Anda di halaman 1dari 19

LI 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI FERMORIS DAN ARTERI COXAE

LO 1.1 MAKROSKOPIK




Os. coxae
Os. pedis
Os. tibia
Os. fibula
Os. femur








Artikulasi ini merupakan sendi enarthrodial atau bola-dan-keranjang, dibentuk oleh pertemuan kepala
femur yang masuk ke dalam rongga berbentuk cangkir yaitu acetabulum. Kartilago artikular pada kepala
tulang paha, lebih tebal di pusat daripada disekitarnya, membungkus seluruh permukaannya kecuali
fovea capitis femoris, dimana ligamentum teres terpasang; pada acetabulum akan membentuk sebuah
cincin marjinal yang tidak lengkap, yaitu permukaan berbentuk bulan sabit. Didalam permukaan
berbentuk bulan sabit tersebut ada lingkaran depresi tanpa tulang rawan, yang diisi oleh lemak dalam
jumlah banyak, serta dilapisi oleh membran sinovial.
Ligamen-ligamen pada sendi adalah:
Kapsul artikularis
Pubocapsulare
Iliofemorale
Ligamentum teres femoris.
Ischiocapsulare
Labrum Glenoidale
Acetabular Transversum
Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumdiksi, dan
rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar dalam mengubah sudut
gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan berputar di sendi. Jadi ketika
paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di dalam acetabulum hanya dengan
sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan
abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala
femur terhadap acetabulum.
Otot Otot Paha Anterior

a. M. iliopsoas M.Psoas Major
Origo : Sisi vertebra T12-L5,Discus Invertebralis,dan Processus Transversus
Insertio : Trochanter Minor
Fungsi : Bersama memfleksikan pada articulatio coxae dan menstabilkan articulatio coxae,
Ekstensi rotasi medial.

b. M. Iliacus
Origo : Crista Illiaca,Fossa Illiaca,Ala Sacralis,dan Lig Sacro Illiaca anterior
Insertio : Tendo M.Psoas Major,dan Trochanter Minor
Fungsi : M.Psoas Major

c. M. Iliopsoas M.Psoas Minor
Origo : Permukaan Lateral Corpus Vertebra Thoracicus 2 dan lumbal 1
Insertio : Fascia Miliopsoas dan Arcus Iliopectinus
Fungsi : M.Psoas Major

d. M. Tensor Fasciae Latae
Origo : SIAS dan bagian anterior Crista Iliaca
Insertio : Tractus Ilictibialis yang melekat pada Condylus Lateralis
Fungsi : Abduksi,Endorotasi,Fleksi paha,Ekstensi lutut, dan memantapkan batang tubuh pada
Paha.

e. M. Sartorius
Origo : SIAS dan bagian takik dibawahnya
Insertio : Bagian Proksimal permukaan medial Tibia
Fungsi : Fleksi.Abduksi dan eksorotasi pada articulatio coxae dan flexi pada articulatio genus

f. M. Quadriceps Femoris
Origo : SIAI,dan os illi cranial dari acetabulum
Insertio : Alas patela dan lewat ligamentum patela pada tuberositas tibiae
Fungsi : Ekstensi pada tungka bawah pada art genus,M.Rectus femoris juga menstabilkan dan
membantu iliopsoas memfleksikan paha

g. M. Quadriceps Femuris
M.Vastus Lateralis
Origo : Trochanter major dan Labium Laterale Lineae Asperis Corporis Femoris
M.Vastus Medialis
Origo : Linea interochoenteritica dan Labium Mediale Linea Aspera Corporis Femoris
M.Vastus Intermedius
Origo : Permukaan anterior dan inferior corpus femoris
M.Articulatio Genus
Origo : distal fascies anterior femur

Otot-otot paha medial
a. M. Rectineus
Origo : Ramus superior ossis pubis
Insertio : Linea pectinata femur di bawah trochanter minor
Fungsi : Adduksi dan fleksi paha, membantu rotasi medial paha
b. M. Adductor longus
Origo : Corpus ossis pubis
Insertio : tengah linea aspera femoris
Fungsi : aduksi paha fleksi rotasi lateral sendi pinggul
c. M. adductor brevis
Origo : corpus ossis pubis dan ramus inferiorossis pubis
Insertio : linea pectinata dan bagian proksimal linea aspera femoris
Fungsi : Adduksi paha, sedikit banyak fleksi paha
d. M. Adductor magnus
Origo : Ramus inferior ossis pubis , ramus ossis ichii (bagian aduktor), tuber ischiadicum
Insertio : tuberositas glutealis, linea aspera, linea supra condylaris medialis, tuberculum adductum
femoris (bagian harmstring).
Fungsi : adduksi paha, fleksi paha, ekstensi bagian harmstring
e. M. Bracilis
Origo : Corpus ossis pubis dan ramus inferior ossis pubis
Insertio : bagian superior permukaan medial tibic
Fungsi : adduksi paha- fleksi tungkai bawah dan membantu endorotasi tungkai bawah
f. M. Obturator externus
Origo : Tepi foramen obturatum dan membrane obturatoria
Insertio : Fosso trochanterica femoris
Fungsi : Eksorotasi paha, fiksasi caput femoris dalam acetabulum adduksi

Otot paha posterior
a. M. Semitendinosus
Origo : Tuber ischiadicum
Insertio : Permukaan medial bagian proksimal tibial/permukaan medial tuberositas tibiae
Fungsi : Ekstensi paha, fleksi dan endorotasi sewaktu paha dan tungkai bawah terfleksi, ekstensi
batang tubuh
b. M. Semimembranosus
Origo : Tuberischiodicum
Insertio : Bagian posterior condyles medialis
Fungsi : Ekstensi paha, fleksi dan endorotasi sewaktu paha dan tungkai bawah terfleksi, ekstensi
batang tubuh
c. M. Biceps femoris
Origo : Caput longum tuberischiodicum
Caput brevis linea asperme dan linea supracondylaris lateralis femur
Insertio : Sisi lateral caput fibulae, tendonya disini terbelah oleh ligacolateral fibulae
Fungsi : Fleksi dan eksorotasi tungkai bawah, ekstensi paha (sewaktu mulai berjalan)

LO 1.2 MIKROSKOPIK
Pembentukan tulang Endokondral

Epiphysis
Pada tulang panjang, epiphysis adalah daerah antara pelat pertumbuhan atau luka pertumbuhan piring
dan akhir diperluas tulang, tulang rawan artikular tertutup oleh. Sebuah epiphysis pada orang dewasa
skeletally terdiri dari tulang trabekuler berlimpah dan shell tipis tulang kortikal.

Metaphysis
Metaphysis adalah wilayah junctional antara lempeng pertumbuhan (lihat gambar di bawah) dan
diaphysis tersebut. Metaphysis berisi tulang trabekuler berlimpah, tetapi tulang kortikal menipis sini
relatif terhadap diaphysis tersebut. Wilayah ini adalah situs umum untuk banyak tumor-tumor tulang
primer dan lesi serupa. Para kegemaran relatif osteosarcoma untuk wilayah metaphyseal tulang panjang
pada anak-anak telah dikaitkan dengan omset tulang yang cepat karena remodeling tulang ekstensif
selama ledakan pertumbuhan (lihat Pertumbuhan, Pemodelan, dan Renovasi Bone, di bawah).


Jenis Jaringan Tulang
Jaringan tulang dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, termasuk tekstur, pengaturan matriks,
kematangan, dan asal perkembangan.
Berdasarkan tekstur bagian lintas, jaringan tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tulang kompak (padat tulang, tulang kortikal): tulang Compact ivorylike dan padat dalam tekstur tanpa
rongga. Ini adalah shell tulang banyak dan mengelilingi tulang trabekuler di tengah. Tulang kompak
terdiri terutama dari sistem haversian atau osteons sekunder.
Spons tulang (tulang trabekuler, tulang kanselus): Sponge tulang sangat bernama karena busa dengan
rongga banyak. Hal ini terletak di dalam rongga meduler dan terdiri dari tulang

Spons Tulang


Tulang Compact

Tulang dibungkus jaringan ikat periosteum, dibawah periousteum terdapat lamel general luar. Dibagian
dalam, dinding ruang sumsum tulang dilapisi oleh endosteum. Dibawah endosteum mempunyai
kemampuan osteogenesis.
Sel tulang dibagi menjadi empat jenis :
1. Osteoblast
2. Osteosit
3. Osteoklast
4. Osteoprogenitor
Periosteum

Periosteum terdiri dari lapisan kambium batin yang berdekatan dengan permukaan tulang dan lapisan
fibrosa luar padat. Lapisan kambium terdiri dari sel osteoprogenitor, yang datar dan berbentuk
gelendong dan mampu membedakan menjadi osteoblas dan tulang membentuk dalam menanggapi
berbagai rangsangan. Serat kolagen pada lapisan luar berdekatan dengan kapsul sendi, ligamen, dan
tendon. Periosteum tebal dan longgar melekat pada korteks pada anak-anak, tetapi lebih tipis dan lebih
patuh pada orang dewasa. Periosteum tulang benar-benar meliputi, kecuali di wilayah tulang rawan
artikular dan di situs lampiran otot.
Osteoblast

Memproduksi matriks organik tulang. Sel berbentuk buah dengan inti terletak pada bagian ujung yang
kecil dari sel pada arah yang menjauhi balok tulang. Inti besar berbentuk lonjong.
Osteosit

Setelah membuat matriks tulang akan terperangkap di dalam matriks menjadi osteosit. Terdapat kanal-
kanal kecil menjulur keluar dari lakuna, yaitu kanalikuli yang mengandung cabang sitoplasma osteosit.
Osteoklast

Merupakan sel besar berinti banyak, sitoplasma asidofil dengan banyak vakuola, sehingga tampak
berbusa. Osteoklast aktiof berperan dalam destruksi atau absorpsi tulang, ditemukan pada lekukan
permukaan tulang yang sedang mengalami reabsorpsi, disebut lakuna Howship

a. Histologi Otot

Pembungkus terluar satu otot disebut Epimisium, didalam Epimisium terdapat Fasciculus yang
dibungkus oleh Perimisium. Jika satu serat Fasciculus ditarik, ada Sarcolemma. Sarcolemma dibungkus
oleh Endomysium. Apabila seratnya ditarik kembali akan ada myofibril. Myofibril merupakan penyusun
dari satu otot.
b. Histologi Sendi
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
(1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan dengan jaringan
ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis; (2) sendi kartilaginosa dimana
ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi
subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan (3) sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang
dapat mengalami pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago
hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat
sehingga dapat bergerak penuh.

LO 1.3 KINESIOLOGI
Articulatio coxae
Tulang : Antara caput femoris dan acetabulum
Jenis sendi : Enarthrosis spheroidea
Penguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunata, kelenjar Havers terdapat pada acetabula

Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. coxae tetap extensi, menghambat rotasi
femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi
kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi regak.
Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.
Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi externa. Selain itu
diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong
disebut zona orbicularis.
Capsula articularis: membentang dari lingkaran acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista
intertrochanterica.

Gerak sendi:
Fleksi : m. iliopsoas, m. pectinus, m. rectus femoris, m. adductor longus, m. adductor brevis,
m. adductor magnus pars anterior tensor fascia lata
Ekstensi : m. gluteus maximus, m. semitendinosis, m. semimembranosus, m. biceps femoris
caput longum, m. adductor magnus pars posterior
Abduksi : m. gluteus medius, m. gluteus minimus, m. pirirformis, m. sartorius, m. tensor fasciae
lata
Adduksi : m. adductor magnus, m. adductor longus, m. adductor brevis, m. gracilis, m.
pectineus, m. obturator externus, m. quadratus femoris
Rotasi medialis : m. gluteus medius, m. gluteus minimus, m. tensor fasciae latae, m. adductor magnus
(pars posterior)
Rotasi lateralis : m. piriformis, m. obturator internus, mm. gameli, m. obturator externus, m. quadratus
femoris, m. gluteus maximus dan mm. adductores.
Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula
articularis berjalan dari pinggir acetabulum os. coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum
femoris untuk melekat pada linea introchanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian
posterior colum femoris kira-kira sebesar jari di aytas crista introchanterica. Oleh karena itu, bagian
lateral dan distal belakang colum femoris adalah di luar capsula articularis. Sehubungan dengan itu
fraktur colum femoris dapat extracapsular dan dapat pula intracapsular.

Dislokasi anterior dan posterior
Dislokasi anterior : bila caput femoris terletak di depan ilium maka pada art. Coxae terjadi fleksi,
eksorotasi, dan abduksi
Dislokasi posterior : bila caput femoris terletak di belakang maka pada art. Coxae terjadi fleksi,
endorotasi, adduksi.
Pada orang tua terutama perempuan sering terjadi fraktur collum femoris 10 kali lebih banyak
daripada laki-laki. Selain daripada kondisi tulang itu sendiri (osteoporosis) juga

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fraktur

LO 2.1 DEFINISI
a. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jarongan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. (Kapita Selekta Kedokteran; 2000)
b. Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001)
c. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. ( Reeves C.J,Roux G & Lockhart
R,2001)

Fraktur colum femur adalah fraktur yang terjadi pada colum tulang femur. Rusaknya kontinuitas tulang
pangkal yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang/osteoporosis.

LO 2.2 KLASIFIKASI
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a)Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang).
b)Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a.Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b.Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c.Fraktur Multipel (garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya,
misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a.Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
b.Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
a.Tertutup
b.Terbuka (adanya perlukaan dikulit)
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
a.Garis patah melintang.
b.Oblik / miring.
c.Spiral / melingkari tulang.
d.Kompresi
e.Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patella
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a.Tidak adanya dislokasi.
b.Adanya dislokasi
At axim : membentuk sudut.
At lotus : fragmen tulang berjauhan.
At longitudinal : berjauhan memanjang.
At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.


Gambar 1.1. klasifikasi leher femur

LO 2.3 ETIOLOGI FRAKTUR
a. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
b. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan.
c. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur
patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor tulang.
Fraktur intrakapsuler (collum femur)
Ini juga disebut fraktur leher femur tinggi. Pada kelompok ini, fragmen proksimal
sering kehilangan suplai darah dan karenanya, penyatuan fraktur ini sulit.. hal ini
merupakan cedera yang serius pada lansia yang sangat tua dan orang lemah, dapat
memicu krisis keseimbangan metabolik. Hal ini dapat menjadi penyakit terminal
karena uremia, infeksi paru-paru, luka, dan berakibat fatal.


2.1.1. Klasifikasi fraktur kolum femur interkapsuler
a. Berdasarkan lokasi anatomi
1) Fraktur subkapital
2) Fraktur trans-servikal
3) Fraktur basis kolum femur
b. Berdasarkan arah sudut garis patah
1) Tipe I : sudut 30
0

2) TIpe II : Sudut 50
0

3) Tipe III : Sudut 70
0
c. Berdasarkan dislokasi atau tidak fragmen dibagi menurut Garden.


1) Garden I : Inkomplit (impacted)

Gambar 1.1. Fraktur tidak lengkap dari leher (disebut abduksi atau impaksi)
2) Garden II : Fraktur kolum femur tanpa pergeseran

Gambar 1.2. lengkap tanpa pergeseran

3) Garden III : Fraktur kolum femur dengan sebagian bergeser


Gambar 1.3. Fraktur lengkap dengan pergeseran parsial: fragmen masih terhubung
dengan retinakula posterior; ada mal-alignment dari trabekula femoralis

4) Garden IV : Fraktur kolum femur dan bergeser total

Gambar 1.4. Ini adalah fraktur leher femur lengkap dengan dislokasi penuh: fragmen
proksimal bebas dan terletak dengan benar di acetabulum sehingga trabekula
muncul dengan normal.

2.2. Fraktur ekstrakapsular (fraktur Intertrokanter Femur)
Merupakan fraktur antara trokanter mayor dan trokanter minor femur. Fraktur ini
termasuk fraktur ekstrakapsular. Banyak terjadi pada orang tua terutama pada
wanita (di atas usia 60 tahun). Biasanya traumanya ringan, jatuh kepeleset, daerah
pangkal paha kebentur lantai. Hal ini dapat terjadi karena pada wanita tua, tulang
sudah mengalami osteoporosis post menopause. Pada orang dewasa dapat terjadi
fraktur ini disebabkan oleh trauma dengan kecepatan tinggi (tabrakan motor).
(3)


2.2.1. Klasifikasi Evan-Massie
a. Stabil
I. Garis fraktur intertrochanter-undisplaced
II. Garis fraktur intertrochanter displaced menjadi varus
b. Tidak stabil
III. Garis fraktur cominutiva dan displaced varus
IV. Garis fraktur intertrochanter dan subtrokanter

2.4 PATOFISIOLOGI FRAKTUR




2.5 MANIFESTASI FRAKTUR







2.6 PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
- Palpasi
- Move

c. Inspeksi
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Keadaan umum penderita secara keseluruhan
- Ekspresi wajah karena nyeri
- Lidah kering . basah
- Adanya tanda- tanda perdarahan
d. Palpasi ( feel )
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan
- Krepitasi
- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengukur adanya perbedaan panjang
tungkai
e. Move ( pergerakan )
- Berupa pergerakan aktif dan pasif pada sendi proksimal dan distal pada daerah yang mengalami
trauma.

Pemeriksaan Radiologi pada Fraktur
Tujuan pemeriksaan :
f. Mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
g. Konfirmasi adanya fraktur
h. Menentukan teknik pengobatan
i. Melihat adanya benda asing
j. Melihat adanya keadaan patologis
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:
- Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan lateral
- Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, diatas dan dibawah sendi yang mengalami
fraktur
- Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua anggota gerak terutama
pada fraktur epifisis.
- Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah tulang.
Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang
belakang.
- Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya
tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.
Pemeriksaan Penunjang
Plain radiografi
Radiografi polos sebagai langkah awal dalam hasil pemeriksaan patah tulang panggul. Tujuan
utama film x-ray adalah untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan
lokasi dan luasnya fraktur. radiografi polos memiliki kepekaan yang kurang. Adanya pembentukan tulang
periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan fraktur stres, namun, radiograf polos
mungkin tampak normal pada pasien dengan fraktur leher femur stress. Radiografi dapat menunjukkan
garis fraktur pada aspek superior dari leher femur, yang merupakan lokasi ketegangan patah tulang.
tensionfraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan
Snowdy, biasanya terletak pada aspek inferior dari leher femur.
Pemeriksaan radiografi standar pinggul mencakup pandangan anteroposterior panggul dan
lateral panggul. Jika fraktur leher femur disarankan untuk melakukan rotasi internal panggul sehingga
dapat membantu untuk mengidentifikasi dampak nondisplaced atau patah tulang impaksi. Jika patah
tulang pinggul namun tidak terlihat pada film x-ray standar, scan tulang atau magnetic resonance
imaging (MRI) harus dilakukan.
Bone scanning
Bone scan dapat membantu ketika patah stres, tumor, atau infeksi. Bone scan adalah indikator
yang paling sensitif dari stres tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan. Shin et al melaporkan bahwa
scan tulang memiliki prediksi positif 68%.Bone scan dibatasi oleh resolusi spasial relatif kurang pada
anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scan dianggap tidak dapat dipercaya sebelum 48-72 jam setelah
patah tulang, namun, sebuah studi oleh Pemegang et al menemukan sensitivitas 93%, tanpa
memandang waktu dari cedera.
MRI
MRI telah terbukti akurat dalam penilaian okultisme patah tulang dan dapat diandalkan apabila
dilakukan dalam waktu 24 jam dari cedera, namun mahal. Dengan MRI, fraktur stres biasanya muncul
sebagai garis patahan pada korteks dikelilingi oleh zona intens edema di rongga medula. Dalam sebuah
studi oleh Quinn dan McCarthy, T1-tertimbang MRI temuan yang ditemukan menjadi 100% sensitive.
MRI menunjukkan bahwa temuan yang 100% sensitif, spesifik, dan akurat dalam mengidentifikasi
fraktur leher femur.

Gambar 7.1. MRI stress fraktur leher femur

LO 2.7 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Riwayat menetapkan diagnosis pada atlet yang mengalami nyeri pangkal paha atau pinggul
dengan dimulai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Riwayat dasar harus mencakup gejala
temporal pasien dan deskripsi lengkap tentang keluhan. Dokter harus menanyakan pasien apakah gejala
yang terkait dengan olahraga atau kegiatan tertentu. Riwayat olahraga harus diperoleh, dan perubahan
terbaru dalam tingkat aktivitas, peralatan, tingkat intensitas, dan teknik harus dicatat.

Riwayat menstruasi harus diperoleh dari semua pasien wanita. Amenore sering dikaitkan
dengan kadar serum estrogen yang menurun. Kurangnya estrogen pelindung menyebabkan penurunan
massa tulang. Trias atlet wanita adalah amenore, osteoporosis, dan makan tidak teratur mempengaruhi
banyak wanita aktif. Tanda dan gejala dari trias wanita meliputi:
a. Kelelahan
b. Anemia
c. Depresi
d. Intoleransi dingin
e. Lanugo
f. Pengikisan enamel gigi
g. Penggunaan obat pencahar
Kebiasaan makan yang kurang dapat menyebabkan gangguan sistem endokrin, kardiovaskular,
dan gastrointestinal dan kehilangan tulang ireversibel. Dokter harus waspada terhadap stres patah
tulang dan memahami tanda-tanda yang mungkin terjadi dari trias atlet wanita, terutama mencatat
patah tulang yang tidak biasa yang terjadi karena trauma minimal.

Fitur umum untuk stres semua fraktur adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi dalam kegiatan rutin
b. Onset nyeri yang membahayakan
c. Perubahan terbaru dalam aktivitas atau peralatan
d. Riwayat tidak pernah mengalami trauma
e. Nyeri dengan beban yang berat
f. Relief sakit dengan istirahat
g. Kelainan menstruasi
h. Predisposisi osteopenia
Pasien biasanya melaporkan riwayat nyeri panggul, pangkal paha, atau lutut nyeri yang
memburuk dengan olahraga. Ciri khas dari fraktur stres adalah riwayat nyeri setempat terkait latihan
yang keras dan dengan istirahat atau tetap dengan aktivitas kurang kuat. Nyeri semakin memburuk
dengan olahraga yang terus-menerus. Rasa sakit ini diakibatkan oleh karena aktivitas berulang-ulang,
dan berkurang dengan istirahat.
(4)
Pemeriksa harus menanyakan apakah gejala ini telah terjadi di masa lalu, dan, jika demikian,
apakah pasien mencoba menggunakan es atau panas atau obat (misalnya asetaminofen, aspirin, obat
anti-inflamasi nonsteroid [NSAIDs]). Pertanyaan yang harus ditanyakan tentang partisipasi sebelumnya
dalam program terapi fisik, dan dokter harus berusaha untuk memahami rencana pengobatan yang
digunakan.
(4)

LO 2.8 PENATALAKSANAAN
Prinsip mengenai fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi)
dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patahan tulang (imobilisasi).
Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang
mempunyai kemampuan remodeling (proses swapugar).
Cara pertama penanganan adalah proteksi saja tanpa reposisi dan imobilisasi. Pada fraktur dengan
dislokasi fragmen patahan yang minimal atau tidak akan menyebabkan cacat di kemudian hari, cukup
dilakukan dengan proteksi saja, misalnya dengan menggunakan mitela (penyangga) atau sling. Contoh
kasus yang ditangani dengan cara ini adalah fraktur iga, fraktur klavikula pada anak, dan fraktur vertebra
dengan kompresi minimal.
Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap diperlukan imobilisasi agar tidak
terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan patah tulang tungkai bawah tanpa
dislokasi yang penting.
Cara ketiga berupa reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan
pada patah tulang dengan dislokasi fragmen yang berarti, seperti pada patah tulang radius distal.
Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu, misalnya
beberapa minggu, lalu diikuti dengan imobilisasi. Hal ini dilakukan pada patah tulang yang apabila
direposisi akan terdislokasi kembali di dalam gips, biasanya pada fraktur yang dikelilingi oleh otot yang
kuat seperti pada patah tulang femur.
Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Fiksasi fragmen
fraktur menggunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan
secara kokoh dengan batangan logam di luar kulit. Alat ini dinamakan fiksator eksterna.
Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara
operatif, misalnya reposisi patah tulang kolum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif dengan
meja traksi; setelah tereposisi, dilakukan pemasangan prostesis pada kolum femur secara operatif.
Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna. Cara ini disebut juga
sebagai reduksi terbuka fiksasi interna (open reduction internal fixation, ORIF). Fiksasi interna yang
dipakai biasanya berupa pelat dan sekrup. Keuntungan ORIF adalah tercapainya reposisi yang sempurna
dan fiksasi yang kokoh sehingga pascaoperasi tidak perlu lagi dipasang gips dan mobilisasi bisa segera
dilakukan. Kerugiannya adalah adanya risiko infeksi tulang, ORIF biasanya dilakukan pada fraktur femur,
tibia, humerus, antebrakia.
Cara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan protesis, yang
dilakukan pada patah tulang kolum femur. Kaput femur dibuang secara operatif lalu diganti dengan
protesis. Penggunaan protesis dipilih jika fragmen kolum femur tidak dapat disambungkan kembali,
biasanya pada orang lanjut usia.
Khusus untuk fraktur terbuka, perlu diperhatikan bahaya terjadinya infeksi, baik infeksi umum
(bakteremia) maupun infeksi lokal pada tulang yang bersangkutan (osteomielitis). Pencegahan infeksi
harus dilaksanakan sejak awal pasien masuk rumah sakit,
Yaitu debrideman yang adekuat dan pemberian antibiotik profilaksis serta imunisasi tetanus. Untuk
fraktur terbuka, secara umum lebih baik dilakukan fiksasi eksterna dibanding fiksasi interna. Penutupan
defek akibat kehilangan jaringan lunak dapat ditunda (delayed primary closure) sampai keadaan luka
vital aman dan bebas infeksi. Yang paling sederhana adalah penjahitan sederhana, menutup dengan
graft kulit setelah mengikis periosteum agar skin graf bisa hidup, hingga menutup luka dengan flap.
Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa :
1. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas
2. Terapi operatif
Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan pada penderita fraktur leher femur baik orang
dewasa muda maupun pada orang tua karena :
Perlu reduksi yang akurat dan stabil
Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi
Jenis-jenis operasi :
a. Pemasangan pin
b. Pemasangan plate dan screw
c. Artoplasti : dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun berupa :
- Eksisi atroplasti
- Hemiartroplasti
- Artoplasti total

LO 2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi segera
Lokal
Kulit dan otot: berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan, dll), kontusio, avulsi.
Vaskular : terputus, kontusio(memar), perdarahan
Organ dalam : jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur costa), buli-buli (pada fraktur pelvis)
Neurologis : otak, medula spinalis, kerusakan saraf perifer.
Umum
Trauma multipel, syok

Komplikasi dini
Lokal
Nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, trombosis, infeksi sendi, osteomielitis
Umum
ARDS
Emboli Paru : penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang terjadi
secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa
lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan
mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.
tetanus

Komplikasi lama
Lokal
Tulang :
- malunion : keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang
terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang misalnya
pada fraktur radius dan ulna.
- nonunion : lebih dari 1/3 penderita dengan fraktur leher femur tidak dapat mengalami union,
terutama pada fraktur yang bergeser
- delayed union
- Osteomielitis
- Gangguan pertumbuhan
- Patah tulang rekuren
Sendi : ankilosis, penyakit degeneratif sendi pascatrauma
Miositis osifikan
Distrofi refleks
Kerusakan saraf
Umum
Batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur dan hiperkalsemia)
Neurosis pascatrauma

LO 2.10 PROGNOSIS
Tergantung pada sifat fraktur, atlet mungkin atau mungkin tidak kembali ke premorbid berfungsi.
Sebuah fraktur stres dari leher femoralis dapat mengakhiri karir atlet meskipun dirawat dengan benar.
Diagnosis dini dan pengobatan dapat mencegah dislokasi fraktur dan dengan demikian meningkatkan
prognosis.

Anda mungkin juga menyukai