Anda di halaman 1dari 10

POLARIMETRIS

I. TUJUAN
1. Mempelajari dan memahami prinsip kerja polarimeter.
2. Menentukan konsentrasi larutan tugas dengan metoda polarimeter.

II. TEORI
Putaran optik adalah besarnya pemutaran bidang polarisasi suatu zat dan
salah satu contohnya adalah putaran optik pada minyak. Menurut C. Huygen
cahaya adalah gerak gelombang yang terpancar dari suatu sumber dalam semua
arah. Cahaya termasuk dalam gelombang transversal, yaitu gelombang yang arah
rambatnya tegak lurus arah getaran, sehingga cahaya dapat terpolarisasi.
Polarisasi merupakan peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang.
Gejala polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan
gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Cahaya dinyatakan
sebagai gelombang elektromagnetik yang transversal (tegak lurus dengan arah
rambatnya). Cahaya umumnya mempunyai bermacam macam panjang
gelombang, dimana bila dibiaskan melalui prisma kaca akan terurai menjadi
beberapa warna cahaya yang dikenal sebagai spectrum. Tiap tiap warna cahaya
disebut sebagai cahaya monokromatik. Cahaya monokromatik ini dapat dihasilkan
dengan polarimeter yang menggunakan sodium lamp (lampu natrium) dimana gas
natrium pijar akan menghasilkan lampu warna kuning.
Cahaya merupakan gelombang elektromagnit yang terdiri dari getaran
medan listrik dan getaran medan magnit yang saling tegak lurus. Bidang getar
kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum
dapat dikatakan gelombang elektromagnit yang vektor-vektor medan listrik dan
medan magnitnya bergetar kesemua arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya
dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator
maka sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak pada satu
bidang saja dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang (linear).
Polarimetri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada
pengukuran daya putaran optis dari suatu senyawa optis aktif terhadap sinar
terpolarisir. Senyawa optis aktif merupakan senyawa yang dapat melakukan
pemutaran bidang getar sinar terpolarisir baik kekanan dekstro rotary dimana
melakukan pemutaran kearah kanan atau searah dengan arah putaran jarum jam,
ataupun pemutaran kekiri leuvo rotary atau berlawanan dengan a rah putaran
jarum jam. Sinar terpolarisir merupakan suatu sinar yang mempunyai satu arah
bidang getar dan arah tersebut tegak lurus terhadap arah rambatannya.
Jika suatu sinar dilewatkan pada suatu larutan , larutan itu akan
meneruskan sinar atau komponen gelombang yang arah getarnya searah dengan
larutan dan menyerap sinar yang arahnya tegak lurus dengan arah ini. Di sini
larutan digunakan sebagai suatu plat pemolarisasi atau polarisator. Akhirnya sinar
yang keluar dari larutan adalah sinar yang terpolarisasi bidang. Zat yang optis
ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom c kiral dalam senyawa
organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ), fruktosa. Prinsip dasar polarimetris ini adalah
pengukuran daya putar optis suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran
bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh
senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :
1. Dekstro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau searah putaran jarum jam.
2. Leuvo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran
jarum jam.
Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi
warna dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Jenis sinar
monokromatis yang digunakan adalah sinar kuning dengan panjang gelombang
598,3 nm (garis Franhoofer D) dan kondisi suhu standar pengukurannya adalah
20
o
C. Untuk menghasilkan sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau
sumber sinar tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang
terdiri dari suatu kristal yang mempunyai sifat seperti layar yang dapat
menghalangi jalannya sinar, sehingga dihasilkan sinar yang hanya mempunyai
satu arah bidang getar yang disebut sebagai sinar terpolarisasi. Derajat rotasi
bergantung pada berbagai parameter seperti jumlah molekul pada lintasan radiasi,
konsentrasi, panjang pipa polarimeter, panjang gelombang radiasi dan juga
temperature. Rotasi spesifik didefinisikan sebagai:
[]
t
=


Dimana:

= sudut pada bidang cahaya terpolarisasi dirotasi oleh suatu larutan.
d = panjang tabung dinyatakan dalam satuan (dm).
c = konsentrasi larutan sampel (g/100 mL).
Konstanta ini disebut daya putar jenis, nilainya tertentu untuk senyawa optis aktif.
Panjang gelombang yang umumnya dispesifikkan adalah 590 nm, berupa garis
spectrum natrium. Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan
adalah sebagai berikut :
1. Jenis zat, Masing masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda
terhadap bidang getar sinar terpolarisir.
2. Panjang lajur larutan dan panjang tabung, Jika lajur larutan diperbesar maka
putarannya juga makin besar.
3. Suhu, Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini
disebabkan karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang
berada dalam tabung akan berkurang.
4. Konsentrasi zat, Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi
dinaikkan maka putarannya semakin besar.
5. Jenis sinar ( panjang gelombang), Pada panjang gelombang yang berbeda zat
yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda.
6. Pelarut, Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut
yang berbeda. Contoh : Calciferol dalam kloroform = + 52,0
o
sedangkan
Calciferol dalam aseton = + 82,6
o

Syarat senyawa yang bisa dianalisa dengan polarimetri adalah :
1. Memiliki struktur bidang kristal tertentu ( dijumpai pada zat padat)
2. Memiliki struktur molekul tertentu atau biasanya dijumpai pada zat cair.
Struktur molekul adalah struktur yang asimetris, seperti pada glukosa.
Polarimeter yaitu alat yang digunakan untuk menentukan besarnya daya putaran
optis suatu zat.
Komponen-komponen alat polarimeter adalah:
1. Sumber Cahaya monokromatis
Yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya
yang digunakan biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang gelombang
589,3 nm
2. Polarisator dan Analisator.
Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan
analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang
digunakan sebagai polarisator dan analisator adalah Prisma nikol
3. Prisma setengah nikol.
Merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan
terang gelap dan gelap terang.
4. Skala lingkar.
Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya
dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur.
5. Wadah sampel ( tabung polarimeter )
Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup
dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya
mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus
dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung udara yang
terperangkap didalamnya.
6. Detektor.
Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata,
sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.
Jenis jenis polarimeter :
1. Spektropolarimeter
Merupakan satu jenis polarimeter yang dapat digunakan untuk mengukur aktifitas
optik dan besarnya penyerapan. Pada alat ini mula mula sinar berada dari lampu
akan melalui suatur monokromator dan melewati suatu polarisator untuk
menghasilkan sinar terpolarisir. Polarisator ini berhubungan langsung dengan
modulator yang berguna untuk menghatur tingkat sinar yang terpolarisasi secara
elektris yang dapat diamati pada servo amplifier. Kemudian sinar melewati
sampel dan analisator sebelum mencapai tabung pengadaan sinar, dan dapat
dilakukan dengan pengamatan pada indikator.
2. Optical rotatory dispersion ( ORD )
Alat ini merupakan modifikasi dari spektropolarimeter, prinsipnya sama dengan
spektropolarimeter, tetapi terdapat perbedaan yaitu pada ORD ini sinar diatur
berdasarkan tingkat polarisasinya, yaitu pada frekuensi 12 Hz oleh motor driven
yang menyebabkan polarisator bergerak gerak dan membentuk sudut 1 atau 2
derajat atau lebih. Selain itu servoamplifiernya hanya dapat merespon pada
frekuensi 12 Hz sehingga servomotor akan mengatur analisator secara kontinu dan
servomotor juga memposisikan penderkorder untuk menghasilkan suatu grafik.
3. Circular Dichroism Apparatus ( CDA )
CDA ini merupakan modifikasi dari spektrofotometer konfensional yang
digunakan untuk menentukan dua serapan atau absorban. Nilai polarisasi sekular
ini dapat ditentukan dalam 2 langkah, yaitu yang pertama sinar harus mengalami
polarisasi bidang dan kedua yaitu sinar terpolarisasi tersebut diubah menjadi
komponen terpolarisasi sirkular kanan dan sirkular kiri. Untuk mengubah
komponen menjadi terpolarisasi sekular kanan dan kiri, dapat digunakan tiga tipe
alat, yaitu the Fresnel rhomb, modulator pockets elektro-optik dan modulator
tekanan photo-elastic.
4. Saccarimeter
Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan kadar gula.
Polarimeter dapat digunakan untuk :
1. Menganalisa zat yang optis aktif
2. Mengukur kadar gula
3. Penentuan antibiotik dan enzim












III.PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan bahan
a. Alat :
1. Peralatan polarimeter : alat pengukuran putaran optis suatu larutan.
2. Labu ukur : wadah pengenceran larutan.
3. Buret 50 mL : wadah larutan.
b. Bahan :
1. Larutan fruktosa 25 % : larutan sampel.
2. Larutan sukrosa 25 % : larutan sampel.
3. Aquades : pelarut.






















3.2 Cara Kerja
1. dibuat larutan standarsukrosa 0, 2, 4, 6, 8, dan 10% dari larutan standar
sukrosa 25% dalam labu ukur 50 mL.
2. Kuvet diisi / tabung polarimeter dengan aquades dan diusahakan jangan
ada gelembung udara terperangkap di dalam tabung.
3. Pengukuran dilakukan dengan alat polarimeter, dimana sasaran yang harus
dicapai adalah pengamatan tepat baur-baur pada kedua belah sisi lingkaran
pengamatan indikatornya.
4. Nilai posisi skala analisatornya diamati dan dinyatakan dalam satu
desimal. Pengamatan minimal harus dilakukan untuk dua kali dari arah
datang pencapaian sasaran yang berbeda,lalu dapatkan nilai rata-ratanya.
5. Diganti larutan standar,dengan larutan sampel/tugas. Dilakukan
pengukuran yang sama.
6. Dibuat kurva kalibrasi standar nilai putaran optis dari larutan ini vs
konsentrasi.
7. Ditentukan harga Cx dari larutan tugas.
























3.3 Skema Kerja

Larutan standar sukrosa 0, 2, 4, 6, 8, 10%

- Dibuat dari larutan sukrosa 25% dalam labu ukur 50
mL.

- Diisi ke tabung polarimeter
- Dilakukan pengukuran dengan mengamati baur-
baur pada kedua belah sisi lingkaran pengamatan
indikator.
- Diamati nilai skala analisatornya dalam satu
decimal.
- Dilakukan pengamatan minimal 2 kali dengan arah
yang berbeda dan dirata-ratakan nilainya.
- Larutan standar diganti dengan larutan
sampel/tugas.
- Dilakukan pengukuran yang sama.
Nilai putaran optis
- Dibuat kurva kalibrasi standar vs konsentrasi
- Ditentukan Cx larutan tugas
Hasil
















Akuades


3.4 Skema alat

















3.5 Gambar alat










Keterangan:
1. Skala
2. Sekrup kalibrasi
3. Sumber cahaya
4. Logam yang terbuka





1
2
3
4
DAFTAR PUSTAKA


Marlina, R. Karakterisasi Film Tipis dengan Spektroskopik Elipsometry dan
Pengolahan Data Menggunakan Software RefFIT untuk Mendapatkan
Konstanta Optik. Institut Teknologi Bandung, Seminar Nasional
Material 2013

Tim dosen fisika. 2013. DIKTAT PRATIKUM FISIKA. Depok. Universitas
Gunadarma.

Yulita, Yohana Istriyani. 2011. PENGUJIAN KUALITAS MINYAK KEMIRI
DENGAN MENGUKUR PUTARAN OPTIK MENGGUNAKAN
POLARIMETER. Semarang. Universitas diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai