Anda di halaman 1dari 20

SOSIOLOGI PERTANIAN:

Masyarakat Pedesaan Indonesia


Koentjaraningrat
Lab. Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian
Universitas Braijaya
E!ai" : d"#$%&a'&id
Tujuan Pembelajaran
1. Pendahuluan
2. Becocok Tanam di Ladang
3. Bercocok Tanam Menetap di
Jawa, Madura dan Bali
. (rag!entasi Saa) di
*aa+ Mad$ra dan Ba"i
!. Invo"$si Pertanian ,Konse-
Geert. /
". Mo%i"itas Ko!$nitas 0esa
#. Ko!$nitas 0esa dan 0$nia di
L$ar 0esa
Pertanyaan 0isk$si
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu :
1 Menjelaskan pengertian komunitas desa dengan lengkap
dan jelas.
Menjelaskan penggolongan komunitas desa menurut
teknologi usahatani.
! Menyebutkan dan menjelaskan unsur"komponen
komunitas desa dan kaitannya satu sama lain
#hubungan $ungsional, dis$ungsional antar unsur % dengan
benar
& Menjelaskan perbedaan antara komunitas desa berbasis
lahan sawah dan lahan kering.
' Menyebutkan dan menjelaskan bahwa komunitas desa
juga dipengaruhi oleh dunia luar#$aktor ekternal% dengan
baik.
PEN0A1ULUAN
Menurut statistik sensus pertanian 1()!, di *ndonesia terdapat
lebih dari &1.+++ komunitas desa, di antaranya lebih dari 1.+++ terdapat
S
E
L
F
-
P
R
O
P
A
G
A
T
I
N
G

E
N
T
R
E
P
R
E
N
E
U
R
I
A
L

E
D
U
C
A
T
I
O
N

D
E
V
E
L
O
P
M
E
N
T

(
S
P
E
E
D
)
2
MO0UL
2
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
di /awa.
1
Ke0&1.+++ komunitas desa itu didiami oleh lebih dari 1+ juta
penduduk, yaitu lebih0kurang 1+ persen dari seluruh penduduk pada
waktu itu, yang berarti bahwa sebagian besar penduduk *ndonesia masih
bekerja dalam sektor pertanian #termasuk peternakan dan perikanan%.
2alaupun demikian dalam angka statistik ada ke3ondongan menurun,
yang menunjukkan bahwa dalam waktu sepuluh tahun penduduk
*ndonesia yang akti$ se3ara ekonomis #artinya, tak terhitung yang
menganggur dan setengah menganggur% dalam sektor pertanian turun
dari 41,( persen dalam tahun 1()1 menjadi )!, persen dalam tahun
1(41 #King 1(4! : 5abel 1%.
Ke0&1.+++ komunitas desa tersebut dapat kita bagi ke dalam
beberapa golongan berdasarkan teknologi usaha taninya, menjadi dua
golongan: #1% desa0desa yang berdasarkan 3o3ok0tanam di ladang, dan
#% desa0desa yang berdasarkan 3o3ok0tanam di sawah. 6esa0desa go0
longan pertama terletak di sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, 7usa 5enggara, Maluku, *rian dan 5imor, dengan perke3ualian
beberapa
daerah di Sumatera -tara dan ,arat, daerah pantai Kalimantan, daerah Sulawesi Selatan
serta Minahasa, dan beberapa daerah terbatas yang terpen3ar di 7usa 5enggara dan Maluku.
6esa0desa yang termasuk golongan kedua terutama terletak di /awa, Madura, ,ali dan
Lombok, dan merupakan tempat bermukim dan hampir )' persen dari seluruh penduduk
*ndonesia #lebih dari 1' juta menurut Sensus 1(41%8 sedangkan areal tempat desa0desa itu
hanya meliputi 4 persen dari seluruh wilayah negara kita ini.
BER4O4OK TANAM 0I LA0ANG
5eknologi ber3o3ok tanam di ladang menyebabkan suatu komunitas desa berpindah0
pindah yang sangat berbeda dengan komunitas desa menetap yang didasarkan pada
teknologi ber3o3ok tanam di sawah. 5eknologi ber3o3ok tanam di ladang memerlukan tanah
yang luas di suatu daerah yang masih merupakan hutan rimba yang sedapat mungkin masih
perawan. Para petani mulai membuka suatu ladang dengan membersihkan belukar bawah di
suatu bagian tertentu dari hutan, kemudian menebang pohon0pohon besar. ,atang0batang,
3abang03abang, dahan0dahan serta daun0daun dibakar, dan dengan demikian terbukalah
suatu ladang yang kemudian ditanami dengan berma3am tanaman tanpa pengolahan tanah
yang berarti, yaitu tanpa di3angkul, diberi air atau pupuk se3ara khusus. 9bu yang berasal
dan pembakaran pohon 3ukup untuk memberi kesuburan pada tanaman. 9ir pun hanya yang
berasal dari hujan saja, tanpa suatu sistem irigasi yang mengaturnya. Metode penanaman biji
tanaman juga sangatlan sederhana, yaitu hanya dengan menggunakan tongkat tugal berupa
tongkat yang berujung run3ing yang diberati dengan batu, dekat pada ujungnya yang run3ing
itu. 6engan tongkat itulah para petani pria menusuk lubang ke dalam tanah, di mana biji0biji
tanaman dimasukkan, pekerjaan yang dilakukan oleh wanita. Pekerjaan selanjutnya ialah
membersihkan ladang dari tanaman liar, dan menjaganya terhadap serangan babi hutan,
tikus dan hama lainnya.
5eknik ber3o3ok0tanam seperti itu menyebabkan adanya sebutan slash and burn
agriculture, atau :ber3o3ok0tanam menebang dan membakar:, yang seringkali diberikan oleh
para ahli kepadanya8 sedangkan sebutan yang lain adalah shifting cultivation, atau :pertanian
1
Angka-angka itu saya kutip dari karangan A.T. Birowo (1973 : Tabel I). ala! sebua" karangan #. Ada! dari ta"un 19$%&
ter'antu! keterangan ba"wa di (awa dan )adura pada waktu itu ada $3.*$% bua" desa& walaupun pengarang itu +uga
!en'antu!kan dua bua" angka statistik desa lain& yaitu $$.*** dan $1.,** untuk ta"un 19$3 (Ada! 19$% "i!. 1*).
Page 5 o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
berpindah0pindah:, yang menggambarkan keadaan bahwa setiap kali setelah suatu ladang
terpakai sebanyak dua atau tiga kali panen, tanah yang tak digarap dulu serta tak disuburkan
dengan pupuk dan air se3ara teratur itu, lama0lama akan kehabisan ;at hara dan tidak akan
menghasilkan lagi. 9kibatnya ialah bahwa para petaninya harus meninggalkannya dan
membuka ladang baru dengan teknik yang sama, yaitu menebang dan membakar bagian
yang baru dari hutan.
Petani ladang meninggalkan ladangnya setiap dua0tiga kali panen, dan dalam waktu
sepuluh tahun sudah berpindah tempat sebanyak lima0enam kali. 6alam waktu itu ladang
yang pertama sudah kembali menjadi hutan, yang kemudian ditempati lagi. 2alaupun
demikian kita dapat membayangkan bahwa rangkaian ladang baru yang dibuka oleh para
petani ladang itu makin jauh letaknya dari komunitas desa pemukimannya. <leh karena itu
para petani seringkali mendirikan gubuk0gubuk sementara dekat ladang yang mereka
kerjakan, di mana mereka dapat tinggal selama musim sibuk dalam lingkaran usaha tani
mereka. =anya dalam musim0musim tatkala kesibukan ber3o3ok0tanam mengendur mereka
pulang ke desa induk mereka untuk melakukan pesta0pesta dan upa3ara bersama warga
komunitas yang lain.
5idak jarang terjadi bahwa sekelompok gubuk tempat mereka itu tinggal sementara
pada waktu0waktu sibuk, menjadi suatu pusat pemukiman baru, dengan suatu identitas
tersendiri, sehingga dapat memisahkan diri dari desa induknya dan membentuk suatu desa
yang baru.
Mudah dapat dimengerti bahwa suatu 3ara ber3o3ok0tanam seperti terurai di atas
memerlukan tanah yang luas. Karena itu 3ara itu hanya dapat dilakukan di daerah0daerah
yang padat penduduknya masih rendah, seperti misalnya di Sumatera yang dalam tahun
1(41 padatnya rata0rata sekitar !1 orang tiap kilometer persegi, di Kalimantan dengan rata0
rata ( orang tiap kilometer persegi, atau di Sulawesi dengan rata0rata !4 orang tiap kilometer
persegi. 6i /awa atau ,ali, di mana padat penduduknya dalam tahun itu juga se3ara respekti$
adalah ')' dan !44 tiap kilometer persegi, tidak mungkin dilaksanakan 3o3ok0tanam di
ladang. >ara ber3o3ok0tanam di daerah0daerah ini sebagian besar memang dilakukan dengan
irigasi di tanah basah, atau sawah.
BER4O4OK TANAM MENETAP 0I *A7A+ MA0URA 0AN BALI
Tipe-tipe Penggunaan Tanah
Seorang petani di /awa, Madura atau di ,ali, dalam kenyataan menggarap tiga ma3am
tanah pertanian, yaitu: #1% kebun ke3il di sekitar rumahnya8 #% tanah pertanian kering yang
digarap dengan menetap, tetapi tanpa irigasi, dan #!% tanah pertanian basah yang diirigasi.
6i tanah kebun ke3il sekitar rumah, yang di /awa 5engah dan 5imur, dan juga di ,ali,
disebut pekarangan, seorang petani menanam kelapa, buah0buahan, sayur0mayur, bumbu0
bumbu dan lain0lain, yang diperlukannya dalam kehidupan rumah0tangganya sehari0hari. 6i
antara pohon buah0buahan terdapat jenis0jenis pohon tinggi yang berumur panjang, seperti
berma3am jenis pohon nangka dan sukun8 jenis0jenis pohon setengah tinggi seperti berbagai
jenis pohon jambu, lamtoro dan lain0lain8 jenis0jenis pohon yang berumur pendek seperti
pepaya dan pisang8 dan jenis0jenis yang tumbuh dekat di tanah, atau yang berupa belukar,
seperti nenas, salak, atau jeruk. 6i antara tanaman bumbu0bumbu banyak yang berupa
belukar, tetapi ada pula yang dipergunakan untuk meramu obat0obatan tradisional.
Pekarangan tentu juga mengandung tanaman yang berupa umbi0umbian dan akar0akaran
seperti berbagai jenis ubi dan singkong. 5ak dapat dilupakan, bahwa di pekarangan sering ada
pula kolam ikan yang selain untuk tempat pemeliharaan berbagai jenis ikan, tidak jarang pula
dipakai sebagai tempat buang air. =asil pekarangan sebagian besar dipergunakan untuk
Page 8 o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
konsumsi sendiri, walaupun tidak sedikit pula yang dijual di pasar desa atau kepada para
tengkulak kelapa dan buah0buahan.

6i tanah pertanian kering, yang di /awa biasanya disebut tegalan, petani0petani


menanam serangkaian tanaman yang kebanyakan dijual di pasar atau kepada tengkulak.
5anaman itu adalah antara lain jagung, ka3ang kedele, berbagai jenis ka3ang, tembakau,
singkong, umbi0umbian, tetapi juga padi yang dapat tumbuh tanpa irigasi. 2alaupun tidak
diirigasi, tanah tegalan biasanya digarap se3ara intensi$, dan tanaman0tanamannya dipupuk
dan disiram dengan teratur. 5anah yang menjadi tegalan adalah tanah yang kurang 3o3ok
untuk dijadikan tanah basah, karena kemampuannya yang rendah untuk mengandung air,
atau tanah yang letaknya di lereng0lereng gunung yang terjal sehingga memerlukan in.estasi
tenaga untuk membangun sistem irigasi yang terlampau tinggi. Proporsi tanah pertanian di
/awa 5engah dan /awa 5imur yang berupa tegalan #lihat 5abel ***0l% adalah 3ukup tinggi, yaitu
hampir &+ persen, yang berarti sama dengan proporsi tanah pertanian yang berupa tanah
basah.
,er3o3ok tanam di tanah basah atau sawah itu, seperti tersebut di atas memang
merupakan usaha tani yang paling pokok dan paling penting bagi para petani di /awa dan ,ali
sejak beberapa abad lamanya. 6engan teknik penggarapan tanah yang intensi$ dan dengan
3ara03ara pemupukan dan irigasi yang tradisional, para petani tersebut menanam tanaman
tunggal, yaitu padi. ,erbeda dengan 3o3ok tanam di ladang, maka 3o3ok0tanam di sawah
dapat dilakukan di suatu bidang tanah yang terbatas se3ara terus0menerus, tanpa
menghabiskan ;at0;at hara yang terkandung di dalamnya.
5abel 1: Proporsi ,erbagai 5ipe Penggunaan Lahan di /awa
Propinsi
Proporsi tanah
pertanian
terhadap
seluruh tanah
Ladan
g
Proporsi Berbagai
Tipe Tanah (%)
Peakaian
Pekaran
gan
Tegalan !awah Lain
/awa 5engah
?ogyakarta
/awa 5imur
',1
)1,&
&&,1
!,+
1,1
1,4
11,&
!,)
1+,4
!(,1
'(,)
&,1
&!,1
1,&
&,&
,4
,)
,&
S-M,@A: Sensus Pertanian, @PS, 1()!.
Tahap-tahap Produksi Bercocok-Tana di !awah
,er3o3ok0tanam di sawah sangat tergantung kepada pengaturan air, yang dilakukan
dengan suatu sistem irigasi yang kompleks. 9gar sawah dapat digenangi air, maka

Suatu studi yang luas mengenai pertanian pekarangan ini pernah dilakukan oleh ahli0ahli pertanian
,elanda @. de Bries #1(4% dan C/.9. 5erra #1(!8 1(!0a%.
Page 9 o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
permukaannya harus mendatar sama sekali, dan dikelilingi oleh suatu pematang yang
tingginya + sampai ' sentimeter. *tulah sebabnya membuat sawah di lereng gunung me0
merlukan pembentukan susunan bertangga yang, seperti telah dikata0kan di atas,
memerlukan in.estasi tenaga kerja yang tinggi. 7amun, di daerah dataran rendah pun
ber3o3ok0tanam di sawah memerlukan banyak tenaga kerja di semua tahap produksinya.
Aangkaian tahap0tahap produksi dalam hal ber3o3ok0tanam di sawah itu dimulai pada
akhir musim kering, yang menurut teori jatuh pada bulan <ktober atau 7o.ember. 6alam
kenyataan, banyak petani di /awa menentukan sendiri saat mereka memulai rangkaian tahap0
tahap produksi tersebut, yang biasanya banyak dipengaruhi oleh 3ara03ara perhitungan
tradisional seperti yang terdapat dalam buku0buku ilmu dukun yang disebut pribon.
5iap lingkaran tahap0tahap pekerjaan ber3o3ok0tanam itu biasanya dimulai dengan
memperbaiki bagian0bagian dari sistem irigasi, misalnya pematang, saluran dan pipa0pipa
bambu, dan kadang0kadang juga bendungan yang merupakan sumber dari sistem irigasi bagi
sekelompok sawah sekitar desa. Pekerjaan ini adalah khusus pekerjaan laki0laki.
Langkah selanjutnya adalah membuka saluran0saluran air sehingga air dapat mengalir
dari bagian sungai yang dibendung ke sawah0sawah hingga merata. Pembagian air ke sawah
di desa0desa di daerah pegunungan di /awa biasanya mudah, karena air dengan mudah dapat
mengalir dari sawah0sawah yang letaknya tinggi ke sawah0sawah yang letaknya rendah.
Sebaliknya, di desa0desa yang letaknya rendah, pengaliran dan distribusi air ke sawah0sawah
yang jauh letaknya adalah lebih sukar. 9gar supaya pembagian air ke sawah0sawah itu dapat
berlangsung lan3ar dan adil, maka desa0desa di tanah yang rendah itu seringkali mempunyai
seorang anggota pamong desa yang tugasnya khusus mengurus soal irigasi ini. 9nggota
pamong desa ini antara lain disebut ulu-ulu.
6i ,ali soal0soal irigasi pembagian air, pertengkaran mengenai distribusi air irigasi dan
sebagainya, diurus oleh suatu organisasi yang bemama subak. <rganisasi ini tidak terikat
sebagai bagian dari organisasi dari suatu perkampungan di ,ali, yang disebut ban"ar, tetapi
selalu terikat kepada suatu kompleks atau sistem bendungan tertentu. ,endungan0
bendungan ini memberi air melalui suatu sistem saluran dan pipa0pipa yang luas kepada
sejumlah sawah yang tertentu juga, sedangkan pemilik sawah0sawah tadi mungkin saja terdiri
dari warga0warga berbagai ban"ar yang berlainan. Sebaliknya, tidak jarang pula terjadi bahwa
ada warga dalam suatu ban"ar itu menjadi anggota dari beberapa subak yang berbeda0beda
karena memiliki berbagai sawah yang tergantung kepada sistem bendungan sumber air yang
berbeda0beda. Solidaritas para anggota subak tidak ditentukan oleh solidaritas kewargaan
ban"ar, melainkan oleh suatu sistem pura #yaitu tempat0tempat pemujaan serta akti.itas
upa3ara, seperti odalan dan sebagainya% dalam rangka sistem pura itu. Sebagai 3ontoh kita
bisa melihat hubungan yang khas itu antara beberapa subak dengan ban"ar-ban"ar yang
terletak di daerah 5ihingan di Suapraja Klungkung #,ali Selatan%.
Sawah digenangi air selama beberapa waktu, yaitu antara satu hingga dua minggu.
Sementara itu sisa0sisa tanaman padi sebelumnya dan tumbuh0tumbuhan lain di sawah
dibersihkan. Setelah itu tanah di3angkul atau dibajak #di banyak daerah di /awa membajak
disebut eluku) yang kadang0kadang dikerjakan oleh orang, tetapi kadang0kadang pula oleh
kerbau atau sapi. Sawah0sawah yang tanahnya diolah dengan bajak, seringkali mempunyai
bagian0bagian yang tak terjangkau oleh bajak sehingga masih harus diolah dengan 3angkul
juga.
Sementara itu sudah disiapkan juga tempat0tempat untuk menyebarkan benih.
Pesemaian0pesemaian itu berupa bidang0bidang ke3il pada bagian0bagian sawah yang mudah
diberi air, yang sebelumnya telah diolah dengan 3angkul dan diratakan.
-ntuk kedua kalinya sawah diolah dengan bajak dan 3angkul, serta dibiarkan lagi
terendam air selama beberapa hari. Pematang0pematang pun sudah diperbaiki. ,iasanya
bajak yang dipergunakan untuk mengolah tanah adalah milik bersama dari sekelompok
Page : o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
petani. 6emikian juga binatang yang menghela bajak itu. ,ajak dan kerbau atau sapi itu
dipakai se3ara bergantian oleh para petani yang memilikinya. ,ajak yang tidak ditarik oleh
binatang, biasanya menggunakan tenaga manusia yang disewa. >angkul merupakan alat
yang biasanya dimiliki oleh setiap petani atau buruh tani.
5anah yang sudah diolah untuk kedua kalinya, dan digenangi air selama satu hingga
dua minggu itu, kemudian diratakan dengan garu, yang ditarik oleh kerbau atau sapi, tetapi
seringkali juga oleh manusia. Setelah pekerjaan ini selesai, maka sawah siap untuk ditanami
dengan tunas0tunas padi yang sementara itu sudah tumbuh di pesemaian.
Pekerjaan menanam dilakukan oleh tenaga wanita. 5ata urut pekerjaan itu adalah
sebagai berikut: mula0mula tunas0tunas muda itu di3abut dengan hati0hati dari pesemaian,
lalu diikat menjadi beberapa ikatan yang dibagi0bagikan se3ara merata di tiap petak sawah.
Lalu mulailah tunas0tunas itu ditanam satu demi satu dengan tangan, menjadi deretan0
deretan yang panjang dan teratur.
Selama tumbuh, para petani harus memelihara dan menjaga tanaman mereka dari
berbagai tumbuh0tumbuhan liar (atun) yang dilakukan oleh wanita, dan apabila padi sudah
mulai berbuah, serangan0serangan biasanya datang dari burung, tikus, serangga dan se0
bagainya. -ntuk pekerjaan ini para petani seringkali harus mengerahkan tenaga tambahan.
,erapa lamanya padi berbuah dan masak, tergantung pada jenis padi dan berbagai
$aktor lain. 9da jenis padi yang sudah dapat dipotong setelah berusia empat bulan, tetapi ada
pula jenis0jenis lain yang baru dapat dipanen setelah enam bulan atau lebih. Panen selalu
dikerjakan oleh wanita, dengan menggunakan pisau ke3il yang disebut ani-ani, untuk
memotong tangkai0tangkai padi itu satu demi satu. <leh karena itu 3ara panen sema3am itu
sangat banyak membutuhkan tenaga tambahan, yang diperoleh dengan menyewanya dengan
upah berupa bagian dari padi yang dipotong. Sebelum panen, sering diadakan upa3ara
slaetan yang dipimpin oleh seorang dukun.
5iga atau empat bulan setelah panen, sementara menunggu penanaman padi yang
berikutnya, para petani menanam berma3am tanaman lain, seperti ubi0ubian, singkong,
berbagai ka3ang, kedele, jagung, juga padi gaga #yaitu padi kering%, sayur0mayur, tembakau,
kadang0kadang juga tebu, dan bumbu0bumbu, yang jumlahnya ada lebih dari + ma3am.
5anaman sekunder ini oleh orang /awa disebut palawi"a.
Penanaman palawija dalam sistem ber3o3ok0tanam di sawah adalah suatu
perkembangan yang baru berlangsung kira0kira satu abad lamanya di /awa. Singkong atau
jagung sejak lama memang menjadi tanaman utama di daerah0daerah di /awa dan Madura
yang tidak dapat ditumbuhi padi dengan baik,
!
tetapi berbagai jenis tanaman lain yang
termasuk golongan palawi"a itu sekarang se3ara berangsur0angsur rupa0rupanya telah
diterima juga oleh rakyat desa, dan sudah mulai diintegrasikan ke dalam sistem ber3o3ok0
tanam di sawah0sawah.
Pengerahan Tenaga Pada Cocok-Tana d! Sa"ah
Salah satu 3ara untuk mengerahkan tenaga tambahan untuk pekerjaan ber3o3ok0
tanam se3ara tradisional dalam komunitas pedesaan adalah sistem bantu0membantu yang di
*ndonesia kita kenal dengan istilah :gotong0royong:. Sistem pengerahan tenaga seperti itu
tidak hanya ada di *ndonesia, tetapi juga di tempat0tempat lain di dunia, di mana produksi
ber3o3ok0tanam se3ara tradisional masih dominan, yaitu di komunitas0komunitas pedesaan
suku0suku0bangsa penduduk 9$rika, 9sia, dan <seania, dan penduduk pribumi di 9merika
3
ala! bukunya The History of Java (1,3*: 1& "i!. 13%) !isalnya& -a..les !enyatakan ba"wa suda" dala! ta"un 1,17
/in t"e !ore populous parts o. (a0a ... 1"ere t"e sawa"s do not a..ord su..i'ient supply o. ri'e&/ +agung !en+adi tana!an uta!a.
2ingkong katanya tersebar di (awa baru setela" kira-kira ta"un 1,3*. )engenai "al ini li"atla" karangan A.(. 4oens& dala! buku
De Landbouw in den Indischen Archipel redaksi 5.(.(. 6all dan 5. 0an de 4op-pel (19%7: 6A& "i!. 173-$%*).
Page ; o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
Latin. Sistem gotong0royong sampai masa kini bahkan masih terdapat juga di beberapa
tempat di @ropa.
6i *ndonesia, dan khususnya di /awa, akti.itas gotong0royong biasanya tidak hanya
menyangkut lapangan ber3o3ok0tanam saja, tetapi juga menyangkut lapangan kehidupan
sosial lainnya seperti:
1. 6alam hal kematian, sakit, atau ke3elakaan, di mana keluarga yang sedang menderita
itu mendapat pertolongan berupa tenaga dan benda dari tetangga0tetangganya dan
orang0orang lain sedesa.
. 6alam hal pekerjaan sekitar rumah tangga, misalnya memperbaiki atap rumah,
mengganti dinding rumah, membersihkan rumah dari hama tikus, menggali sumur, dan
sebagainya, untuk mana pemilik rumah dapat minta bantuan tetangga0tetangganya
yang dekat, dengan memberi jamuan makan.
!. 6alam hal pesta0pesta, misalnya pada waktu mengawinkan anaknya, bantuan tidak
hanya dapat diminta dari kaum kerabatnya, tetapi juga dari tetangga0tetangganya,
untuk persiapan dan penyelenggaraan pestanya.
&. 6alam mengerjakan pekerjaan yang berguna untuk kepentingan umum dalam
masyarakat desa, seperti memperbaiki jalan, jembatan, bendungan irigasi, bangunan
umum dan sebagainya, untuk mana penduduk desa dapat tergerak untuk bekerja bakti
atas perintah dari kepala desa.
6alam pertanian di /awa, sistem gotong0royong biasanya hanya dilakukan untuk
pekerjaan yang meliputi perbaikan pematang dan saluran air, men3angkul dan membajak,
menanam dan membersihkan sawah dari tumbuh0tumbuhan liar (atun). -ntuk pekerjaan
memotong padi dipergunakan tenaga buruh tani wanita dan anak0anak yang diberi upah. 6i
banyak daerah pedesaan di /awa sistem gotong0royong dalam lapangan ber3o3ok0tanam juga
berkurang, dan diganti dengan sistem memburuh. -pah untuk membayar tenaga buruh dapat
berupa #i% upah se3ara adat, dan #ii% upah berupa uang.
-pah se3ara adat dibayar dengan sebagian dari hasil pertanian, dan jumlahnya
tergantung keadaan. 6i daerah0daerah di mana penawaran tenaga buruh besar, maka
upahnya tentu menjadi lebih ke3il. 6i /awa, misalnya, sistem upah buruh tani dilakukan untuk
memotong padi, yaitu yang disebut sistem bawon. 6alam keadaan biasa, wanita0wanita buruh
itu sudah harus puas dengan hanya 1"' dari hasil yang dipetiknya. Sistem0sistem
pembayaran buruh tani se3ara adat ini bisa mempunyai akibat yang baik, karena para buruh
tani dengan demikian berusaha untuk bekerja segiat0giatnya, agar dapat menghasilkan
sebanyak0banyaknya, sehingga upahnya pun dapat bertambah banyak.
-pah berupa uang adalah suatu 3ara membayar buruh tani yang sudah la;im juga di
seluruh *ndonesia. 2alaupun 3ara ini merupakan suatu sistem yang relati$ baru di *ndonesia,
di /awa sudah dikenal sejak pertengahan abad ke01( yang lalu. Para petani sering memiliki
bantuan tenaga buruh yang tetap, yang memberi bantuan dalam pertanian pada waktu0waktu
sibuk, dan yang juga membantu dalam rumah tangga pada waktu0waktu senggang.
Pembantu0pembantu serupa itu biasanya menumpang (ondok) di rumah keluarga tani
bersangkutan, ikut makan, mendapat pakaian, dan biasanya juga mendapat sekedar upah
berupa uang. ,uruh tani yang paling la;im adalah buruh tani yang memburuhkan tenaganya
untuk pekerjaan tertentu, tetapi tidak pada satu keluarga tani saja. ,uruh sema3am ini dapat
disewa se3ara borongan, dapat juga se3ara harian. 5ari$ upah buruh tani di *ndonesia tentu
Page < o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
berbeda0beda menurut daerahnya, yang tentu erat pula kaitannya dengan besar0ke3ilnya
penawaran tenaga buruh.
Masa kini, terutama dalam produksi ber3o3ok0tanam terjadi proses pergeseran dari
3ara pengarahan tenaga bantuan di luar rumah0tangga dengan gotong0royong ke 3ara
dengan menyewa buruh. Proses pergeseran itu dalam ber3o3ok0tanam di /awa menurut para
ahli pertanian ,elanda sudah dimulai dalam tahun !+0an #KolD, 1(!4% dan penelitian saya
sendiri terhadap masalah pengerahan tenaga kerja dalam komunitas desa di daerah ,agelen
di /awa 5engah bagian Selatan, juga mengobser.asi proses yang sedang terjadi di sana dalam
tahun '+0an #Koentjaraningrat 1()1: 1(44%. 5abel ***0 menunjukkan jumlah rata0rata jam
kerja bagi tiap indi.idu petani akti$ dalam satu panen pada satu hektar sawah di daerah
,agelen dalam tahun 1('1. 6alam tabel itu juga ter3antum jumlah rata0rata jam kerja bagi
tiap indi.idu, yang didasarkan atas sistem gotong0royong maupun yang didasarkan kerja
buruh.
5abel /umlah Aata0rata /am Kerja ,agi 5iap *ndi.idu Pada Satu =ektar Sawah di 6aerah
,egelen #1('1%
9kti.itas Produksi 5enaga gotong royong 5enag
a
buruh
5enaga
hewan Pria 2anita 9nak
Mempersiapkan sawah &
System irigasi 4+ 0 0 & 0
Mempersiapkan tempat persemian ' 0 0 0 0
Menanam biji 0 0 0 11
Membajak men3angkul sawah #dua
kali%
0 0 0 0 &&
Menggaru sawah #dua kali% 0 0 0 0 0
Mempersiapkan benih &+ &! 0 0 0
Menanam benih 0 +' 0 ( 0
Matun '1 '( 0 '& 0
Menuai 0 !++ 1 1)
5otal 111 )+4 1 !'+ 1'
Sumber : Penelitian Lapangan Koentjaraningrat
6ata dikumpulkan dengan 3ara mengobser.asi 1+ kasus.
E 6atadikumpulkan dari mulut in$orman yang memiliki !) kesatuan tanah untuk usaha0tani,
seluruhnya seluas 1 hektar lebih.
9khir0akhir ini malahan timbul keadaan yang lebih gawat lagi. 6i banyak tempat di /awa
adat para petani pemilik tanah untuk membagi hasil panen mereka dengan buruh tani mulai
men3apai batas kemampuannya. Memang, kalau kita bepergian dengan kereta api di Pulau
/awa dalam bulan0bulan 9pril atau Mei, yaitu pada waktu musim panen, kita sering dapat
melihat padi yang sudah menguning yang sedang dipotong oleh berpuluh0puluh manusia
beraneka0warna.
Pandangan yang lebih mengkhusus pada sebidang sawah tertentu dengan taksiran
terhadap jumlah manusia yang sedang sibuk memotong padi di sana, menemukan bahwa di
suatu bidang sawah yang luasnya kira0kira seperlima hektar itu bekerja tidak kurang dari &+
orangF @mpatpuluh hingga limapuluh tahun yang lampau jumlah pemotong padi yang
beramai0ramai datang untuk membantu menuai padi tidak pernah lebih dari 1' orang. Mereka
membantu dengan semangat gotong0royong, dan menurut adat boleh membawa pulang
sebagian dari jumlah padi yang mereka potong. Kerabat0kerabat dan para teman dekat yang
Page = o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
turut membantu seringkali menerima seperenam sampai seperlima bagian8 tetangga atau
kenalan jauh menerima seperdelapan sampai sepersepuluh bagian8 dan wanita0wanita yang
pekerjaannya memang buruh pemotong padi dan yang setiap musim panen berkeliling dari
desa yang satu ke desa lain untuk memotong padi, menerima sekitar sepersepuluh bagian
dari hasil yang mereka potong. ,agian yang diperoleh para kerabat, tetangga, dan buruh
pemotong tadi disebut dengan istilah adat /awa, bawon.
Pada ;aman sekarang, di mana jumlah kerabat, tetangga, kenalan dan buruh yang
datang membantu memotong padi itu sudah sekitar &+ orang, tentu sangat berat bagi petani
pemilik sawah itu untuk mempertahankan adat berdasarkan sistem gotong0royong bawon itu.
<leh karena itu buruh wanita pemotong padi sekarang tidak menerima lebih dari
seperduapuluh bagian dari padi yang berhasil mereka potong. 2alaupun demikian, jumlah
buruh tani seperti itu tetap saja bertambah banyak jumlahnya di masyarakat pedesaan di
/awa.
Se3ara sangat radikal, sejak kira0kira sepuluh tahun yang lalu, di banyak tempat di /awa
telah timbul sistem pengerahan tenaga panen yang baru, yang dengan 3epat telah mulai
menghapuskan adat panen berdasarkan gotong0royong yang disebut adat bawon terurai di
atas. Menurut sistem baru yang disebut sistem tebasan itu, seorang petani pemilik usaha tani
menjual sebagian besar padinya yang sudah menguning kepada seorang pedagang dari luar
desa yang akan mengusahakan pemotongan padinya. Pedagang yang juga disebut penebas
ini akan datang pada waktunya dengan buruh pemotong padinya sendiri yang juga berasal
dari desa lain, yang jumlahnya tidak lebih dari empat0lima orang. Mereka membabat padi di
sawah dengan sangat eGsien
&
dengan menggunakari arit atau sabit.
'
>ontoh lain dari proses tergesernya adat gotong0royong oleh sistem baru dengan
menyewa buruh tani wanita adalah adat menumbuk padi se3ara tradisional. Kira0kira sepuluh
tahun yang lalu seorang petani akan meminta pertolongan para isteri tetangga atau kenalan0
kenalannya untuk menumbuk padinya. Mereka itu akan menerima sebagian dari padi yang
mereka tumbuk sebagai kompensasi atas bantuan mereka. /uga sejak kira0kira sepuluh tahun
yang lalu masyarakat desa di *ndonesia mulai mengenal mesin huller, yaitu mesin ke3il
penggiling padi yang dapat dibeli oleh petani0petani yang kaya. Para petani ini tidak hanya
memakai mesin seperti itu untuk keperluan mereka sendiri, tetapi sering juga
menyewakannya kepada petani0petani lain. 6engan menggunakan mesin huller itu padi dapat
digiling se3ara eGsien, tetapi sebaliknya para isteri tetangga dan buruh tani wanita yang
biasanya diminta atau dipanggil untuk membantu menggiling padi itu dengan adanya mesin
itu kehilangan suatu mata pen3aharian tambahan.
)
Proses pergeseran dari 3ara pengerahan tenaga tani dan sistem gotong0royong menjadi
sistem menyewa buruh tani, antara lain terdorong oleh murahnya tenaga buruh tani,
terutama di /awa.
6alam 3ontoh terakhir, adat pengerahan tenaga pembantu dalam produksi pangan
tergeser oleh teknologi baru, namun pada umumnya proses penggeseran 3ara pengerahan
tenaga tani dan gotong0royong menjadi menyewa buruh tani itu, antara lain disebabkan
karena tenaga buruh tani itu menjadi sangat murah. <leh karena itu jauh lebih mudah dan
&
6eskripsi mengenai sistem tebasan terdapat dalam karangan >ollier, Cunawan 2iradi dan Soentoro
#1(4!% dan karangan >ollier, Soentoro, Cunawan 2iradi dan Makali #1(4&%. Sebenarnya sistem tebasan
bukan suatu sistem memo0tong padi yang baru. 6alam tahun 1(11 telah ada suatu deskripsi mengenai
sistem itu dalam buku berkala #datrechtbundeh #1(11: **, him. 1101!+, &1%.
'
Menurut 3ara adat, seorang petani /awa sebenarnya harus memakai ani-ani, yaitu pisau ke3il yang
hanya dapat memotong padi setangkai demi setangkai.
7
2eorang a"li antropologi& dosen 8ni0ersitas 9ad+a" )ada& pe!an !eneliti dan !enulis tentang !asala" pengaru" !esin
penggiling padi ter"adap ke"idupan sosial ekono!i para wanita buru" penu!buk padi tadi (4asniya" 197,: "i!. 171-17$).
Page > o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
murah untuk menyewa tenaga bantuan daripada melaksanakan adat lama yang penuh tata0
3ara sopan0santun, dan yang akhirnya toh tidak tanpa biaya itu. ,iaya yang diperlukan pada
adat pengerahan tenaga tani se3ara tradisional biasanya adalah untuk menjamu para
tetangga yang datang untuk membantu itu ,iaya itu kadang0kadang sangat tinggi, karena
tidak jarang ada unsur :gengsi: dalam menjamu tetangga itu.
9dapun sangat murahnya biaya menyewa buruh tani itu disebabkan karena makin
bertambahnya jumlah petani yang tidak memiliki tanah, atau petani yang hanya memiliki
tanah yang sangat ke3il sehingga tidak 3ukup menghasilkan untuk memberi makan satu
keluarga /awa sepanjang musim. Mereka ini memerlukan suatu mata pen3aharian yang hanya
bisa berupa memburuhkan tenaga.
Semua hal terurai di atas itu mempunyai sebab yang lebih dasar yaitu bertambahnya
penduduk *ndonesia dengan sangat 3epat tiap tahun #lihat ,ab **%.
Fragen#a$! Sa"ah d! %a"a& Mad'ra dan (a)!
Laju pertumbuhan penduduk yang sangat 3epat itu, terutama di /awa memang
merupakan sebab utama dari proses makin ke3ilnya usaha tani se3ara rata0rata. Menurut
sensus pertanian 1()!, tanah milik petani di /awa dan Madura adalah rata0rata +,4 hektar.
5anah pertanian berupa sawah atau tegalan yang sudah demikian ke3ilnya itu pada umumnya
kemudian dipe3ah0pe3ah lebih lanjut menjadi bagian0bagian yang lebih ke3il lagi.
Fragmentasi yang si$atnya ekstrim seperti itu terjadi karena petani pemiliknya
membagi0bagi tanahnya untuk digarap oleh sejumlah petani lain dengan berbagai ma3am
3ara. 6i antaranya ada 3ara yang paling tradisional, yaitu ketiga adat bagi0hasil: aro,
ertelu dan erpat. Pada adat aro, petani yang menggarap tanah akan menerima separuh
dari hasilnya, dan pajak tanah ditanggung oleh pemiliknya, sedangkan biaya produksi oleh si
penggarap. Pada adat ertelu, perjanjian pembagian hasil adalah duapertiga bagi si pemilik
tanah dan sepertiga bagi penggarap, dan mengenai biaya0biayanya perjanjiannya adalah
sama seperti pada adat aro. Pada adat erpat, pemilik tanah memperoleh tigaperempat
bagian tetapi harus membayar pajak tanah dan menanggung sebagian dari biaya produksi,
dan penggarap hanya menerima seperempat bagian dari hasil, dan membayar sisa dari biaya
produksi. ?ang termasuk biaya produksi adalah pembelian bibit dan pupuk. Penggarap juga
menanggung biaya untuk membayar tenaga buruh dan untuk menyewa alat0alat pertanian
seperti bajak dan alat penggaru serta hewan untuk menariknya. 6engan meningkatnya
jumlah petani yang tidak memiliki tanah, erpat sekarang menjadi adat bagi0hasil yang
paling la;im di /awa, sedangkan adat aro sekarang hanya dilaksanakan antara para petani
yang masih ada hubungan kerabat dekat, misalnya antara ayah dan anak0anaknya atau
antara saudara0saudara sekandung.
Fragmentasi sekarang juga terjadi karena di samping membagi hasil bagian0bagian dari
tanahnya kepada sejumlah petani lain, seorang petani pemilik seringkali juga menyewakan
beberapa bagian dari tanahnya, sehingga dengan demikian ia tidak hanya menerima
pendapatan berupa hasil bumi tetapi juga berupa uang tunai. Pada masa kini banyak petani
pemilik tanah juga sering menggadaikan bagian0bagian tertentu dari tanahnya selama satu
atau dua kali panen. <rang yang menggarap tanahnya itu meminjamkan uang tunai sebagai
gantinya, dan hasilnya adalah seluruhnya bagi yang menggarap. Sesuai dengan perjanjian,
setelah satu atau dua panen uang yang dipinjam oleh pemilik tanah itu dikembalikan kepada
si penggarap, dengan mendapatkan kembali juga tanahnya. =asil bumi yang diambil oleh
penggarap merupakan bunga dari uang yang telah dipinjamkan kepada pemilik tanah itu.
Proses $ragmentasi tanah di /awa dan Madura memang berjalan terus, dan dengan
demikian maka tanah pertanian milik para petani itu menjadi semakin ke3il juga. Sensus
Page 26 o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
pertanian 1()! juga menunjukkan bahwa dari 4,(& juta unit tanah milik petani di /awa dan
Madura, hanyalah 1,&! juta digarap sebagai kesatuan yang utuh8 ',11 juta unit tanah milik
petani terpe3ah untuk penggarapannya menjadi dua sampai tiga bagian8 1,+4 juta terpe3ah
ke dalam empat sampai lima bagian8 +,! juta ke dalam enam sampai sembilan bagian8 dan
+,+ juta bahkan terpe3ah ke dalam sepuluh bagian atau lebih #,rand 1()(: hlm. !1'%.
Perlu diperhatikan bahwa proses $ragmentasi tanah pertanian garapan di /awa, Madura
dan ,ali yang menjadi semakin ekstrem ini, yang disebabkan karena penambahan penduduk
yang sangat 3epat, dibarengi dengan proses lain yang sebenarnya bertentangan, yaitu proses
konsentrasi pemilikan ke dalam tangan dari sejumlah petani kaya yang terbatas jumlahnya.
Proses yang tersebut kedua antara lain merupakan akibat dari proses meningkatnya
kemiskman di daerah pedesaan, walaupun ada beberapa sebab lain juga, seperti terlihat dari
beberapa penelitian mengenai masalah itu, yang terutamaa dilakukan di /awa ,arat.
4
Sejumlah penelitian lain yang dilakukan di /awa 5engah dan /awa 5imur menunjukkan bahwa
proses konsentrasi milik tanah ke dalam tangan beberapa orang petani kaya juga terjadi,
sedangkan di samping itu proses $ragmentasi penggarapan tanah juga berlangsung terus.
1
6engan demikian memang 3ukup banyak data konkret mengenai proses melebarnya jurang
antara petani kaya dan petani miskin, dan lebih banyak pula penelitian mendetail mengeni
kemiskinan di antara penduduk pedesaan di /awa, misalnya penelitian 6.=. Penny dan M.
Singarimbun mengenai masalah tekanan penduduk dan kemiskinan di desa Sriharjo dekat
?ogya #Penny, Singarimbun 1(4!%, atau oleh 9. =arts0,roekhuis dan =. Palte0Croos;en #1(44%
di desa /ambidan, juga dekat ?ogya. =al itu perlu supaya kita memperoleh pengertian lebih
mendalam mengenai bagaimana petani miskin di /awa berhasil menyesuaikan diri dengan
keadaannya agar dapat hidup langsung.
In*o)'$! Per#an!an (+on$e, Geer#- )
9hli antropologi terkenal, >. Ceert;, yang pernah melakukan penelitian mengenai
sejarah ekonomi pertanian di /awa, pernah mengembangkan konsep :in.olusi pertanian:, atau
agricultural involutin, yang dipakainya untuk menggambarkan proses sejarah pertanian di
/awa sampai dasawarsa '+0an yang lalu. -raian mengenai konsep itu termaktub dalam
bukunya yang menjadi sangat terkenal, yaitu #gricultural $nvolution #1()!%. Pada halaman 1+
4
Suatu penelitian yang penting sekali mengenai hal itu, yang sering dikutip ahli0ahli dan peneliti0
peneliti lain adalah penelitian oleh ahli pertanian ,elanda =. ten 6am, di desa >ibodas, ,ogor #6am
1(')%. Penelitian lain adalah oleh ahli pertanian 9diwilaga di desa >ipagalo dekat ,andung #1('&%. 5en
6am melaporkan bahwa sudah sebelum Perang 6unia **, && persen dari keluarga0keluarga petani di
desa >ibodas tak memiliki tanah, hanya ' persen memiliki tanah pekarangan, sedangkan ! persen
memiliki tanah kering dari ukuran kurang dari satu hektar #6am 1('): hlm. (10(%. =al itu berarti
bahwa semua tanah yang baik menjadi milik dari hanya 1 persen dari jumlah petani.
,
#i"at !isalnya laporan penelitian ole" 2oe!ard+o 6adiwign+o !engenai !asala" pengangguran terselubung di daera" pedesaan
dekat :ogya (193*); laporan penelitian .5. Bennet !engenai tekanan penduduk di tiga desa di (awa Ti!ur dan pengaru"nya
ter"adap keadaan gi<i dala! !akanan& pengangguran dala! pertanian untuk ekspor di 4laten (193,); laporan penelitian =anda!
9urit!o !engenai penelitiannya di )arangan dekat :ogyakarta (193,); karangan =. (ay !engenai penelitian antropologinya di
Ta!ansari dekat =are& (awa Ti!ur (1979: "i! $7$-$77); laporan penelitian ). Ti!!er !engenai tekanan penduduk di daera"
pedesaan dekat :ogyakarta (1971); dan buku 1. -oll !engenai !asala" !ilik tana" di 4laten (1977) : "i!. 33-71). 4arangan
saya sendiri !engenai adat gotong-royong di dua desa di Bagelen& (awa Tenga"& +uga !engandung beberapa keterangan !engenai
.rag!entasi tana" garapan ini (4oent+araningrat 1971: "i!. $1; 1977: "i!. $3*-131). i antara 11%3 penduduk desa 5elapar di
daera" pegunungan di Bagellen& "anya $39 !e!iliki tana". 2ebagian besar !e!iliki antara satu sa!pai dua setenga" "ektar tana"
kering (tegalan), dita!ba" dengan *&$ sa!pai 1&3 "ektar tana" sawa". 6anya $$ orang sa+a !e!iliki tana" tegalan sekitar $&3
"ektar& dan "anya tu+u" orang !e!iliki tana" sawa" seluas 1&3/ "ektar. )ereka !e!bagi-bagi tana"nya kepada tiga sa!pai li!a
petani penggarap berdasarkan sewa tana" atau bagi-"asil& dan beberapa yang !e!iliki $&3 "ektar !ala"an ada yang !e!bagi-bagi
tana"nya kepada sebanyak sepulu" orang petani.
Page 22 o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
dari buku itu Ceert; merumuskan deGnisi yang berbunyi sebagai berikut:
%&et-rice cultivation, with its e'traordinar( abilit( to aintain levels of arginal
productivit( b( alwa(s anaging to work one ore an in without a serious fall in per-
capita incoe, soaked up alost the whole of the additional population that &estern
intrusion created, at least indirectl(. $t is this ultiatel( self-defeating process that $
have proposed to call agricultural involution.%
6eGnisi tersebut memang kurang jelas, tetapi dari uraiannya lebih lanjut dalam bab0
bab berikutnya dalam buku itu, tampak bahwa Ceert; membayangkan perkembangan
pertanian sawah di /awa sebagai suatu keadaan di mana para petani yang menggarap
bidang0bidang tanah yang memang sudah ke3il dan tak dapat dijadikan lebih besar lagi itu,
toh masih terkena tekanan pertambahan penduduk se3ara terus0menerus. 2alaupun
demikian, kemiskinan di /awa tidak bertambah se3ara 3epat serta se3ara besar0besaran,
karena dengan makin bertambamnya intensitas penggarapan bidang0bidang sawah yang ke3il
itu,maka banyak pula tenaga kerja dapat tertampung. =al itu makin memperbesar hasil
pertanian, dan hasil pertanian yang makin bertambah itu menyebabkan selalu tersedianya
makan bagi penduduk yang makin banyak jumlahnya itu. /adi walaupun tingkat kemakmuran
para petani di /awa dan ,ali tidak pernah akan dapat meningkat, namun intensiGkasi kerja
tadi itulah yang menambah hasil panen, dan bukan karena 3ara kerja yang lebih keras yang
dilakukan para petani itu, melainkan 3ara kerjasama, yang dilakukan oleh tenaga petani yang
lebih banyak jumlahnya. 5ambahan itu memang tidak banyak, namun dapat dinikmati se3ara
rata. 6engan merasakan kemiskinan bersama (shared povert() itulah penderitaan dapat
dikurangi.
Se3ara teori hal itu berarti bahwa produksi naik apabila ditinjau dari aspek tanah dan
dihitung per hektar tanah, tetapi konstan atau bahkan turun bila ditinjau dari aspek tenaga
dan dihitung per indi.idu. 6engan demikian suatu kelebihan hasil produksi tidak pernah akan
mungkin tertimbun, sehingga dapat terbentuk suatu surplus ekonomi yang dapat dipakai
sebagai modal untuk berkembang dan membangun. 6engan itu tidak ada perkembangan
yang si$atnya membesar keluar, melainkan suatu perkembangan yang si$atnya makin
kompleks0mendetail0mendalam.
(
Proses inilah yang oleh Ceert; di3oba digambarkan dengan
istilah :in.olusi: itu. -ntuk menguraikan konsepnya, Ceert; antara lain memakai proses makin
terpe3ah0pe3ahnya tanah petani /awa itu akibat pemberian bagian0bagian dari tanahnya oleh
para petani yang ke3ukupan kepada petani0petani ke3il, dengan 3ara03ara seperti
menyewakan, membagihasilkan, atau menggadaikan, sebagai 3ontoh03ontoh yang penting
#Ceert;, 1()!:1++01+1%.
6i samping mendapat perhatian yang besar, buku Ceert; tersebut di atas juga
mendapat banyak ke3aman, tetapi ke3aman0ke3aman itu umumnya tidak mengenai a;as
permasalahannya,
1+
ke3uali ke3aman yang berasal dari ahli antropologi ,elanda, <.6. Ban den
Muij;enberg, yang men3oba menerapkan konsep Ceert; untuk menganalisa suatu daerah
pertanian sawah ke3il yang terpe3ah0pe3ah, yang juga terkena tekanan penduduk yang
bertambah. =anya saja letak daerah yang dibi3arakannya itu tidak di *ndonesia, melainkan di
Pulau Lu;on 5engah, Filipina. Laporan dari analisa itu ter3antum dalam karangan $nvolution or
)volution in *entral Lu+on #1(4'%.
11
6alam karangannya itu Ban den Muij;enberg melan3arkan
(
Ceert; mengatakan: :. . . inward o.er elatoration o$ detail.: #1()!: him. 1%.
1+
Sebuah da$tar dari sejumlah tinjauan buku terhadap buku Ceert; termaktub dalam buku saya
mengenai ilmu antropologi di *ndonesia #Koentjaraningrat 1(4': him. +%.
11
Karangan itu juga disebut oleh 2.L. >ollier dalam karangan mengenai turunnya penggunaan tenaga
kerja dalam produksi ber3o3ok0tanam di sawah #>ollier 1(4(%.
Page 25 o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
dua ke3aman pokok, ialah bahwa: #1% konsep Ceert; mengenai in.olusi kebudayaan terlalu
kabur, karena tidak membedakan se3ara tajam antara aspek produksi dan aspek konsumsi8
#% gambaran Ceert; tentang in.olusi pertanian mengabaikan kenyataan bahwa para petani
di /awa, seperti juga di Lu;on, banyak mendapat penghasilan tambahan dari sumber lain di
luar pertanian.
1
Ban den Muij;enberg menyarankan bahwa dalam menganalisa proses perkembangan
pertanian di bidang0bidang tanah sawah yang ke3il dengan adanya unsur tekanan penduduk
yang makin besar jumlahnya seperti di Lu;on 5engah atau di /awa, seorang peneliti sebaiknya
membedakan se3ara tajam antara aspek produksi dan aspek konsumsi. 6alam produksi
petani seringkali dapat meningkatkan hasil panen dengan mempekerjakan lebih banyak
tenaga manusia dalam prosesnya. -ntuk menyebut aspek yang mengenai aspek produksi ini
Ban den Muij;enberg menerima istilah Ceert; agricultural involution. 7amun, hasil panen
yang bertambah sebagai akibat intensiGkasi penggarapan tanah tadi, dibagi rata antara para
petani yang juga bertambah jumlahnya. -ntuk menyebut aspek mengenai konsumsi ini, Ban
den Muij;enberg menyarankan untuk mempergu0nakan istilah Ceert; yang kedua yaitu
shared povert(. 6engan demikian Ban den Muij;enberg berusaha mempertajam konsep
cultural involution dengan memisahkannya dari konsep shared povert(. 6alam konsepsi
Ceert;, perbedaan yang tajam itu tidak ada.
Ke3aman Ban den Muij;enberg bahwa Ceert; sama sekali mengabaikan $akta bahwa
sebagian besar petani ke3il di /awa, seperti juga halnya di Lu;on, banyak mempunyai sumber
mata pen3ahanan di luar pertanian, memang merupakan ke3aman yang tepat. Petani0petani
di /awa masa kini biasanya memang banyak mempunyai sumber0sumber mata pen3arian lain
di luar pertanian. Ke3uali berdagang atau berjualan di desa, mereka juga berdagang atau
berjualan di kota0kota yang dekat maupun yang 3ukup jauh dari desa tempat tinggal mereka.
6i samping itu mereka sering bekerja sebagai buruh musiman pada waktu0waktu mereka
tidak sibuk dalam sektor pertanian, atau bilamana pekerjaan dapat diserahkan kepada isteri
atau buruh tani. -ntuk menjadi buruh musiman mereka pergi ke kota0kota yang letaknya
seringkali 3ukup jauh dari desa mereka, dan bekerja sebagai kuli atau buruh kasar di
berbagai ma3am proyek pembangunan yang akhir0akhir ini ada di hampir semua kota di /awa.
Ke3uali itu kita juga mengetahui bahwa banyak petani pergi ke kota0kota se3ara musiman
untuk bekerja sebagai tukang be3ak, dan yang tidak dapat dilupakan tetapi tidak 3ukup
mendapat perhatian dari Ceert;, ialah bahwa rumah tangga petani di /awa juga dapat
memperoleh penghasilan tambahan dari berbagai ma3am kegiatan dan usaha yang dilakukan
para isteri dan anggota wanita
1!
dalam rumah tangga, serta dari akti.itas0akti.itas anak0
anaknya.
1&
MOBILITAS KOMUNITAS 0ESA
1
Khusus mengenai penghasilan petani dari sumber0sumber lain di luar pertanian, lihat karangan saya
#Koentjaraningrat 1(4&%.
13
)engenai berbagai kegiatan dan usa"a wanita dala! ru!a" tangga wanita di (awa& li"at !isalnya karangan A. 2taler dala!
!a+ala" asyara!at Indonesia (1973; 1977).
1&
Mengenai masalah arti ekonomi anak dalam rumah0tangga petani di /awa, lihat disertasi serta
karangan0karangan ,. 2hite #1(4!8 1(4'8 1(4)8
1(4)0a% dan him. 1&&01)) di bawah.
Page 28 o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
,ata Pencaharian Petani di Luar !ektor Pertanian
2alaupun penduduk desa biasanya terlibat dalam sektor pertanian, dalam tiap
komunitas desa di seluruh *ndonesia sudah jelas banyak terdapat sumber mata pen3aharian
hidup yang lain. Penduduk desa pada umumnya juga terlibat dalam berma3am0ma3am
pekerjaan di luar sektor pertanian, dan mengerjakan kedua sektor tersebut pada waktu yang
bersamaan, sebagai pekerjaan primer dan sekunder. 5etapi banyak pula desa0desa, terutama
di /awa, di mana sebagian besar penduduknya bekerja di luar sektor pertanian. Meskipun
demikian kepada pegawai sensus, petugas sur.ai K,, atau kepada para peneliti ilmu sosial,
mereka itu biasanya mengidentiGkasikan dirinya sebagai petani. ,agi seorang peneliti
memang sulit untuk menentukan perbedaan antara petani dan non0petani dan juga antara
pekerjaan primer dan sekunder itu, hanya berdasarkan atas pernyataan mereka saja.
Seorang petani yang memiliki sebidang tanah yang 3ukup luas yang juga memiliki
sebuah warung yang dijaga oleh ibunya pada awal musim ber3o3ok0tanam, mungkin
menerima penghasilan yang lebih banyak dari warungnya daripada dari hasil kebun
pekarangannya yang dijual isterinya di pasar desa. Petani itu sendiri tentu saja sibuk di
sawahnya, di sawah tetangganya di mana ia memberikan tenaganya berdasarkan adat
gotong0royong, dan juga di pekarangan0nya sendiri, untuk memetik buah0buahan yang
kemudian dijualnya sendiri menyusuri jalan0jalan di kota ke3amatan terdekat, yang jaraknya
bisa men3apai kurang0lebih sepuluh kilometer dari desanya. 6engan demikian seorang petani
bersama keluarganya sebenarnya sama sibuknya dalam sektor pertanian maupun dalam
sektor perdagangan. 9pabila musim panen tiba, maka isterinya akan sibuk mengurus para
buruh bawon di sawahnya, membantu bawon di sawah tetangga, dan sementara itu petani itu
sendiri masih sibuk menjual buah0buahan di kota dan harus segera kembali lagi ke desa untuk
menjual sebagian dari hasil padinya kepada para tengkulak dan ,--6. Selama
berlangsungnya kegiatan itu seorang petani sebenarnya adalah seorang pedagang8 baru
apabila ia mulai menanam palawi"a di sawahnya, ia mulai akti$ lagi dalam sektor pertanian.
Seorang petani yang tidak memiliki tanah mungkin juga memiliki sebuah warung yang
diusahakan oleh isterinya, sedangkan ia sendiri pada awal musim ber3o3ok0tanam sibuk
bekerja sebagai buruh tani pada petani0petani lain yang biasanya berasal dari desa lain.
Sering juga petani yang tidak memiliki tanah itu menjadi buruh pekerja jalan atau pekerja
bangunan selama suatu jangka waktu yang pendek, yaitu misalnya selama tiga bulan,
berdasarkan suatu kontrak. Mungkin juga ia pergi ke kota untuk bekerja sebagai tukang
be3ak. /adi walaupun ia masih 3ukup akti$ dalam sektor pertanian, seorang petani yang tidak
memiliki tanah itu tidak menyebut dirinya seorang petani. *a juga tidak atau jarang menyebut
dirinya buruh pekerja jalan atau buruh bangunan, tetapi lebih sering menamakan dirinya
pemilik warung, walaupun penghasilannya dari sektor itu tidak banyak. Menjadi tukang
warung dirasakannya lebih menaikkan gengsinya daripada menjadi buruh tani, pekerja jalan,
buruh pabrik, atau pun tukang be3ak.
6alam hampir semua komunitas desa, semua anggota pamong desa dan para guru
desa, pasti memiiki tanah sawah dan tegalan. Sebagian dari tanah itu mereka sewakan,
mereka dibagi0hasilkan, atau mereka gadaikan kepada petani lainnya, tetapi sebagian lagi
selalu mereka kerjakan sendiri. 6engan demikian mereka lebih seringg berada di sawah atau
tegalan mereka daripada di belakang meja tulis atau ruang kelas. Meskipun demikian mereka
lebih senang mengidentiGkasi dirinya sebagai pegawai pamong praja karena dalam
kebudayaan *ndonesia pada umumnya, dan kebudayaan petani /awa pada khususnya,
menjadi pegawai membuatnya lebih gengsi daripada menjadi petani.
6esa0desa di /awa yang ada di sepanjang jalan0jalan raya dekat pabrik0pabrik pusat
industri atau dekat kota0kota ke3il atau besar, biasanya kurang0lebih terpengaruh oleh gaya
hidup kota. ,anyak penduduk desa dengan lokasi seperti tersebut di atas itu memiliki atau
Page 29 o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
berhasrat memiliki rumah gaya kota, lengkap dengan lantai tegel atau setidak0tidaknya lantai
semen, jendela ka3a, atap seng atau genting dan perabot rumah seperti yang dimiliki orang
kota. Ke3uali mereka sudah merasakan perlunya memiliki radio transistor, sepeda motor, dan
sekarang malahan juga pesawat tele.isi. Caya hidup seperti itu telah menumbuhkan
kebutuhan akan keahlian spesiasasi tertentu, seperti tukang kayu, tukang batu, montir
sepeda motor, montir radio dan 5B dsb. Menjadi tukang di dalam komunitas desa di /awa
tidak merupakan hal yang dipandang rendah. Sejak dahulu kala seorang pandai basi
misalnya, dianggap sebagai seorang tokoh masyarakat yang sangat terhormat, bahkan
seringgkali dianggap memiliki si$at0si$at keramat.
,obilitas -eogra.s
Pola0pola, mata pen3aharian dan akti.itas pekerjaan di luar sektor pertanian tersebut di
atas tentu menyebabkan terjadinya suatu mobilitas geograGkal yang sangat ekstensi$ dalam
masyarakat pedesaan di *ndonesia, dan khususnya di /awa. =al ini telah dilukiskan dalam
suatu laporan penelitian mengenai kehidupan komunitas0komunitas desa sekitar /akarta
#Koentjaraningrat 1(4'%, yang juga termuat dalam bagian ke *** dari buku bunga rampai ini.
6alam bagian yang khusus memuat karangan0karangan mengenai migrasi, transmigrasi dan
urbanisasi itu, masalah mobilitas geograGkal dari penduduk komunitas desa di *ndonesia akan
dibahas lebih mendalam.
KOMUNITAS 0ESA 0AN 0UNIA 0I LUAR 0ESA
Sepanjang masa, sebagian besar komunitas desa di *ndonesia, dari daerah 93eh hingga
*rian /aya, telah didominasi oleh suatu kekuasaan pusat tertentu. ,anyak di antaranya telah
mengalami dominasi itu sejak ;aman kejayaan kerajaan0kerajaan tradisional8 banyak yang
mengalaminya sejak ;aman penjajahan ,elanda atau *nggris, dan banyak pula lainnya yang
baru mengalaminya sejak beberapa waktu terakhir ini. 6engan demikian, juga karena makin
berkembangnya kesempatan dan prasarana untuk suatu gaya hidup dengan mobilitas
geograGkal yang tinggi, pada waktu sekarang ini hampir tidak ada lagi komunitas desa
bersahaja yang terisolasi di negara kita ini, yaitu desa dengan penduduk yang tidak sadar
akan adanya dunia di luar desa itu. 6alam pada itu terhadap banyak komunitas desa di
*ndonesia kita dapat menerapkan konsep AedGeld mengenai masyarakat petani yang
warganya berupa : . . . . orang pedesaan, bagian dari peradaban0peradaban kuno, .... yang
menggarap tanah mereka sebagai mata pen3aharian hidup dan sebagai suatu 3ara hidup
tradisional. Mereka itu berorientasi terhadap serta terpengaruh oleh suatu golongan priyayi di
kota0kota dengan 3ara hidup yang sama seperti mereka walaupun dalam bentuk yang lebih
beradab.:
1'
2alaupun demikian kesadaran akan adanya suatu dunia luas di luar komunitas
desa sendiri perlu dianalisa, lepas dari jangkauan hubungan dari para petani pedesaan
dengan orang0orang atau kelompok0kelompok tertentu di dunia luar itu tadi, sedangkan
kesadaran tadi itu juga belum berarti bahwa para petani pedesaan itu juga mempunyai
perhatian dan pengertian yang luas dari dunia luar itu. Seorang petani pedesaan tertentu
mungkin mempunyai kesadaran akan adanya suatu dunia yang luas di luar batas
komunitasnya sendiri8 ia malahan mungkin mempunyai perhatian serta pengertian besar
1'
AedGeld raengatakan: : ... rural people in old civili+ations, ... who control and cultivate their land for
subsistence and as part of a traditional wa( of life and who look to and are in/uenced b( gentr( or
townspeople whose wa( of life is like theirs but in a ore civili+ed for. % #1('): him. +%.
Page 2: o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
mengenai beberapa masalah yang ada di dunia luar tadi, padahal ruang lingkup hubungannya
dengan indi.idu0indi.idu atau kelompok0kelompok di kota terbatas sekali. Sebaliknya, seorang
petani tetangganya, walaupun juga memiliki kesadaran tadi, mungkin saja tidak mempunyai
perhatian banyak serta pengertian mengenai dunia di luar desanya, meskipun ia mungkin
mengenal banyak orang di kota, bahkan di beberapa kota lain yang jauh letaknya.
Pada hemat saya, suatu konsep yang sangat 3o3ok untuk menganalisa perbedaan
antara kesadaran dan pengertian dari para petani pedesaan mengenai dunia di luar batas
komunitas itu, serta ruang lingkup hubungan sosialnya di sana, adalah konsep yang
dikembangkan oleh ahli antropologi0sosial /.9. ,arnes mengenai :lapangan lapangan sosial:
atau social .elds #1('&%. Menurut konsep itu, petani desa pun dalam kehidupan sosialnya
dapat bergerak dalam :lapangan0lapangan sosial: yang berbeda0beda, menurut keadaannya
yang berbeda0beda dan dalam waktu yang berbeda0beda. Karena itu banyak petani di
*ndonesia pada umumnya mempunyai hubungan sosialnya dalam :lapangan hidup: pertanian.
6alam hubungan sosial ini termasuk kerabatnya yang terdekat, tetangganya, kenalan0
kenalannya yang memiliki tanah pertanian dekat pada tanah pertaniannya sendiri, penduduk
dukuh0dukuh lain yang juga menjadi anggota organisasi irigasi subak yang sama, para
pemilik tanah yang tanahnya sedang digarap atas dasar bagi0hasil, dan para buruh tani yang
berasal dari desa0desa lain pada musim panen.
,anyak di antara para petani mempunyai mata pen3aharian tambahan sebagai penjaja
buah0buahan atau sayur0mayur, atau menjadi pedagang barang kerajinan tangan atau
kebutuhan rumah tangga di pasar. Ke3uali kaum kerabatnya, tetangga0tetangganya, dan
teman0temannya, para petani dari golongan ini juga mempunyai hubungan dalam lapangan
sosial para pembelinya dan langganannya, yang biasanya berasal dari desa lain, atau dengan
para tengkulak yang memang mungkin berasal dari desanya sendiri, tetapi lebih la;im dari
desa dan bahkan kota lain.
Para petani yang dalam bulan0bulan sewaktu kesibukan produksi pertanian sedang
menurun, seringkali pergi merantau se3ara musiman untuk bekerja menjadi buruh pekerjaan
umum dalam proyek0proyek pemugaran atau pembangunan jalan raya, jembatan, bendungan
serta saluran irigasi, atau untuk menjadi buruh bangunan dalam proyek0proyek penamahan di
kota0kota, atau menjadi tukang be3ak di kota0kota. Mereka ini biasanya mempunyai hubungan
yang lebih ekstensi$ lagi, dan yang melingkupi lapangan0lapangan sosial yang lebih luas.
6engan mempergunakan konsep :lapangan sosial: sebagai jaringan0jaringan hubungan
para petani pedesaan, seorang peneliti dengan demikian dapat membuat suatu deskripsi
kongkrit se3ara kualitati$ dan kuantitati$ tentang berbagai ma3am pola dari lapangan0
lapangan sosial para petani yang berdasarkan si$at, ruang lingkup, intensitas, serta $rekuensi
dari hubungan0hubungannya.
Loyalitas para petani terhadap orang0orang atau kelompok0kelompok tertentu
ditentukan oleh perhatian mereka terhadap orang0orang atau kelompok0kelompok itu.
Perhatian itu sebaliknya ditentukan oleh si$at dari :lapangan sosial: yang menjadi lapangan
hidup serta lapangan orientasi mereka. 6alam tahun '+0an, ketika C.2. Skinner dan beberapa
ahli antropologi 9merika meneliti daerah pedesaan di beberapa tempat di *ndonesia, dan
berdasarkan obser.asi mereka telah menulis karangan0karangan mengenai Local, )thnic and
0ational Lo(altiesdn 1illage $ndonesia #1('(%, ternyata bahwa loyalitas orang desa di negeri
kita masih sangat terorientasi terhadap orang0orang dan kelompok0kelompok dalam
lingkungan masyarakat desanya sendiri. 6ata yang diajukan dalam karangan0karangan
tersebut memang menunjukkan bahwa ruang lingkup pola0pola :lapangan sosial: para petani
*ndonesia waktu itu rupa0rupanya masih terbatas kepada lingkungan lokal, dan perhatian para
petani terhadap masalah0masalah nasional belum berkembang. /ika para ahli antropologi tadi
mengadakan pengamatan mereka sekarang, dalam dasawarsa 4+0an ini, mereka mungkin
akan melihat bahwa perhatian terhadap masalah0masalah di luar lokalitas desa mereka sudah
Page 2; o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
banyak, dan karena itu pola0pola :lapangan sosial: orang desa sudah mempunyai ruang0
lingkup yang jauh lebih luas. Sebaliknya, masalah apakah loyalitas nasional para petani di
berbagai daerah pedesaan di *ndonesia juga sudah berkembang adalah hal yang memang
masih perlu diteliti lebih mendalam.
Loyalitas etnik adalah masalah yang lain lagi. Semua penduduk pedesaan di *ndonesia
se3ara primordial tentu sudah memiliki loyalitas etnik terhadap suku0bangsanya masing0
masing, karena sejak ke3il mereka disosialisasikan dan dibudayakan dalam kebudayaan suku
bangsa itu. Komunitas pedesaan di *ndonesia biasanya dihuni oleh penduduk dari satu suku0
bangsa tertentu8 apabila ada warga suku0bangsa lain, maka mereka itu akan merupakan
minoritas dalam masyarakat desa itu. 6engan demikian, dalam masyarakat desa seperti yang
juga akan diuraikan pada halaman lain, hubungan antara suku0bangsa jarang menimbulkan
masalah. =anya dalam masyarakat kota, di mana bermukim berbagai suku0bangsa yang
berasal dari berbagai daerah di *ndonesia, untuk bersaing dalam memperoleh kesempatan
pendidikan, kerja dan politik, maka masalah hubungan antar suku bangsa itu timbul.
-saha yang penting dari para peren3ana pembangunan masyarakat desa adalah untuk
selalu menyediakan dan men3iptakan adanya kepentingan0kepentingan lokal, yang dapat
mengembangkan :lapangan0lapangan sosial: dengan ruang0lingkup lokal. 6engan demikian
ke3enderungan orang0orang desa untuk pindah ke kota dapat terjaga. /uga usaha
pengembangan loyalitas nasional pada penduduk desa di *ndonesia sebaiknya merupakan
usaha pengembangan lebih lanjut dari perhatian mereka terhadap masalah0masalah lokal.
6alam hal ini loyalitas nasional merupakan ekstensi dari loyalitas lokal.
,*,L*<CA9F*
9dam, L.
1(& 2e #utonoie van het $ndonesische *orp. 9mers$oort, S.2. Mel3hior #6issertasi
-ni.ersitas Leiden%.
9diwilaga
1('& Land Tenure in the 1illage ofT"ipagalo. ,andung, Kantor Perantjang 5ata ,umi
,arnes, /.9.
1('& >lass and >ommittees in a 7orwegian *sland Parish. 3uan 4elations, B**, him. !(0'1.
,ennet, 6.>.
1('4 Population Pressure in )ast 5ava. Syra3use, 7.?. #7askah ketik dissertasi untuk
-ni.ersitas Syra3use%.
,irowo, 9.5.
1(4! 9spek Kesempatan Kerja 6alam Pembangunan Pertanian di Pedesaan. Prisa, **0&: him.
!01'.
>ollier, 2.L.
1(4( Polic( $plications of 2eclining Labor #bsorption in 5avanese 4ice Production. Kuala
Lumpur #Makalah untuk Southeast 9siaHs 5hird ,iennial Meeting o$ the 9gri3ultural
@3onomi3 So3iety%.
>ollier, 2.L., Cunawan 2iradi, dan Soentoro
1(4! Ae3ent >hanges in Ai3e =ar.esting Methods. Bulletin of $ndonesian )conoic !tudies,
*I: him. !)0&'.
>ollier, 2.L., Soentoro, Cunawan 2iradi, dan Makali
1(4& #gricultural Technolog( and $nstitutional *hange6 #n )'aple in 5ava. Food Aesear3h
*nstitute Studies in 9gri3ultural @3onomi3s, 5rade and 6e.elopment, Stan$ord -ni.ersity.
6am, =. ten
1(') >oopereren Banuit het Ce;i3htspunt der 6esastru3tuur in 6esa 5jibodas, $ndonesian, *I:
him. 1(011). 5erjemahannya dalam bahasa *nggeris dengan judul :>ooperation and
So3ial Stru3ture in the Billage o$ 5jibodas: diterbitkan dalam $ndonesian )conoics. 5he
=ague, 2. .an =oe.e. Sele3ted Studies on *ndonesia by 6ut3h S3holars, B*. him. !&'0
!1.
Page 2< o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
6jojopranoto, A. 7g. 9.,
1('1 Persaingan 5anaman Perdagangan di 6aerah Surakarta 6an Sekitarnja. >husus0nja
6aerah Klaten. Teknik Pertanian, I*01: him. '14.
Curitno Pandam .
1('1 ,as"arakat ,arangan. /ogyakarta, Panitya So3ial Aesear3h, -ni.ersitas Cadjah Mada
#7askah roneo%.
=arts0,roekhuis, 9., dan =.Palte0Coos;en
1(44 2eogra.sche #spekten van #roede in een 5avaans 2orp, 5abidan, 2.$.7. -tre3ht,
CeograGs3h *nstituut Aijksuni.ersiteit te -tree3ht.
/ay, A.A.
1()( 5avanese 1illagers6 !ocial 4elations in 4ural ,od"ohuto. >ambridge, Mass., 5he M.*.5.
Press.
Kasniyah, 7.
1(41 Pengaruh Mesin Penggiling Padi 5erhadap Kehidupan Sosial @konomi 2anita ,uruh
5umbuk Padi. ,as(arakat $ndonesia, B": halaman 1)1014.
King, 6.?.
1(4! !ocial 2evelopent in $ndonesia6 # ,acro #nal(sis. /akarta, ,iro Pusat Statisti3
Koentjaraningrat
1()1 !oe !ocial-#nthropological 8bservations on -otong-4o(ong Practices in Two 1illages
of *entral 5ava. *tha3a, 7.?. >ornell -ni.ersity Modern *ndonesia Proje3t. Monograph
Series.
1()4 5jelapar: 9 Billage in South >entral /a.a, 1illages in $ndonesia. Koentjaraningrat editor.
*tha3a, 7.?., >ornell -ni.esity Press.
197% 7on0Farming <33upations in Billage >ommunities. ,as(arakat $ndonesia, *: him. &'0)1.
1973 #nthropolog( in $ndonesia6 # Bibliographical 4eview. HsCra.enhage, Martinus 7ijhooD.
1(44 Sistem Cotong Aoyong 6an /iwa Cotong Aoyong. Berita #ntropologi *I"!+: him.
&01).
KolD, C.=. .an der
1(!4 6e =istoris3he <ntwikkeling .an de 9rbeids.erhoudingen bij de Aijst3ultuur in een
9$gelegen Streek op /a.a: Boorlopige Aesultaten .an Plaatselijk <nder;oek,
1olkskredietwe+en6 hlm. !04+.
Kuntowijoyo
1(41 @3onomi3 and Aeligious 9ttitudes o$ @ntrepreneurs in a Billage *ndustry: 7otes on the
>ommunity o$ ,atur. 5ranslate by 7. 7akamura. $ndonesia, I**: hlm. &40''.
Muij;enberg, 6.6. .an den
1977 *n.olution or @.olution in >entral Lu;on, *ultural #nthropolog( in the 0etherlands. P.
Kloos, =/.M. >laessens editors. Aotterdam, 7ederlands3he So3iolo0gis3he en
9ntropologis3he Berenjging. 9$deling >ulturele 9ntropologie"7iet02esters3he So3iologie.
Penny, 6.=., M. Singarimbun
1(4! Population and Povert( in 4ural 5ava: Some @3onomi3 9rithmati3 From Shihardjo,
*tha3a, 7.?.: 6ept. o$ 9gri3ultural @3onomi3s, >ornell -ni.ersity.
Aedield, A.
1(') Peasant !ociet( and *ulture, >hi3ago: >hi3ago -ni.ersity Press.
Aoll, 2.
1977 6ie 9graris3he Crndbe;it Bergassung uin Aaume Surakarta: -ntersu3hungen ;ur 9grar
und So;ial0struktur Jentral0/a.as, 2ebsite *nstitut $ur. 9sienkunde, =amburg.
Skinner, C.2. #editor%
1('( Lo3al, )thnic and 0ational Lo(alties in 1illage $ndonesia6 # !(posiu, 7ew =a.en:
?ale -ni.ersity Southeast 9sia Studies.
Soemardjo =adiwidnjo
1('+ 2esa T"andi, 9elurahan Purwobangun. /ogyakarta. Panitya So3ial Aesear3h,
-ni.ersitas Cadjah Mada #7askah roneo%.
5erra, C./.9
1(' Tuinbouw in $ndonesia HsCra.enhage: 2. .an =oe.e
1(!0a 6e Boeding der ,e.olking en de @r$3ultuur, 9oloale !tudien, IB*. hlm. '(!.
5iken, /.
Page 2= o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
1(4). -uru 2esa )en !ociologisch-#nthropologische Benadering van de !ociale Posi-tie van
8nderwi"+end Personeel en :i"n 4ol in de 2orpssaenleving van ,idden-"ava
9msterdam: -ni.ersiteit .an 9msterdam #7askah skripsi Sarana -ni.ersitas
9msterdam%.
5immer, M.
1()1 *hld ,ortalit( and Population Pressure in 2.$. 5og(akarta, 5ava, $ndonesia. Aotterdam:
,ronder <Dset.
Bries, @. de
1(4 <n twikkling .an de @r$u3ltuur, 6e *ndis3he >ulturen K : hlm. &()0)').
2hite, ,.
1(4! Peranan 9nak 6alam @konomi 6esa, Prisma, **0&: hlm. &&0'(
1(1' 5he @3onomi3 *mportan3e o$ >hildren in /aanese Billage, Population and So3ial
<rgani;ation, Moni 7ag editor. 5he =ague. Mouton.
1(4) Produ3tion and Aeprodu3tion in a /a.anese Billage, 7ew ?ork #6issertasi Ph.6.
9ntropologi, -ni.ersitas 3oulombia%.
1(4) Problems o$ @stimating the Balue o$ 2ork in Peasant =oushold @3onomi3s: 9n
@Lample $rom Aural /a.a. ,ogor #7askah roneo%.
Pertanyaan 0isk$si
1 /elaskan pengertian komunitas desa dengan 3ontoh kasus desa lahan kering"lahan
sawah, ladang berpindahF
Sebutkan dan jelaskan unsur0unsur komunitas desa di *ndonesia serta hubungan antar
unsur0unsur komunitas desa tersebut
! Sebutkan dan jelaskan perbedaan komunitas desa pertanian ladang berpindah dengan
pertanian menetapF
& Sebutkan dan jelaskan perbedaan komunitas desa lahan kering dan lahan sawahF
' ,agaimana proses"mekanisme $aktor eksternal mempengaruhi komunitas desaM -nsur0
unsur komunitas desa apa yang terkena pengaruh $aktor ekternal tersebutM /elaskan
dengan menggunakan 5eori Medan Sosial NAedGeld
Page 2> o$ 56
Mata K$"ia) 3 MateriK$"ia) +11 ,rawijaya -ni.ersity
SOAL KUIS 2 :
4er+akan satu di antara beberapa soal berikut ini:
1. 9da dua #% ma3am pertanian di *ndonesia, yaitu pertanian ladang berpindah #shifting
cultivation% dan pertanian menetap. 5unjukkan dan jelaskan beberapa 3iri03iri komunitas
desa dengan sistem pertanian ladang berpindah dan pertanian menetap.
. Komunitas desa di *ndonesia senantiasa berinteraksi dengan dunia luar. 9dakah pengaruh
dunia luar terhadap kondisi internal komunitas desaM /elaskanF
!. 6alam setiap komunitas, yang warganya hidup bersama pasti memiliki kebudayaan
tertentu. Sebutkan kebudayaan yang dijumpai pada komunitas desa dengan basis lahan
sawah dan lahan keringF
Page 56 o$ 56

Anda mungkin juga menyukai