Preseptor : Prof. dr. Nur Indrawati L. PhD dr. Yuniar Lestari M.Kes
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Keadaaan gizi yang tidak seimbang dapat mempengaruhi status gizi dan pada akhirnya menimbulkan masalah gizi. Sampai saat ini ada empat masalah gizi uatama yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yaitu kurang energy protein (KEP), anemia gizi besi, kurang vitamin A (KVA), dan gangguan akibar kekurangan yodium (GAKY). Masalah gizi inilah yang menjadi salah satu faktor penentu pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator MDGs yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015 yaitu terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau kekurangan gizi pada anak balita menjadi 15,5 persen. Berdasarkan hasil pemantauan status gizi (PSG), prevalensi gizi buruk dengan inkator BB/TB pada tahun 2009 di kota padang adalah 0.74% dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat 2,2%. Kemudian pada tahun 2011 terjadi penurunan menjadi 0.10%. Pada tahun 2012 angka gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Andalas sudah terdapat 6 orang anak gizi buruk dan 2 orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan penemuan kasus, yaitu terdapat 14 anak dengan kasus gizi buruk.
1.2 Tujuan a. Tujuan Umum Mengetahui pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi masyarakat di puskesmas secara umum. b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui tentang program gizi di Puskesmas Andalas 2. Mengetahui pengelolaan masalah gizi di Puskesmas Andalas.
1.3 Batasan Masalah Makalah ini membahas tentang pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi di puskesmas Andalas secara khusus.
1.4 Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literature, analisis dan diskusi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gizi Masyarakat Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi yang ebrkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public helath nutrition).Kedua sifat keilmuan ini akhirnya masing- masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat (community nutrition). Gizi masyarakat berkaiatan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi). Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita saja karena apabila setelah mereka sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh karena itu, terapi penderita gangguan gizi tidak saja ditunjukkan kepada penderitanya saja, tetapi seluruh masyarakat tersebut. Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penanganan atau perhatian giziz sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang-bidang yang lain. Misalnya, penyakit gizi KKP (kekurangan kalori dan protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan dan sebagainya.
2.3 Program Gizi Kegiatan Pokok Program Gizi 1. Penyuluhan Gizi Masyarakat 2. Penanggulangan KEP &Gizi Buruk 3. Penanggulangan GAKY 4. Penanggulangan Anemia Gizi 5. Penanggulangan Kurang Vitamin A 6. Penanggulangan Kurang Gizi Mikro 7. Penanggulangan Gizi Lebih & Penyakit Degeneratif 8. Program Gizi Institusi & Gizi Darurat 9. Sistem Kewaspadaan Pangan & Gizi 10. Pengembangan Tenaga Gizi 11. Penelitian & Pengembangan Gizi
STANDAR PELAYANAN MINIMAL 1. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA Balita Terpantau Pertumbuhannya Balita yang Baik Pertumbuhannya Balita yang Gagal Pertumbuhannya Balita yang Mengalami Perbaikan Pertumbuhannya Balita yang Berat Badannya diBawah Garis Merah (BGM) Pemberian Suplemen Gizi 2. PEMBERIAN SUPLEMEN GIZI Balita yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah Ibu Nifas yang Mendapat Kapsul Vitamin A Ibu Hamil yang Mendapat Kapsul Yodium 3. PELAYANAN GIZI Balita KEP & BGM yang Mendapat PMT-MPASI Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan 4. PENYULUHAN GIZI SEIMBANG Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif Desa Dengan Konsumsi Garam Beryodium yang Baik 5. SISTEM KEWASPADAAN GIZI Penanganan Desa dengan KLB Gizi< 24 Jam Desa Bebas Rawan Gizi 2.3 Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Di Puskesmas Ada lima langkah yang harus di perhatikan dalam pengelolaan program perbaikan gizi pada tingkat puskesmas yaitu Identifikasi Masalah, Analisis masalah, menentukan kegiatan perbaikan gizi, melaksanakan program perbaikan gizi, dan Langkah Ketiga adalah Menentukan kegiatan perbaikan gizi pemantauan-evaluasi. Lima Langkah Pengelolaan Program Gizi Puskesmas Pengelolaan program gizi di Puskesmas, sebenarnya telah diatur oleh program gizi ditingkat Kabupaten (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota), namun demikian agar program perbaikan gizi di Kecamatan dapat langsung memberikan dampak pada tingkat kabupaten, seyogyanya harus di kelola dengan baik. Lima langkah pengelolaan program perbaikan gizi di Puskesmas pada dasarnya sama dengan langkah-langkah pada pedoman pengelolaann gizi yang dilakukan di Tingkat Kabupaten yang dikeluarkan Direktorat Bina Gizi Depkes RI, dimulai dari langkah pertama yaitu Identifikasi Masalah, kemudian langkah kedua analisis masalah. Langkah pertama dan kedua biasa dikenal dengan perencanaan (planing)., langkah ini biasa juga dikenal atau disebut juga dengan pengorganisasian (organising). Langkah Keempat adalah melaksanakan program perbaikan gizi, langkah ini disebut juga dengan Pelaksanaan (actuating). Dan yang terakhir adalah Langkah Kelima yaitu pantauan dan evaluasi, langkah ini disebut juga dengan (controlling and evaluation).
Langkah Pertama : Identifikasi Masalah Dalam identifikasi masalah gizi, langkah-langkah yang perludiperhatikan adalah mempelajari data berupa angka atauketerangan-keterangan yang berhubungan dengan identifikasi masalah gizi. Kemudian melakukan validasi terhadap data yang tersedia, maksudnya melihat kembali data, apakah sudah sesuaidengan data yang seharusnya dikumpulkan dan dipelajari. Selanjutnya mempelajari besaran dan sebaran masalah gizi, membandingkan dengan ambang batas dan atau target program gizi, setelah itu rumuskan masalah gizi dengan menggunakan ukuran prevalensi dan atau cakupan.
Langkah Kedua : Analisis Masalah Analisis masalah didasarkan pada penelaahan hasil identifikasi dengan menganalisis factor penyebab terjadinya masalahsebagaimana yang disebutkan diatas, tujuannya untuk dapatmemahami masalah secara jelas dan spesifik serta terukur, sehingga mempermudah penentuan alternatif masalah. Langkah ini didasarkan pada analisis masalah di kecamatan yangsecara langsung maupuntidak langsung yang berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat. Langkah ketiga pengelolaan program perbaikan gizi ini dimulai dengan penetapan tujuan yaitu upaya-upaya penetapan kegiatan yang dapat mempercepat penanggulangan masalah gizi yang ada. Dalam menyusun tujuan di kenal dengan istilah SMART yang singkatan dari Spesific (khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Realistic (sesuai fakta real), Timebound (ada waktu untuk mencapaianya).
Langkah Ketiga adalah Menentukan kegiatan perbaikan gizi Hal ini dimulai dengan penetapan tujuan yaitu upaya-upaya penetapan kegiatan yang dapat mempercepat penanggulangan masalah gizi yang ada. Dalam menyusun tujuan dikenal dengan istilah SMART singkatan dari Spesific (khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Realistic (sesuai fakta real), Timebound (ada waktu untuk mencapainya). Langkah Keempat : Melaksanakan program perbaikan gizi Setelah kegiatan perbaikan gizi tersusun, kemudian dilakukan langkah-langkah yang terencana untuk setiap kegiatan. Jenis kegiatan yang akan dilakukan meliputi Advokasi, Sosialiasi, Capacity Buiding, Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga, Penyiapan sarana dan prasarana, Penyuluhan Gizi dan Pelayanan Gizi di Puskesmas maupun di Posyandu. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Advokasi adalah proses mempengaruhi perilaku, opini dari pimpinan atau seseorang melalui penyampaian informasi. Dalam Advokasi yang perlu diperhatikan adalah penyajian besar dan luasnya masalah, siapa, dimana, konsekwensi, bagaimana menanggulangi, sarana yang diperlukan dan biaya yang diperlukan. 2. Sosialisasi yaitu memasyarakatkan suatu informasi atau kegiatan dengan tujuan guna memperoleh pemahaman yang baik sehingga dapat berperan aktif dalam menunjang pelaksanaan kegiatan. Program yang telah ditetapkan perlu disosialisasikan kepada stakeholder. 3. Capacity Building yaitu Untuk mempersiapkan pelaksanaan program perlupeningkatan kemampuan petugas yang antara lain dapat dilakukan melalui mini lokakarya puskesmas, pelatihan teknis maupun manajerial sesuai kebutuhan. Misalnya Pelatihan kader, Pelatihan permberdayaan keluarga sadar gizi dan lain-lain. 4. Pemberdayaan masyarakat dan Pembeerdayaan keluarga yaitu kegiatan- kegiatan yang diarahkan pada pemecahan masalah gizi berdasarkan potensi yangdimiliki oleh masyarakat dan keluarga sendiri.Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui revitalisasi posyandu, sedangkan pemberdayaan keluarga dapat dilakukan melalui revitalisasi UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) dan Pemberdayaan institusi. 5. Penyiapan Sarana dan prasarana misalnya KMS (kartu menujuh sehat), Materi KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi), ATK (Alat Tulis Kertas) dan lain- lain.
Langkah Kelima : Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Pemantauan yang baik selalu dimulai sejak langkah awalperencanaan dibuat sampai dengan suatu kegiatan telah selesaidilaksanakan, sedangkan evaluasi hanya melihat bagian-bagian tertentu dari kegiatan yang dilaksanakan. Pemantauan adalah Pengawasan secara periodic terhadap pelaksanaan kegiatan program perbaikan gizi dalam menentukan besarnya input yang diberikan, proses yang berjalan maupun output yang dicapai.Tujuannya untuk menindak lanjuti kegiatan program selama pelaksanaan kegiatan, dilakukan untuk menjamin bahwa proses pelaksanaan sesuai Action Plan dan jadwal. Evaluasi adalah Suatu proses untuk mengukur keterkaitan, efektivitas, efisiensi dan dampak suatu program, dilakukan dengan tujuan memperbaiki rancangan, menentukan suatu bentuk kegiatan yang tepat, memperoleh masukan untuk digunakan dalam proses perencanaan yang akan datang dan mengukur keberhasilan suatu program. Alur Pengelolaan anak gizi buruk
ANAK - datang sendiri - rujukan - hasil temuan kasus di lapangan PUSKESMAS - Periksa klinis & antropometri - BB dan TB Tentukan St.Gizi - BB/U - TB/U - BB/TB - IMT/U -Gizi Buruk -Penyakit Ringan/Berat -Gizi Kurang -Penyakit Berat -Gizi Kurang -Penyakit Ringan RAWAT INAP -penerapan 10 langkah & 5 kondisi TL GiBur
RAWAT INAP -Obati penyakit -Penambahan energi dan protein 20-25% di atas AKG
RAWAT JALAN -Obati penyakit -Penambahan energi dan protein 20-25% di ats AKG
BAB III ANALISIS SITUASI
3.1 Kondisi Geografis Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan wilayah kerja meliputi 10 kelurahan dengan luas 8.15 Km 2 dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Padang Utara,Kuranji Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Padang Barat Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh 3.2 Keadaan Demografi
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Distribusi Penduduk NO KELURAHAN JUMLAH 1 SAWAHAN 5081 2 JATI BARU 6670 3 JATI 10048 4 SAWAHAN TIMUR 6430 5 KB MARAPALAM 6100 6 ANDALAS 9649 7 KB.DLM.PRK.KARAKAH 11198 8 PRK.GDG.TIMUR 7841 9 SP.HARU 4145 10 GT.PARAK GADANG 13091 JUMLAH 80253
3.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan Wilayah kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk melayani masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah puskesmas induk, dan 8 buah puskesmas pembantu dan 3 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu : 1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat 2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah 3. Puskesmas Pembantu Tarandam 4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan 5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung 6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak 7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam 8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian 9. Poskeskel Kubu Marapalam 10. Poskeskel Sawahan Timur 11. Poskeskel Kubu Dalam Parak Karakah
Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Andalas mempunyai : 1 buah kendaraan roda empat ( Puskel ) 5 buah kendaraan roda dua Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu : Rumah Sakit Pemerintah : 3 Rumah Sakit Swasta : 6 Klinik Swasta : 6 Dokter Praktek Umum : 51 Orang Dokter Praktek Spesialis : 15 Orang Bidan Praktek Swasta : 30 Orang Kader aktif : 356 Orang Pos KB : 12 Pos Posyandu Balita : 89 Posyandu Lansia : 13
SASARAN PUSKESMAS ANDALAS 2013 Jumlah penduduk : 80235 Bayi (0-11 Bulan) : 1669 Baduta : 3451 Balita (0-60 Bulan) : 8218 Ibu Hamil (Bumil) : 1836 Ibu Nifas (Bufas) : 1669 Ibu Bersalin : 1752 Lansia : 6709 WUS : 20408 PUS : 13268
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Program Gizi dan Pengelolaannya di Puskesmas Andalas 1. Penimbangan Posyandu merupakan bentuk Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang dilakukan oleh Puskesmas sebagai salah satu kegiatan perbaikan gizi. Posyandu merupakan ujung tombak puskesmas karena kegiatan pelayanan posyandu langsung berhubungan dengan masyarakat melalui peran aktif kadernya. Puskesmas Andalas memiliki 89 posyandu tersebar di 10 kelurahan. Pelaksanaan posyandu dilakukan serentak selama 5 hari pada minggu ke 1 dan ke 2 setiap bulannya. Beberapa indikator yang digunakan dari hasil penimbangan balita antara lain: Balita yang datang dan ditimbang (D/S) Menunjukkan partisipasi masyarakat yaitu kunjungan balita ke posyandu. Sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas Andalas adalah 8218 balita. Balita yang naik berat badannya (N/D) Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) dua bulan berturut-turut di posyandu maupun luar posyandu di suatu wilayah kerja, yang naik berat badannya dan mengikuti garis pertumbuhan KMS. Balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk (BGM/D) Data balita bawah garis merah secara umum didapatkan dari pendataan kunjungan balita ke posyandu, puskesmas, bidan , maupun rumah sakit di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Meskipun demikian, pendataan utama tetap didapatkan dari posyandu karena pemantauan dan perekapan data posyandu dilakukan secara rutin
Dari tabel di atas terlihat dari 3 indikator tersebut, untuk indikator D/S pencapaiannya yang masih belum mencapai target, untuk indikator N/D telah mencapai target, sedangkan untuk BGM/D berada dalam batas yang masih aman, yaitu kurang dari 15% (1.2%). Namun meskipun angka BGM/D ini masih rendah belum memastikan bahwa telah berkurangnya jumlah balita BGM, tetapi bisa terjadi akibat masih belum semuanya balita terpantau atau tidak dilaporkan oleh PWS.
2. Penyuluhan gizi Penyuluhan dapat dilakukan di dalam dan luar gedung. Di dalam gedung penyuluhan di berikan kepada masyarakat atau pasien yang datang ke puskesmas. Penyuluhan gizi dalam gedung dilaksanakan minimal 1 kali dalam sebulan , dilaksanakan pada minggu keempat setiap Senin, sedangkan di luar gedung bisa dilaksanakan di posyandu atau di sekolah dari tingkat SD sampai SMA, berupa dokter kecil di SD. Penyuluhan gizi juga dilakukan di kelas bumil bertintegrasi dengan program KIA. 3. Pojok Gizi Kegiatan yang dilakukan di pojok gizi berupa konsultasi gizi dan penyuluhan dilakukan di puskesmas setiap hari kerja. Biasanya merupakan rujukan dari: BP : pasien Hipertensi, Diabetes Melitus dll. KIA Ibu : Anemia, Bumil KEK, PMT bumil, Penyuluhan bumil KIA Anak: Anak sangat kurus, kurang nafsu makan, dsb. gizi lebih KEP hipertensi DM anemia bumil KEK dan lain- lain 2 26 188 40 2 0 69 4 56 333 71 28 26 145 laki-laki perempuan
Grafik 4.1 kunjungan pojok gizi 2013 4. Distribusi Vitamin A Sasaran : Sasaran distribusi/pemberian kapsul vitamin A adalah bayi umur 6- 11 bulan diberikan kapsul A biru (dosis 100.000 IU), anak balita umur 24-60 bulan diberikan kapsul A merah (dosis 200.000 IU). Selain bayi dan anak balita, vitamin A juga diberikan pada ibu nifas dan anak yang menderita gizi buruk, diare berat, campak dan cacar (kasus). Jumlah total balita di Kecamatan Padang Timur dengan total 8218 orang. Distribusi dilakukan 2 x 1 tahun pada bulan di bulan Februari dan Agustus , berdasarkan data 2013 yang didapat pendistribusian kapsul Vitamin A pada bayi dan balita sudah mencapai 91.2% dari target 85%. Pelaksanan dilakukan dari posyandu dan sweeping oleh kader-kader dan sweeping ke TK dan paud yang terdapat di wilayah kerja puskesmas Andalas. sawahan jati baru jati sawahan timur simp. Haru kb marapal am andalas kb dlm prk karakah prk gadang timur ganting prk gadang puskes mas bayi 100 88 112.3 68.9 74.3 96.1 94.8 85.7 95.9 96.2 91.2 balita 86.5 83.7 86 85.6 87.2 74.3 79.2 90.5 89.4 91 85.3 0 20 40 60 80 100 120 Target 83 %
Grafik 4.2 Pencapaian Distribusi Vitamin A tahun 2013 0 20 40 60 80 100 120 sawaha n jati baru jati sawaha n timur simp. Haru kb marapa lam andala s kb dlm prk karaka h prk gadang timur gantin g prk gadang puskes mas vit A bufas 104.8 113.5 92.4 101.5 96.7 102.3 92.7 92.3 89.8 96.3 96.9 target 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Dari data 2013 tersebut terlihat belum maksimalnya pencapaian distribusi vit A pada bufas untuk pemulihan pasca melahirkan, angka pencapaian 92.2% dari target 100%. Dari diskusi yang dilakukan, hal ini terjadi karena terdapatnya ibu-ibu melahirkan yang kemudian pindah atau kembali ke kampungnya.
5. Distribusi Fe Pemberian tablet Fe ini diberikan pada ibu hamil yang datang ke puskesmas, pustu, posyandu atau bidan praktek swasta. a. Pemberian Fe 1 pada ibu hamil (pada kunjungan pertama ANC) Dari grafik 4.2 diatas dapat dilihat bahwa untuk pencapaian pemberian Fe 1 pada ibu hamil tercapai yakni 100.1% dari target 93%. Hal ini dapat maksimal karena data diperoleh dari KIA ibu dan pemberian Fe1 dilakukan bersamaan dengan kunjungan K1 ibu ke KIA, BPS ataupun RS. 86 88 90 92 94 96 98 100 102 sawah an jati baru jati sawah an timur simp. Haru kb marap alam andal as kb dlm prk karak ah prk gadan g timur gantin g prk gadan g puske smas pencapaian 102 92.2 101 98.6 102 101 99.5 102 98.9 102 100.1 target 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93
Grafik 4.4 Distribusi Fe1 pada Bumil b. Pemberian Fe 3 pada ibu hamil Pemberian Fe 3 ini diberikan saat kujungan ANC yang keempat.
c. Distribusi Fe pada Ibu Nifas Distribusi Fe pada Ibu Nifas sudah mencapai target yakni 92.2%, sedangkan target yang harus dicapai adalah 90%. 84 86 88 90 92 94 96 98 sawah an jati baru jati sawah an timur simp. Haru kb marap alam andal as kb dlm prk karak ah prk gadan g timur gantin g prk gadan g puske smas pencapaian 96 89 91 93 98 94 92 95 90 95 93.2 target 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93
Grafik 4.5 Distribusi Fe 3 pada Bumil Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pemberian Fe 3 pada ibu hami sudah mencapai target yakni 98.2%
6. Pemberian PMT pemulihan Pemberian perhatian intensif pada kasus-kasus gizi dengan indikator BB/TB dengan pemberian makanan tambahan berupa susu dan bubur susu. Dilakukan pemilihan terhadap balita yang akan diberikan PMT dikarenakan ketersediaan yang terbatas PMT di Puskesmas Andalas.
7. Pemantauan Balita Gizi Buruk Pemantauan kasus gizi buruk ini dibantu oleh Pembina wilayah setempat dengan indeks BB/TB sangat kurus dan kurus. Selama tahun 2013 terdapat 14 kasus gizi buruk yang tersebar dalam 6 kelurahan berbeda. Pemantauan ini dilakukan sampai balita tersebut keluar dari status gizi buruknya. Kasus juga ditemukan dari pelaporan MTBS dari KIA , yang menemukan grafik pertumbuhan balita kurang dari -2 SD, balita akan rujuk ke program gizi untuk dilakukan konseling dan pemberian PMT. Setelah kasus gizi buruk ditemukan akan dilakukan pelaporan ke pada DKK dalam 1x24 jam kemudian akan dilakukan kunjungan rumah oleh pihak Puskesmas. Dalam kunjungan tersebut akan dilakukan demonstrasi dalam pembuatan formula yang akan diberikan pada balita gizi buruk berupa F75 dan F100.
8. Survei PSG (Pemantauan Status Gizi) dan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) Untuk wilayah kerja puskesmas Andalas ada 300 KK yang dipantau. Pemantauan dilakukan setiap bulan Juni. Pemantauan meliputi penimbangan BB dan TB, Lila Ibu dan Anak, serta kuesioner Kadarzi. Ada 5 indikator yang dipakai untuk syarat Kadarzi, yaitu: 1) Keluarga menimbang secara teratur 2) Pemberian ASI ekslusif 3) Memakan makanan yang beraneka ragam 4) Pemakaian garam beryodium 5) Pemberian suplemen gizi Keluarga Sadar Gizi adalah keluarga yang dapat memenuhi 5 indikator diatas, jika 1 saja tidak terpenuhi maka bukan Kadarzi. 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% menimbang BB makan aneka ragam garam beryodium ASI ekslusif suplemen gizi Series1 36.30% 55.30% 86.70% 61.70% 79.70%
Grafik 4.6 Pencapaian PSG KADARZI 2013 9. Pemantauan ASI Ekslusif Pemantauan dilakukan 2x 1 tahun pada bulan Agustus dan Februari, terhadap ibu-ibu yang mempunyai balita yang dilakukan di posyandu. Pencapaian dari pamantauan ASI ekslusif masih belum mencapai target yang diinginkan, dimana pencapaian hanya 61% dari target 75%.
10. Pemantauan Garam Beryodium Pemantauan gram beryodium dilakukan 2 x dalam setahun, yakni pada bulan Maret dan September. Teknisnya adalah dengan menyuruh murid SD kelas 5 dan 6 untuk membawa garam dapur mereka dari rumah, setelah itu diperiksa, dan dilanjutkan dengan penyuluhan. Pada bulan Maret ada 12 SD yang diperiksa. Dari total sampel 300 ditemukan 61,8% cukup beryodium, 20,3% kurang beryodium, dan 11,9% tidak beryodium. Pada bulan September dilakukan pemeriksaan lagi masih pada SD yang sama untuk membandingkan hasil, ternyata terjadi perbaikan dalam hal konsumsi, sebanyak 86,7% cukup beryodium, 13% kurang beryodium, 0,7% tidak beryodium. Pencapaian sudah 87% dari target 85%. iodium cukup iodium kurang iodium tdk ada 61.7 26.4 11.9 86.7 12.7 0.7 maret september
Grafik 4.7 Pemantauan garam beryodium pada tahun 2013
Tabel 4.2 INDIKATOR PENCAPAIAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS ANDALAS 2013 NO Indikator Target Pencapaian (%) 1 Balita Ditimbang BB (D/S) 80 63.7 2 Balita gizi buruk mendapat perawatan 100 100 3 Balita 6-59 bulan mendapat vit A 83 87 4 Balita 0-5 bulan mendapat ASI Eks 75 61.6 5 Bumil mendapat 90 tablet Fe 93 93.2 6 RT mengkonsumsi garam beryodium 85 86.7 7 Kota melakukan surveilans gizi 100 100 8 Buffer stock MP ASI 100 100 9 Balita BGM <15 1.2 10 Vitamin A bufas 100 92.2 11 Fe Bufas 90 92.2 12 Balita yang naik BB nya (N/D) 80 84.5 13 Bumil KEK <5 2.6 14 Balita Pendek 34 12.6 15 Balita Gizi Kurang 7 9.3
4.2 Penanganan Anak Kurang Gizi di Puskesmas Andalas Puskesmas Andalas sudah memenuhi standar pelayanan minimal yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007. Untuk penanganan anak kurang gizi di puskesmas Andalas secara umum kegiatannya adalah : Tatalaksana gizi rawat jalan, konseling di pojok gizi, pemberian PMT pemulihan kepada balita gizi kurang dan ibu hamil keluarga miskin /KEK. Selain pemberian PMT untuk balita gizi buruk, juga dilakukan penyuluhan dalam bentuk demo masak/makanan untuk balita gizi buruk sehingga pola asuh orang tua kepada anak dapat berubah menjadi baik, dan selain itu juga dirujuk ke puskesmas Nanggalo yang merupakan puskesmas rawat inap untuk balita gizi buruk.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Masalah di bidang gizi yang terdapat di Puskesmas Andalas antara lain sebagai berikut: Belum tercapainya D/S sesuai target Semakin meningkatnya angka penemuan gizi buruk di Puskesmas Andalas Belum tercapainya distribusi kapsul vitamin A bufas sesuai target Masih adanya masyarakat yang mengonsumsi garam tidak beriodium Belum ditetapkannya target untuk pelaksanaan program pojok gizi sehingga belum bisa melihat persentase pencapaiannya
5.2 Saran 1. Perlunya upaya maksimal dari pihak puskesmas maupun kader utntuk bisa memotivasi ibu-ibu agar mau membawa bayi dan balitanya ke posyandu agar pemantauan rutin dapat dilakukan untuk mendeteksi permasalahan gizi balita secara dini. 2. Lebih ditingkatkan lagi upaya pemantauan ke rumah penduduk secara rutin yang memiliki balita gizi buruk sehingga kasus gizi buruk tidak bertambah. 3. Memaksimalkan peran serta kader dan Pembina wilayah setempat untuk mempromosikan program kadarzi bagi setiap rumah tangga di kelurahan masing-masing 4. Meningkatkan kerjasama yang baik dikalangan petugas, lintas program dan lintas sektoral sebagai upaya mempercepat keberhasilan pelaksanaan program gizi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes, 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Bakti husada. Jakarta Kemenkes, 2004. Kebijakan Dasar Puskesmas.Kemenkes. Jakarta. Kemenkes, 2011. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Kemenkes, 2011.Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Notoadmojo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ribeka Cipta, Jakarta Puskesmas Andalas, 2013. Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Andalas Tahun 2013, Padang. Puskesmas Andalas, 2013. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2013, Padang.