Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adria Putra Farhandika

Npm : 1102013010

Anemia Mikrositik Hipokrom

Anemia mikrositik hipokrom atau bias disebut juga anemia defisiensi besi Adalah suatu keadaan
dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah
berada dibawah normal, hal ini disebabkan karena kekurangan zat besi di dalam tubuh
penderita.
Terdapatnya zat Fe dalam darah baru diketahui setelah penelitian oleh Lemery dan Goeffy
(1713), kemudian Pierre Blaud (1831) mendapatkan bahwa FeSO4 dan K2CO3 dapat
memperbaiki keadaan krorosis, anemia akibat defisiensi Fe. Anemia mikrositik hipokrom dapat
disebabkan atau di picu oleh beberapa hal yaitu :

a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)
b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang
c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)

Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada wanita
usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan
besi selama hamil.
Ada pula beberapa penyebab lain defisiensi besi adalah:
a. Asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka sampai
usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran
saja
b. Gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi.
c. Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat
karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid.

Gambaran klinis dari anemia mikrositik hipokrom atau anemia defisiensi besi adalah Bila
defisiensi besi berkembang, cadangan RE (haemosiderindan feritin) menjadi kosong sama sekali
sebelum anemia terjadi. Pada stadium dini, biasanya tidak ada abnormalitas klinis, pasien
mungkin mengalami gejala dan tanda umum anemia dan juga memperlihatkan glositis (radang
lidah) yang tidak nyeri, stomatitis angularis, kuku sendok rapuh (koilorikia), disfagia yang
menyebabkan pharyngeal web dan nafsu makan yang tidak biasa. Gastritis atrofi dan sekresi
lambung yang berkurang, biasanya reversibel dengan terapi besi, hal ini terjadi pada sebagian
pasien.

Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa
stadium, gejalanya baru timbul pada stadium lanjut. Berikut beberapa stadium dalam anemia
mikrositik hipokrom :
- Stadium 1. Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan
dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar feritin (protein yang menampung zat
besi) dalam darah berkurang secara progresif.

- Stadium 2. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk
pembentukan se darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya
lebih sedikit.

- Stadium 3. Mulai terjadi anemia.Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak normal,
tetapi jumlahnya lebih sedikit.Kadar hemoglogin dan hematokrit menurun.

- Stadium 4. Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan
mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang
sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.

- Stadium 5. Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan
timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia
semakin memburuk.

Patofisiologi anemia mikrositik hipokrom atau anemia defisiensi besi
1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang
terjadi penurunan hanya kadar feritin (simpanan besi) Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan
saturasi transferinturun (tetapi Hb masih normal) Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin,
saturasi transferindan Hb turun (eritrosit menjadi mikrositik hipokrom)
2. Anemia pada penyakit kronis Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada
penyakit primer yang mendasarinya. Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi
tampak pada feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah
3. Anemia sideroblastik Terjadi karena adanya gangguan pada rantaiprotoporfirin.
Menyebabkan besi yang ada di sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam
eritrosit yang baru terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus.
4. Thalasemia Terjadi karena gangguan pada rantai globin.Thalasemia dapat terjadi
karena sintesis hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa
atau beta yang normal.

Ada beberapa macam pemeriksaan lab yang untuk menegakan diagnosis anemia mikrositik
hipokrom seperti dilakukannya Pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-rata) yang terdiri dari VER,
HER, KHER
1. VER/MCV (Volume Eritrosit Rata-rata) yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan jumlah
eritrosit (dalam juta) x 10.Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL. Jika lebih besar dari pada
normal : eritrositnya makrositer Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer
2. HER/MCH (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan
jumlah eritrosit (dalamjuta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg Jika lebih kecil dari
normal biasanya eritrosit hipokrom
3. KHER/MCHC (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai
hemoglobin dengan nilai hematokrit x100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35 g/dL .Jika
lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.
Kemudian kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.
Selanjutanya ada pula Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi
transferin, feritin serum dan elektroforesis Hb.

Kemudian untuk terapi anemia mikrositik hipokrom ada beberapa macam seperti :
Terapi Preparat Besi
Terapi Besi Oral : Ferrous Sulphat 2 x 300mg.
Terapi Besi Parenteral : Iron Dextran complex, iron ferric gluconate acid complex,
iron sucrosa, dll.
Terapi Lain
Diet : Makanan bergizi tinggi protein hewani.
Vitamin C : diberikan 3 x 100 mg, untuk menigktkan absorbsi besi.
Tranfusi darah.

Anda mungkin juga menyukai