Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sabua Vol.1, No.

1: 19-30, Mei 2009 ISSN 2085-7020



PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Mei 2009

PASAR SENI DAN KERAJINAN RAKYAT DI MINAHASA
(Transformasi Arsitektur Tradisional Minahasa)

Meyke Christina Dorthea
1
dan Ronny A.J. Sondakh
2

1
Sarjana (S1) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
2
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Univesitas Sam Ratulangi

Abstrak. Kesenian bagi masyarakat Minahasa merupakan bagian dari kebudayaan dan merupakan
suatu karya orang minahasa untuk memenuhi hasratnya akan keindahan dan rasa senang. Kesenian
Minahasa meliputi seni musik, tari, sastra, lukis, dan ukir. Sedangkan kerajinan merupakan suatu
keharusan untuk dikerjakan. Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka membuat alat
dan perabot rumah tangga, maupun peralatan untuk upacara adat sendiri. Seiring berkembangnya
jaman dan masuknya kesenian modern, berpengaruh pada minat masyarakat, terutama pemuda dan
anak-anak yang mulai melupakan kesenian daerahnya. Di segi lain, para seniman di Minahasa
belum bisa hidup dari profesi mereka. Tidak seperti para penari Ronggeng di Pulau Jawa penari
Maengket belum bisa mengandalkan profesi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Merencanakan suatu Pasar Seni dan Kerajinan Rakyat yang berlokasi di Minahasa dengan konsep
Transformasi Arsitektur Tradisional Minahasa, yang mampu menampung kegiatan pagelaran,
perdagangan, rekreasi serta sebagai sumber informasi kesenian dan kerajinan rakyat Minahasa.
Sehingga secara tidak langsung dapat membangkitkan kembali minat masyarakat Minahasa sendiri
terhadap seni dan kerajinan daerahnya.

Kata Kunci: Pasar Seni, Kerajinan Rakyat, Arsitektur Tradisional Minahasa

PENDAHULUAN
Saat ini, Kabupaten Minahasa adalah salah
satu kabupaten di propinsi Sulawesi Utara, Indonesia
dengan Ibu kota kabupaten terletak di Tondano.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.626 km. Dan
pada 25 Februari 2003, dimekarkan menjadi
Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan
dan Kota Tomohon berdasarkan UU No.10/2003.
Pada tanggal 18 Desember 2003 Kabupaten Minahasa
dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Minahasa dan
Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan UU No.
33/2003. Sentra kesenian dan kerajinannya pun
terbagi-bagi menurut kabupaten/kota masing-masing.
Sehingga para wisatawan maupun peminat seni dan
kerajinan rakyat Minahasa agak sulit menemukan dan
menikmati produk kesenian dan kerajinan rakyat
Minahasa.
Perencanaan Pasar Seni dan Kerajinan
Rakyat ini adalah sebagai wadah untuk berbelanja dan
menikmati hasil kerajinan dan kesenian daerah
Minahasa, dengan konsep Transformasi Arsitektur
Tradisional Minahasa. Konsepsi objek ditekankan
pada penataan tapak & sirkulasi, pengorganisasian
ruang & massa bangunan, dan perencanaan tampilan
massa bangunan sesuai tema perancangan.

METODE PERENCANAAN
Pendekatan perancangan dilakukan melalui beberapa
hal, yaitu:
a. Studi Komparasi Terhadap Objek Sejenis
b. Studi Literatur, yaitu: melakukan pengumpulan
data-data Arsitektur Tradisional Minahasa sebagai
kajian tematik dan menjadi dasar konsep-konsep
desain. Serta mencakup kajian tipologi dan
standar besaran ruang.
c. Survey lokasi, bertujuan untuk
mendokumentasikan potensi dan masalah pada
tapak dan mendeskripsikannya sebagai acuan
dalam perancangan.
d. Kajian Tema, merupakan langkah untuk menggali
tema perancangan agar dapat menemukan prinsip-
prinsip tema yang nantinya akan diangkat dalam
desain objek.
e. Kajian perancangan, merupakan langkah dalam
menganalisa data-data yang telah terkumpul serta
permasalahan dan potensi yang hadir menyangkut
M.C. DORTHEA

& R.A.J. SONDAKH

20
hal tersebut. Selanjutnya hasil analisa ini
melahirkan konsep-konsep yang akan manjadi
dasar dalam mendesain. Langkah ini juga
termasuk di dalamnya participatory design
sebagai argumen masukan dalam menghasilkan
konsep-konsep perancangan.
f. Transformasi konsep, konsep-konsep yang telah
ada kemudian ditransformasikan ke dalam ide-ide
disain yang berupa sketsa-sketsa perwujudan
bentuk dan fungsi dari objek desain.
g. Objek rancangan, merupakan produk akhir dari
hasil analisis dan transformasi konsep desain.

KEADAAN UMUM KAWASAN
PERENCANAAN
Lokasi site yang dianggap memenuhi kriteria
yang ada, terpilih berada di Tondano tepatnya di kec.
Tondano Selatan, lokasi ini berada di pinggiran danau
Tondano. Tondano Selatan adalah sebuah kecamatan
di Kabupaten Minahasa. Yang merupakan kawasan
Danau Tondano, mencakup wilayah Tondano, Eris,
Kakas, Remboken. Merupakan kawasan sektor
investasi bidang Pariwisata. Daerah sekitar Danau
Tondano juga merupakan kawasan industri sistem
padat tenaga kerja dan industri jasa. Site berada di
pinggir jalan yang menghubungkan remboken dengan
Tondano Kota dan berseberangan dengan danau
Tondano, dengan batas Utara dengan tanah kosong,
Selatan dengan tanah kosong, Timur dengan Danau
Tondano, Barat dengan jalan dan Persawahan
Penduduk (Gambar 1)

Luas lokasi
Luas = L
1
+ L
2
+ L
3
+ L
4
+ L
5
+ L
6
= 34.112,9m
2
=
3,41ha
L Sempadan Jl = (l jalan/2 +1m) x p = (4/2 + 1m) x
433,5m = 1.300,5m
2
Luas Site Efektif = Luas L Sempadan Jalan =
34.112,9m
2
1.300,5m
2
= 32.812,4m
2
= 3,2ha


KONSEP PERENCANAAN PASAR SENI DAN
KERAJINAN RAKYAT
Secara etimologi, pengertian PASAR SENI dan
KERAJINAN RAKYAT di Minahasa :
a. Pasar: merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi
penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar (www.wikipedia.com).
b. Seni: merupakan penjelmaan rasa indah yang
terkandung dalam hati manusia, yang dilahirkan
dengan perantaraan alat-alat komunikasi kedalam
bentuk yang dapat ditangkap oleh indera
pendengaran (seni musik), penglihatan (seni
rupa), atau yang diahirkan dengan perantaraan
gerak (seni tari) (Ensiklopedi Umum).
c. Kerajinan: adalah hal yang berkaitan dengan
buatan tangan. Kerajinan terbuat dari berbagai
bahan. Dari kerajinan menghasilkan hiasan
maupun barang pakai. Arti yang lain ialah usaha

Gambar 1. Peta Lokasi Danau Tondano
PASAR SENI DAN KERAJINAN RAKYAT DI MINAHASA ...

21
yang berterusan penuh semangat ketekunan,
kecekatan, kegigihan, dedikasi dan berdaya maju
dalam melakukan sesuatu perkara
(www.wikipedia.com).
d. Rakyat : penduduk di suatu daerah pemerintahan
dalam suatu negara.
e. di Minahasa : menunjukkan Minahasa sebagai
tempat/lokasi.
Sehingga secara umum Pasar Seni dan
Kerajinan Rakyat merupakan tempat berkarya,
pementasan, pameran, dan tempat bertemunya penjual
(seniman dan pengrajin) dengan pembeli (peminat
seni dan kerajinan) untuk mengadakan transaksi jual
beli benda-benda seni dan kerajinan di daerah
Minahasa .

Gambaran umum Pasar Seni dan Kerajinan
Pasar Seni dan Kerajinan Rakyat di
Minahasa hadir untuk mewadahi kebutuhan para
seniman, pengrajin, serta para peminatnya terhadap
kegiatan-kegiatan seni, kegiatan jual-beli produk-
produk seni dan kerajinan, serta informasi tentang
keberadaan seni dan kerajinan di Minahasa yang
menjadi warisan rakyat Minahasa. Sebagai satu-
satunya pasar seni dan kerajinan rakyat di Minahasa,
maka pasar seni ini diharapkan dapat menampung
berbagai kebutuhan masyarakat dalam dan luar daerah
Minahasa menyangkut hal tersebut sehingga menjadi
sebuah kontribusi besar dalam menjaga kelestarian
kebudayaan Minahasa yang saat ini sudah hampir
hilang.
Dengan demikian keberadaan Pasar Seni dan
Kerajinan ini melahirkan beberapa fungsi utama,
antara lain : Fungsi Pemasaran, dimana objek
rancangan berfungsi sebagai wadah transaksi jual-beli
produk seni dan kerajinan antara seniman/pengrajin
dengan konsumennya; Fungsi Pagelaran, objek
rancangan merupakan wadah pertunjukkan seni serta
pameran produk seni serta kerajinan; Fungsi
Informatif, pasar seni memposisikan diri sebagai
sumber informasi yang berharga tentang keberadaan
seni dan kerajinan rakyat di Minahasa serta
penyebarannya; Fungsi Rekreatif, penghadiran seni
dan kerajinan rakyat Minahasa dalam satu tempat
apalagi ditunjang dengan fasilitas rekreasi maka dapat
memberikan nuansa lain bagi masyarakat sehingga
mampu menarik perhatian masyarakat untuk menjadi
tujuan rekreasi mereka.
Bangunan yang akan hadir sendiri merupakan
hasil dari transformasi arsitektur tradisional Minahasa
berdasarkan adanya batasan-batasan internal serta
eksternal sehingga menghasilkan bangunan yang
berbudaya namun juga ramah terhadap lingkungan.
Pasar Seni dan Kerajinan tergolong pasar
tradisional, karena disini penjual dan pembeli saling
berhadapan langsung sama halnya dengan pasar
dagang biasa, hanya saja barang-barang dan kegiatan
jual-beli di dalamnya dibatasi pada kesenian dan
kerajinan tangan. Berdasarkan studi komparasi yang
ada, pasar ini umumnya bermassa banyak.
Terciptanya pasar seni dan kerajinan
merupakan suatu pemenuhan kebutuhan manusia akan
benda-benda seni dan kerajinan. Untuk lebih
mendalami pemahaman mengenai objek rancangan,
maka dilakukan melalui pemaknaan fungsi, aktivitas,
program ruang dan struktur kelembagaan dalam pasar
seni dan kerajinan.

Fungsi
Pasar seni pada umumnya memiliki fungsi yang sama
dengan pasar dagang biasa, namun pasar seni
memiliki fungsi khusus yang lebih kompleks dari
pasar dagang biasa. Fungsi utama pasar seni adalah :
a. Pasar seni sebagai tempat berinteraksi atau
berkomunikasi antara seniman, pengrajin serta
konsumen.
b. Pasar seni sebagai area tempat jual beli barang
seni dan kerajinan
c. Pasar seni sebagai tempat berkarya dan pagelaran
kesenian
d. Pasar seni sebagai tempat rekreasi
Fungsi lainnya adalah :
a. Pasar seni sebagai tempat studi atau latihan
b. Pasar seni sebagai tempat lapangan pekerjaan
c. Pasar seni sebagai sumber pendapatan daerah

Aktivitas
Pada umumnya kegiatan yang terjadi dalam pasar seni
adalah :
a. Perdagangan, barang-barang seni dan kerajinan.
b. Kegiatan seni, berupa pertunjukkan atau kegiatan
kesenian lainnya.
c. Mencari informasi, tentang kesenian dan
kerajinan.
d. Perkantoran, tempat pimpinan dan staff pengelola
pasar seni.
Berdasarkan pemakainya, aktifitas pasar seni
terdiri dari: (i) aktifitas pengelola, (ii) aktifitas
pedagang/penyewa kios, (iii) aktifitas seniman dan
pengrajin, dan Aktifitas pengunjung.

Fasilitas yang dibutuhkan
Berdasarkan studi komparasi yang ada,
fasilitas dan ruang yang dibutuhkan pada pasar seni
umumnya terdiri atas :
a. Kios-kios seni dan kerajinan,
b. Teater terbuka,
M.C. DORTHEA

& R.A.J. SONDAKH

22
c. Gedung kesenian,
d. Plaza rakyat/ taman,
e. Kantor pengelola,
f. Foodcourt atau restoran makanan yang sudah
dimasak
g. Toilet umum, Atm galeri, parkir, gardu pandang,
pusat informasi, dan lainnya.

KONSEP TRANSFORMASI ARSITEKTUR
TRADISIONAL MINAHASA
Konsep tematik yang digunakan adalah
Transformasi Arsitektur Tradisional Minahasa.
Transformasi yang dimaksud adalah perubahan
bentuk, wujud, sifat, fungsi. Transformasi disini
berarti perubahan dengan menghilangkan identitas
asalnya atau dapat pula dengan tidak menghilangkan
ciri asalnya.
Arsitektur: (secara tipologis) aktifitas yang
menghasikan objek tertentu, yang disebut objek
arsitektural (Budihardjo 1994). Tradisional lekat
dengan kebudayaan/tradisi yang masih hidup,
tatanan, wawasan, dan tata laku yang berlaku sehari-
hari secara umum dalam suatu kelompok masyarakat.
Sedangkan Minahasa: salah satu kabupaten di
propinsi Sulawesi Utara, Indonesia dengan Ibu kota
kabupaten terletak di Tondano. Jadi, transformasi
Arsitektur Tradisional Minahasa adalah perubahan
bentuk, wujud, sifat, dan fungsi sebuah objek
arsitektural yang lekat dengan kebudayaan/tradisi
masyarakat Minahasa (rumah tradisional minahasa).
Sesuai dengan teori yang dikemukakan Rapoport
dalam Sondakh (2003), yaitu: manusia dan
lingkungan saling mengisi satu dengan yang lainnya
(saling berinteraksi). Suatu bangunan merupakan
tempat kegiatan pemilik untuk menampilkan jati
dirinya dalam proses berbudaya. Suatu
bangunan/rumah bukan merupakan hasil kekuatan
fisik saja, tetapi terkait juga dengan faktor sosial
budaya didalamnya.
Dengan demikian sesuai dengan pemakai
objek rancangan dan lingkungan/lokasi objek yaitu
masyarakat, seniman dan pengrajin di Minahasa,
maka diperlukan suatu lingkungan fisik yang ditata
(Arsitektur) sedemikian rupa sehingga dapat menjadi
rumah bagi para pemakainya.

Rumah Tradisional Minahasa
Orang Minahasa mempercayai bahwa setiap
tempat atau tanah dihuni oeleh suatu hakekat yang
tidak tampak dan diantaranya adalah roh jahat atau
hantu. Adapun penangkal roh jahat dilakukan dengan
magis atau mantra (perkataan atau kalimat yang dapat
mendatangkan gaya gaib) (Hamzuri; 1976 dalam
Frick; 1997).
Hal terpenting dalam kaitannya dengan usaha
mendirikan bangunan adalah penentuan hari yang
diberikan oleh walian lewat perantaraan bunyi burung
hantu dan lewat tonaas-tonaas kampung. Juga
dikatakan Alexander dalam Wenas (2007),
penempatan tiang raja (molo) adalah sebagai batasan
atau peralihan antara bangunan dan langit.
Peletakkan tangga di depan rumah dan juga
peletakkan pintu atau lubang pada rumah harus
sejajar. Hal ini dipercaya agar supaya roh jahat yang
masuk ke dalam rumah tidak akan tertahan di dalam,
melainkan akan berjalan terus melewati pintu
belakang dan kemudian keluar (Watuseke dalam
Sondakh 2003). Seni bangunan rumah Minahasa
jaman pra-sejarah menggunakan teknik ikat, karena
rumah dibangun di atas pohon tinggi yang
dikarenakan takut bahaya banjir dan serangan
binatang buas. Gambaran pertama mengenai rumah
Minahasa abad awal ke 17 ditulis oleh penulis
Belanda Robertus Padtbrugge dalam Wenas (2007),
sebagai berikut : Rumah orang Minahasa berbentuk
rumah panjang bertiang tinggi, saat rumah didiami
lima sampai sembilan keluarga dimana setiap
keluarga memiliki dapur sendiri. Keluarga tertua
memiliki ruangan yang terbesar, tangga rumah dari
satu batang kayu utuh yang diberi takikan untuk
pijakan kaki.
Sekitar tahun 1850-an penulis barat
DR.W.R.Van Hoevell (Wenas 2007) menulis bahwa
rumah panjang Minahasa sudah berganti rumah
panggung, yang setiap rumah dihuni oleh satu
keluarga seperti yang dilihatnya di Tonsea. Tapi
pembangunan rumah masih tetap seperti jaman
pembangunan rumah panjang, yakni khusus rumah
pemimpin masyarakat atau keluarga tertentu masih
menanamkan kepala manusia pada bagian bawah tiang
utama untuk memberikan kekuatan pada rumah.
Karena adat kebiasaan potong kepala belum hilang,
maka pada rumah panggung dibuat seperti menara
pengawas dengan tiang tinggi yang kuat dan papan
lantai yang tebal untuk melindungi keluarga dari
serangan para pencari kepala orang di malam hari.
Arsitektur bangunan rumah Minahasa memiliki dua
bentuk yakni rumah panjang yang disebut Wale
Wangko yang tidak memiliki dinding kamar dari
papan dan loteng (Gambar 2 & 3).
Bagian dalam rumah hanya terdiri dari tiang-
tiang penyanggah atap rumah, dan pada tiang-tiang ini
diberi rentang tali atau bambu untuk menggantung
anyaman bambu atau tikar yang berfungsi sebagai
sekat pembatas ruangan. Rumah panggung jenis kedua
PASAR SENI DAN KERAJINAN RAKYAT DI MINAHASA ...

23
pada periode selanjutnya mulai tahun 1840-an, disebut
Wale dan berukuran lebih kecil karena hanya dihuni
satu keluarga. Rumah tersebut terdiri atas:
a. Ruang depan yang terbuka tanpa dinding disebut
Loloang (Fores), tempat menerima tamu.
(sifatnya publik)
b. Kamar-kamar yang dibatasi dengan dinding
papan, ada kamar tidur dan ruang makan. (Privat)
c. Ruang tamu di dalam rumah atau pores dalam
yang juga sering digunakan sebagai ruang
berkumpul keluarga. (semi privat)
d. Sirkulasi menerus dari pintu depan sampai pintu
belakang, yang letaknya di tengah rumah.
e. Di atas kamar ada Loteng, tempat menyimpan
hasil pertanian atau menjemur pakaian.
f. Bangunan dapur disebut Raramporan dibuat
menyambung di belakang rumah induk, untuk
pengamanan bahaya kebakaran dari dapur.
Dalam catatan Wenas (2007), disebutkan
bahwa fondasi rumah terbagi atas dua, yaitu rumah
yang tiang-tiangnya diletakkan di atas batu di sebut
Wale Meiwangin, dan rumah yang tiang-tiangnya
diletakkan di atas balok datar disebut Wale Meitotol
(Gambar 4).
Seluruh bangunan rumah menyatu dengan
tiang rumah dan tahan terhadap gempa bumi. Pada
gempa bumi yang sangat keras, banyak dari rumah
model ini hanya berpindah tempat tetapi tidak roboh.
Ruangan dibawah atap rumah disebut Loteng Soldor
(Paa dalam bahasa Tombulu). Kayu memanjang pada
atap rumah dari depan sampai ke belakang disebut
Kewu. Di depan
rumah terdapat dua tangga kiri dan kanan.
Untuk melihat rumah tradisional adat Minahasa ini,
dapat ditemukan pada desa-desa di Minahasa yang
umumnya sebagian rumah masih berupa rumah
panggung tradisional. Akan tetapi kebanyakan telah
mengalami perubahan bentuk, sesuai dengan
kebutuhan pemiliknya.

Tampilan bangunan Tradisional Minahasa
Kemiringan atap 45
0
-60
0
, merupakan
pengembangan dari bentuk atap limasan dan bentuk
atap pelana dengan bahan penutup katu (rumbia) dan
seng. Bentuk denah umumnya persegi panjang.
Warna: yang mendominasi adalah warna coklat muda
dan cokat tua (warna kayu), sehingga tercipta suatu
kesan alamiah, anggun dan berwibawa. Organisasi
Ruang dalam rumah tradisional Minahasa, sebagai
berikut (Gambar 5): (i) Ruang umum (publik):
serambi (pores luar); (ii) Semi publik : ruang tamu
(pores dalam), ruang makan; (iii) Privat : ruang tidur
(bilik); dan (iv) Servis : dapur yang terpisah dengan
rumah induk, letaknya bisa di belakang, atau di
samping rumah. Interior menonjolkan material kayu
sebagai interior rumah. Sistem Penghawaan
menggunakan penghawaan alami. Pondasi
menggunakan sistem pondasi yang digunakan adalah
pondasi dari batu alam yang dietakkan bebas pada
permukaan tanah. Bangunan diletakkan begitu saja
pada tumpuan batu alam ini, ini analog dengan
perletakkan roll. Adajuga bangunan yang diletakkan di
atas balok, sehingga tiang-tiang penyangga rumah
bertumpu pada balok tersebut, fungsinya sebagai
peredam gempa. Balok tiang dan lantai: balok tombol
(tiang) diletakkan bebas di atas tumpuan batu atau
balok. Menggunakan satu tangga di depan rumah yang
dapat diangkat bila tidak dipakai, dan satu lagi terletak
dibelakang rumah. Bentuk atap, segitiga dengan sudut
kemiringan 45
0
-60
0
, agar atap tidak gampang rusak
akibat hujan. Memiliki tambahan berupa tirisan,
sehingga atap tampak seperti atap joglo. Orientasi
rumah dari selatan ke utara karena kepercayaan akan
adanya angin jaha (angin barat) dan angin baik (angin
Selatan). Transformasi atau transformation (dalam
bahasa inggris) yang berarti perubahan bentuk. Teori
transformasi dalam arsitektur antara lain dipaparkan
oleh Antoniades dalam bukunya Poetics of
Architecture, Josef Prijotomo dalam diktatnya tentang
tipologi geometri, dan D.K. Ching dalam bukunya
Architecture: Form, Space and Order.
Sedangkan menurut Josef Prijotomo dalam
diktatnya tentang tipologi geometri mengemukakan

Gambar 2. Rumah Tradisional Minahasa
(sumber: www.minahasa.go.id, November08)



Gambar 3. Sketsa Tondano di abad 18
(sumber: Wenas 2007)

M.C. DORTHEA

& R.A.J. SONDAKH

24
bahwa pengubahan adalah ikhwal membuat sebuah
benda asal berubah menjadi benda jadian yang
memperlihatkan adanya serangkaian perbedaan dari
benda asalnya. Pengubahan ini ada dua macam yaitu
pengubahan yang menjadikan benda jadian sudah
tidak menunjukkan kesamaan dengan benda asalnya,
dan yang kedua adalah benda jadian berbeda dari
benda asalnya tetapi masih menunjukkan adanya
petunjuk - petunjuk akan benda asalnya. Merujuk pada
teori transformasi di atas maka dapat disimpulkan
bentuk - bentuk seperti apa saja yang tergolong pada
kategori transformasi yang pertama atau yang kedua
(Timbuleng 2008).
D.K. Ching (1991) memaparkan bahwa
perubahan bentuk (transformasi) dapat terjadi melalui
variasi-variasi yang timbul, sebagai berikut: (i)
Perubahan- perubahan dimensi, di mana suatu bentuk
dapat dirubah dengan merubah satu atau lebih dimensi
- dimensinya dan tetap memiliki identitas asalnya; (ii)
Perubahan-perubahan akibat pengurangan, di mana
suatu bentuk dapat dirubah dengan mengurangi
sebagian dari volumenya. Tergantung dari besarnya
proses pengurangan yang terjadi, suatu bentuk mampu
mempertahankan identitas asalnya atau dirubah
menjadi suatu bentuk dari jenis yang sama sekali lain;
(iii)Perubahan-perubahan akibat penambahan, di mana
suatu bentuk dapat dirubah dengan menambah unsur-
unsur tertentu kepada volumenya. Sifat proses
penambahan akan menentukan apakah identitas
bentuk asal dapat dipertahankan atau berubah.
Dari uraian tersebut di atas, dapat dicermati
dan disimpulkan bahwa sebuah bentukan bisa
ditransformasikan menjadi olahan bentuk baru yang
masih menunjukkan identitas asalnya atau sama sekali
berbeda. Hal itu tergantung pada seberapa
berpengaruhnya bentuk asal tersebut pada
perancangan nantinya secara arsitektural.

PERENCANAAN PASAR SENI DAN
KERAJINAN RAKYAT DI MINAHASA
Sesuai dengan tema, konsep bangunan Pasar
Seni dan Kerajinan Rakyat di Minahasa mengacu pada
hubungan antara bangunan dan manusia serta
lingkungan sekitar dimana objek itu berada, yang
mengacu pada pentransformasian arsitektur tradisional
Minahasa. Pada objek rancangan, konsep tematik
relevan diaplikasikan pada bentuk dari bangunan,
serta pada penciptaan ruang (Penzoningan).
Adapun transformasi yang dipakai adalah
transformasi tradisional oleh Antoniades. Menurut
Antoniades (1990) bahwa transformasi adalah proses
perubahan bentuk dimana sebuah bentuk dapat
mencapai tingkatan tertinggi dengan jalan menanggapi
banyaknya pengaruh - pengaruh eksternal dan internal.
Ada 3 strategi utama dalam transformasi
menurut Antoniades yaitu:
a. Strategi tradisional: evolusi progresif dari sebuah
bentuk melalui penyesuaian langkah demi langkah
terhadap batasan - batasan eksternal: site, view,
orientasi, arah angin, kriteria lingkungan. Batasan
internal : fungsi, program ruang, kriteria
struktural. Batasan artistik : kemampuan, kemauan
dan sikap arsitek untuk memanipulasi bentuk,
berdampingan dengan sikap terhadap dan kriteria
pragmatis lainnya.
b. Strategi perancangan ini bisa saja menciptakan
bentuk jadian yang jauh berbeda dari bentuk
asalnya tapi bisa juga tetap menunjukkan identitas
bentuk asalnya, semuanya tergantung pada
seberapa banyak dan besar perubahan yang
terjadi.


Gambar 4. Sketsa rumah & nama bagian-bagian rumah tradisional Minahasa (sumber: Wenas 2007)

PASAR SENI DAN KERAJINAN RAKYAT DI MINAHASA ...

25
c. Strategi peminjaman (borrowing) : meminjam
dasar bentuk dari lukisan, patung, objek, benda-
benda lain, dan mempelajari properti dua dan tiga
dimensinya sambil terus - menerus mencari
kedalaman interpretasinya dengan memperhatikan
kelayakan aplikasi dan validitasnya. Transformasi
borrowing ini adalah pictorial transfering
(pemindahan rupa) dan dapat diklasifikasikan
sebagai pictorial metaphor (metafora rupa).
d. Strategi transformasi borrowing pada dasarnya
hanya meminjam bentukan yang sudah ada,
sehingga antara bentuk asal dan bentuk jadian
pastilah tak jauh berbeda dan memang
dimaksudkan untuk tidak terlalu banyak
melakukan perubahan.
De-konstruksi atau De-komposisi; sebuah
proses dimana sebuah susunan yang ada dipisahkan
untuk dicari cara baru dan tatanan baru dengan strategi
struktural dan komposisi yang berbeda. Strategi
transformasi ini menciptakan bentuk jadian yang
berbeda dari bentuk asalnya, karena pada dasarnya
strategi ini merupakan proses yang mengubah susunan
yang ada dengan cara memisahkannya kemudian
disusun dengan tatanan atau komposisi yang
berbeda.Transformasi ini dianggap sesuai untuk
diterapkan pada objek perancangan karena perubahan
bentuk yang terjadi tidak menghilangkan ciri bangunan
asalnya, melainkan mengadakan penyesuaian terhadap
batasan eksternal, dan internal objek rancangan.
Adapun aplikasi tema terhadap objek rancangan
dirangkum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Strategi Aplikasi Tematik Pada Rancangan.












Unsur-unsur Desain
Arsitektural
Strategi Aplikasi Transformasi Arsitektur Tradisional Minahasa pada Bangunan
Pola perletakkan fasilitas Perletakkan fasilitas mengacu pada pola perletakkan ruang dalam rumah tradisional Minahasa, yang
terbagi atas beberapa Zona ruang yaitu Zona publik, Zona semi privat, Zona Privat, Zona Servis.
Sirkulasi dan Enterance
pada tapak
Sirkulasi dan enterance pada tapak mengadaptasi pola sirkulasi dan enterance pada rumah
tradisional Minahasa. Mengadaptasi pola sirkulasi menerus, penerapannya pada enterance utama
bagi pengunjung.
Orientasi bangunan Orientasi bangunan di ambil dari orientasi bangunan rumah tradisional minahasa yang menghadap ke
arah utara-selatan, terpengaruh dari kepercayaan akan adanya angin selatan yang membawa
kebaikan, dan angin barat yang membawa keburukan.
Orientasi bangunan merupakan hal yang paling mutlak untuk diperhatikan dalam merancang. Bentuk
dasar merupakan hasil penyatuan dari tipologi bangunan pasar seni dengan unsur-unsur
perancangan tematik.
Bentuk dasar Bangunan Bentuk dasar bangunan merupakan adaptasi bentuk persegi panjang rumah tradisional minahasa
sebagai bentukan dasar rumah tradisional minahasa, tentunya dengan memperhatikan lansekap
lingkungan sekitar selain itu bentuk hadir berdasarkan analisa aliran angin dan pencahayaan
matahari pada tapak.
Struktur bangunan Struktur bangunan yang diterapkan merupakan hasil dari penyesuaian terhadap lingkungan sekitar.
Bagian-bagian struktur rumah tradisional Minahasa dipertahankan, namun diadakan penyesuaian
terhadap lingkungan.
Pondasi Sebagian besar bangunan menggunakan pondasi batu kali, dan pondasi telapak pada satu
bangunan, sebagai pengganti umpak pada rumah tradisional Minahasa. hal ini merupakan
penyesuaian terhadap fungsi bangunan.
Kolom & Balok Pewarnaan kolom disesuaikan dengan warna dinding, pemakaian bahan kolom yang tahan terhadap
perubahan cuaca.
Dinding Bentuk dinding vertikal dan datar, material dinding berupa bahan yang mampu untuk menahan panas
ke dalam ruangan, warna dinding umumnya tidak menimbulkan efek silau dan memantulkan panas.
Warna dinding mampu untuk memantulkan sinar di dalam ruangan untuk memaksimalkan
pencahayaan alami dalam ruangan.
Atap Struktur atap yang digunakan harus besar dan kuat, mengingat sesuai dengan fungsinya untuk
mewadahi kegiatan yang terjadi didalamnya yang memerlukan bentangan yang lebar dan bebas
kolom. Selain kuat, bahan struktur juga tidak merusak lingkungan.
M.C. DORTHEA

& R.A.J. SONDAKH

26
KONSEP RANCANGAN
Konsep Entrance, Sirkulasi dan Parkir
Konsep Entrance ke dalam tapak dibagi
dalam 2 jenis yaitu: entrance kendaraan dan entrance
khusus pejalan kaki (Gambar 6). Untuk entrance
pejalan kaki ditandai dengan adanya plasa yang
berbentuk bundar. Untuk jalur kendaraan terbagi atas
kendaraan pengunjung, kendaraan servis dan
kendaraan pengelola.
Konsep Sirkulasi pada tapak yaitu dengan
konsep Possession Movement yaitu adanya Pedestrian
Way, trotoar, pavement yang diperuntukkan bagi
pejalan kaki sedang jalan aspal untuk kendaraan.
Pembedaan sirkulasi bertujuan untuk menciptakan
kenyamanan bagi pejalan kaki maupun bagi yang
berkendara. Fasilitas parkir menggunakan parkir 45.
Fasilitas parkir terbagi 2 yaitu parkir khusus
pengunjung dan parkir area loading deck . Fasilitas
parkir pengunjung sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu
parkir kendaraan pribadi, dan parkir motor. Konsep
jalur sirkulasi pejalan kaki di dalam tapak yaitu
konsep Multiple enclosure dengan adanya variasi
permainan ruang yaitu area - area penembusan pada
seluruh bangunan dan pada beberapa area hal ini
untuk mempermudah bagi pengunjung untuk
mencapai area dagang yang lain. Sedangkan pada
beberapa bagian sirkulasi linear yang cukup panjang
untuk mengarahkan para pengunjung untuk berpindah
dari satu bangunan ke bangunan yang lain.
Konsep Ruang Luar
Konsep ruang luar, yaitu: adanya ruang
terbuka didalam area pasar Seni (Gambar 7). Tujuan
adanya ruang terbuka ini sebagai tempat peresapan air,
juga untuk tempat bagi pengunjung untuk beristirahat
melepas lelah sejenak sebelum melanjutkan kegiatan
berbelanja. Konsep ruang terbuka yang lainnya yaitu

Gambar 6. Rancangan Entrance, Sirkulasi dan Parkir
PASAR SENI DAN KERAJINAN RAKYAT DI MINAHASA ...

27
adanya vegetasi pada area dalam pasar dengan tujuan
sebagai pembatas antar area Publik, semi privat dan
area privat. Selain itu vegetasi juga berfungsi sebagai
peneduh dan penyejuk dalam area pasar seni.

KONSEP GUBAHAN BENTUK DAN RUANG
Fasilitas di dalam objek rancangan sendiri
merupakan kelompok fasilitas yang dipisahkan
berdasarkan tingkat (Gambar 8 & Gambar 9).
kebutuhan masyarakat akan suatu barang, hubungan
antara los-los dagang, kios-kios, jenis aktivitas dan
jenis-jenis barang yang didagangkan, selain itu
penempatan berdasarkan pengaruhnya dengan sinar
matahari, view dan jenis aktifitas di dalamnya.
Selain itu perletakan fasilitas di dalam site di
ambil dari organisasi ruang yang terdapat pada rumah
tradisional minahasa. Bentuk dasar dan orientasi
bangunan disesuaikan dengan keadaan klimatologi
yang ada pada tapak. Bentuk geometri bangunan juga
disesuaikan dengan tipologi pasar yang kaku dan
monumental, dan di tunjang dengan acuan bentuk
rumah tradisional Minahasa sebagai tema

Gambar 7. Konsep Ruang Luar
M.C. DORTHEA

& R.A.J. SONDAKH

28
perancangan. Penyinaran matahari dan aliran angin
adalah faktor utama dalam proses terjadinya bentuk.
Bentuk persegi panjang yang memperlihatkan
orientasi bangunan adalah manifestasi dari arah
bukaan yang memanfaatkan aliran angin dominan
yaitu angin barat dan selatan sebagai hal mutlak untuk
sirkulasi udara dalam bangunan.

KONSEP STRUKTUR
Sistem struktur dan konstruksi yang
digunakan pada bangunan didasarkan pada fungsi dan
aktivitas yang diwadahi objek serta kondisi
lingkungan dan tapak. Pada dasarnya sistem struktur
yang digunakan dianggap memenuhi syarat
fungsional, struktural dan estetis (Gambar 10).
Perencanaan struktur terdiri dari :

Struktur Bawah (Low Structure)
Struktur bawah disesuaikan dengan keadaan
geologi tapak yang kondisinya merupakan tanah
berbatu. Pondasi yang dianggap sesuai dan memenuhi
kriteria adalah pondasi telapak.

Struktur Atas (Upper Structure)
Secara keseluruhan objek menggunakan
sistem rangka kaku. Sedangkan modul struktur yang
diambil adalah 8 x 8 m, hal ini dipertimbangkan dari
keefektifan dan fleksibilitas fungsi ruang yang
beraneka ragam ukurannya. Selain itu diperlukan
modul yang dapat menghemat pemakaian bahan, agar
bahan tidak banyak terbuang. Untuk atap bangunan,
pada beberapa bangunan digunakan struktur rangka
kayu, dan ada juga strruktur rangka besi tempa dengan
pertimbangan sangat mudah untuk dikerjakan, kuat
dan tahan dalam waktu yang cukup lama juga
pembiayaannya yang tak terlalu mahal.

SISTEM UTILITAS
Sistem utilitas diambil berdasarkan
relevensinya dengan tema perancangan dan fungsi dari
objek rancangan. Sistem utilitas ini, terdiri dari :
Sistem Jaringan Listrik:
Jaringan listrik berasal dari PLN, mengingat
kegiatan utama dari objek perancangan berlangsung
pada siang hari, maka penggunaan listrik terbesar
berlangsung pada siang hari, pemakaian listrik pada
malam hari,paling besar untuk menerangi ruang
ruang didalam pasar.
Sistem Penghawaan Ruangan:
Sistem penghawaan alami (passive cooling).
Sesuai dengan tema maka sebagian besar bangunan di
pasar seni dan kerajinan ini menggunakan sistem
penghawaan alami. Sistem penghawaan alami
ditempuh dengan sistem cross ventilation. Sistem
cross ventilation merupakan strategi passive cooling
dengan memanfaatkan bukaan pada dinding dan atap
bangunan dengan memakai jendela dan ventilasi.
Berdasarkan teori-teori modifikasi aliran udara, maka
strategi ini dapat diterapkan pada objek dengan
memberikan pengaruh kerusakan yang seminimal
mungkin pada objek. Khusus pada los ikan
direncanakan open-space yang lebih besar dan lebar

Gambar 8. Tampak Selatan


Gambar 9. Tampak Barat
PASAR SENI DAN KERAJINAN RAKYAT DI MINAHASA ...

29
dengan pertimbangan agar angin dapat membantu
mempercepat pengeringan
Sistem Pencahayaan:
Pencahayaan di dalam bangunan
menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan
buatan. Pencahayaan alami diperoleh melalui bukaan
pada dindng yang berupa jendela mupun. Pencahayaan
buatan diperoleh dari penggunaan lampu pada malam
hari.
Sistem Jaringan Air Bersih:
Penyediaan air bersih dalam bangunan
berasal dari Sumur Dalam (deep weel) yang dihisap
dengan pompa kemudian ditampung dalam bak
penampungan. Dari bak penampungan dipompa ke
tangki penampungan yang terletak di atas bangunan
yang kemudian didistribusikan melalui pipa vertikal
ke tempat-tempat yang membutuhkan
Sistem Pembuangan Air kotor:
Air hujan yang berasal dari bagian atap
bangunan dialirkan keluar tapak melalui saluran/riol
terbuka dan tertutup yang disediakan dalam tapak,
kemudian dialirkan ke riol kota. Sebagian air buangan
dikembalikan ke dalam tapak dengan menggunakan
sumur resapan untuk menjaga kondisi debit air tanah
yang tertampung di dalam tapak Air kotor yang
berasal dari los-los basah, dan kios kios makanan
disalurkan melalui pipa dan di olah di dalam IPAL
sederhana sebelum dibuang ke riol kota. Tujuan
penyaringan ini, agar kandungan zat berbahaya dalam
air buangan dapat dikurangi sebelum dikembalikan ke
alam agar tidak merusak lingkungan Kotoran padat
yang berasal dari kloset disalurkan melalui pipa ke
septictank dan mengalami proses pembusukan di sana
dan selanjutnya air disalurkan ke bak peresapan.
Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran:
Untuk alat deteksi digunakan deteksi asap
(smoke detector) sedangkan alat pemadam aktif yang
dipakai adalah APAR. Penggunaan hidran bangunan
(kotak yang berisi selang dengan panjang 25m) yang
diletakkan pada area 800 m
2
/unit pada tempat yang
relatif aman dan mudah terjangkau, hidran halaman
agar mudah dijangkau oleh mobil pemadam
kebakaran.
KESIMPULAN
Perancangan pasar seni dan kerajinan rakyat
di Minahasa merupakan objek rancangan yang dipilih,
karena keinginan penulis untuk mengenal lebih jauh
tentang seni dan kerajinan rakayat di Minahasa serta
kebudayaan rakyat Minahasa sendiri. Disadari bahwa
belum adanya suatu wadah pasar seni dan kerajinan di
Minahasa sangat di sayangkan. Hal ini dikarenakan
banyaknya orang Minahasa yang kurang memahami
kebudayaannya sendiri, padahal kebudayaan Minahasa
sendiri sangat menarik untuk ditonton dan untuk
diperdagangkan sehingga tidak hanya dapat
meningkatkan devisa kabupaten semata, namun juga

Gambar 11. Tampak Potongan Selatan Bangunan
Struktur Rangka
Baja
Pondasi Telapak
Tiang Kolom Beton
Bertulang
Balok Beton
Bertulang

Gambar 10. Isometri Struktur Gedung Kesenian

M.C. DORTHEA

& R.A.J. SONDAKH

30
mengangkat kesejahteraan penduduk dan kebudayaan
Minahasa sendiri.
Merancang suatu pasar seni dan kerajinan
rakayat di Minahasa ternyata tidaklah semudah yang
penulis pikirkan. Begitu banyak aspek yang harus
dipikirkan dan dipertimbangkan. Hal ini berkaitan
dengan tema yang diusung, yaitu Transformasi
Arsitektur Tradisiona Minahasa. Mentransformasikan
arsitekur Tradisional Minahasa ke dalam suatu Pasar
seni dan kerajinan di Minahasa tidak hanya bagaimana
menerapkan secara visual saja, namun juga nuansa
keminahasaannya harus dapat di rasakan oleh
pengunjung dan penikmat objek rancangan sendiri.
Dengan beberapa strategi perancangan yang
ditempuh akhirnya tercipta sebuah objek yang
berfungsi sebagai tempat untuk berbelanja,
berinteraksi dan tempat untuk rekreasi serta
pendidikan. Pendekatan perancangan pada objek ini
ditempuh dengan pendekatan perancangan yang
bersifat empiris sehingga hasil keluaran rancangan
didasari pada kajian perhitungan teoritis yang sifatnya
pasti.
Keberadaan objek rancangan, diharapakan
mampu untuk menampung kegiatan seni dan
perdagangan barang seni dan kerajinan di Minahasa
serta mengangkat kembali Arsitektur Tradisional
Minahasa agar keberadaannya tidak di kesampingkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimuos. 2003. Rencana Tata Ruang Wilayah
2003-2013. Pemkab Minahasa. Minahasa.
Antoniades. 1990. Poetics in Architecture, Intangible
Channels To Architectural Creativity, The
Channel of Transformations. Van Nostrand
Reinhold. NY.
Budihardjo, E. 1994. Jati diri Arsitektur Indonesia.
Balai Pustaka. Jakarta.
Ching, F.D.K. 1991. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan
Susunannya. Erlangga. Jakarta.
Rogi, O.H.A. 1996. Konsepsi Fungsi Arsitektur.
Karya Ilmiah Teknik Arsitektur Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Sondakh, J.A.R. 2003. Perkembangan Rumah
Tradisional Minahasa di Desa Kawiley Propinsi
Sulawesi Utara, Suatu Kajian Terhadap
Perubahan Struktur, Konstruksi dan Bentuk. Tesis
Program S2 Teknik Arsitektur Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Timbuleng, S. 2008. Stasiun Televisi 5 Dimensi di
Tomohon, tema: Strategi Transformasi Disain.
Skripsi Program S1 Teknik Arsitektur Universitas
Sam Ratulangi. Manado.
Wenas, J. 2007. Sejarah & Kebudayaan Minahasa.
Institut Seni Budaya Sulawesi Utara. Jakarta.

ISSN 2085-7020

Anda mungkin juga menyukai