Dalam
Seminar Nasional
LABORATORIUM PANCASILA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)
2008
Memahami nilai dasar negara Pancasila akan valid dengan menghayati nilai sosio
budaya dan filsafat hidup (Weltanschauung) bangsa, sekaligus amanat pendiri negara
(PPKI) yang terjabar dalam UUD Proklamasi 45, diperjelas dalam Penjelasan UUD
tersebut :
“ ….. untuk menyelidiki hukum dasar (droit constitutionelle) suatu negara,
tidak cukup hanya menyelidiki pasal-pasal Undang-Undang Dasarnya (loi
constitutionelle) saja, akan tetapi harus menyelidiki juga bagaimana
prakteknya dan bagaimana suasana kebatinannya (geistlichen
Hintergrund) dari Undang-Undang Dasar itu…… Untuk mengerti
sungguh-sungguh maksudnya Undang-Undang Dasar dari suatu negara,
kita harus mempelajari juga bagaimana terjadinya teks itu, ……. Dengan
demikian kita dapat mengerti apa maksudnya undang-undang yang kita
pelajari, aliran pikiran apa yang menjadi dasar undang-undang itu “.
B. Dasar Negara Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Sistem Ideologi
Nasional
Tegaknya suatu bangsa dan negara ialah kemerdekaan dan kedaulatan sebagai
wujud kemandirian, integritas dan martabat nasional. Bagi bangsa Indonesia dapat
dinyatakan sebagai: Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila – UUD Proklamasi.
Dalam analisis kajian normatif-filosofis-ideologis dan kritis atas UUD
Proklamasi 45 dalam hukum ketatanegaraan RI, dapat diuraikan asas dan landasan
filosofi-ideologis dan konstitusional berikut:
1. Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans Kelsen
dan Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental yang
bersifat tetap; sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari segala sumber hukum
dalam negara. Karenanya, kaidah ini tidak dapat diubah, oleh siapapun dan lembaga
apapun, karena kaidah ini ditetapkan hanya sekali oleh pendiri negara
(Nawiasky1948: 31 – 52; Kelsen 1973: 127 – 135; 155 – 162; Notonagoro 1984: 57 –
70; 175 – 230; Soejadi 1999: 59 – 81). Sebagai kaidah negara yang fundamental,
sekaligus sebagai asas kerokhanian negara dan jiwa konstitusi, nilai-nilai dumaksud
bersifat imperatif (mengikat, memaksa). Artinya, semua warga negara, organisasi
infrastruktur dan suprastruktur dalam negara imperatif untuk melaksanakan dan
membudayakannya.
Sebaliknya, tiada seorangpun warga negara, maupun organisasi di dalam negara yang
dapat menyimpang dan atau melanggar asas normatif ini; apalagi merubahnya.
2. Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan bagi
negara Proklamasi 17 Agustus 1945 (baca: NKRI) ialah berwujud: Pembukaan UUD
Proklamasi 1945. Maknanya, PPKI sebagai pendiri negara mengakui dan
mengamanatkan bahwa atas nama bangsa Indonesia kita menegakkan sistem
TAP MPR
U U D 45
P A N C A S I L A
N-SISTEM NASIONAL*
SISTEM HUKUM NASIONAL
FILSAFAT HUKUM
FILSAFAT NEGARA
SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP
Dalam dinamika millenium III dan postmodernisme yang paling dirasakan ialah
dinamika globalisasi-liberalisasi sekaligus postmodernisme yang menggoda dan
melanda bangsa-bangsa, terutama negara berkembang.
Juga memperhatikan runtuhnya negara adidaya Unie Soviet pasca reformasi
glasnost dan perestroika; mereka kehilangan kepercayaan kepada integritas dan
otoritas negara Unie Soviet sekaligus ideologi marxisme-komunisme-atheisme ---yang
telah dipraktekkan sejak 17 Oktober 1917, runtuh 1990 (McCoubrey & White 1996: 114
—121)---. Era reformasi Indonesia, Mei 1998 hampir satu dasawarsa bangsa dan NKRI
hidup dalam krisis multidimensional yang tak teratasi.
Reformasi yang ditandai dengan sikap elite politisi memuja kebebasan dan
demokrasi atas nama HAM. Fenomena sosial politik dan ekonomi bangsa nampak
terlanda oleh praktek budaya supremasi ideologi politik neo-liberalisme-kapitalisme
---yang bergerak sebagai “proses supremasi dan dominasi” ideologi neo-liberalisme
yang berwatak: sekularisme-pragmatisme dan neo-imperialisme!
Secara filosofis-ideologis dan politis bangsa dan negara RI sesungguhnya telah
terbawa a r u s dan dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme; tepatnya
tergoda dan terlanda oleh praktek budaya ideologi neo-imperialisme yang sinergis
dengan gerakan kebangkitan neo-PKI (Perhatikan watak: neo-liberalisme dan neo-PKI
dalam skema 3).
Ternyata kemudian, mereka telah dididik juga sebagai kader pengembang ideologi
dan politik ekonomi kapitalisme-liberalisme ---termasuk dalam NKRI---. Kepemimpina
mereka belum membuktikan keunggulannya dalam mengatasi multi –krisis nasional yang
makin menghimpit rakyat warga bangsa tercinta. Kondisi buruk ini dapat menjadi lahan
subur bangkinya neo-PKI/KGB yang berpropaganda menjadi ”penyelamat ” kaum
miskin dan buruh tani dalam NKRI!
Tantangan globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme dapat berwujud adanya
degradasi wawasan nasional dan wawasan ideologi nasional. Demikian pula adanya
degradasi mental ideologi, seperti budaya demokrasi liberal dan HAM
individualisme-egoisme--- bukan kesatuan dan kerukunan sebagai asas moral filsaafat
dan ideologi bangsanya---. Perhatikan beberapa fenomena sosial politik dan ekonomi
(neo-liberal) dalam era reformasi sebagai praktek budaya: kapitalisme-liberalisme
dan neo-liberalisme dalam hampir semua bidang kehidupan Indonesia, bermuara sebagai
neoimperialisme! Sinergis dengan kondisi global maka dalam NKRI juga tantangan
kebangkitan neo-PKI / KGB;! Perhatikan dan hayati skema 3 !
TAP – MPR *
NEO-IMPERIALISME
NEO-LIBERALISME NEO-KOMUNISME, NEO-PKI, KGB
SEKULARISME-PRAGMATISME KEDAULATAN NEGARA (= ETATISME),
DEMOKRASI LIBERAL, U U D 45 KOLEKTIVISME – INTERNASIONALISME
INDIVIDUALISME – AN. HAM MARXISME – KOMUNISME – ATHEISME,
KAPITALISME (MATERIALISME) DIALEKTIKA–HISTORIS–MATERIALISME
P A N C A S I L A
ERA – REFORMASI
POSTMODERNISME
GLOBALISASI – LIBERALISASI
skema: 3
1. Pelaksanaan Pilkada
Pilkada sebagai praktek demokrasi liberal, juga menghasilkan otoda dalam budaya
politik federalisme, dilaksanakan: dengan biaya amat mahal + social cost juga mahal,
dilengkapi dengan konflik horisontal sampai anarchisme. Pilkada dengan praktek
demokrasi liberal, menghasilkan budaya demokrasi semu (demokrasi palsu).
Bagaimana tidak semu ; bila peserta pilkada 3 – 5 paket calon; terpilih dengan jumlah
suara sekitar 40%, 35%, 25%. Biasanya, yang terbanyak 40% ini dianggap terpilih
sebagai mayoritas. Padahal norma mayoritas di dunia umumnya dengan jumlah 51% !
Apa model demokrasi-semu (=demokrasi palsu) ini yang akan dikembangkan
reformasi Indonesia? atas nama demokrasi langsung dan HAM. Bandingkan
dengan demokrasi Pancasila dalam UUD Proklamasi 45 Pasal 1, 2 dan 37!
Al-Ahwani, Ahmad Fuad 1995: Filsafat Islam, (cetakan 7), Jakarta, Pustaka Firdaus
(terjemahan pustaka firdaus).
Ary Ginanjar Agustian, 2003: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (edisi XIII), Jakarta,
Penerbit Arga Wijaya Persada.
_________________ 2003: ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al Ihsan, (Jilid II),
Jakarta, Penerbit ArgaWijaya Persada.
Avey, Albert E. 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble,
Inc.
Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and
Government, Calabasas, California, U.S Departement of Education.
Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4,
Bandung, Penerbit Alumni.
Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell
McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow,
Bell & Bain Ltd.
Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum
(sebagai Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III,
Malang, Laboratorium Pancasila.
------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-
Kultural, Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.
Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to
Jurisprudence, San Francisco, Westview Press.
Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe,
Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.
Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.
Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al 1953: History of Philosophy Eastern and Western, London,
George Allen and Unwind Ltd.
UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO
UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS – MPR RI dan UU yang berlaku. (1966;
2001, 2003) dan PP RI No. 6 tahun 2005.
Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New
York, Harvard College, University Press.
Untuk lebih memahami HAM berdasarkan ajaran Filsafat Pancasila, dilengkapi dengan
studi perbandingan dengan ajaran HAM berdasarkan Teori Natural Law (teori hukum
alam) yang dianut ideologi Liberalisme-Kapitalisme dan dengan ajaran HAM
berdasarkan Filsafat Idealisme Murni (Hegel) yang dianut ideologi marxisme-
komunisme-atheisme; perhatikan skema terlampir;
Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) Kewajiban Asasi Manusia (KAM)
skema 4
skema 5
Catatan:
Dalam filsafat Islam, sesungguhnya HAM (hidup, kemerdekaan dan hak milik) sebagai
anugerah “hanyalah” untuk manusia secara universal. Martabat mulia dan agung manusia,
pada hakikatnya berwujud integritas keimanan sebagai martabat kerokhanian manusia.
Keimanan (dan ketakwaan) inilah sesungguhnya yang manjadi mahkota dan integritas
kemuliaan martabat manusia di hadapan Maha Pencipta dan Maha Berdaulat Jadi,
kategori keimanan adalah anugerah dan amanat khusus bagi pribadi manusia yang setia
dengan komitmen kerokhaniannya, sebagaimana dimaksud (Q 7: 172; dan 49: 17; 51: 56).
Sesungguhnya, hakekat HAM dalam asas keseimbangan dengan KAM ialah kemuliaan
martabat manusia jasmani-rohani, dan dunia-akhirat. Hakekat demikian menjamin
martabat HAM yang hidup dengan kerohaniannya dalam alam keabadian (akhirat),
yang dipercaya umat beragama (sekaligus sebagai pengamalan Dasar Negara Pancasila,
sila I dan II).
DATA PRIBADI
Nama : Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH
NIP : 130220550
Tempat, tanggal lahir : Banjarmasin, 9 Maret 1937
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Nama Istri : Rulia Irsyada
Jumlah anak : 4 (Empat) orang
(pertama putra, dua putri; putra)*
(kedua putri sudah menikah)
Pekerjaan : Guru Besar FIP Universitas Negeri Malang
(PPS UM dan beberapa PPS di Jawa Timur)
Pangkat/Golongan : Guru Besar Madya (IV/c) 2000; dan Guru Besar
(IV/d) 1 April 2004
Purna tugas : 1 April 2007 (Guru Besar IV/e)
Guru Besar Emiritus, (IV/e), 1 April 2008
Jabatan fungsional : Guru Besar (usia pensiun diperpanjang,
berdasarkan SK Mendiknas No. 96007/A2.III.1/
KP/2001, tertanggal 31 Desember 2001)
Alamat Rumah : Jl.Bogor 7 Malang
Telp (0341) 551785
(HP 6281 8383897)
Kantor : Jl. Veteran No. 9 Malang
Telp/Fax 551169 dan Fax. 551921
E-mail: rektorat@malang.ac.id,
Bidang/Minat Keahlian : Filsafat Pendidikan, Filsafat Ilmu, Filsafat
(membina matakuliah) Hukum dan Filsafat Pancasila (S-1, S-2 dan S-3)
PENDIDIKAN
1. SR, SGB dan SGA di Banjarmasin.
2. Sarjana Muda FKIP Unair
3. Sarjana Pendidikan FIP IKIP MALANG
4. Doktor Ilmu Hukum (S3) PPS Universitas Airlangga
Judul Tesis/Disertasi : Penjabaran Filsafat Pancasila dalam Filsafat Hukum
(sebagai landasan pembinaan sistem hukum nasional)
PENDIDIKAN TAMBAHAN
1. Mengikuti program Innotech-SEAMEO 1971 dan studi banding sistem pendidikan Guru
di negara-negara SEAMEO.
2. Seminar Modular Instruction in U P, UNESCO, Manila 1978.
3. Berbagai Penataran Lokakarya Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara, Lemhannas
1976 dan 1978.
*)= Putera ragil meninggal kecelakaan : 18 Juli 1992 (lahir 24 Mei 1977); dan putera pertama,
meninggal demam berdarah di Surabaya 26 Juni 1995 (lahir 29 Agustus 1972)
JABATAN STRUKTURAL
1. Mulai Ketua Departemen (sekarang jurusan) PU FIP 1967 - 1972; Dept. PDS FIP
1975-1983.
2. Ketua Pelaksana Diklat Tenaga Kependidikan (Kerjasama IKIP - Ditjen Dikdasmen)
1981-1983.
3. Anggota Satgas Penatar (PMP/PPKN) Ditjen Dikdasmen Depdikbud 1978 - 1983
4. Anggota Satgas Penataran, Pengembangan Kurikulum dan Penulisan Buku Ditjen
Dikdasmen dan Dikti Depdikbud 1980 - 1985; 1989 - 1991.
5. Anggota Team Penulis Buku PMP/PPKN: SD-SMP-SMA (Buku Paket) Ditjen
Dikdasmen 1979 – 1983
6. Sekretaris Pelaksana Kerjasama Kelembagaan Lab. Pancasila UM – Dewan Hankamnas
(berkelanjutan: 1974 – 1998; 2000 – sekarang). Pakar dari Sesjen Dewan Hankamnas
1998 – sekarang.
7. Anggota Satgas Ditjen Dikti: Penulis Buku Filsafat Pancasila bagi UT (1989 - 1991)
8. Sekretaris/Wakil Ketua Harian Laboratorium Pancasila IKIP MALANG 75 - 85; 88 - 98;
Ketua Lab. Pancasila 1998-2004; 2005 sampai sekarang.
9. Ketua Team Pembukaan Program Studi Ilmu Hukum dalam UM kepada Dirjen Dikti
Depdikbud 2000
10. Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Kota Malang 2001 – 2004
11. Ketua Pelaksana Kerjasama UM – LKPKB; dan Sekretaris Perwakilan LKPKB
(Koordinator Jawa Timur) Oktober 1999 – sekarang.
Demikian data dan keterangan yang disampaikan dengan kesadaran dan tanggungjawab atas
kebenarannya.
Malang, Agustus 2008
Catatan :
*)= Lembaga Kerjasama Penumbuhan Karakter Bangsa (LKPKB) dengan
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara (LPPKB)
**)= Forum Kajian Cita Bangsa (FKCB);
Gerakan Nasional Patriot Indonesia (GNPI)
Center of Indonesian Communities Studies (CICS) Surabaya
Dalam
Seminar Nasional
LABORATORIUM PANCASILA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)
2008
A. Amandemen UUD 45
V…………………………………
1. Semua warga negara sebagai SDM Indonesia dijiwai asas moral filsafat negara
Pancasila (yang beridentitas theisme-religious). Jadi, manusia warga negara RI yang
berdalih atas nama demokrasi dan HAM tidak mengakui asas Ketuhanan Yang Maha
Esa (baca: menganut paham atheisme, seperti penganut marxisme-komunisme/PKI)
sesungguhnya bertentangan dengan Pancasila, khususnya sila I sebagai terjabar dalam
UUD 45 Pasal 29; dan
2. Semua produk kelembagaan negara (peraturan perundangan) nasional wajib bersumber,
dijiwai dan dilandasi kaidah fundamental negara atau asas kerokhanian negara (filsafat
Pancasila) seutuhnya. Demikian pula pelaksanaan semua bidang kehidupan berbangsa
dan bernegara ditegakkan dengan N-sistem nasional* (cermati skema 3).
Keunggulan sistem filsafat Pancasila secara natural dan kultural, historis dan
konstitusional dapat dihayati dalam jabaran sistem nasional, sebagai asas (imperatif)
identitas dan integritas ideologi nasional. Bandingkan dengan sistem ideologi: kapitalisme-
liberalisme, dan sosialisme; serta marxisme-komunisme-atheisme sebagai praktek budaya dan
moral politik ideologi modern!
*
) N = Sejumlah