat mengharuskannya dan Bisa fanatisme buta.
Jenisnya :
1) Deontologis peraturan. Ajarannya : norma moral berlaku begitu saja (menurut
Immanuel kant, berlaku imperatif katagoris). Kesulitan : Tentang nilai suatu tindakan
yang berasal dari suatu kecenderungan spontan dan motif berbuat baik dan
Tentang tanggung jawab manusia terhadap akibat dari suatu tindakan. Jalan keluar
(menurut Immanul Kant) : bertindaklah sedemikian rupa sehingga orang lainpun
dapat bertindak demikian. Menurut Willian D Ross : harus dibedakan kewajiban
yang berlaku prima facie dan kewajiban yang sebenarnya.
2) Deontologis tindakan (disebut juga etika situasi). Ajarannya : setiap situasi adalah
unik yaitu : Yang baik adalah yang baik dalm situasi tertentu dan Membedakan
norma moral umum dan norma moral konkret. Kritik : tindakan sesuai dengan
rasionalitas kesadaran moral
Kesimpulan : dari semua teori penting yang dibahas tidak terdapat satu sistem
pun sama sekali memuaskan, yang bisa menjadi jawaban satu-satunya atas
pertanyaan dasar kita.
13. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
14. TB sebagai Logos : TRI BRATA ADALAH HASIL KESIMPULAN PENYELIDIKAN ILMIAH
DENGAN MENGGUNAKAN METHODE ILMIAH (METHODE FUNCTIONAL) DARI
PERKEMBANGAN FUNGSI POLISI, SEJALAN DENGAN PERKEMBANGAN TYPE
NEGARA SAMPAI MENCAPAI TYPE NEGARA HUKUM MATERIAL ATAU RECHTSTAAT
DALAM ARTI SOSIAL ETIS. JADI TRI BRATA BUKAN SEBAGAI HASIL RENUNGAN
TETAPI SEBAGAI HASIL PENYELIDIKAN ILMIAH, MENGGUNAKAN METHODE ILMIAH,
DIPEROLEH DARI BERPIKIR TERTIB DAN BENAR SEHINGGA KESIMPULANNYA
MERUPAKAN RUMUSAN YANG BENAR.
15. TB sebagai Mithos : TRI BRATA SEBAGAI MITHOS BERBEDA DENGAN MITHOS PADA
UMUMNYA YANG TIDAK BERDASARKAN KENYATAAN, SEDANGKAN TRI BRATA
ADALAH SUATU MITHOS YANG BERDASARKAN SUATU LOGOS, BERDASARKAN
LOGISITERING SERTA RASIONALISATIE DARI PERKEMBANGAN FUNGSI POLISI.
KARENA ITU PADA UMUMNYA MITHOS DIPERCAYA KEBENARANNYA YANG TIDAK
USAH DIUJI LAGI TETAPI TRI BRATA DIPERCAYA KEBENARANNYA KARENA
BERDASARKAN KENYATAAN SEBAGAI HASIL PENELITIAN ILMIAH DAN MENDALAM
TENTANG PERKEMBANGAN FUNGSI KEPOLISIAN.
TRI BRATA SEBAGAI JALAN YANG MERUPAKAN CAKUPAN TYPE IDEAL
PERKEMBANGAN FUNGSI POLISI MAKA DARI LOGOS MENJADI MITHOS SERTA
PEDOMAN HIDUP YANG BAIK, DARI KENYATAAN DAS SEIN MENJADI DAS SOLLEN.
MITHOS BERTUJUAN UNTUK MENGGERAKKAN HINGGA ANGGOTA POLRI
TERDORONG UNTUK BERTINDAK SEBAGAI APA YANG TELAH DITUNJUKKAN OLEH
TRI BRATA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP ITU.
16. TB sebagai Etos : LOGOS SEPERTI YANG TELAH DIJELASKAN MENJADI SUATU
MITHOS YANG MENJADI / MERUPAKAN PEDOMAN HIDUP DARI SELURUH ANGGOTA
POLRI YANG HARUS DITEPATI, MAKA MITHOS ITU MEMPENGARUHI
LEVENSHOULDING DARI MANUSIA DAN DISINI JALAN MEMPENGARUHI DARI
ANGGOTA POLRI LANTAS MENJADI SUATU ETHOS DARI KEPOLISIAN NEGARA.
DARI ETHOS ITU MEMBERIKAN INSPIRASI DAN MEMBERIKAN SUATU
ARHEIDSUREUGLE MENJAMIN BAHWA ANGGOTA POLISI MERASA BANGGA
TERHADAP BEROEPSETHIEEKNYA SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM TRI BRATA.

Anda mungkin juga menyukai