Anda di halaman 1dari 51

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R

Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)


Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23



R
R
E
E
N
N
C
C
A
A
N
N
A
A

S
S
T
T
R
R
U
U
K
K
T
T
U
U
R
R
R
R
U
U
A
A
N
N
G
G



Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya memperhatikan
dan mengadopsi kebijakan pengembangan sistem perkotaan yang yang tertuang
dalam RTRWN, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten sekitarnya, hasil analisis dan
kecenderungan perkembangan pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Maluku
Barat Daya.
Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem
pusat permukiman perdesaan dan sistem pusat permukiman perkotaan serta
arahan sistem jaringan prasarana wilayah.
Pusat permukiman perdesaan disusun berdasarkan pelayanan perdesaan secara
berhirarki, meliputi:
a. Pusat pelayanan antar desa;
b. Pusat pelayanan setiap desa;
c. Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.
Pusat pelayanan perdesaan secara berhirarki memiliki hubungan dengan :
a. Pusat pelayanan wilayah pusat kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat;
b. Perkotaan sebagai pusat pelayanan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SWP);
c. Ibukota kecamatan masing-masing

B
B
A
A
B
B
I
I
I
I
I
I

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 24
Sistem pusat permukiman perkotaan, meliputi :
a. Sistem perwilayahan;
b. Orde perkotaan;
c. Sistem Pusat pelayanan;
d. Fungsi satuan wilayah pengembangan.

3.1 Sistem Perwilayahan Gugus Kepulauan
Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan sebagaimana dalam
kebijakan penataan ruang Kabupaten Maluku Barat Daya, pengembangan
perwilayahan pembangunan dengan titik berat pada penekanan keterkaitan antar
wilayah yang didukung oleh perkembangan aktifitas ekonomi di daerah belakangnya.
Namun, pengembangan wilayah secara umum tidak dapat dilakukan bersama-sama
dalam satu kesatuan tempat dan waktu di setiap bagian wilayahnya. Hal ini disebabkan
setiap bagian wilayah mempunyai permasalahan dan kendala pembangunan baik yang
menyangkut perencanaan maupun pelaksanaan (pembiayaan, aparatur, sumberdaya,
pengawasan dan lain-lain) yang berbeda. Untuk mengembangkan suatu wilayah
dibutuhkan tahapan-tahapan pengembangan dan pemusatan pembangunan pada titik
tertentu yang disebut pusat pengembangan atau pusat pertumbuhan. Hal ini bukan
berarti wilayah lainnya tidak penting, namun demi efisiensi, ada berbagai kegiatan atau
kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi oleh pusat pengembangan tanpa harus
dibangun di setiap bagian wilayah atau wilayah pelayanannya.
Rencana sistem perwilayahan pengembangan di Kabupaten Maluku Barat Daya
disesuaikan dengan kondisi fisik daerahnya yang merupakan wilayah kepulauan,
yang telah dilakukan pendekatan konsep WP Gugus Pulau (GP) yang mana di setiap
WP Gugus Pulau ditetapkan satu pusat utama atau Pusat WP Gugus Pulau. Untuk
menentukan pusat WP Gugus Pulau digunakan beberapa pertimbangan antara lain tata
jenjang pusat pelayanan dan jangkauannya, karakteristik kota dan wilayah sekitarnya,
kebijakan yang terkait dan hasil kajian pola perwilayahan gugus pulau yang telah
dilakukan sebelumnya. Penentuan pola perwilayahan tersebut diharapkan dapat
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 25
diperoleh suatu pola yang optimal dan efisien, serta pemerataan dalam pelayanan
fasilitas kehidupan. Rencana sistem perwilayahan pengembangan di Kabupaten Maluku
Barat Daya ini, dituangkan dalam perwilayahan gugus pulau sebagai berikut:
a. Wilayah Pengembangan (WP) Gugus Pulau I: dengan pusat di Kota Wonrelli,
dengan jangkauan pelayanan, meliputi Kecamatan PP. Terselatan, Kecamatan
Wetar, Kecamatan Wetar Utara, Kecamatan Wetar Barat, kecamatan Wetar
Timur, kecamatan Pulau Romang dan Kecamatan Damer;
b. Wilayah Pengembangan (WP) Gugus Pulau II: dengan pusat di Kota Tiakur
dengan jangkauan pelayanan, meliputi Kecamatan Leti, Kecamatan Moa dan
Kecamatan Pulau Lakor;
c. Wilayah Pengembangan (WP) Gugus Pulau III: dengan pusat di Kota Tepa
dengan jangkauan pelayanan, meliputi Kecamatan PP. Babar, Kecamatan Babar
timur, Kecamatan Mdona Hiera, Kecamatan Pulau Masela, Kecamatan Wetang
dan Kecamatan Pulau Dawelor dan Pulau Dawera.
Pengembangan masing-masing WP Gugus Pulau ini dilakukan untuk
membentuk pola pelayanan antar kawasan yang efektif dan efisien. Untuk lebih
jelasnya pengembangan WP Gugus Pulau di wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Error! No text of specified style in document.-1Rencana Struktur Sistem Perwilayahan
Gugus Kepulauan Kabupaten Maluku Barat Daya
No Wilayah Pengembangan Fungsi Skala Rencana Pengembangan Infrastruktur
1 WP Gugus Pulau I

Pemerintahan Kecamatan


Pendidikan


Kesehatan


Pariwisata


Komersial/ Perdagangan


Sosial Budaya


Pertanian dan perikanan


Transportasi Regional


Industri Regional


Kawasan Lindung


Kawasan Perbatasan
Nasional, Regional, dan
Kota
Kantor Pemerintah Kecamatan, BLK, Akademi,
Pendidikan TK sampai menengah dan
Perguruan Tinggi, Puskesmas, Pustu, Pasar
Umum, Dermaga/ Pelabuhan, Historical
Building, Tempat rekreasi, Dermaga/
Pelabuhan Laut/ Sungai, Industri Pengolahan,
Sub Terminal agribisnis (STA), infrastruktur
kaws. Perbatasan, Hutan Lindung Wetar,
kawasan konservasi Danau Tihu
2 WP Gugus Pulau II

Pemerintahan Kabupaten


Pendidikan


Kesehatan


Perdagangan dan jasa
Regional, dan Kota Kantor Pemda Kabupaten, Rumah Sakit Umum
Daerah, puskesmas, pustu, Pasar Umum,
Dermaga/ Pelabuhan Laut/ Sungai, infrastruktur
kaws. Perbatasan, Kaw Konservasi Gn. Kerbau
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 26
No Wilayah Pengembangan Fungsi Skala Rencana Pengembangan Infrastruktur


Sosial Budaya


Transportasi Regional


Kawasan Lindung


Kawasan Perbatasan
3 WP Gugus Pulau III

Pemerintahan Kecamatan


Pendidikan


Kesehatan


Pertanian dan perikanan


Perdagangan dan jasa


Transportasi Regional


Industri Regional


Kawasan Perbatasan
Regional, dan Kota Kantor Pemerintahan Kecamatan, Pendidikan
Menengah, puskesmas, pustu, Pasar Umum,
Pelabuhan, Sub Terminal agribisnis (STA),
Industri Pengolahan, infrastruktur kaws.
Perbatasan.
Sumber: Hasil Rencana, 2010.

3.2 Sistem Perkotaan
3.2.1 Orde Perkotaan
Orde perkotaan, meliputi :
a. Orde I : Kota Wonreli di Kecamatan PP. Terselatan, Kota Tiakur di
b. Kecamatan Moa;
c. Orde II : Kota Serwaru di Kecamatan Leti, Kota Tepa di Kecamatan PP. Babar,
Kota Letwurung di Kecamatan Babar Timur, Kota Weet di Kecamatan Moa, Kota
Wulur di Kecamatan Damer;
d. Orde III: Kecamatan Mdona Hiera di Kota Lelang, Kecamatan Wetar di Kota
Ilwaki;
e. Orde IV: Kota Lurang di Kecamatan Wetar Utara, Kota Lirang di Kecamatan
Wetar Barat, Kota Arwala di Kecamatan Wetar Timur, Kota Rumkuda di
Kecamatan Pulau Romang, Kota Werwawan di Kecamatan Pulau Lakor, Kota
Latalola Besar di Kecamatan Pulau Masela, Kota Watuwey di Kecamatan Pulau
Pulau Dawelor dan Pulau Dawera, Kota Putihair Timur di Kecamatan Kisar
Utara, Kota Rumah Lewang Besar di Kecamatan Pulau Wetang.

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 27
3.2.2 Pusat-pusat Pelayanan
Pengembangan sistem pusat pelayanan meliputi pengembangan pusat
pelayananperkotaan dan pusat pelayananperdesaan. Pusat pelayananperkotaan terdiri
atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan
Lokal (PKL), dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang memenuhi
salah satu atau semua kriteria, meliputi:
Berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor
atau pintu gerbang ke kawasan internasional;
Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa-jasa
berskala nasional atau yang melayani beberapa propinsi;
Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul utama transportasi skala
nasional atau yang melayani beberapa propinsi;
Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat utama pelayanan lintas batas
antar Negara di kawasan perbatasan;
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang memenuhi
salah satu atau semua kriteria, meliputi:
Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa-jasa
yang melayani beberapa kabupaten;
Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul transportasi yang melayani
beberapa kabupaten;
Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor
mendukung PKN.
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang memenuhi salah
satu atau semua kriteria, meliputi :
Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa-jasa
yang melayani satu kabupaten atau beberapa kecamatan;
Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul transportasi yang melayani
satu kabupaten atau beberapa kecamatan.
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 28
Simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa
kecamatan antara lain, meliputi kawasan pelabuhan lokal, kawasan
bandar udara bukan pusat penyebaran, kawasan stasiun skala kecil, dan
kawasan terminal C dan sekitarnya;
4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang
ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya, yaitu:
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
desa; dan
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Sistem pusat pelayanan, meliputi :
a. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah promosi) : Kota Wonreli dan Tiakur;
b. PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional) : Kota Ilwaki;
c. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi) : Kota Tepa;
d. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) : Kota Serwaru, Kota Letwurung, Kota Lurang,
Kota Lelang, Kota Wulur, Kota Weet.
e. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan):Luang,Wetang,Ustutun, Romang, Letoda,
Weet, Klishatu, Lawawang.

Arahan pengembangan pusat-pusat pelayanan meliputi:
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota sekitarnya;
Mengembangkan kerjasama antar kota;
Menyusun RIS Prasarana untuk keterpaduan program dalam kawasan dengan
pusat-pusat permukiman;
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 29
Didukung oleh sistem transportasi kota yang lancar, meliputi transportasi darat,
laut dan udara;
Mengembangkan kerjasama antar kota untuk jaringan prasarana seperti air
bersih, jaringan jalan, drainase;
Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi yang mendukung kegiatan
kota;
Pembangunan fasilitas pendidikan mulai pendidikan dasar hingga perguruan
tinggi;
Pembangunan fasilitas kesehatan, mulai dari tingkat RT sampai pusat
pelayanan kegiatan kota lokal;
Pembangunan Rumah Sakit dengan skala pelayanan regional.
Pembangunan Pasar Induk dengan skala pelayanan regional.
Pembangunan Terminal dengan skala pelayanan regional.
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota sekitarnya;
Mengembangkan kerjasama antar kota;
Menyusun RIS Prasarana untuk keterpaduan program dalam kawasan dengan
pusat-pusat permukiman;
Didukung oleh sistem transportasi kota yang lancar;
Pembangunan bandar udara perintis;
Mengembangkan kerjasama antar kota untuk jaringan prasarana seperti air
bersih, jaringan jalan, drainase, dan persampahan;
Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi yang mendukung kegiatan
kota;
Pembangunan fasilitas pendidikan mulai pendidikan dasar hingga pendidikan
atas;
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 30
Pembangunan fasilitas kesehatan, mulai dari tingkat RT sampai pusat
pelayanan kegiatan kota lokal;
Pembangunan Rumah Sakit dengan skala pelayanan lokal.
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Pengembangan kawasan permukiman;
Pengembangan sarana pemerintahan kecamatan;
Pengembangan sarana prasarana pendukung kegiatan permukiman, seperti
perdagangan, pendidikan, sumber energy, air bersih dan telekomunikasi;
Pembangunan fasilitas kesehatan dengan skala pelayanan kecamatan;
Pengembangan fasilitas pendukung jaringan transportasi sesuai karakteristik
wilayah meliputi dermaga/ pelabuhan, dan atau jaringan jalan; serta
Dimungkinkan untuk disediakan akses ke kawasan secara kontinyu.
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23

Gambar Error! No text of specified style in
document.-1Rencana Sistem Perkotaan

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 110
3.3 Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi :
a. Sistem prasarana transportasi meliputi : Jaringan Jalan, Terminal Multi Moda,
Angkutan Sungai dan penyeberangan, laut, serta udara
b. Rencana prasarana telekomunikasi;
c. Rencana sistem prasarana Sumber Daya Air;
d. Rencana sistem jaringan prasarana energi dan kelistrikan;
e. Rencana sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan.
3.3.1 Sistem Prasarana Transportasi
Sistem Transportasiwilayah Maluku Barat Daya mempunyai sasaran untuk
mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efisien, yaitu mampu memberikan
manfaat yang maksimal dengan pengorbanan tertentu yang harus ditanggung oleh
pemerintah, operator, masyarakat dan lingkungan, atau memberikan manfaat tertentu
dengan pengorbanan minimum. Keadaan ini dapat diukur antara lain berdasarkan
perbandingan manfaat dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Sedangkan utilisasi
merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem transportasi yang dapat dinyatakan
dengan indikator seperti faktor muat penumpang, faktor muat barang dan tingkat
penggunaan sarana dan prasarana.








Gambar Error! No text of specified style in document.-2Struktur Jaringan Transportasi
Keterangan
PKN : Pusat Kegiatan Nasional
PKW : Pusat Kegiatan Wilayah
PKL : Pusat Kegiatan Lokal
PPK : Pusat Pelayanan Kawasan
PPL : Pusat Pelayanan
Lingkungan
AP : Jalan Arteri Primer
KP : Jalan Kolektor Primer
LP : Jalan Lokal Primer
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 111
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat
pusat kegiatan sebagai berikut:
a. Menghubungkan secara menerus PKN, PKW, PKL
b. Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional
Jaringan jalan primer terdiri dari :
a. Jalan arteri primer menguhungkan secara berdaya guna antar PKN atau antara
PKN dengan PKW dan antar kota yang melayani kawasan berskala besar dan
atau cepat berkembang dan atau pelabuhan-pelabuhan utama.
b. Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antar PKWp atau
antara PKW dengan PKL dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan atau
pelabuhan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.
c. Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna PKN dengan PKL, PKW
dengan PKL, antar PKL atau PKL dengan pusat kegiatan lingkungan serta antar
pusat kegiatan lingkungan.
Jaringan jalan arteri primer dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan
kota-kota antar PKN, antar PKW dan antarkota yang melayani kawasan berskala besar
dan/atau cepat berkembang dan/atau pelabuhan-pelabuhan utama.
Berdasarkan pengertian tersebut, kriteria jalan arteri primer adalah :
a. Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.
b. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.
c. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
km/jam.
d. lebar perkerasan jalan arteri primer tak kurang dari 8 meter.
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 112
e. Lalu-lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu-lintas regional, untuk
itu lalu-lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu-lintas ulang-alik dan lalu-
lintas lokal yang bersumber dari kegiatan lokal.
f. Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan
melalui jalan ini.
g. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien. Jarak antar
jalan masuk/ akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 m.
h. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu-lintasnya.
i. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih dari volume lalu-lintas rata-
rata.
Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota besar pusat kegiatan nasional, antar pusat kegiatan wilayah
dan/atau kawasankawasan berskala kecil dan/atau pelabuhan pengumpan regional
serta pelabuhan pengumpan lokal.
Berdasarkan pengertian tersebut maka kriteria jalan kolektor primer adalah :
a. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar
kota.
b. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri
primer.
c. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
40 km/jam.
d. Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 m.
e. Jumlah jalan masuk ke jalan koletor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 m.
f. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini.
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 113
g. Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu
yang sesuai dengan volume lalu-lintasnya.
h. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas lebih besar dari volume lalu-lintas
rata-rata.
i. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan
pada jam sibuk.
j. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti: rambu, marka,
almpu pengatur lalu-lintas dan lampu penerangan jalan.
k. Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan
arteri primer.
l. Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lainnya.
3.3.1.1 Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi Jalan
Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi Jalan terdiri dari:
1. Pengelompokan jalan berdasarkan status dapat dibagi menjadi jalan nasional,
jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota;
2. Pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan dibagi kedalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan;
3. Pengelompokan jalan berdasarkan sistem jaringan jalan terdiri dari sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder;
4. Rencana pengembangan prasarana jalan meliputi arahan pengembangan bagi
jalan arteri primer, kolektor primer, kolektor tersier, lokal, dan jaringan
transportasi jalan terpadu antar jaringan, serta jaringan jalan untuk
penyeberangan berbasis gugus pulau;
5. Pengembangan prasarana jalan meliputi pengembangan jalan baru dan
pengembangan jalan yang sudah ada

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 114
(1) Rencana pengembangan jalan arteri primer untuk meningkatkan keterkaitan
antarkawasan perkotaan nasional dan mendorong perekonomian, yaitu
mengembangkan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan
transportasi.
(2) Rencana jalan Kolektor Primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5),
meliputi ruas :
a. Pengembangan Jaringan jalan pengumpul Pulau Wetar yang menghubungkan
Ilwaki Lurang.
b. Pembangunan Jalan Lingkar Wetar sebagai pengembangan jaringan jalan
yang sudah ada.
(3) Rencana jalan Kolektor Tersier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5),
meliputi ruas :
a. Jaringan jalan lingkar pulau Masela yang menghubungkan Latalola Besar
Nura Lawawang Ilbamuntah Telalora Babiotang Marsela Latalola
Kecil Serili latalola Besar;
b. Jaringan jalan lingkar pulau Babar yang menghubungkan Tepa Tela
Masbuar Emplawas Tutuwawang Letwurung Yaltubung Tepa;
c. Jaringan jalan lingkar pulau Wetang yang menghubungkan Wasarili - Rumah
Lewang Besar Rumah Lewang Kecil Herley Nyabota Upuhupun Pota
Kecil Pota Besar Wasarili;
d. Jaringan jalan lingkar pulau Sermatang yang menghubungkan Ello Mahaleta
Rotnama Pupliora Regoha Batugajah Lelang Romkisar Ello;
e. Jaringan jalan lingkar pulau Lakor yang menghubungkan Werwawan Sera
Yamluli Kiera Lolotwara Letpey Ketty Letoda Letwaru
Werwawan;
f. Jaringan jalan lingkar pulau Moa yang menghubungkan Kaiwatu Tiakur
Wakarleli - Pati Upunyor Klis Nyama Pilam - Moain Poliu - Touwawan
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 115
Kiera Weet - Syota Kaiwatu dan Kaiwatu Werwaru Patti Wakarleli
Tiakur - Kaiwatu;
g. Jaringan jalan lingkar pulau Letti yang menghubungkan Tutukey Tomra
Nuwewang Tutuwaru Luhuleli Laitutun Batmiau Tutukey;
h. Jaringan jalan lingkar pulau Kisar yang menghubungkan Pantai Nama
Wonreli Kota lama Lekloor - Purpura dan Wonreli Yawuru Lebelau
Wonreli serta Wonreli Oirata Jawalang Abusur Wonreli;
i. Jaringan jalan lingkar pulau Wetar yang menghubungkan Ilwaki Ilputih
Mahuan - Masapun Tomliapat - Ilpokil Kahilin Ilway - Arwala Moning
Uhak Lurang Naumatang - Esulit Nabar - Eray Ilmamau Klishatu
Karbubu Telemar Arnau Hiay Ilwaki;
j. Jaringan jalan pulau Romang yang menghubungkan Kouratuna Jerusu -
Rumkuda oirleli Hila - Solath;
k. Jaringan jalan Pulau Damer yang menghubungkan Wulur Keli Wulur
bebar - Ilih Bebar Kumur Kuai Melu Batumerah;
l. Jaringan jalan pulau Lirang yang menghubungkan Ustutun Manoha
Uspisera
m. Jaringan jalan Pulau Dai yang menghubungkan Lewah Hertuti Sinairusi
Lewah;
n. Jaringan jalan Pulau Dawelor yang menghubungkan Watuwei Weratan
Nurnyaman Watuwei;
o. Jaringan jalan Pulau Dawera yang menghubungkan Welora Letmasa
Ilmarang Welora;
(4) Rencana pengembangan jalan lokal yang sudah ada.
(5) Rencana Pengembangan jaringan transportasi yang terpadu antara jaringan,
adalah sebagai berikut:
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 116
a. Memantapkan jaringan lintas penyeberangan Damer Tepa - Sermatang
Lakor Moa Letti Kisar Romang Arwala Ilwaki Lurang - Ustutun
Teno (Kupang);
b. Mengembangkan jaringan lintas penyeberangan yang menghubungkan Wetar
Saumlaki Selaru, lintas penyeberangan Ilwaki Wonreli Letti Kaiwatu,
Lintas penyeberangan Tepa Kroing Latalola Besar Watuwei Wulur -
Kaiwatu, Lintas penyeberangan Mahaleta Luang Timur Metiamarang
Werwawan Kaiwatu, Lintas penyeberangan Wonreli Hila Arwala - Lurang
Eray Ustutun dan Lintas penyeberangan Wonreli Ilwaki Kalabahi
Teno (Kupang).
(6) Rencana jaringan jalan untuk penyeberangan berbasis gugus pulau sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5), meliputi ruas :
a. Jaringan jalan lintas Wetar, Kisar, Letti, Moa dan Tepa yang terpadu dengan
Lintas Penyeberangan Sape Labuhan Bajo Waingapu Kupang Ende
Larantuka Kalabahi Ustutun Ilwaki Wonreli Tomra Kaiwatu
Tepa ;
b. Jaringan jalan lintas Romang, Marsela dan Damer yang terpadu dengan Lintas
Penyeberangan Makassar wonrelli Hila Tomra Kaiwatu Tepa
Latalola Besar Watuwei Wulur Saumlaki Tual Dobo Merauke
dan Lintas Penyeberangan Dobo Ambon Ternate Daruba Biak;
c. Jaringan jalan lintas Sermatang, Lakor dan Babar Timur yang terpadu dengan
Lintas Penyeberangan Surabaya Kupang Kalabahi Ilwaki Wonreli;
d. Tomra Kaiwatu Werwawan Luang Timur Mahaleta Tepa
Kroing.
(7) Rencana jaringan jalan strategis nasional yang menghubungkan Kecamatan Wetar
Utara dengan Kecamatan Wetar (Ilwaki) yang juga PKSN.

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 117
3.3.1.2 Rencana Pengembangan Terminal Multi Moda
Rencana pengembangan terminal multi moda, meliputi: Wonrelli, dan Tiakur.
3.3.1.3 Rencana Angkutan Sungai dan Penyeberangan
Rencana Angkutan Sungai dan penyeberangan, meliputi pengembangan lintasan
penyeberangan untuk menghubungkan P. WetarP. Yamdena, Pengembangan
pelabuhan penyeberangan pada kawasan perbatasan negara, Pengembangan
pelabuhan yang berfungsi Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Dan Pertahanan
Keamanan, serta membuka keterisolasian wilayah;
Lintasan penyeberangan direncanakan pola lintasan,sebagai berikut :
a. Lintasan penyeberangan eksisting Saumlaki (Pulau Yamdena) Wulur (Pulau
Damer) - Tepa (Pulau Babar);
b. Lintasan penyeberangan Tepa Lakor;
c. Lintasan penyeberangan Lakor Moa;
d. Lintasan penyeberangan Moa Leti;
e. Lintasan penyeberangan Leti Kisar;
f. Lintasan penyeberangan Kisar Ilwaki.
g. Lintasan penyeberangan Masela Wetang
h. Lintasan penyeberangan Pulau Masela Pulau Moa (Tiakur)
Pengembangan pelabuhan penyeberangan pada kawasan perbatasan negara, meliputi:
a. Pelabuhan Latalola Besar;
b. Pelabuhan Luang;
c. Pelabuhan Letti;
d. Pelabuhan Wonreli
e. Pelabuhan Ilwaki
f. Pelabuhan Lirang;
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 118
Pengembangan Pelabuhan Penyebrangan yang berfungsi Mendukung Pertumbuhan
Ekonomi Dan Pertahanan Keamanan, serta membuka keterisolasian wilayah,meliputi:
a. Pelabuhan Ilwaki;
b. Pelabuhan Tepa;
c. Pelabuhan Wulur;
d. Pelabuhan Kaiwatu;
e. Pelabuhan Wonreli;
f. Pelabuhan Hila;
g. Pelabuhan Lurang;
h. Pelabuhan Ustutun;
i. Pelabuhan Mahaleta;
j. Pelabuhan Eray;
k. Pelabuhan Kroing;
l. Pelabuhan Watuwey;
m. Pelabuhan Arwala;
n. Pelabuhan Dai;
o. Pelabuhan werwawan;
p. Pelabuhan Sila;
q. Pelabuhan Tomra;
r. Pelabuhan Syota.
3.3.1.4 Rencana Pengembangan Transportasi Laut
Rencana pengembangan alur pelayaran transportasi laut, yang meliputi:
a. Pulau Wetar Kisar Pulau Moa (Tiakur)
b. Pulau Moa (Tiakur) Wetang - Marsela
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 119

Rencana pengembangan prasarana transportasi laut, yang terdiri dari :
a. pelabuhan Kaiwatu/Moa di Kecamatan Moa;
b. pelabuhan Lakor di Kecamatan Lakor;
c. pelabuhan Wulur
d. pelabuhan Tepa
e. pelabuhan Kisar di Kecamatan Kisar;
f. pelabuhan Ilwaki di Kecamatan Wetar;
g. pelabuhan Hila/Romang di Kecamatan Romang;
h. pelabuhan Marsela di Kecamatan Marsela;
i. pelabuhan Dawelor di Kecamatan Dawelor Dawera; dan
j. pelabuhan Lerokis
3.3.1.5 Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi Udara
Rencana pengembangan prasarana transportasi udara meliputi pengembangan dan
pembangunan bandar udara.Bandar udara pusat penyebaran dan/atau bandar udara
pengumpul Skala pelayanan tersier yang memiliki fungsi untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi dan pertahanan keamanan, yaitu: Bandar Udara Moa.
Lapangan Terbang pengumpan yang memiliki fungsi pertahanan keamanan dan
membuka keterisolasian wilayah meliputi:
1. Lapangan Terbang Kisar;
2. Lapangan Terbang Tepa;
3. Lapangan Terbang Damer;
4. Lapangan Terbang Sermatang;
5. Lapangan Terbang Wetar.
6. Lapangan Terbang P. Moa
7. Lapangan Terbang P. Babar
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 120
3.3.1.6 Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi
Prasarana telematika adalah perangkat komunikasi dan pertukaran informasi yang
dikembangkan untuk tujuan-tujuan pengambilan keputusan di ranah publik ataupun
privat.Prasarana telematika yang dikembangkan, meliputi :
a. Sistem kabel;
b. Sistem seluler;
c. Sistem satelit; dan
d. Telekomunikasi berbasis broadband wireless access (WiMax/Wifi).
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi:
1. Pengembangan prasarana telematika, terus ditingkatkan perkembangannya
hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana
telematika mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan;
2. Penyediaan infrastruktur telematika, berupa tower BTS (Base Transceiver
Station) secara bersama-sama;
3. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi pada pusat-pusat kecamatan
dan kawasan strategis Kabupaten, sehingga meningkatkan kemudahan
pelayanan telekomunikasi bagi dunia usaha dan masyarakat;
4. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi pada kawasan yang tersebar
dan terpencil, sehingga komunikasi tetap berjalan, utamanya pada kawasan
prioritas;
5. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan satelit dalam mendorong
pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi di Kabupaten Maluku Barat
Daya;
6. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi untuk mengantisipasi
terjadinya bencana alam;
7. Pembangunan Jaringan satelit,meliputi jaringan satelit melayani Pulau Babar,
Pulau Masela, Pulau Wetang, Pulau Damer, Pulau Sermatang, Pulau Luang,
Pulau Lakor, Pulau Moa, Pulau Letti, Pulau Kisar, Pulau Romang, Pulau Wetar,
Pulau Lirang, Pulau Dai, Pulau Dawera, Pulau Dawelor, Pulau Metimarang;
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 121
8. Pengembangan jaringan telekomunikasi berbasis broadband wireless access
(WiMax/Wifi) untuk memfasilitasi navigasi dan komunikasi informasi kelautan
serta keamanan pelayaran, meliputi pelabuhan Tepa, pelabuhan Kaiwatu,
pelabuhan Kisar, dan pelabuhan Ilwaki, pelabuhan Wulur, pelabuhan Wonreli,
pelabuhan hila, pelabuhan Lurang, pelabuhan Ustutun, pelabuhan Mahaleta,
pelabuhan Eray, pelabuhan Kroing, pelabuhan Watuwey, pelabuhan Arwala,
pelabuhan Dai, pelabuhan Werwawan, pelabuhan Sila, pelabuhan Tomra,
pelabuhan Syota;
9. Pengembangan jaringan telekomunikasi berbasis Radio Internet (Ranet) untuk
mendukung pengembangan kegiatan perikanan tangkap, yaitu berada di
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Klishatu dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pulau Moa;
10. Pengelolaan ada di bawah otorita tersendiri sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Untuk memperkirakan kebutuhan telepon di wilayah perencanaan tahun 2030
mempergunakan standar sebagai berikut :
1 (satu) Rumah Tangga 4 : 100 Penduduk
1 (satu) Sarana Sosial dan Umum 3 % Rumah Tangga
1 (satu) Telepon Umum 1 : 3000 Penduduk
1 (satu) Warnet 1 : 12000 Penduduk
1 (satu) sambungan telepon otomat (STO) 1 : 20.000 Penduduk
Kondisi prasarana telekomunikasi di wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya
belum melayani semua kepala keluarga. Sarana telepon umum dan wartel masih
kurang tersebar di wilayah ini. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan penduduk
akan sarana komunikasi sejalan dengan kemajuan teknologi, pengadaan sarana ini
dirasa perlu. Sebagai acuan, pengadaan sarana ini sebaiknya adalah satu unit tiap unit
lingkungan (desa atau kota) atau di tempat-tempat umum yang banyak dikunjungi
masyarakat. Pengembangan telekomunikasi ini juga diharapkan pada kahir tahun
perencanaan sampai ke pelosok-pelosok daerah. Untuk mendukung pengembangan
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 122
telekomunikasi maka diperlukan tower-tower BTS. Berikut ini syarat-syarat pembuatan
tower diantaranya:
Sebelum mendirikan tower, harus ada kesepakatan terlebih dahulu antara
stakeholder untuk membuat pernyataan mengenai resiko jatuhnya tower,
Lokasi tower dapat diletakkan dimana saja, karena tidak terdapat kriteria khusus
dalam peletakan tower,
Standar rata-rata tinggi tower adalah 51 m, 71 m, 90m, dan 120m, standar tinggi
tower tersebut sesuai dengan jarak jangkauan pelayanannya. Semakin tinggi tower
maka jangkauannya semakin jauh,
Kaki tower ada 2 jenis, yaitu 3 kaki dan 4 kaki sesuai dengan ketinggian tower,
Berdasarkan analisis jarak aman tower BTS direkomendasikan memiliki radius
setinggi tower tersebut.
Untuk lebih detilnya, kebutuhan prasarana telekomunikasi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23
Tabel Error! No text of specified style in document.-2Proyeksi Kebutuhan Prasarana Telekomunikasi Di Kabupaten Maluku Barat Daya Tahun 2020-2030
No Kecamatan Penduduk 2020 Penduduk 2030
Warnet STO Rumah Tangga Telepon Umum
(1 : 12.000 Penduduk) (1: 20.000 Penduduk) (4 :100 Penduduk) (1 : 3.000 Penduduk)
Tahun Tahun Tahun Tahun
2020 2030 2020 2030 2020 2030 2020 2030
1 Wetar 3.330 4.787 0 0 0 0
33

48

1

2
2 PP. Terselatan 15.973 22.963 1 2 1 1
160

230

5

8
3 Damer 8.141 11.704 1 1 0 1
81

117

3

4
4 Leti 12.590 18.099 1 2 1 1
126

181

4

6
5 Moa 11.246 16.168 1 1 1 1
112

162

4

5
6 Mdona Hiera 8.797 12.647 1 1 0 1
88

126

3

4
7 PP. Babar 9.810 14.103 1 1 0 1
98

141

3

5
8 Babar Timur 8.500 12.220 1 1 0 1
85

122

3

4
9 Masela 3.165 4.551 0 0 0 0
32

46

1

2
10 Daweloor Dawera 2.149 3.090 0 0 0 0
21

31

1

1
11 Wetang 2.979 4.283 0 0 0 0
30

43

1

1
12 Lakor 3.273 4.705 0 0 0 0
33

47

1

2
13 Romang 5.581 8.023 0 1 0 0
56

80

2

3
14 Wetar Barat 3.182 4.575 0 0 0 0
32

46

1

2
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 24
No Kecamatan Penduduk 2020 Penduduk 2030
Warnet STO Rumah Tangga Telepon Umum
(1 : 12.000 Penduduk) (1: 20.000 Penduduk) (4 :100 Penduduk) (1 : 3.000 Penduduk)
Tahun Tahun Tahun Tahun
2020 2030 2020 2030 2020 2030 2020 2030
15 Wetar Timur 2.387 3.432 0 0 0 0
24

34

1

1
16 Wetar Utara 2.632 3.785 0 0 0 0
26

38

1

1
17 Kisar Utara 5.688 8.177 0 1 0 0
57

82

2

3
Jumlah 109.425 157.311 9 13 5 8 1.094 1.573 36 52
Sumber: Hasil Analisis, 2013

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23
3.3.2 Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Sumberdaya
Energi dan Kelistrikan
Sumberdaya energi adalah sebagian dari sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi dan atau energi baik secara langsung maupun dengan proses
konservasi atau transportasi.
Pengembangan sumberdaya energi dimaksudkan untuk menunjang penyediaan
jaringan energi listrik dan pemenuhan energi lainnya.
Arahan rencana pengembangan sistem prasarana sumberdaya energi kelistrikan
adalah:
1. Pengembangan jaringan listrik pada pusat-pusat kota Kecamatan dan pusat
pusat permukiman;
2. pengoptimalan pemanfaatan sumber energi yang tersedia, yaitu PLTD Kisar,
PLTD Tepa, PLTD Letwurung, PLTD Letti, PLTD Tiakur dan PLTD Ilwaki;
3. Pemantapan dan pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik, meliputi:
(a) Jaringan transmisi tenaga listrik pulau Moa yang melayani kawasan
andalan yang meliputi Letti Moa Lakor;
(b) Jaringan transmisi tenaga listrik Ilwaki yang melayani kawasan andalan
yang meliputi pulau Wetar dan pulau Lirang;
(c) Jaringan transmisi tenaga listrik Tepa yang melayani kawasan andaian
yang, meliputi pulau Babar,pulau Wetang, Pulau Dawelor dan Pulau
Marsela;
(d) Jaringan transmisi tenaga listrik Sermatang yang melayani kawasan
andalan yang meliputi pulau Sermatang dan pulau Luang;
(e) Jaringan transmisi tenaga listrik Wonreli yang melayani kawasan andalan
yang meliputi pulau Kisar dan pulau Romang;
(f) Jaringan transmisi tenaga listrik Damer yang melayani kawasan andalan
yang meliputi pulau Damer;
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 24
(g) Jaringan transmisi tenaga listrik Ustutun yang melayani kawasan andalan
yang meliputi pulau Lirang.
4. Pengembangan energi baru dan terbarukan oleh pemerintah kabupaten yang
meliputi :
(a) Pengembangan Potensi Energi Surya direncanakan pada desa desa di
Pulau Wetar, Pulau Babar, Pulau Leti, Pulau Moa, Pulau Lakor, Pulau
Sermata, Pulau Romang, Pulau Damer, Pulau Dai, Pulau Dawelor, Pulau
Dawera, Pulau Lirang, Pulau Luang, Pulau Kisar, Pulau Masela, Pulau
Metimiarang, Pulau Wetang, ;
(b) Pengembangan Potensi Energi Angin direncanakan di pesisir pantai pulau-
pulau besar, seperti Pulau Wetar, Pulau Babar, Pulau Leti, Pulau Moa,
Pulau Lakor, Pulau Sermata, Pulau Romang, Pulau Damer, Pulau Dai,
Pulau Dawelor, Pulau Dawera, Pulau Lirang, Pulau Luang, Pulau Kisar,
Pulau Masela, Pulau Wetang;
(c) Pengembangan Potensi Energi Panas Bumi direncanakan meliputi Desa
Lurang Kecamatan Wetar, Gunung belerang di Kecamatan Damer, dan di
Pulau Babar;
(d) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa direncanakan,
meliputi Pulau Moa, Pulau Lakor, Pulau Letti, Pulau Kisar dan Pulau Babar;
(e) Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) direncanakan, meliputi
Pulau Babar, Pulau Sermatang, Pulau Wetar, Pulau Romang dan Pulau
Damer;
(f) Pengembangan Pembangkit listrik bersumber dari energi alternatif
lainnya, seperti: gelombang pasang dan bioenergi.
5. Rencana pengelolaan sumberdaya energi, untuk memenuhi kebutuhan listrik
dan energi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 25
Berikut ini adalah standar pendekatan perhitungan kebutuhan energi listrik di
17 (tujuhbelas) kecamatan pada lingkup wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya,
dengan menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
Standar yang digunakan adalah standar PLN, di mana rata-rata kebutuhan listrik
setiap rumah adalah 900 watt.
Kebutuhan non domestik adalah sebesar 20% dari kebutuhan domestik.
Jumlah rata-rata setiap rumah berjumlah 5 orang dalam 1 keluarga.
Berdasarkan asumsi di atas maka kebutuhan penyediaan listrik di Kabupaten
Maluku Barat Daya menurut kecamatan adalah sebagai berikut:

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23
Tabel Error! No text of specified style in document.-3 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Listrik Di Kecamatan Wetar-MaselaTahun 2020
No Uraian analisis Sat. Wetar PP. Terselatan Damer Leti Moa Mdona Hiera PP. Babar Babar Timur Masela
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 Jumlah penduduk Jiwa 3.330 15.973 8.141 12.590 11.246 8.797 9.810 8.500 3.165
2 Jumlah rumah Unit 666 3.195 1.628 2.518 2.249 1.759 1.962 1.700 633
Kebutuhan
Domestik
Watt 599.380 2.875.176 1.465.380 2.266.200 2.024.280 1.583.460 1.765.825 1.530.023 569.784
3 Kebutuhan Non
domestik
Watt 119.876 575.035 293.076 453.240 404.856 316.692 353.165 306.005 113.957
4 Total Kebutuhan Watt 719.257 3.450.211 1.758.456 2.719.440 2.429.136 1.900.152 2.118.990 1.836.027 683.741
Sumber: hasil analisis 2013
Tabel Error! No text of specified style in document.-4 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Listrik Di Kecamatan Daweloor-Kisar UtaraTahun
2020
No Uraian analisis Sat. Daweloor Dawera Wetang Lakor Romang Wetar Barat Wetar Timur Wetar Utara Kisar Utara
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 Jumlah penduduk Jiwa 2.149 2.979 3.273 5.581 3.182 2.387 2.632 5.688
2 Jumlah rumah Unit 430 596 655 1.116 636 477 526 1.138
Kebutuhan
Domestik
Watt 386.893 536.195 589.140 1.004.588 572.843 429.696 473.840 1.023.791
3 Kebutuhan Non
domestik
Watt 77.379 107.239 117.828 200.918 114.569 85.939 94.768 204.758
4 Total Kebutuhan Watt 464.272 643.434 706.968 1.205.506 687.412 515.636 568.608 1.228.550
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 24
Sumber: hasil analisis 2013
Tabel Error! No text of specified style in document.-5Proyeksi Kebutuhan Prasarana Listrik Di Kecamatan Wetar-MaselaTahun 2030
No Uraian analisis Sat. Wetar PP. Terselatan Damer Leti Moa Mdona Hiera PP. Babar Babar Timur Masela
2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030
1 Jumlah penduduk Jiwa 4.787 22.963 11.704 18.099 16.168 12.647 14.103 12.220 4.551
2 Jumlah rumah Unit 957 4.593 2.341 3.620 3.234 2.529 2.821 2.444 910
Kebutuhan
Domestik
Watt 861.700 4.133.282 2.106.720 3.257.820 2.910.173 2.276.460 2.538.623 2.199.622 819.144
3 Kebutuhan Non
domestik
Watt 172.340 826.656 421.344 651.564 582.035 455.292 507.725 439.924 163.829
4 Total Kebutuhan Watt 1.034.040 4.959.938 2.528.064 3.909.384 3.492.208 2.731.752 3.046.348 2.639.546 982.973
Sumber: hasil analisis 2013
Tabel Error! No text of specified style in document.-6Proyeksi Kebutuhan Prasarana Listrik Di Kecamatan Daweloor-Kisar UtaraTahun
2030
No Uraian analisis Sat. Daweloor Dawera Wetang Lakor Romang Wetar Barat Wetar Timur Wetar Utara Kisar Utara
2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030
1 Jumlah penduduk Jiwa 3.090 4.283 4.705 8.023 4.575 3.432 3.785 8.177
2 Jumlah rumah Unit 618 857 941 1.605 915 686 757 1.635
Kebutuhan
Domestik
Watt 556.214 770.857 846.967 1.444.172 823.549 617.754 681.217 1.471.777
3 Kebutuhan Non
domestik
Watt 111.243 154.171 169.393 288.834 164.710 123.551 136.243 294.355
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 25
4 Total Kebutuhan Watt 667.456 925.028 1.016.360 1.733.006 988.259 741.304 817.460 1.766.133
Sumber: hasil analisis 2013
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa kebutuhan penyediaan prasarana listrik
terbagi 2 (dua), yaitu kebutuhan domestik, dan kebutuhan non domestik. Kebutuhan
prasarana listrik ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk. Namun, hingga
saat ini daerah-daerah di wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya, sebagaian besar
belum terlayani prasarana listrik dari PLN. Terdapat beberapa daerah yang terlayani
Prasarana listrik dari PLN dari pukul 19.00 07.00 WIT, diantaranya Kota Wonrelli.
Rata-rata pada kantor-kantor pemerintahan menggunakan diesel untuk memenuhi
kebutuhan listrik di waktu jam kerja. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi tidak
adanya aktifitas penduduk pada waktu malam hari, disamping juga karena belum
adanya lampu-lampu penerangan jalan.
Dari kondisi tersebut, maka perlu adanya dukungan dari PLN sebagai penyedia
prasarana listrik, untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Kabupaten Maluku Barat
Daya. Target pelayanan prasarana listrik, diharapkan sampai akhir tahun perencanaan
dapat mencapai 50 % dari total kebutuhan listrik di tiap-tiap kecamatan. Penyediaan
prasarana listrik ini, difokuskan di tiap-tiap ibukota kecamatan dan sekitarnya.
Di samping dari PLN, terdapat beberapa energi alternatif yang dapat
dikembangkan di wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya. Hasil analisis dan kajian di
lapangan, secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Pengembangan Potensi Energi Surya :
a. Dan hasil kajian di lapangan, energi matahari merupakan energi yang
berpotensi untuk di daya gunakan, oleh sebab itu pada beberapa daerah yang
memang agak sulit dan mahal untuk pembangunan jaringan listrik, maka dapat
dipenuhi dengan SESF.
b. Diperlukan kembali adanya survei yang lebih terperinci akan animo masyarakat
terhadap teknologi SESF.
c. Untuk daerah-daerah yang terdapat hasil perkebunan, persawahan, dan
perikanan, maka Pengering Energi Surya Termal dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu pengeringan hasil-hasil tersebut dan untuk penerangan
kapal pencari ikan energi SESF dapat digunakan.
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 24
2. Pengembangan Potensi Energi Angin :
a. Daerah yang memiliki kecepatan angin sesaat yang cukup tinggi yang dapat
ditindak lanjuti dengan pengukuran lebih detail dan lama guna memperoleh
data yang dapat digunakan sebagai dasar perancangan sistem dalam
pengembangan energi angin. Daerah pesisir pantai pada umumnya memiliki
potensi angin yang cukup tinggi, mengingat kondisi fisik alam Kabupaten
Maluku Barat Daya merupakan wilayah kepulauan, yang terdapat banyak pesisir
pantai.
b. Apabila kecepatan angin di beberapa lokasi sepanjang tahun seperti pada saat
dilakukan survei, lokasi-lokasi tersebut merupakan daerah yang sangat
potensial untuk dapat dimanfaatkan untuk lokasi pembangkit listrik tenaga
angin. Namun jika hanya beberapa saat kecepatan angin di lokasi maka perlu
pengukuran lebih ama untuk pengkajian lebih lanjut.
c. Diperlukan minimal satu tahun pengukuran data secara terus-menerus di suatu
lokasi untuk mendapatkan pola dan distribusi kecepatan dan arah angin harian,
mingguan dan bulanan bahkan tahunan sebagai data masukan rancangan dan
perhitungan tekno-sosio-ekonomi pemanfaatan SKEA.
d. Penyebaran potensi energi angin di wilayah-wilayah dipengaruhi oleh topografi,
kontur, rougness (hambatan kekasaran permukaan) dan arah angin dominan,
dengan acuan di suatu lokasi pengukuran / survei. Sehingga penempatan suatu
alat ukur dan pemanfaatan SKEA merupakan suatu lokasi yang spesifik yang
perlu penelitian dan pengkajian yang mendalam.
e. Potensi energi angin yang dapat diimplementasikan akan tergantung dan
potensi energi angin di lokasi yang menentukan kapasitas pembangkit yang
bisa digunakan. Sehingga dalam satuan uasan wilayah tertentu dapat
dibangkitkan kapasitas yang dapat berbeda sesuai dengan kapasitas unit-unit
SKEA terpasang.
f. Guna memperoleh data yang dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan
dan perancangan pemanfaatan teknologi SKEA, diperlukan data pengukuran di
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 25
suatu lokasi untuk kurun waktu sedikitnya selama 1 tahun. Diusulkan untuk
dilakukan pengukuran potensi angin minimal 1 titik pengukuran di setiap
Kabupaten yang pada tahap awal diprediksi memiliki potensi yang cukup baik.
g. Lokasi yang dipandang cukup prospektif untuk pemanfaatan teknologi energi
angin di masa datang , untuk tahap awal diusulkan untuk dipasang peralatan
ukur potensi angin yang kontinu adalah di Pulau-pulau besar, seperti Wetar, P.
Babar, P. Moa, dsb.
h. Guna memberikan gambaran manfaat dan teknologi energi baru dan
terbarukan khususnya angin, perlu dilakukan proyek percontohan ujicoba di
lokasi yang dianggap telah memiliki persyaratan. Diusulkan untuk ujicoba
pemanfaatan SKEA untuk pemompaan air di ladang sawah tadah hujan yang
memiliki sumber air berupa sungai dengan debit yang cukup dan potensi
kecepatan angin yang relatif tinggi dan daerahnya terbuka.
3. Pengembangan Potensi Energi Panas Bumi :
a. Terutama potensi panas bumi yang ada Kabupaten Maluku Barat Daya, tepatnya
lokasi daerah Rawa Danau sangat berpotensi untuk dijadikan pembangkit listrik.
Dan data hasil survey sebaran munculnya titik panas mehputi daerah seluas 450
km2, dengan julat (range) temperatur antara 42 C sampal dengan 67 C di
permukaan bumi, maka diperkirakan potensi panas yang lebih besar ada pada
beberapa titik di kedalaman bumi. Potensi panas bumi mi akan bernilai ekonomis
mengingat Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki banyak industni padat energi,
sehingga distribusi listriknya tidak akan terlalu jauh.
b. Potensi panas bumi (air panas) yang terletak di Desa Lurang (Kecamatan Wetar)
memiliki air panas hingga mendekati titik didih air, dan Gunung belerang di
Kecamatan Damer.
c. Pemanfaatan panas bumi secara lokal sudah bisa dilakukan misalnya untuk
penggunaan energi termalnya untuk pengering atau pariwisata. Karena
kebutuhan energi < 100 biasanya lebih banyak untuk pemanfaatan panas secara
langsung dibandingkan untuk pembangkit listrik. Panas juga tidak mudah di
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 26
distribusikan untuk jarak > 30 km, sehingga penggunaan secara lokal adalah
yang paling baik, mengingat pedesaan di wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya
tersebar dalam luas wilayah yang besar.
d. Untuk mengembangkan wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya diperlukan
ekplorasi lebih jauh dan potensi-potensi panas bumi untuk pengembangan energi
panas dan ketenagalistrikan. Diperlukan sebuah studi intensif guna pemanfaatan
Panas Bumi di Wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya dengan membuat sebuah
Feasibility Study atau Studi Kelayakan. Pengembangan panas bumi untuk listrik
memakan biaya yang cukup besar. Untuk itu diperlukan studi yang sangat
mendalam dan juga tentunya kemauan dan pihak Pemda Kabupaten Maluku
Barat Daya sendiri.
e. Pemanfaatan panas bumi untuk tenaga listrik memerlukan temperatur > 300 C.
Mengingat panas yang timbul dipermukaan bumi di sekitar wilayah survei tidak
ada yang mencapai suhu tersebut, maka diperlukan pengeboran di beberapa
tempat untuk kemudian dilakukan teknik penetrasi ke dalam permukaan bumi
untuk mengekstrasi panas yang berada di dalamnya.

3.3.3 Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Sumberdaya Air
3.3.3.1 Sumber Daya Air
(1) Prasarana sumberdaya air adalah prasarana pengembangan sumberdaya air
untuk memenuhi berbagai kepentingan;
(2) Pengembangan prasarana sumberdaya air untuk air bersih diarahkan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah;
(3) Pengelolaan wilayah sungai strategis nasional untuk melayani kebutuhan air baku
pada kawasan strategis nasional, Pusat Kegiatan Nasional dan/atau kawasan
andalan, yaitu Wilayah Sungai (WS) Kepulauan Kei Aru, yang melayani
kawasan andalan salah satunya pada kawasan Pulau Wetar;
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 27
(4) Rencana pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan Infrastruktur pengairan,
meliputi Embung Pulau Luang, Embung Klis, Embung Tutukey, dan Embung
Ilwaki, Embung Kisar, Embung Lirang, Embung Masela, serta pengembangan
infrastuktur irigasi Lahan Kering bendungan Tepa dan Wetar;
(5) Rencana pengelolaan sumberdaya air, meliputi:
a. Pembangunan prasarana sumber daya air;
b. Semua sumber air baku dari embung, bendungan serta sungai - sungai yang
airnya dapat dimanfaatkan secara langsung dan dikembangkan untuk
berbagai kepentingan;
c. Zona pemanfaatan Daerah Aliran Sungai dilakukan dengan membagi tipologi
Daerah Aliran Sungai berdasarkan tipologinya; serta
d. Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan
wilayah sungai tersebut pada zona kawasan lindung tidak diijinkan
pemanfaatan sumber daya air untuk fungsi budidaya, termasuk juga untuk
penambangan.
3.3.3.2 Pengairan
(1) Prasarana pengairan direncanakan sesuai dengan kebutuhan peningkatan sawah
irigasi teknis dan non teknis baik untuk irigasi air permukaan maupun air tanah.
(2) Rencana pengembangan pengairan disusun berdasarkan wilayah sungai.
(3) Area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidak berubah fungsi
menjadi peruntukan yang lain, jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi
maka disediakan lahan areal baru yang menggantikannya dengan luasan minimal
sama ditambah dengan biaya investasi yang telah ditanamkan di lokasi tersebut.

D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 28
3.3.3.3 Air Bersih
Mengacu pada standar pemenuhan kebutuhan air bersih, maka tingkat
kebutuhan air bersih dikelompokkan kedalam kategori kabupaten/ kota. Untuk
selengkapnya dapat dilihat pada tabel.
Tabel Error! No text of specified style in document.-7Standar pemenuhan Kebutuhan
Air Bersih Dirinci Berdasarkan Kategori Kabupaten/ Kota
Kategori
Kabupaten/ kota
Jumlah Penduduk (jiwa) Standar Kebutuhan
Dasar (lt/ org/ hari)
Metropolitan > 1 juta 120
Besar 500.000 s.d < 1.000.000 100
Sedang 100.000 s.d < 500.000 90
Kecil 20.000 s.d < 100.000 60
Semi Urban/ KK 3.000 s.d < 20.000 45
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. P.U, 1985

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diasumsikan bahwa Kabupaten Maluku
Barat Daya termasuk dalam kategori kabupaten sedang dengan standar
kebutuhan dasar 90 Lt/ org/ hari.
o Target kebutuhan PDAM pada 10 tahun pertama, sampai dengan 20 tahun
kedepan, akan disesuaikan dengan karakteristik penyediaan pelayanan air
bersih di masing-masing wilayah.
o Kebutuhan Hydran Umum (HU) diasumsikan 5 % dari jumlah sambungan
rumah dan kebutuhan air untuk nondomestik diasumsikan 10 % dari
keseluruhan kebutuhan domestik. Sedangkan asumsi kebocoran adalah 20
% dari total keseluruhan kebutuhan akan air bersih.
Atas dasar standar penyediaan air bersih tersebut di atas, maka prediksi
kebutuhan penyediaan air bersih pada 17 (tujuhbelas) Kecamatan di wilayah
Kabupaten Maluku Barat Daya tahun 2010-2030, dengan asumsi menggunakan
standar kebutuhan air bersih dari Departemen Pekerjaan Umum, dapat dilihat pada
tabel berikut
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23
Tabel Error! No text of specified style in document.-8 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Bersih Di Kecamatan Wetar Masela Tahun 2020
No Uraian Analisis Sat.
Wetar PP. Terselatan Damer Leti Moa Mdona Hiera PP. Babar Babar Timur Masela
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 Jumlah penduduk Jiwa 3.330 15.973 8.141 12.590 11.246 8.797 9.810 8.500 3.165
2 Kebutuhan air Bersih Lt/hari 299.690 1.437.588 732.690 1.133.100 1.012.140 791.730 882.912 765.011 284.892
(90 lt/hari/jiwa)
3 Target pelayanan % 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Penduduk terlayani Jiwa 1.665 7.987 4.071 6.295 5.623 4.399 4.905 4.250 1.583
4 Sambungan rumah Lt/hari 149.845 718.794 366.345 566.550 506.070 395.865 441.456 382.506 142.446
(90 lt/hari/jiwa)
Hydran umum (5%) Lt/hari 7.492 35.940 18.317 28.328 25.304 19.793 22.073 19.125 7.122
Kebutuhan domestik Lt/hari 157.337 754.734 384.662 594.878 531.374 415.658 463.529 401.631 149.568
5 Kebutuhan
nondomestik (10 %)
Lt/hari 15.734 75.473 38.466 59.488 53.137 41.566 46.353 40.163 14.957
6 Kebocoran (20 %) Lt/hari 3.147 15.095 7.693 11.898 10.627 8.313 9.271 8.033 2.991
Total kebutuhan air bersih Lt/hari 176.218 845.302 430.822 666.263 595.138 465.537 519.152 449.827 167.516
Sumber: hasil analisis 2013



D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 24
Tabel Error! No text of specified style in document.-9 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Bersih Di Kecamatan Daweloor Kisar Utara Tahun 2020
No Uraian Analisis Sat.
Daweloor
Dawera
Wetang Lakor Romang
Wetar
Barat
Wetar Timur
Wetar
Utara
Kisar Utara
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 Jumlah penduduk Jiwa
2.149

2.979

3.273

5.581

3.182

2.387

2.632

5.688
2 Kebutuhan air Bersih Lt/hari 193.447 268.098 294.570 502.294 286.422 214.848 236.920 511.896
(90 lt/hari/jiwa)
3 Target pelayanan %
50 50 50 50 50 50 50 50
Penduduk terlayani Jiwa 1.075 1.489 1.636 2.791 1.591 1.194 1.316 2.844
4 Sambungan rumah Lt/hari 96.723 134.049 147.285 251.147 143.211 107.424 118.460 255.948
(90 lt/hari/jiwa)
Hydran umum (5%) Lt/hari 4.836 6.702 7.364 12.557 7.161 5.371 5.923 12.797
Kebutuhan domestik Lt/hari 101.560 140.751 154.649 263.704 150.371 112.795 124.383 268.745
5 Kebutuhan nondomestik (10 %) Lt/hari 10.156 14.075 15.465 26.370 15.037 11.280 12.438 26.875
6 Kebocoran (20 %) Lt/hari 2.031 2.815 3.093 5.274 3.007 2.256 2.488 5.375
Total kebutuhan air bersih Lt/hari 113.747 157.641 173.207 295.349 168.416 126.331 139.309 300.995
Sumber: hasil analisis 2013



D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 25
Tabel Error! No text of specified style in document.-10 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Bersih Di Kecamatan Wetar Masela Tahun 2030
No Uraian Analisis Sat.
Wetar PP. Terselatan Damer Leti Moa Mdona Hiera PP. Babar Babar Timur Masela
2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030
1 Jumlah penduduk Jiwa 4.787 22.963 11.704 18.099 16.168 12.647 14.103 12.220 4.551
2 Kebutuhan air Bersih Lt/hari 430.850 2.066.641 1.053.360 1.628.910 1.455.087 1.138.230 1.269.312 1.099.811 409.572
(90 lt/hari/jiwa)
3 Target pelayanan % 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Penduduk terlayani Jiwa 2.872 13.778 7.022 10.859 9.701 7.588 8.462 7.332 2.730
4 Sambungan rumah Lt/hari 258.510 1.239.984 632.016 977.346 873.052 682.938 761.587 659.887 245.743
(90 lt/hari/jiwa)
Hydran umum (5%) Lt/hari 12.926 61.999 31.601 48.867 43.653 34.147 38.079 32.994 12.287
Kebutuhan domestik Lt/hari 271.436 1.301.984 663.617 1.026.213 916.705 717.085 799.666 692.881 258.030
5 Kebutuhan
nondomestik (10 %)
Lt/hari 27.144 130.198 66.362 102.621 91.670 71.708 79.967 69.288 25.803
6 Kebocoran (20 %) Lt/hari 5.429 26.040 13.272 20.524 18.334 14.342 15.993 13.858 5.161
Total kebutuhan air bersih Lt/hari 304.008 1.458.222 743.251 1.149.359 1.026.709 803.135 895.626 776.027 288.994
Sumber: hasil analisis 2013





D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 26
Tabel Error! No text of specified style in document.-11 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Bersih Di Kecamatan Daweloor Kisar Utara Tahun 2030
No Uraian Analisis Sat.
Daweloor Dawera Wetang Lakor Romang Wetar Barat Wetar Timur Wetar Utara Kisar Utara
2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030
1 Jumlah penduduk Jiwa 3.090 4.283 4.705 8.023 4.575 3.432 3.785 8.177
2 Kebutuhan air Bersih Lt/hari 278.107 385.428 423.483 722.086 411.775 308.877 340.608 735.889
(90 lt/hari/jiwa)
3 Target pelayanan % 60 60 60 60 60 60 60 60
Penduduk terlayani Jiwa 1.854 2.570 2.823 4.814 2.745 2.059 2.271 4.906
4 Sambungan rumah Lt/hari 166.864 231.257 254.090 433.252 247.065 185.326 204.365 441.533
(90 lt/hari/jiwa)
Hydran umum (5%) Lt/hari 8.343 11.563 12.705 21.663 12.353 9.266 10.218 22.077
Kebutuhan domestik Lt/hari 175.207 242.820 266.795 454.914 259.418 194.592 214.583 463.610
5 Kebutuhan nondomestik (10 %) Lt/hari 17.521 24.282 26.679 45.491 25.942 19.459 21.458 46.361
6 Kebocoran (20 %) Lt/hari 3.504 4.856 5.336 9.098 5.188 3.892 4.292 9.272
Total kebutuhan air bersih Lt/hari 196.232 271.958 298.810 509.504 290.548 217.944 240.333 519.243
Sumber: hasil analisis 2013
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23

Dari hasil prakiraan kebutuhan prasarana air bersih tabel diatas, maka target
penyediaan kebutuhan air bersih yang dapat terlayani di wilayah Kabupaten Maluku
Barat Daya pada tahun 2020 adalah 50 % dari total kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan
air bersih ini, lebih difokuskan terhadap penduduk di ibukota kecamatan dan daerah
sekitarnya. Kemudian, pada akhir tahun perencanaan, diharapkan dapat mencapai
target pelayanan sebesar 60 % dari total kebutuhan air bersih untuk penduduk.
Diharapakan dalam perkembangan dan pertumbuhan pembangunan kecamatan
tersebut, dapat diikuti dengan penyediaan prasarana air bersih yang memadai.
Rencana pengembangan jaringan air bersih diarahkan dengan menggunakan reservoir
pada sekitar mata-mata air yang ada di masing-masing pulau. Adapun pola
pemenuhan air bersihnya dilakukan dengan cara grafitasi dan pompa air memenuhi
reservoir yang disediakan dan kemudian dialirkan kepada penduduk menggunakan
pipa.
3.3.4 Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan
Prasarana lingkungan merupakan rencana pengelolaan prasarana yang digunakan
lintas wilayah administratif.
(1) Prasarana yang digunakan lintas wilayah administratif meliputi :
a. tempat pembuangan akhir (TPA) terpadu yang dikelola bersama untuk
kepentingan antar wilayah
b. tempat pengelolaan limbah industri bahan berbahaya dan beracun(B3) dan
Bukanbahan berbahaya dan beracun (B3);
c. Tempat pengelolaan limbah yang bersifat komunal.
(2) Rencana pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan lintas
wilayah administratif, adalah :
a. kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah
sampah terutama di wilayah perkotaan.
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 24
b. Penempatan tempat pembuangan akhir sesuai dengan persyaratan teknis;
c. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan
kaidah teknis;
d. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
3.3.4.1 Rencana Pengelolaan Persampahan
Secara umum, dalam penanganan pembuangan sampah di tiap-tiap kecamatan
di lingkup wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya, belum terkelola dengan baik. Rata-
rata masyarakat membuang sampah di sungai dan juga di pantai. Namun, ada juga
sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga, sistem pembuangannya dilakukan secara
swadaya, yaitu dikumpulkan kemudian dibakar atau dikubur. Sehingga, berakibat pada
munculnya berbagai permasalahan, diantaranya tercemarnya air sungai, tercemarnya
udara, dan timbulnya berbagai macam penyakit. Karakter penduduk seperti ini, sangat
dipengaruhi oleh kebiasaan hidup sehari-hari, dan juga dikarenakan wilayah Kabupaten
Maluku Barat Daya sendiri belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dimana,
sampai saat ini belum ada data terkait yang dapat menjelasakan informasi tentang
adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan mekanisme penanganan persampahan
di Kabupaten Maluku Barat Daya tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam pengembangan wilayah
kabupaten Maluku Barat Daya, perlu diupayakan penanganan persampahan dengan
baik sesuai dengan teknik dan operasional sistem persampahan. Penanganan
persampahan ini diarahkan dengan penanganan persampahan secara off site.
Mekanismenya dengan mengumpulkan sampah pada masing-masing rumah atau
masing-masing lokasi, dan selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan akhir. Berikut
ini prediksi kebutuhan jaringan persampahan yang mendukung pelayanan
persampahan pada tiap-tiap distrik di lingkup wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya.
Berdasarkan asumsi di atas, maka kebutuhan prasarana persampahan di
Kabupaten Maluku Barat Daya menurut kecamatan adalah sebagai berikut:
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23
Tabel Error! No text of specified style in document.-12 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Persampahan Di Kecamatan Wetar Masela Tahun 2020
No

Uraian analisis

Sat. Wetar PP. Terselatan Damer Leti Moa Mdona Hiera PP. Babar Babar Timur Masela

2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 Jumlah penduduk Jiwa 3.330 15.973 8.141 12.590 11.246 8.797 9.810 8.500 3.165
2 Potensi timbunan sampah M3/
hari
8 40 20 31 28 22 25 21 8
(0,0025 m3/jiwa/hari)
3 Target pelayanan % 20 25 20 25 25 20 20 20 20
4 Penduduk terlayani Jiwa 1.665 7.987 4.071 6.295 5.623 4.399 4.905 4.250 1.583
5 Sampah terlayani M3 4 20 10 16 14 11 12 11 4
Domestik M3 4 20 10 16 14 11 12 11 4
Nondomestik (25 %) M3 1 5 3 4 4 3 3 3 1
Sarana Pengumpul dan
Pengangkut

6 Tong sampah (0,04 m3) Unit 130 130 318 492 439 344 383 332 124
Gerobak sampah (0,8 m3) Unit 26 26 64 98 88 69 77 66 25
Sumber: Hasil Analisis, 2013





D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 24
Tabel Error! No text of specified style in document.-13 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Persampahan Di Kecamatan Dawelor-Kisar Utara Tahun 2020
No Uraian analisis Sat. Daweloor Dawera Wetang Lakor Romang Wetar Barat Wetar Timur Wetar Utara Kisar Utara
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 Jumlah penduduk Jiwa 2.149 2.979 3.273 5.581 3.182 2.387 2.632 5.688
2 Potensi timbunan sampah M3/
hari
5 7 8 14 8 6 7 14
(0,0025 m3/jiwa/hari)
3 Target pelayanan % 20 20 25 20 20 20 20 20
4 Penduduk terlayani Jiwa 1.075 1.489 1.636 2.791 1.591 1.194 1.316 2.844
5 Sampah terlayani M3 3 4 4 7 4 3 3 7
Domestik M3 3 4 4 7 4 3 3 7
Nondomestik (25 %) M3 1 1 1 2 1 1 1 2
Sarana Pengumpul dan Pengangkut
6 Tong sampah (0,04 m3) Unit 84 116 128 218 124 93 103 222
Gerobak sampah (0,8 m3) Unit 17 23 26 44 25 19 21 44
Sumber: Hasil Analisis, 2013





D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 25
Tabel Error! No text of specified style in document.-14Proyeksi Kebutuhan Prasarana Persampahan Di Kecamatan Wetar Masela Tahun 2030
No Uraian analisis Sat. Wetar PP. Terselatan Damer Leti Moa Mdona Hiera PP. Babar Babar Timur Masela
2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030
1 Jumlah penduduk Jiwa 4.787 22.963 11.704 18.099 16.168 12.647 14.103 12.220 4.551
2 Potensi timbunan sampah M3/
hari
12 57 29 45 40 32 35 31 11
(0,0025 m3/jiwa/hari)
3 Target pelayanan % 40 60 40 60 60 40 40 40 40
4 Penduduk terlayani Jiwa 2.394 11.481 5.852 9.050 8.084 6.324 7.052 6.110 2.275
5 Sampah terlayani M3 6 29 15 23 20 16 18 15 6
Domestik M3 6 29 15 23 20 16 18 15 6
Nondomestik (25 %) M3 1 7 4 6 5 4 4 4 1
Sarana Pengumpul dan
Pengangkut

6 Tong sampah (0,04 m3) Unit 187 897 457 707 632 494 551 477 178
Gerobak sampah (0,8 m3) Unit 37 179 91 141 126 99 110 95 36
Sumber: Hasil Analisis, 2013




D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 26
Tabel Error! No text of specified style in document.-15 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Persampahan Di Kecamatan Dawelor-Kisar Utara Tahun 2030
No Uraian analisis Sat. Daweloor Dawera Wetang Lakor Romang Wetar Barat Wetar Timur Wetar Utara Kisar Utara
2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030 2030
1 Jumlah penduduk Jiwa 3.090 4.283 4.705 8.023 4.575 3.432 3.785 8.177
2 Potensi timbunan sampah M3/
hari
8 11 12 20 11 9 9 20
(0,0025 m3/jiwa/hari)
3 Target pelayanan % 40 40 60 40 40 40 40 40
4 Penduduk terlayani Jiwa 1.545 2.141 2.353 4.012 2.288 1.716 1.892 4.088
5 Sampah terlayani M3 4 5 6 10 6 4 5 10
Domestik M3 4 5 6 10 6 4 5 10
Nondomestik (25 %) M3 1 1 1 3 1 1 1 3
Sarana Pengumpul dan Pengangkut
6 Tong sampah (0,04 m3) Unit 121 167 184 313 179 134 148 319
Gerobak sampah (0,8 m3) Unit 24 33 37 63 36 27 30 64
Sumber: Hasil Analisis, 2013
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 23
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa asumsi target pelayanan rata-rata di
tiap distrik pada tahun 2020 adalah sebesar 20 % dari total potensi timbunan sampah
yang dihasilkan penduduk. Hanya pada Kecamatan PP. Terselatan dan Leti, serta Moa
Lakor saja yang asumsi target pelayanannya mencapai 25 % dari total potensi
timbunan sampah. Asumsi target pelayanan ini didasarkan pada kondisi fisik lahan
yang kurang mendukung, yaitu berupa wilayah kepulauan, sehingga dalam pemilihan
alternatif lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) sulit untuk didapatkan. Kemudian,
belum adanya dukungan dari jaringan jalan yang memadai, jarak tempuh antara
perkampungan satu dengan perkampungan yang lain sangat jauh dan aksesnya yang
sulit dijangkau. Namun untuk perencanaan kedepannya, akan dibangun TPA pada
lokasi-lokasi yang strategis di Kabupaten Maluku Barat Daya, seperti: Pulau Moa
(Tiakur) dan Kisar.Sistem Pengolahan persampahan di masing-masing TPA dilakukan
dengan sistem sanitary landfill.
Kemudian, untuk akhir tahun perencanaan, asumsi target pelayanan rata-rata
di tiap kecamatan adalah sebesar 40 % dari total potensi timbunan sampah yang
dihasilkan penduduk. Sedangkan pada Kecamatan PP. Terselatan dan Leti, serta Moa
Lakor, diasumsikan target pelayanan mencapai 60 % dari total potensi timbunan
sampah. Hal ini dikarenakan, saat ini kecamatan tersebut ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan yang lain. Seiring
dengan perkembangan wilayah tersebut, maka nantinya akan diikuti dengan tuntutan
pemenuhan kebutuhan prasarana yang memadai. Sehingga, diharapkan pemerintah
daerah, dalam penyediaan dan pembangunan prasarana persampahan dapat
mengikuti perkembangan yang ada.
Target pelayanan ini akan difokuskan pada ibukota kecamatan, yang pada tahapan-
tahapan berikutnya, pelayanan akan dilakukan pada daerah-daerah disekitar ibukota
kecamatan, yaitu perkampungan-perkampungan yang menjadi pusat-pusat aktifitas
dan pertumbuhan ekonomi cukup baik.


D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 24
3.3.4.2 Rencana Pengelolaan Air Limbah
Pada dasarnya air limbah terdiri dari 2 bentuk yaitu air kotor (grey water) dan limbah
manusia (black water). Grey water yaitu limbah manusia dalam bentuk cairan yang
dihasilkan dari sisa kegiatan pemakaian air domestik, seperti air bekas mandi, mencuci dan
sebagainya. Sedangkan Black water yaitu buangan limbah padat yang berasal dari kotoran
manusia. Untuk memperkiraan volume air limbah grey water dihitung sebesar 70% dari
pemakaian air bersih. Sedangkan air limbah yang berupa lumpur tinja (black water)
dihitung dengan asumsi tiap orang menghasilkan 40 liter dalam setahunnya.
Penanganan air limbah membutuhkan sarana dan prasarana pengolah untuk menguraikan
air limbah tersebut sebelum dibuang ke dalam badan air penerima.Masing-masing jenis
limbah yang dihasilkan (grey water dan black water) mempunyai perlakuan khusus
menyangkut instalasi pengolah yang dibutuhkannya. Pengolahan grey water dan black
water secara bersamaan dalam satu instalasi akan membutuhkan kelengkapan unit-unit
pengolah yang disebut dengan instalasi pengolah air limbah (IPAL). Sedangkan apabila
ditangani secara terpisah, khusus untuk penanganan black water diperlukan suatu instalasi
sendiri yang disebut dengan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).
Penentuan kebutuhan instalasi pengolah air limbah (IPLT atau IPAL) sangat tergantung dari
karakteristik wilayah dan kemampuan pemerintah membangun sarana dan prasarana
pengolahan. Karakteristik wilayah akan menentukan cakupan wilayah pelayanan sesuai
dengan penerapan teknologi pembuangan air limbahnya apakah akan dilakukan secara
setempat ataupun secara terpusat. Apabila karaktersitik wilyah tersebut cocok untuk
pelayanan dengan sistem setempat, maka dibutuhkan IPLT.Sebaliknya jika cocok untuk
pelayanan dengan sistem terpusat maka dibutuhkan IPAL. Atau jika sebagian wilayah cocok
menggunakan sistem setempat dan terpusat dimungkinkan dibangun 2 instalasi sekaligus
baik IPLT maupun IPAL.
Ditinjau dari aspek penyehatan lingkungan, maka Idealnya penanganan air limbah
menggunakan sistem terpusat.Pengunaan IPAL memiliki kelebihan karena disamping
pelayanannya secara komunal, teknologi penguraiannya juga mengurangi dampak terhadap
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 25
lingkungan (pencemaran terhadap air tanah). Kelemahannya adalah membutuhkan
kemampuan dana yang lebih besar untuk penyediaan sarana dan prasarana pengolahannya.
Penetapan karakteristik wilayah pelayanan setempat atau terpusat membutuhkan kajian
mendalam yang melibatkan analisis fisik, sosial dan ekonomi. Untuk itu diluar kegiatan ini
perlu adanya studi lanjutan yang sifatnya khusus dan mendalam sehinga dapat dipetakan
kawasan-kawasan yang cocok bagi penerapan 2 teknologi pembuangan air limbah seperti
yang disebutkan diatas.
Tabel III-16
Besaran Strategi Pelayanan Pengelolan Air Limbah
Kategori
Wilayah
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Target Pelayanan (%)
Sistem
Setempat
Sistem Terpusat
Sewer Interseptor Total
Kota Besar
dan Metro
> 1.000.000 50 10 15 25
Kota Sedang 100.000-1.000.000 60 5 10 15
Kota Kecil 25.000-100.000 70 - - -
Desa >25.000 60 - - -
Sumber : Konsep Pengembangan Program Air Limbah, Direktorat PLP
Rencana pengembangan sistem jaringan pengelolaan limbah meliputi:
a. rencana pengelolaan limbah domestik; dan
b. rencana pengelolaan limbah industri.



D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 26

A. Limbah Domestik
Rencana pengelolaan limbah domestik di Kabupaten Maluku Barat Daya meliputi:
1. Pemenuhan prasarana jamban ber-septik tankindividual (on site sanitation) pada
setiap rumah di kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan
2. Pengembangan jamban komunal (wc umum)(off site sanitation) untuk wilayah
perkotaan di tepa, Serwaru, Tiakur dan Kisar.
B. Limbah Industri
Rencana pengelolaan limbah industri di Kabupaten Maluku Barat Daya berupa
pengembangan prasarana pengolahan limbah industri, limbah medis, limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) secara mandiri dengan rencana pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk industri pada kawasan perkotaan.
3.3.4.3 Rencana Jaringan Drainase
Perencanaan sistem jaringan drainase di Kabupaten Nunukan pada dasarnya
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengendali banjir dan sebagai pelayanan drainase
kota. Fungsi pengendali banjir (flood control) diperuntukan untuk menangani luapan
air dalam jumlah besar seperti halnya luapan sungai. Sedangkan drainase kota
diarahkan untuk menangani genangan-genangan atau becek-becek yang terjadi di
daerah tangkapan air (catchment area).
Pengembangan drainase dilakukan secara terpadu dengan pendekatan ramah
lingkungan dan berhierarki, sistem jaringan drainase meliputi:
a. sistem jaringan primer berupa sungai-sungai yang tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten;
b. sistem jaringan sekunder berupa saluran pada ruas jalan arteri dan kolektor; dan
c. sistem jaringan tersier berupa saluran pada ruas jalan lokal dan lingkungan.

Rencana sistem jaringan drainase di Kabupaten Maluku Barat Daya meliputi:
a. Jaringan drainase primer
D DR RA AF FT T A AK KH HI IR R
Penyesuaian & Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Maluku Barat Daya

III- 27
b. Jaringan drainase sekunder
c. Jaringan drainase tersier
1. Jaringan drainase primer
Jaringan drainase primer di Kabupaten Maluku Barat Daya berupa sungai-sungai
yang berada di Kabupaten Maluku Barat Daya
2. Jaringan drainase sekunder
Jaringan drainase sekunder di Kabupaten Maluku Barat Daya berupa anak-anak
sungai dan saluran permanen yang dibuat secara khusus.
3. Jaringan drainase tersier
Jaringan drainase tersier berupa jaringan drainase yang terdapat pada kawasan
permukiman.

Anda mungkin juga menyukai