Anda di halaman 1dari 13

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami ucapkan Puji dan Syukur atas karunia Allah yang begitu besar
memberikan kemudahan bagi kami dalam menyelesaikan tugas dalam bentuk makalah yang
berjudul Pertanian dalam Ketahanan Pangan Indonesia untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Ekonomi Indonesia.
Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen kami Bapak Dr.TM Jamil yang mana telah
membantu dalam mengarahkan kami mengenai struktur kepenulisan dan juga kepada teman
teman yang membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Kami sangat menyadari terlalu banyak kekurangan yang kami hadirkan dalam
makalah ini, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak supaya
kami dapat melakukan dengan lebih baik kedepannya.







Banda Aceh, Oktober 2014


Kelompok
ii

DAFTAR ISI

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan upaya ketahanan pangan, peranan kelompok tani
dipedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang
dan akan dilaksanakan karena petani inilah pada dasarknya pelaku utama pembangunan
ketahanan pangan.
Mengingat kebutuhan dan konsumsi masyarakat yang terus berkembang dari waktu ke
waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan sistem produksi pangan
yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, mengembangkan efisiensi
sistem usaha pangan, mengembangkan, mengembangkan teknologi produksi pangan,
mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan, serta mempertahankan dan
mengembangkan lahan produktif.
Pengembangan sumber daya manusia yang meliputi pendidikan dan pelatihan di
bidang pangan, penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidan pangan, penyuluhan
di bidang pangan telah diusahakan demi mencukupi kebutuhan masyarakat dan mengurangi
jumlah impor yang tinggi. Bahkan Indonesia berharap kelak akan menjadi negara pengekspor
dan mengejar ketertinggalannya dari negara lain.
2

BAB II

A. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ketahanan pangan?
2. Bagaimana kaitan pangan dengan sektor pertanian?
3. Apa saja faktor penentu ketahanan pangan Indonesia?
4. Apa tantangan yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan pangan Indonesia?
5. Apa upaya yang harus dilakukan untuk menciptakan ketahanan pangan?

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep ketahanan pangan
2. Untuk mengetahui keterkaitan pertanian dengan ketersediaan pangan
3. Untuk mengetahui faktor penentu ketahanan pangan Indonesia
4. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapu dalam memenuhi kebutuhan pangan
Indonesia
5. Agar mampu berperan dalam upaya menciptakan ketahanan pangan sebagai solusi
permasalahan.

3

BAB III
LANDASAN TEORI

Defenisi ketahanan pangan sangat bervariasi namun umumnya mengacu pada defenisi
dari Bank Dunia(1986) serta Maxwell dan Frankenberger(1992) yaitu Akses semua orang
setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at all times to sufficient
food for a healthy life. Atau ada beberapa defenisi yang sering menjadi acuan, diantaranya:
1. Undang undang pangan No.7 Tahun 1996 : Kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, aman, merata,
dan terjangkau.
2. USAID (1992): Kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara
fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan
produktif.
3. FAO (1977): Situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik
maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi setiap anggota keluarganya, dimana
rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.
4. FIVIMS (2005): Kondisisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, sosial
dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk
pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi
kehidupan yang aktif dan sehat
5. Mercy Corps (Keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik,
sosial dan ekonomi terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan
gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.

4

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kasus

Berdasarkan data statistik FAO (Food and Agriculture Organization) tahun 2012
Indonesia tergolong kedalam produsen dan konsumen pangan terbesar ketiga. Untuk
menutupi kebutuhan domestik yang terus meningkat tersebut, Indonesia mau tak mau
terpaksa harus melakukan impor. Sampai akhir Januari 2014 Indonesia telah mengimpor
pangan khususnya beras sebesar 353,485 ton atau setara dengan USD183,3 juta. Indonesia
memang menjadi negara pengimpor pangan nomor wahid sedunia. Sedangkan India,
Vietnam, Thailand dan Pakistan menjadi negara pengekspor terbesar didunia. Padahal dari
dulu hingga kini sektor pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian
besar penduduk negeri.

4.2 Pemecahan Masalah

Ada sejumlah faktor faktor yang diduga sangat berpengaruh selama ini terhadap
kinerja pertanian Indonesia pada khususnya dan ketahanan pangan ada umumnya, antara lain:
1. Lahan
Menurut BPS, pada tahun 2030 kebutuhan beras di Indonesia mencapai 59juta ton.
Karena luas lahan padi tahun 2007 hanya 11,6 maka untuk mendukung kebutuhan
beras tersebut diperlukan tambahan luas tanam baru 11,8juta ha. Terbatasnya laham
pertanian khususnya untuk komoditas pangan memang sudah menjadi slah satu
persoalan serius dalam kaitannya dengan ketahanan pangan Indonesia selama ini.
Menurut staf khusus dari Badan Pertahanan Nasional (BPN) Herman Siregar,
tambahan lahan pertanian baru masih sulit dilakukan karena berbagai alasan
diantaranya biaya yang mahal, pesatnya urbanisasi, dan industrialisasi yang terkadang
menggunakan lahan lahan yang sesungguhnya lebih potensial untuk ditanami.
2. Infrastruktur
Irigasi (termasuk waduk yg menjadi sumber air) merupakan bagian terpenting dari
infrastruktut pertanian ketersediaan irigasi yang baik dapat meningkatkan volume
produksi dan kualitas komoditas pangan.
3. Teknologi dan Sumber Daya Manusia
Teknologi dan SDM bukan hanya dari segi jumlah namun juga kualitas sangat
menentukan keberhasilan Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan. Bahkan dapat
dipastikan bahwa pemakaian teknologi dan input input modern tidak akan
menghasilkan output yang optimal apabila kualitas petani dalam arti wawasan dan
5

pengetahuannya mengenai teknologi pertanian, pemasaran, standar kualitas, dll
rendah.
4. Energi
Energi sangat penting bagi kegiatan pertanian lewat dua jalur yakni jalur
langsung dan tidak langsung. Jalur langsung adalah Energi meliputi listrik dan Bahan
Bakar Minyak (BBM) misalnya dalam penggunaan traktor untuk aktivitas bertaninya.
Sedangkan lewat jalur tidak langsung adalah energi yang digunakan oleh pabrik
pupuk dan pabrik yang membuat input input lainnya serta alat tranportasi dan
komunikasi.
5. Modal
Penyebab lainnya dalam keterbatasan daya tahan pangan adalah keterbatasan
dana. Di antara sektor sektor lain, pertanian yang paling sedikit mendapatkan
pinjaman dari perbankan Indonesia. Bahkan kekurangan modal juga membuat banyak
petani yang tidak mempunyai mesin giling sendiri. Padahal jika mereka menggunakan
mesin penggiling sendiri, berarti rantai rantai distribusi semakin pendek yang berarti
juga kesempatan lebih besar bagi petani mendapatkan penghasilan lebih. Hal itu akan
menambah kinerja mereka dalam bertani.

4.21 Tantangan yang Dihadapi Pemerintah dalam Mencapai Ketahanan Pangan.

1. Aspek ketersediaan pangan
Dalam aspek ini masalah pokokny adalah semakin terbatasnya kapasitas
produksi dan daya saing pangan nasional. Hal ini disebabkan oleh faktor faktor
teknis dan sosial ekonomi.
a. Teknis
Berkurangnya areal lahan pertanian karena derasnya alih lahan pertanian ke
non pertanian seperti industri dan perumahan(laju 1% pertahun)
Produktifitas pertanian yang relatif rendah dan tidak meningkat
Teknologi produksi yang belum efektif dan efisien
Infrastruktur pertanian (irigasi) yang tak kunjung bertambah
Masih besarnya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pasca panen (10-
15%)
Kegagalan produksi karena faktor iklim seperti El-Nino yang berdampak
pada musim kering yang panjang dan banjir.
b. Sosial Ekonomi
Penyediaan sarana produksi yang belum sepenuhnya terjamin oleh
pemerintah.
Sulitnya mencapai efisiensi yang tinggi dalam produksi pangan karena
besarnya jumlah petani (21 juta rumah tangga petani) dengan lahan produksi
yang semakin sempit dan terfragmentasi (laju 0,5% pertahun)
Tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan yang wajar dari
pemerintah kecuali beras.
6

Terbatasnya devisa untuk impor pangan sebagai sumber alternatif terakhir
bagi penyediaan pangan.

2. Aspek Distribusi Pangan
a. Teknis
Belum memadainya infrastruktur, prasarana distribusi darat dan antar pulau
yang dapat menjangkau seluruh wilayah konsumen
Belum rata dan belum memadainya infrastruktur pengumpulan,
penyimpanan, dan distribusi pangan, kecuali beras.
Sistem distribusi pangan yang belum efisien
Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar musim
menuntut kecermatan dalam mengelola sistem distribusi pangan agar pangan
tersedia sepanjang waktu di seluruh wilayah konsumen.
b. Sosial Budaya
Belum berkembangnya kelembagaan pemasaran hasil pangan secara baik
dalam menyangga kestabilan distribusi dan harga pangan.
Masalah keamanan jalur distribusi dan pungutan resmi pemeirntah pusat dan
daerah serta berbagai pungutan lainnya sepanjang jalur distribusi dan
pemasaran telah menghasilkan biaya distribusi yang mahal dan
meningkatkan harga produk pangan.

3. Aspek Konsumsi Pangan
a. Teknis
Belum berkembangnya teknologi dan industri pangan berbasis sumber daya
pangan lokal
Belum berkembangnya produk pangan alternatif berbasis sumber daya
pangan lokal
b. Sosial Ekonomi
Tingginya konsumsi beras perkapita per tahun (tertinggi didunia >100 kg,
Thailand 60 kg, Jepang 50 kg
Kendala budaya dan kebiasaan makan pada sebagian etnis dan daerah
sehingga tidak mendukung terciptanya pola konsumsi pangan dan gizi
seimbang serta pemerataan konsumsi pangan yang bergizi bagi anggota
rumah tangga
Rendahnya kesadaran masyarakat, konsumen maupun produsen atas perlunya
makanan yang sehat dan aman
Ketidakmampuan bagi penduduk miskin untuk mencukupi panga dalam
jumlah yang memadai sehingga aspek gizi dan keamanan pangan belum
menjadi perhatian utama.

4. Aspek Pemberdayaan Masyarakat
7

Keterbatasan prasarana dan belum adanya mekanisme kerja yang efektif
dimasyarakat dalam merespon adanya kerawanan pangan terutama dalam
dalam penyaluran pangan kepada masyarakat yang membutuhkan
Keterbatasan keterampilan dan akses masyarakat miskin terhadap sumber
daya usaha seperti permodalan, teknologi, informasi pasar dan sarana
pemasaran membuat mereka kesulitan memasuki lapangan kerjadan
menumbuhkan usaha
Kurang efektifnya program pemberdayaan masyarakat yang selama ini
bersifat top-down karena tidak memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan
kemampuan masyarakat yang bersangkutan
Belum berkembangnya sistem pemantauan kewaspadaan pangan dan gizi
secara dini dan akurat dalam mendeteksi kerawanan pangan dan gizi pada
tingkat masyarakat.

5. Aspek Manajemen.
Keberhasilan pembangunan ketahanan dan kemandirian pangan dipengaruhi
oleh efektifitas penyelenggaraaan fungsi fungsi manajemen pembangunan yang
meliputi aspek pernecanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta
koordinasi berbagai kebijakan dan program. Masalah yang dihadapi aspek manajemen
adalah:
Terbatasnya ketersediaan data yang akurat, konsisten, dipercaya dan mudah
diakses yang diperlukan untuk melakukan perencanaan pengembangan
kemandirian dan ketahanan pangan.
Belum adanya jaminan perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen kecil
di bidang pangan.
Lemahnya koordinasi dan masih adanya iklim egosentris dalam lingkup
instansi dan antar instansi, subsektor, sektor, lembaga pemerintahan dan non
pemerintah, pusat dan antar daerah.

4.22 Program dalam Upaya Ketahanan Pangan.

Dengan memperhatikan ketentuan serta tujuan dan strategi untuk mewujudkan
ketahanan pangan maka kebijakan yang akan ditempuh dikelompokkan dalam:
a. Program Jangka Pendek (sampai dengan 5 tahun).
Program jangka pendek ditujukan untuk peningkatan kapasitas produksi dengan
menggunakan sumber daya yang telah ada dan teknologi yang sudah teruji.
Komponen utama program ini adalah:
1. Ekstensifikasi atau perluasan lahan pertanian (140.000 ha/tahun).
Ekstensifikasi lahan pertanian ditujukan untuk memperluas lahan
produksi pertanian sehingga produksi pangan secara nasional yang sekarang
8

dapat ditingkatkan. Ekstensifikasi utama dilakukan untuk kedelai, gula dan
garam karena rasio impor sangat besar (30-70%).
2. Intensifikasi
Program ini diarahkan untuk peningkatan produksi melalui
peningkatan produktifitas pertanian. Intensifitas ditujukan pada lahan lahan
subur dan produktif yang memang sudah merupakan daerah lumbung
pangan.
3. Diversifikasi
Kegiatan ini ditujukan kepada peningkatan produksi pangan pokok
alternatif selain beras, penurunan konsumsi beras, dan peningkatan konsumsi
bahan pokok alternatif yang bergizi serta berbasis pada bahan pangan lokal
yang telah diteliti dalam industri.
4. Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan.
Revitalisasi/restrukturisasi industri pasca panen dan pengolahan
diarahkan pada:
Penekanan kehilangn hasil dan penurunan mutu karena teknlogi
penanganan pasca panen yang kurang baik.
Pencegahan bahan baku dari peruskan.
Pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi dan produk
pangan.
5. Revitalisasi dan Restrukturisasi Kelembagaan Pangan.
Keberadaan, peran dan fungsi lembaga pangan seperti kelompok tani,
UKM, koperasi, perlu direvitalisasi untuk membangun kemandirian pangan.
Kemitraan antar lembaga perlu didorong untuk tumbuhnya usaha dalam
bidang pangan.
6. Kebijakan Makro.
Kebijakan dalam bidang pangan perlu ditelaan dan dikaji lagi
khususnya yang mendorong ketahanan pangan dalam waktu 1-5 tahun.
Beberapa hal yang perlu dikaji seperti pajak produk pangan, retribusi, tarif
bea masuk, iklim investasi dan penggunaan produksi dalam negeri serta
kredit usaha.

b. Program Jangka Menengah. (5-10 tahun).
Beberapa program yang relevan dilakukan adalah:
1. Perbaikan UU tanah pertanian
2. Modernisasi pertanian.
3. Pengembangan jaringan dan sistem informasi antar instansi.
4. Pengembangan sarana dan prasarana jalan di pertanian agar aktivitas
pertanian lebih dinamis.

c. Program Jangka Panjang (>10 tahun)
1. Konsolidasi lahan agar agar lahan petanian dapat dikelola lebih efisien dan
efektif
9

2. Perluasan pemilikan lahan pertanian oleh petani.

10

KESIMPULAN

Untuk memperkuat ketahanan pangan nasional di era globalisasi, sebaiknya dilakukan
beberapa langkah penanganan antara lain dengan menentukan arah kebijakan di bidang
pangan secara harmonis dan sinergis serta berkelanjutan baik dalam wujud perundangan
maupun kelembagaan. Sumber daya dan teknologi pun harus dikembangkan termasuk
pembekalan dalam bentuk lahan, energi, nfrastruktur, penambahan wawasan baik permodalan
maupun penyuluhan kepada para tani agar lebih produktif lagi.
Selain itu pemerintah harus lebih serius menghilangkan hambatan yang terjadi dalam
proses pembuatan dan aplikasi serta pengawasan kebijakan dibidang pangan yang bersifat
lintas sektoral sehingga kedepannya diharapkan dapat diketahui akar masalahnya baik dari
segi ekonomi, politik dan hukum.

11

DAFTAR PUSTAKA

Dumairi.1997.Perekonomian Indonesia.Jakarta : Erlangga
Basri, Faisal.1995.Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI.Jakarta : Erlangga
Dewan Ketahanan Pangan.2006.Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Jakarta:
Departemen Pertanian
Nainggolan,K.2006.Kebijakan Ketahanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan. Jakarta:
Departemen Pertanian
Mulya, Usep.2014.(online) http://ekonomi.kompasina.com/agrobisnis/2014/02/17/upaya-
memperkuat-ketahanan-pangan-nasional-632546.html diakses pada: 12 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai