Anda di halaman 1dari 5

PERKEMBANGAN PENYAKIT

DI INDONESIA

A. Keberadaan Penyakit di Masyarakat
Ada dua jenis penyakit yang sering timbul di masyarakat, yaitu penyakit menular
dan penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain karena kecelakaan, keracunan, keturunan dan iritasi.
Sedangkan penyakit menular sebabnya tidak dapat diketahui secara pasti, seperti:
1. Berasal dari hewan yang terkena kuman dan menyebabkan infeksi pada manusia.
2. Beberapa golongan virus yang dibuat menjadi ganas.
Pada kondisi tertentu, manusia dapat menjadi sumber penyakit, yaitu:
1. Inapparent infection: orang yang telah terkena infeksi, tetapi gejala dan tanda penyakitnya
tidak terlihat meskipun telah melalui masa inkubasi, namun pemeriksaan laboratoris
menunjukkan perubahan (positif). Contohnya: infeksi mikrobakterium tuberkulosa, hanya
sebagian kecil yang akan menderita TB.
2. Subclinical infection: orang yang telah terkena infeksi tetapi gejala dan tanda penyakitnya
belum tampak karena masa inkubasinya belum selesai, pemeriksaan laboratorium
kemungkinan besar sudah positif.
3. Carrier: orang yang pernah sakit tetapi gejala dan tanda penyakitnya tidak tampak lagi ,
namun tubuhnya masih mengandung kuman maka laboratoris tetap positif. Contohnya:
penderita tifus dan kolera.
Penyakit-penyakit tersebut ditemukan dalam jumlah yang kecil, sisanya tidak
tampak secara jelas di masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya inapparent infection, adanya
karrier penyakit, penderita tidak berobat.
B. Proses Kejadian Penyakit
Proses terjadinya penyakit digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Communicable disease (transmited disease): penyakit yang timbul akibat penularan.
2. Non communicable disease: penyakit yang timbul tanpa adanya penularan.
Komponen penting yang ada pada proses kejadiaan penyakit:
1. Sumber penyakit: makhluk hidup dan benda mati (musim, makanan beracun)
2. Host
3. Agent: biologik, herediter, degenerasi, defisiensi dan benda mati
4. Transmiter: vektor (hewan, moluska, manusia) dan vehicle (makanan, minuman dsb)
5. Environment: fisik, sosial dan biologik
Communicable disease dapat timbul karena:
1. Air borne infection: agent dihamburkan ke udara melalui bersin, batuk dsb.
2. Food and water borne infection: air jatuh ke air, sayuran atau makanan yang lainnya, lalu
makanan tersebut dikonsumsi oleh host.
3. Insect borne infection: agent dihisap oleh serangga lalu ditularkan ke host.
4. Contact borne infection: bersinggungan, hubungan seks, berciuman.
5. Penetration (blood) borne infection: agent masuk ke kulit host karena suntikan atau gigitan.
Non communicable disease, terjadi karena:
1. Heredity (congenital): diturunkan langsung dari orang tuanya.
2. Degeneration process: deficiency (kandungan zat-zat yang kurang di dalam makanan),
intoxication (agent masuk ke makanan lalu ke host)
3. Air borne process: racun masuk lingkungan lalu dihirup oleh host.
4. Penetration borne process: agent masuk melalui suntikan, luka.
5. Contact borne process: psychogenic (kejiwaan), traumatic (kekerasan), irritation (iritasi),
radiation (radiasi)
C. Besar Penyakit di Masyarakat
Besar kecilnya penyakit di masyarakat dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil
program kesehatan. Parameter epidemiologi yang digunakan adalah angka insiden dan
prevalens. Insiden digunakan untuk melihat pertambahan penderita yang ada pada saat itu,
jadi untuk mengetahui besarnya masalah.
Selain angka insiden, ukuran prevalens yang kualitatif juga dibutuhkan, sehingga
secara kasar tingkat penyakit suatu daerah dapat digolongkan menjadi 4, yaitu:
1. Tidak terjangkit: bila di daerah tersebut tidak ditemukan penderita penyakit yang
bersangkutan atau dahulunya ada tetapi telah hilang dalam beberapa tahun belakangan.
Contohnya: penyakit demam kuning tidak ada di Indonesia.
2. Epidemi: keadaan suatu daerah yang dahulu tidak ada penyakit yang bersangkutan, kemudian
timbul penyakit tersebut, atau sebelumnya selalu ada kemudian meningkat signifikan (>2-3x)
dalam waktu relatif singkat. Contoh: penyakit demam berdarah dahulu tidak ada di Indonesia,
tetapi pada tahun 1960-an masuk dan menyebabkan epidemi.
3. Pandemi: epidemi yang telah meluas ke seluruh regional yang luas di dunia ini. Contohnya
AIDS yang telah menjadi epidemi di dunia.
4. Endemi: terjadi jika daerah tersebut sepanjang waktu selalu ada penyakit yang bersangkutan.
Endemisitas dapat digolongkan menjadi:
a. Meso endemi: suatu penyakit diderita kurang dari 25% jumlah penduduknya.
b. Hiper endemi: suatu penyakit diderita sekitar 25-75 % dari jumlah penduduk.
c. Holo endemi: terjadi lebih dari 75 % penduduk telah terserang suatu penyakit.
Penyakit yang sifatnya endemis ditangani dengan program pemberantasan: usaha
yang dilakukan secara rutin dan berlangsung secara terus menerus dalam kurun waktu yang
cukup lama. Sedangkan penyakit yang sifatnya epidemis, ditangani dengan proyek
penaggulangan , yang sudah harus selesai dengan sekali perencanaan.
D. Distribusi Penyakitdi Masyarakat
Penggolongan penyakit sesuai dengan sudut pandangnya, yaitu berdasarkan:
1. Jenis penyakit: kholera asiatika dan elthor, malaria tropika dan vivax.
2. Berat-ringan penyakit: endemi berat dan ringan, influenza berat dan ringan.
3. Besar-kecilnya angka penyakit: menurut angka parameter atau endemisitasnya.
4. Kecenderungan angka penyakit: berdasarkan pada naik turunnya angka penyakit dalam
kurun waktu beberapa tahun.
Distribusi penyakit berdasarkan karakteristiknya:
1. Perorangan: DHF pada golongan anak
2. Tempat: gondok di daerah pegunungan, kholera di dataran rendah.
3. Waktu: DHF tinggi pada musim hujan, malaria tinggi pada saat menjelang kemarau.
Distribusi penyakit di masyarakat dapat berubah-ubah. Jika awalnya semua
golongan umur dapat terkena, intensitas penyakit cukup berat, merata ke seluruh daerah.
Setelah endemis, kebanyakan yang sakit adalah anak-anak dan berkurang pada golongan
dewasa karena sudah menjadi kebal. Pada golongan dewasa penderitanya tidak begitu parah.
Daerah sekitarnya lama-lama juga tertulari penyakit tersebut, dengan pola yang hampir sama.
Perubahan penyakit dapat berupa angka, karakteristik perorangan, waktu maupun tempatnya.
E. Pengaruh Perubahan Masyarakat dan Pola Penyakit
Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat:
1. Perubahan bentuk masyarakat: dari masyarakat berburu menjadi masyarakat modern,
sehingga penyakit yang timbul pun akan berbeda.
2. Terbentuknya kota-kota: kota yang penduduknya padat mempercepat distribusi penularan
penyakit.
3. Kemajuan transportasi: transportasi memudahkan seseorang untuk bepergiaan, sehingga
proses penularan penyakit dapat menyebar luas secara cepat.
4. Kemajuan industri menimbulkan beberapa penyakit akibat kecelakaan kerja, keracunan,
infeksi dan lain-lain.
5. Perubahan sikap masyarakat: tingkat pendidikan yang tinggi mengakibatkan seseorang
dapat melakukan tindakan prevensi dengan baik.
F. Pengenalan Wabah dan Penanggulangannya
Wabah merupakan suatu proses yang meliputi upaya menetapkan munculnya
keadaan wabah, upaya penanganan keadaan wabah serta upaya menetapkan berakhirnya
keadaan wabah.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya wabah:
1. Herd immunity yang rendah: sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi.
2. Patogenesis: kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi penjamu sehingga
timbul penyakit.
3. Lingkungan yang buruk: seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi
mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.
Macam-macam wabah:
1. Point source epidemic
Timbulnya penyakit yang cepat
Masa inkubasi penyakit pendek
Episode penyakit merupakan peristiwa tunggal
Waktu munculnya penyakit jelas
Misal: keracunan makanan
2. Contagius disease epidemic
Timbulnya gejala penyakit yang pelan
Masa inkubasi penyakit panjang
Episode penyakit bersifat majemuk
Waktu munculnya penyakit tidak jelas
Lenyapnya penyakit dalam waktu yang lama
3. Mix source epidemic
Keadaan wabah dengan gejala seperti gejala wabah pertama (Point source epidemic) dan juga
muncul gejala wabah kedua (Contagius disease epidemic)
Penanggulanangan wabah dapat dibagi menjadi beberapa tahap:
1. Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah
Meliputi: pengumpulan data, analisis data dan penarikan kesimpulan.
2. Melaksanakan penanganan keadaan wabah
Penanganan wabah ditujukan kepada penderita, masyrakat atau lingkungan.
3. Menetapkan berakhirnya keadaan wabah
Meliputi: pengumpulan data, analisis data dan penarikan kesimpulan.
4. Pelaporan wabah yang meliputi hasil dari ketiga kegiatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai