Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam penyelenggaraan pendidikan siswa tidak hanya sekedar
memperoleh pengetahuan, tetapi juga menemukan sendiri pengetahuan
tersebut. Hal ini merupakan suatu penghargaan bagi dirinya, sehingga
dapat menimbulkan kepuasan diri. Kalau pembentukannya terus
dikembangkan, akan terbentuklah konsep diri pada siswa. Terbentuknya
konsep diri ditandai dengan terbentuknya rasa aman, mental sehat, sifat
terbuka, kreatif dan sifat sifat lain yang mengandung terbentuknya
manusia seutuhnya.
Melalui pendidikan diharapkan akan mampu menghasilkan
manusia yang berkualitas, sebagai sumber tenaga professional yang
terampil dan berintelektual tinggi yang siap bekerja untuk membangun
bangsa. Dalam usaha memajukan pembangunan bangsa ini, pemerintah
selalu mengupayakan mutu pendidikan yang lebih baik. Keberhasilan
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor, diantaranya penguasaan guru terhadap materi yang
diajarkan, penggunaan metode pengajaran, partisipasi siswa dalam belajar
dan tersedianya sarana prasarana belajar.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan
2

konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi
dalam berbagai model. Maka daripada itu berlangsungnya proses belajar
mengajar harus diusahakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang
maksimal dan optimal.
Sehubungan dengan hal tersebut, guru harus selalu berusaha
menambah dan meningkatkan ilmu pengetahuan siswa terutama ilmu atau
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Karena penguasaan ilmu ilmu
dasar (basic science) pada siswa, merupakan fondasi bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. Namun di
sisi lain, mata pelajaran IPA sering dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit untuk dipahami dan menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian
besar siswa.
Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh pelaksanaan
proses pembelajaran IPA yang menuntut pola pikir ilmiah. Hal itulah yang
menurut sebagian besar siswa sulit untuk diterapkan pada saat kegiatan
pembelajaran karena paling tidak dibutuhkan aktivitas pemikiran yang
cukup tinggi. Sehingga kemudian pembelajaran IPA di mayoritas sekolah
sekedar menjadi kewajiban menjalankan kurikulum, kehilangan daya
tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya justru
menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut.
Upaya untuk mengatasi kondisi tersebut perlu diadakan inovasi
pembelajaran IPA yang efektif dan menyenangkan siswa, salah satunya
alternatif yang ada adalah dengan penerapan Metode Percobaan
3

(Experimental Method). Dalam metode ini, siswa diarahkan untuk
mengembangkan pola pikirnya yang juga mengarahkan pada keilmiahan
perilaku dan ilmu yang dipelajari. Sehingga upaya meningkatkan hasil
belajar siswa ini dapat diusahakan keberhasilannya.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru diketahui
bahwasannya di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Wonokalang Wonoayu
dari 25 siswa, pada kelas II ditemui sekitar 4 siswa (20%) anak yang
memahami materi wujud benda, namun sisanya mengalami kesulitan
dalam memahami materi wujud benda. Berdasarkan paparan diatas,
peneliti memberikan solusi tentang adanya permasalahan tersebut dengan
menggunakan metode percobaan (Experimental Method).
1
Diharapkan
dengan metode ini, siswa lebih aktif dan mampu memahami materi wujud
benda dan menemukan contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas peneliti mengangkat judul penelitian
PENGGUNAAN METODE PERCOBAAN (EXPERIMENTAL
METHOD) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI
WUJUD BENDA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SISWA KELAS II MI NURUL ISLAM WONOKALANG WONOAYU
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang tersebut, masalah yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah:

1
Jamal Mamur Asmani, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, (Jogjakarta:Diva
Press,2011).
4

1. Bagaimana hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas II MI
Nurul Islam Wonokalang Wonoayu?
2. Bagaimana pelaksanaan metode percobaan (experimental method) di
kelas II MI Nurul Islam Wonokalang Wonoayu sebelum diberi
tindakan?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui
metode percobaan (experimental method) di kelas II MI Nurul Islam
Wonokalang Wonoayu?
C. Tindakan yang Dipilih
Adapun dalam penyelesaian masalah peningkatan hasil belajar
materi wujud benda, peneliti membuat target penyelesaian sebanyak 2 kali
siklus. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart dan
menggunakan metode percobaan (experimental method).
Secara garis besar, pada model Kemmis dan Mc Taggart meliputi
empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi/tindakan
(acting), (3) observasi (observing) dan (4) refleksi (reflecting).
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas II
MI Nurul Islam Wonokalang Wonoayu
2. Untuk mengetahui pelaksanaan metode percobaan (experimental
method) di kelas II MI Nurul Islam Wonokalang Wonoayu
5

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam
melalui metode percobaan (experimental method) di kelas II MI Nurul
Islam Wonokalang Wonoayu
E. Lingkup Penelitian
Berdasarkan analisis permasalahan yang telah dijelaskan di atas,
tindakan yang diberikan adalah Metode percobaan, yaitu metode
pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok,
untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri
Djamarah, (2000).
Dalam metode ini siswa menemukan konsep permasalahan yang
disajikan guru dengan mengidentifikasinya. Penggunaan metode ini
mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri
berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri. Selain itu, siswa dapat terlatih dalam cara
berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti
kebenaran dari teori yang sedang dipelajarinya.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk
mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu
dan teknologi.
6

c. Dengan metode ini akan menciptakan siswa yang dapat
membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan
sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat
bagi kesejahteraan hidup manusia.
Adapun prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81)
adalah sebagai berikut:
a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,
mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan
melalui eksprimen.
b. Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta
bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-
hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-
hal yang perlu dicatat.
c. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi
pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan
yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil
penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi
dengan tes atau tanya jawab.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi guru (peneliti)
7

a. Dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan, materi dan kondisi siswa.
b. Dapat meningkatkan kemampuan dalam merancang model
pembelajaran yang sesuai dengan materi.
c. Mengaplikasikan pembelajaran PAIKEM yang telah dipelajari
selama berada di bangku kuliah.
d. Menjadi bekal sebagai calon pendidik dalam menentukan metode
pembelajaran yang sesuai.
2. Bagi siswa
a. Mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran.
b. Meningkatkan kemampuan menganalisis materi wujud benda.
c. Tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
sehingga diharapkan situasi tersebut memberikan kontribusi
terhadap hasil belajar.
d. Meningkatkan prestasi belajar siswa melalui proses yang
melibatkan peran aktif mereka.
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan proses
pembelajaran.
b. Meningkatkan Outcome sekolah berupa peningkatan keterampilan


8

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Percobaan (Experimental Method) dalam Pembelajaran
Metode Percobaan (Experimental Method) adalah suatu cara
mengajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu di
sampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
2

Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan
untuk mengajarkan konsep. Kegiatan menemukan konsep dalam metode
percobaan ini, dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran
yang ditemukannya.
Adapun langkah-langkah Metode Percobaan (Experimental
Method) menurut Palendeng (2003:82) adalah sebagai berikut:
3

1. Percobaan Awal. Pembelajaran diawali dengan melakukan
percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati
fenomena alam.
2. Pengamatan. Pengamatan merupakan kegiatan siswa saat guru
melakukan percobaan.

2
Jamal Mamur Asmani, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, (Jogjakarta:Diva
Press,2011), 145.
3
Ahmad Munjin N, Lilik nur K, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Bandung:PT Refika Aditama, 2009), 69

9

3. Hipotesis Awal. Siswa dapat merumuskan hipotesis sementara
berdasarkan hasil pengamatannya.
4. Verifikasi. Yakni, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari
dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja
kelompok.
5. Aplikasi Konsep. Setelah siswa merumuskan dan menemukan
konsep, hasilnya bisa diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan
ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.
6. Evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan akhir setelah selesai
menemukan satu konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui
apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Dengan kata lain,
siswa mampu menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh dan
menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.
a. Tujuan Menggunakan Metode Percobaan (Experimental Method)
Tujuan menggunakan metode percobaan (Experimental Method)
adalah agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Selain itu, siswa juga dapat terlatih dalam cara berpikir
yang ilmiah.
4

b. Kelebihan Metode Percobaan (Experimental Method)

4
Jamal Mamur Asmani, Tips, 145.
10

1. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku.
2. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
3. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil
percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan
hidup manusia.
4. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya.
5

c. Kelemahan Metode Percobaan (Experimental Method)
1. Tidak semua sekolah memiliki kecukupan media dan alat bantu
pembelajaran untuk menunjang pelaksanaan metode eksperimen.
2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang
tidak selalu mudah diperoleh.
3. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik
harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
4. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
5. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar
jangkauan kemampuan atau pengendalian.

5
Ahmad Munjin N, Lilik Nur K, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Bandung:PT Refika Aditama, 2009), 67.
11

6. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
teknologi.
6

d. Metode Percobaan (Experimental Method) sebagai pembelajaran
aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta
didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Disamping itu, pembelajaran aktif juga bertujuan untuk menjaga perhatian
siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak siswa terlibat
dalam belajar, maka mereka lebih banyak mengerti dan mengingat
pembelajaran dalam waktu yang lebih lama, karena kuncinya adalah
keterlibatan. Howard Hendricks dalam bukunya Teaching to Changes
Lives mengatakan Pembelajaran maksimal adalah hasil dari keterlibatan
maksimal. Survey menunjukkan bahwa seseorang kehilangan pekerjaan
bukan karena pengetahuannya, akan tetapi karena ketidakmampuannya
dalam bekerjasama. Tom Jackson dalam bukunya Activities That Teach
penguasaan life skil merupakan persyaratan dasar untuk semua.
7

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian siswa
berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio
menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan

6
Ahmad Munjin N, Lilik Nur K, Metode.,67
7
Roestyah, Strategi Belajar., 71.
12

pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara
penelitian McKeachi menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama
perhatian siswa dapat mencapai 70% dan berkurang sampai menjadi 20%
pada waktu 20 menit terakhir.
Kondisi tersebut merupakan kondisi umum yang sering terjadi di
lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan
dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan siswa di ruang kelas
lebih banyak menggunakan indra pendengarannya dibandingkan visual,
sehingga apa yang dipelajari di kelas cenderung untuk dilupakan.
Sebagaimana yang diungkapkan Confusius 2400 tahun silam, Apa yang
saya dengar, saya lupa, Apa yang saya lihat, saya ingat, Apa yang saya
lakukan, saya paham. Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya
belajar aktif agar apa yang dipelajari dibangku sekolah tidak menjadi hal
yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang
sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran.
8

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar.
9
Hasil belajar ini yang menjadi salah satu acuan
keberhasilan belajar seorang siswa dalam proses pembelajaran.

8
Roestyah, Strategi Belajar., 65.
9
Jihad dan Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010), 14.
13

Menurut Hamalik (2007:30) memberikan pengertian tentang hasil
belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang
tidak tahu menjadi tahu.
10

Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah
dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam
mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa
nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap,
kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan,
keterampilan dan sebagaimana yang menuju pada perubahan positif. Hasil
belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah
mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat
dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya
hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat
menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu
pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik.
11


2. Taksonomi Bloom
Pada tahun 1956, Bloom telah mengklasifikasikan dimensi proses
kognitif dalam enam kategori yaitu, pengetahuan(knowledge),

10
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 30
11
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2010), 42
14

pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis),
sintesis (synthesis), dan evaluasi(evaluation). Model taksonomi ini dikenal
sebagai Taksonomi Bloom. Selanjutnya Anderson dan Krathwohl (2001)
melakukan revisi mendasar atas klasifikasi kognitif yang pernah
dikembangkan oleh Bloom, yang dikenal dengan Revised Blooms
Taxonomy (Revisi Taksonomi Bloom).
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali oleh Benjamin S
Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi
beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi
kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian,
dan keterampilan berfikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi
proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif
15

berkaitan dengan proses yang digunakan siswa untuk mempelajari suatu
hal, sedangkan dimensi pengetahuan adalah jenis pengetahuan yang akan
dipelajari oleh siswa (Amer, 2006 :214).
Menurut Krathwohl (2002: 215) tingkatan proses kognitif hasil
belajar berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom ini bersifat hierarkis, yang
berarti kategori pada dimensi proses kognitif disusun berdasar tingkat
kompleksitasnya. Understand lebih kompleks
daripada Remember, Apply lebih kompleks daripada Understand, dan
seterusnya. Namun, kategori proses kognitif pada taksonomi Bloom,
dimungkinkan untuk saling overlap dengan kategori proses kognitif yang
lain.
Pengertian C1, C2, C3, C4, C5, dan C6
1. Pengetahuan (C1)
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom.
Pengetahuan hafalan yang perlu diingat seperti rumus, batasan
definisi, istilah pasal dalam undang-undang, nama dan tokoh, nama-
nama kota dan lain-lain. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman,
misalnya hafal suatu rumus maka kita akan paham bagaimana
menggunakan rumus tersebut atau hafatl kata-kata akan memudahkan
membuat kalimat.
2. Pemaharnan (C2)
Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga yaitu tingkat rendah seperti
menterjemah. Tingkat kedua yaitu pemahaman penafsiran yaitu
16

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui
berikutrya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan
kejadian. Pemahaman tingkat ketiga, yaitu pemahaman ektrapolasi
yang mengharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis,
dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat
memperluas.persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya.
3. Aplikasi (C3)
Menerapkan aplikasi ke dalam situasi baru bila tetap terjadi proses
pemecahan masalah. Pada aplikasi ini siswa dituntun memiliki
kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abseksi tertentu
(konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk
diterapkan dalam situasi baru dan menerapkannya secara benar.
4. Analisis (C4)
Dalam analisis, seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu
situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-
komponen pembentuknya.
5. Sintesis (C5)
Pada jenjang ini seserang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu
yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
6. Evaluasi (C6)
17

Seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan,
pernyataan, atau konsep berdasarkam suatu kriteria tertentu.
12

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang
diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi
belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern),
faktor yang terjadi dari luar siswa (faktor ekstern) serta faktor pendekatan
belajar (approach to learning). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
anak bersifat biologis seperti keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa,
faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga,
sekolah, masyarakat dan sebagainya sedangkan faktor pendekatan belajar
yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melaksanakan kegiatan mempelajari materi
pelajaran.
1. Faktor Internal Siswa
Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri
individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor
internal yaitu:
1) Faktor Jasmaniah
a) Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu dan terdapat gangguan-gangguan atau

12
Lihat : http://rapikaannasari.blogspot.com/2013/12/taksonomi-bloom-dan-permasalahan.html
(26 juni 2014)
18

kelainan-kelainan fungsi indera sehingga anak akan cepat
lelah, kurang semangat, mudah pusing, mengantuk. Agar
seseorang dapat belajar dengan baik, maka anak harus
menjaga kesehatan badannya dengan cara olahraga secara
teratur, makan, dan istirahat yang cukup.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh akan mempengaruhi belajar. Jika hal ini
terjadi, hendaklah anak belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau menggunakan alat bantu agar dapat
membantunya belajar.
Cacat tubuh dibedakan menjadi dua:
13

1. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan
psikomotor.
2. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli,
bisu, hilang tangan atau kaki.
2) Faktor Psikologis
Yang tergolong faktor psikologis dalam mempengaruhi belajar
adalah:
14

a. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang

13
Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi Belajar. (Jakarta:Rineka Cipta, 1991), 76.
14
Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi, 55.
19

dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi
rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki
seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Tumbuhnya
keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh
bakat yang dimilikinya. Bakat bisa menjadi prestasi anak
jika digali dengan baik dan tepat.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan
yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa sayang.
d. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting
karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong
keadaan siswa untuk melakukan belajar. Seorang anak didik
akan berhasil jika mempunyai motivasi tinggi untuk belajar.
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi
ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang
bersumber dari dalam diri seseorang. Sedangkan motivasi
20

ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri
seseorang. Dengan adanya motivasi tersebut, diharapkan
siswa mampu belajar dengan keinginannya sendiri.
e. Perhatian
Perhatian dalam belajar dapat menjamin belajar dengan
baik. Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi
perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan, sehingga
siswa tidak suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan
baik, maka bahan pelajaran harus menarik perhatian siswa.
f. Kematangan
Kematangan adalah suatu fase dalam pertumbuhan
seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti
anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus,
akan tetapi diperlukan latihan-latihan secara intensif dan
intensitas belajar yang teratur.
g. Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon.
Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran,
jika siswa belajar dan ada kesiapan, maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
3) Faktor kelelahan
21

Kelelahan dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan
rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa
pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada
bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Hal ini akan
mempengaruhi belajar. Kelelahan jasmani dan rohani dapat
dihilangkan dengan cara tidur, istirahat, mengusahakan variasi
dalam belajar, menggunakan obat-obatan yang bersifat
melancarkan darah, rekreasi dan ibadah yang teratur, olah raga
secara teratur, mengimbangi makan dengan makanan yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan lain-lain.
15

2. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang yang sifatnya di luar
diri siswa, faktor ini dibagi menjadi 3 yaitu:
i. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa:
a) Cara orang tua mendidik

15
Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi, 60.
22

Cara orang tua dalam mendidik anak sangat besar
pengaruhnya terhadap prestasi anak tersebut. Orang tua
yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar atau tidak,
memperhatikan kepentingan anak dalam belajar, dll. Semua
hal tersebut dapat menyebabkan anak tidak atau kurang
berhasil dalam belajarnya.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang penting adalah
orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan
saudaranya atau anggota keluarga yang lain dapat
mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar dan
keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di
dalam keluarga tersebut. Hubungan yang baik adalah
hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang disertai
dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk
mensukseskan belajar anak.
c) Suasana rumah
Suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak akan
memberi ketenangan kepada anak untuk belajar. Agar anak
belajar dengan baik maka perlu diciptakan suasana rumah
yang tenang dan tentram, sehingga anak betah tinggal di
rumah dan anak juga dapat belajar dengan baik.
23

d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Misalnya fasilitas belajar seperti meja,
penerangan, alat-alat tulis, buku dan sebagainya akan
terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika akan
hidup dalam keluarga yang kurang mampu, dan kebutuhan
belajar anak kurang terpenuhi akibatnya akan mengganggu
belajar anak.
e) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar, maka perlu
ditanamkan dalam diri anak kebiasaan-kebiasaan yang baik,
agar mendorong semangat anak untuk belajar.
ii. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup:
a) Metode mengajar
Metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik. Misalnya guru
kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran
sehingga guru tersebut meyajikannya tidak jelas, akibatnya
siswa kurang senang terhadap pelajaran dan siswa jadi
malas untuk belajar.
b) Kurikulum
24

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang
kurang baik adalah yang terlalu padat, diatas kemampuan
siswa, tidak sesuai dengan bakat dan minat siswa dan
sebagainya.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses pembelajaran terjadi antara guru dengan siswa.
Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam
siswa itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi
oleh relasinya dengan gurunya. Guru yang kurang
berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan
proses belajar mengajar tersebut kurang lancar dan siswa
merasa jauh dari guru. Sehingga akan timbul rasa segan
untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar, sebaliknya
jika relasi antara guru dan siswa terjalin dengan baik, maka
siswa akan merasa akrab dan senang pada mata pelajaran
tersebut, dan siswa akan berusaha mempelajari sebaik-
baiknya.
d) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dalam
kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.
Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam
25

mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan
pegawai, dan lain-lain.
e) Relasi siswa dengan siswi
Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu
agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
belajar siswa.
f) Alat pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat dapat
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih baik,
giat dan lebih maju.
g) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, baik pagi hari, siang atau sore hari.
Sebaiknya siswa belajar pagi hari, karena pikiran masih
segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa
bersekolah pada waktu kondisinya sudah lemah, misalnya
siang hari akan mengalami kesulitan. Hal itu disebabkan
karena siswa sukar berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi
badan yang lemah.
h) Tugas rumah
26

Hendaknya seorang guru janganlah terlalu banyak
memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah,
akibatnya siswa tidak mempunyai waktu luang untuk
bermain.
iii. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh dalam belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena
keberadaan siswa dalam masyarakat. Berikut ini akan penulis
bahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat.
16

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Dalam mengikuti kegiatan masyarakat hendaknya
siswa dapat membagi waktu dan jangan sampai menganggu
belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang
mendukung belajarnya, misalnya belajar kelompok.
b) Teman bergaul
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu
diusahakan agar siswa memilih teman bergaul yang baik
dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari
orang tua dan pendidikan harus cukup bijaksana. Teman
bergaul yang baik akan berpengaruh terhadap diri siswa,

16
Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi, 70.
27

sebaliknya teman bergaul yang jelek akan memberi dampak
negatif pada diri siswa.
c) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri
dari orang-orang yang kurang terpelajar akan memberi
dampak jelek pada siswa. Sebaliknya jika lingkungan
masyarakat yang terpelajar maka akan mendorong semangat
anak untuk belajar lebih giat lagi.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
1. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris
science. Kata science sendiri berasal dari kata dalam bahasa
Latin scientia yang berarti saya tahu. science terdiri dari social
sciences (ilmu pengetahuan social) dan natural science (ilmu
pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya science sering
diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertenatangan
dengan etimologi (Jujun suriasumantri, 1998 : 299). Dalam
pembahasan ini kita akan menggunakan pembahasan sains yang salah
kaprah dan berarti natural science.
28

Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari alam semesta, benda-benda
yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar
angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat
diamati dengan indera. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu tentang
dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
(Kardi dan Nur, 1994:1)
Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi
dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur, dsb.
17


2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam
Disiplin ilmu dalam IPA memiliki cirri-ciri sebagaimana disiplin
ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai cirri umum, juga
mempunyai cirri khusus atau karakteristik. Adapun cirri umum dari
suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta
aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-
fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan
bahasa yang tepat dan pasti, sehingga mudah dicari kembali dan
dimengerti untuk komunikasi (Prawirihartono, 1989; 93),
Cirri-ciri khusus tersebut dipaparkan beikut ini :

17
Trianto, M.Pd. Model Pembelajaran Terpadu. (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2012), 136.
29

1. IPA mempinyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat
dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode
ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh
penemunya. Contoh : nilai ilmiah perubahan kimia pada lilin
yang dibakar . artinya benda yang mengalami perubahan kimia,
mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat
dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan
atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula.
2. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam.
3. IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimantasi, penyimpulan,
penyusunan teori, observasi dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
4. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan .
dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai
suatu hasil eksperiman dan observasi, yang bermanfaat untuk
eksperiman dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
5. IPA meliputi empat unsure, yaitu produk, proses, aplikasi dan
sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hokum.
Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui
30

metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan,
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan, pengujian hipotesismelalui eksperimantasi;
evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi
merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin
tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Berdasakan karakeristiknya, IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini
berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehdupan sehari-hari.
Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang
dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga
proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan
31

menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau
menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda.
Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki
karakteristik tersendiri. Uraian karakteristik belajar IPA dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Proses belajar IPA melibatkan hamper semua alat indera,
seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.
Contoh : untuk mempelajari pemuaian pada benda, kita perlu
melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera
penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda panjang,
luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan
benda yang diukur dan cara pengukuran yang benar, agar
diperoleh data pengukuran kuantitatif yang akurat.
b. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam
cara(teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan
eksperimantasi.
c. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk
membantu pengamatan. Hal ini dilakukan Karena kemampuan
alat indera manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal
tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan
pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang
kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan
32

obyektivitas. Contoh : pengamatan untuk mengukur suhu benda
diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu thermometer.
d. Belajar IPA sering melibatkan kegiatan-kegiatan temu
ilmiah(missal, seminar, konferensi atau symposium), studi
kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis,
dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata
dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan
yang benar-benar obyektif. Contoh : sebuah temuan ilmiah
baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan
tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah local, regional,
nasional, atau bahkan sampai tingkat internasional untuk
dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan
ahlinya.
e. Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan
sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang
dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA, siswa mengamati
obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh
pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam,
menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda,
dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain.
Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif
bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berfikir atau
minds-on(NRC, 1996:20). Keaktifan secara fisik saja tidak
33

cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh
pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar
IPA. Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan
bahwa pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam
berbagai ranah, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afekif.
3. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Percobaan
(Experimental Method)
Sebagai bahan komparasi, peneliti akan melakukan kajian
terhadap beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul skripsi yang
akan peneliti buat, di antaranya:
Shinta Fitriana mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta
angkatan 2013 dengan skripsi yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar
Siswa Menggunakan Metode Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPA Materi
Kandungan Gizi Pada Makanan Di Kelas VB Sd Negeri Sleman 3.
Dengan kesimpulan bahwa pembelajaran IPA Materi Kandungan Gizi
Pada Makanan yang Menggunakan Metode Eksperimen mencapai
keberhasilan 87,50% pada siklus II.
18

Neni Trisiwi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
angkatan 2013 dengan skripsi yang berjudul Penggunaan Metode
Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV-B
Pada Materi Energi Dan Perubahannya :penelitian Tindakan Kelas di SDN
Pasirwangi Tahun Ajaran 2012/2013. Dengan kesimpulan bahwa

18
Lihat : http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/10290 (25 maret 2014)
34

penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas IV-B SDN Pasirwangi pada materi energi dan perubahannya.
19

Berdasarkan uraian di atas sejauh ini belum ada penelitian yang
membahas secara khusus tentang peranan metode Percobaan
(Experimental Method) terhadap hasil belajar IPA.



19
Lihat : http://repository.upi.edu/id/eprint/1859 (25 maret 2014)
35

BAB III
METODE DAN RENCANA PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan istilah dalam bahasa inggris adalah
Classroom Actions Research (CAR) dengan menggunakan metode
percobaan (Experimental Method).
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut
pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data
dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang
di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif
juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya
(Strauss & Corbin, 2003). Sekalipun demikian, data yang dikumpulkan
dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu
penghitungan.
20

Menurut Arikunto (2008:2-3), PTK terdiri dari tiga unsur kata,
yaitu penelitian, tindakan dan kelas yang artinya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam

20
http://diaryapipah.blogspot.com/2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html (25 maret
2014)
45

36

meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan
istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
21

Selama penelitian, peneliti mengumpulkan data melalui
pengamatan dan wawancara dengan guru kelas.
B. Setting Penelitian dan Karakeristik Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian : MI Nurul Islam Wonokalang Wonoayu
Sidoarjo
2. Subjek Penelitian : Siswa kelas II MI Nurul Islam Wonokalang
Wonoayu Sidoarjo. Jumlah siswa 25 anak
yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan.
3. Waktu :

21
Andi Prastowo. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Diva
Press, 2010), 13.
37

4. Karakteristik Subjek Penelitian :
Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di MI Nurul Islam
Wonokalang Wonoayu Sidoarjo. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukakan
atas dasar sekolah dekat dari rumah peneliti sehingga mudah dijangkau.
Peneliti meneliti pada kelas II MI Nurul Islam Wonokalang Wonoayu
Sidoarjo. Masalah yang ditemukan oleh peneliti yaitu metode yang dipakai
guru meggunakan ceramah dan kemampuan siswa dalam memahami materi
wujud benda pada mata pelajaran IPA masih kurang. Sehingga hal ini dapat
menghambat kemampuan siswa dalam memahami dan mencapai ketuntasan
minimal mata pelajaran IPA.
C. Variabel yang Diselidiki
Dalam pelaksanaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart, yang menyatakan bahwa
satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan
(planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing) dan,
(4) refleksi (reflecting).






38



Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah
sebagai berikut:
1. Siklus 1
a. Perencanaan (Planning)
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan
refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku
dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-
permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel
dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
22

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap perbaikan
sebelum diadakan penelitian.
2. Menyiapkan instrumen validasi dokumen RPP.
3. Menyiapkan sumber, bahan, alat, media yang akan digunakan
selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4. Menyusun Uji Kompetensi sebagai penilaian dari hasil belajar.
5. Menyusun lembar kerja siswa dengan contoh benda yang ada di
sekitar sekolah.

22
Lihat: http://e-jurnalpendidikan.blogspot.com/2012/04/penelitian-tindakan-kelas-model-
kemmis.html (25 Maret 2014)
39

6. Menyusun lembar pengamatan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran menggunakan metode percobaan (experimental
method). Data diperoleh dari tes hasil belajar setelah pembelajaran.
7. Menetapkan kriteria keberhasilan pelaksanaan tindakan perbaikan
pembelajaran. Dalam penelitian ini, perbaikan dianggap berhasil
apabila ketuntasan belajar mencapai 88 % pada siklus I.
b. Aksi atau tindakan (acting)
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang
dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada
pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa
peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
Setelah melalui tahap persiapan, peneliti melakukan
pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah dibuat.
Selama proses belajar mengajar, peneliti melakukan pengamatan
terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas dengan
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan secara
kelompok (materi wujud benda). Pada akhir pelaksanaan perbaikan
siklus I peneliti memberikan tes akhir kepada siswa yang berupa
Lembar Uji Kompetensi.
c. Observasi (Observing)
40

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan
kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan
ini peneliti mengamati hasil tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data
yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan untuk
memperoleh data hasil dari proses pembelajaran, untuk selanjutnya
diolah, dianalisis, dan diinterprestasi. Instrumen yang digunakan adalah:
1) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Instrumen ini merupakan penerapan metode percobaan
(experimental method) dengan contoh wujud benda di sekitar
sekolah selama siklus I dalam proses pembelajaran.
2) Lembar Uji Kompetensi.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa sebagai patokan untuk mengukur kemampuan siswa dan
ketuntasan belajar siswa dalam materi wujud benda. Instrumen ini
dibuat peneliti sendiri dan dikonsultasikan dengan teman sejawat dan
dosen pembimbing soal tes terdiri dari 5-10 soal tulis. Tes ini
dilakukan pada akhir pembelajaran.
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini peneliti merefleksikan atau mengevaluasi
perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil refleksi akan
41

dijadikan masukan atau saran untuk perbaikan dalam proses mengajar
pada putaran selanjutnya atau pada siklus II.
1. Siklus 2
a. Perencanaan
Pada tahap ini direncanakan semua kegiatan yang akan
menunjang kelancaran perbaikan dan pengambilan data. Perencanaan
dilakukan berdasarkan refleksi dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan hasil perbaikan dari siklus I, meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang baru terhadap
perbaikan pada siklus 1 menggunakan metode pembelajaran yang
sama dengan siklus I namun terdapat perubahan perolehan contoh
wujud benda yaitu contoh dapat dipersiapkan siswa dan guru dari
rumah.
2) Menyiapkan instrumen validasi dokumen RPP.
3) Menyusun LKS sebagai penerapan metode percobaan (experimental
method) dengan contoh wujud benda yang dipersiapkan siswa dari
rumah.
4) Menyusun Uji Kompetensi sebagai penilaian dari hasil belajar.
5) Menyiapkan instrumen validasi LKS dan Uji Kompetensi.
6) Menyusun lembar pengamatan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran menggunakan metode percobaan (experimental
method). Data diperoleh dari tes hasil belajar setelah pembelajaran.
42

7) Menyiapkan media yang relevan dengan materi pembelajaran,
menyiapkan lembar analisis hasil belajar siswa.
8) Menetapkan kriteria keberhasilan pelaksanaan tindakan perbaikan
pembelajaran. Dalam penelitian ini, perbaikan dianggap berhasil
apabila ketuntasan belajar mencapai 88 % pada siklus II.
b. Pelaksanaan
Setelah melalui tahap persiapan, peneliti melakukan
pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah dibuat.
Selama proses belajar mengajar, peneliti melakukan pengamatan
terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas dengan
memberikan lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan secara
individu. Pada akhir pelaksanaan perbaikan siklus II peneliti
memberikan tes akhir kepada siswa yang berupa Lembar Uji
Kompetensi.
c. Pengamatan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan untuk
memperoleh data hasil dari proses pembelajaran, untuk selanjutnya
diolah, dianalisis, dan diinterprestasi. Instrumen yang digunakan adalah:
1) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Instrumen ini merupakan penerapan metode percobaan
(experimental method) dalam contoh wujud benda yang
dipersiapkan dari rumah yang digunakan dalam siklus II dalam
proses pembelajaran.
43

2) Lembar Uji Kompetensi.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa sebagai patokan untuk mengukur kemampuan siswa dan
ketuntasan belajar siswa dalam menyelesaikan materi wujud benda.
Instrumen ini dibuat peneliti sendiri dan dikonsultasikan dengan
teman sejawat dan dosen pembimbing, soal tes terdiri dari 5-10
soal tulis. Tes ini dilakukan pada akhir pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti merefleksikan atau mengevaluasi
perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II. Hasil
refleksi akan dijadikan dasar apakah perbaikan pembelajaran akan
dilanjutkan pada siklus selanjutnya atau tidak.
Dalam penelitian ini, perbaikan pembelajaran hanya dilakukan
hingga siklus II, karena dari hasil yang telah dicapai pada siklus II telah
menunjukkan hasil yang maksimal dari kriteria ketentuan belajar yang
telah direncanakan dapat dicapai.
D. Rencana Tindakan
Rencana tindakan penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus.
Pada siklus I peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran baru
terhadap perbaikan sebelum diadakan penelitian dengan model
pembelajaran baru, menyiapkan instrumen validasi dokumen RPP,
menyusun Lembar Kerja Siswa sebagai penerapan metode percobaan
(experimental method) menggunakan contoh-contoh wujud benda di
44

sekitar sekolah, menyusun Uji Kompetensi sebagai penilaian dari hasil
belajar, menyiapkan instrumen validasi Lembar Kerja Siswa dan Uji
Kompetensi, menyusun lembar pengamatan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran menggunakan metode percobaan (experimental method) data
diperoleh dari tes hasil belajar setelah pembelajaran, menyiapkan media
yang relevan dengan materi pembelajaran, menyiapkan lembar analisis
hasil belajar siswa dan menetapkan kriteria keberhasilan pelaksanaan
tindakan perbaikan pembelajaran. Dalam penelitian ini, perbaikan
dianggap berhasil apabila ketuntasan belajar mencapai 88 % pada siklus I.
Sedangkan pada siklus II peneliti menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran yang baru terhadap perbaikan pada siklus I menggunakan
metode pembelajaran yang sama dengan siklus I namun terdapat
perubahan pada contoh wujud benda yakni siswa membawa contoh wujud
benda secara nyata dan di persiapkan dari rumah, menyiapkan instrumen
validasi dokumen RPP, menyusun Lembar Kerja Siswa, menyusun Uji
Kompetensi sebagai penilaian dari hasil belajar, menyiapkan instrumen
validasi LKS dan Uji Kompetensi, menyusun lembar pengamatan hasil
belajar siswa dengan pembelajaran menggunakan metode percobaan
(experimental method), data diperoleh dari tes hasil belajar setelah
pembelajaran, menyiapkan media yang relevan dengan materi
pembelajaran, menyiapkan lembar analisis hasil belajar siswa dan
menetapkan kriteria keberhasilan pelaksanaan tindakan perbaikan
45

pembelajaran. Dalam penelitian ini, perbaikan dianggap berhasil apabila
ketuntasan belajar mencapai 88% pada siklus II.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
Data adalah suatu hal yang diperoleh di lapangan ketika
melakukan penelitian, belum diolah dan perlu di interpretasikan dalam
bentuk tulisan, angka, dll. Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata
verbal, bukan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini, data
kualitatif hanya bersifat sebagai data pelengkap, dikarenakan
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Yang termasuk data
kualitatif diantaranya:
a. Pelaksanaan metode percobaan (experimental method) di MI Nurul
Islam Wonokalang Wonoayu Sidoarjo
b. Literatur-literatur mengenai pelaksanaan metode percobaan
(experimental method) di MI Nurul Islam Wonokalang Wonoayu
Sidoarjo
2. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka statistik. Data
inilah yang menjadi data primer (utama) dalam penelitian ini. Yang
termasuk data kuantitatif adalah:
46

a. Hasil belajar siswa di MI Nurul Islam Wonokalang Wonoayu
Sidoarjo
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang
bagaimana cara penulis mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi
dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba
dan pengecap.
23

Adapun hal-hal yang diamati oleh observer saat proses
pembelajaran berlangsung adalah:
24

a. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru
b. Membaca dan memahami materi
c. Menanggapi pertanyaan atau pendapat teman
d. Bertanya kepada guru
e. Menjawab pertanyaan guru.

23
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2011), 156.
24
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dkk, Penelitian ., 157.
47

f. Berperilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti
percakapan yang tidak relevan, mengerjakan sesuatu yang tidak
relevan dan bergurau.
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data yang kaitannya
dengan kondisi awal pada kelas II MI Nurul Islam Wonokalang Wonoayu
Sidoarjo melalui metode percobaan (experimental method), untuk
menemukan kesulitan apa saja yang dialami baik guru maupun siswa saat
proses pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan, menemukan
gambaran tentang prestasi siswa dalam pembelajaran pada saat sebelum
dan sesudah tindakan.
2. Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan
antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan
pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan
informasi dimana pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Ankur Garg, seorang
psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat
dilakukan oleh pihak yang memperkerjakan seorang calon atau
kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang
mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari
informasi.
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data yang
kaitannya dengan sikap atau pendapat siswa dalam pelaksanaan
48

pembelajaran IPA pada kelas II MI Nurul Islam Wonokalang
Wonoayu Sidoarjo melalui metode percobaan (experimental method),
untuk menemukan kesulitan apa saja yang dialami baik guru maupun
siswa saat proses pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan,
menemukan gambaran tentang prestasi siswa dalam pembelajaran
pada saat sebelum dan sesudah tindakan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir
atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi
yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi
diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga
yang di teliti.
25
Adapun yang dimaksud disini adalah pengambilan data dengan
cara mencatat, mencetak dan merekam semua hal yang berhubungan
dengan siswa kelas II MI Nurul Islam Wonokalang Wonoayu
Sidoarjo.
Teknik Ini digunakan peneliti untuk memperoleh data yang
kaitannya dengan potret atau gambaran kegiatan pada kelas II MI
Nurul Islam Wonokalang Wonoayu Sidoarjo melalui metode
percobaan (experimental method), untuk menemukan kesulitan apa
saja yang dialami baik guru maupun siswa saat proses pembelajaran

25
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 143.
49

sebelum dan sesudah tindakan, menemukan gambaran tentang prestasi
siswa dalam pembelajaran berupa foto dan video.
4. Tes Hasil Belajar
Tes adalah instrumen pengumpulan data untuk mengukur
kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan
materi pembelajaran.
26

Jenis tes yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas
(PTK) ini adalah tes individual. Tes individual adalah tes yang
dilakukan perseorangan.
Tes ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang
kaitannya dengan pemahaman dan penguasaan materi dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA pada kelas II MI Nurul Islam
Wonokalang Wonoayu Sidoarjo melalui metode percobaan
(experimental method), untuk menemukan kesulitan apa saja yang
dialami baik guru maupun siswa saat proses pembelajaran sebelum
dan sesudah tindakan, menemukan gambaran tentang hasil belajar
siswa dalam pembelajaran pada saat sebelum dan sesudah tindakan.
F. Indikator Kinerja
Indikator berasal dari kata dasar bahasa inggris to indicate, artinya
menunjukkan. Dengan demikian maka indikator berarti alat penunjuk atau
sesuatu yang menunjukkan kualitas sesuatu. Contoh sederhana dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebuah kue dikatakan bermutu jika rasanya

26
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Kencana Prenada Media Group: Jakarta,
2009), 99.
50

lezat. Maka rasa menunjukkan kualitas kue, atau rasa merupakan indikator
dari kualitas kue.
27

Berdasarkan judul Penggunaan Metode Percobaan (Experimental
Method) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Materi Wujud Benda Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas II MI Nurul Islam
Wonokalang Wonoayu , Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi wujud
benda hingga mencapai presentase 88 %.
Keberhasilan alternatif tindakan dalam penelitian ini ditandai
dengan adanya peningkatan antara pratindakan dengan siklus I dan siklus
II. Sebelum diadakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini tingkat
persentase siswa yang dapat menyelesaikan materi wujud benda mencapai
20%, saat siklus I dilakukan diharapkan presentase meningkat menjadi
28% sehingga persentase pada siklus I mencapai 48%. Sedangkan pada
siklus II presentase meningkat hingga 40 % dari siklus I sehingga
kemampuan memahami materi wujud benda pada siswa kelas II MI Nurul
Islam Wonokalang Wonoayu menggunakan metode eksperimen meningkat
menjadi 88 %.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam
pengelolahan data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah
yang telah diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.

27
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dkk, Evaluasi Program , (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), 17
51

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif
dan kuantitatif yaitu:
Data dari hasil tes belajar siswa untuk mengetahui rata-rata siswa
persiklus dan sejauh mana peningkatan nilai hasil belajar siswa dalam
materi wujud benda dari siklus I sampai siklus II yaitu dengan cara
memberikan evaluasi yang berupa soal uji kompetensi setelah proses
pembelajaran.
Peneliti menentukan ketuntasan belajar siswa jika siswa telah
memperoleh nilai diatas KKM yaitu > 70. Analisis dihitung dengan
menggunakan statistik sederhana, yaitu :
1. Nilai Tes Formatif
Untuk memperoleh nilai tes formatif dirumuskan dengan :
Nilai = Skor yang diperoleh x 100 %
Skor Maximum
2. Data Ketuntasan Siswa
Untung menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, peneliti
menggunakan rumus :
T = siswa yang tuntas x 100 %
siswa

52

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Munjin N, Lilik Nur K, 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bandung:PT Refika Aditama.

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dkk. 2011. Evaluasi Program. Jakarta: Prestasi
Pustaka.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Prestasi Pustaka.

Asmani, Mamur Jamal. 2011. Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif.
Jogjakarta: Diva Press.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ Oleh Belajar
Psikologi, diakses tanggal 25 Maret 2014.

http://diaryapipah.blogspot.com/2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html.
25 Nopember 2014.

http://e-jurnalpendidikan.blogspot.com/2012/04/penelitian-tindakan-kelas-model-
kemmis.html. diakses tanggal 25 Maret 2014.

http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/10290 . diakses tanggal 25 Nopember 2014.

http://repository.upi.edu/id/eprint/1859. diakses tanggal 25 Nopember 2014.

Jihad dan Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Nasution. 2003. Metodologi Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Diva Press.

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:PT Bumi Aksara.

53

http://rapikaannasari.blogspot.com/2013/12/taksonomi-bloom-dan-
permasalahan.html/ oleh Rapika Anna Sari Tarigan. diakses tanggal 26
juni 2014.

Anda mungkin juga menyukai