Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Komunikasi
Islam merupakan agama yang komunikatif. Allah SWT adalah Tuhan yang
komunikatif kepada makhuk-Nya. Allah SWT berkomunikasi kepada umat manusia
melalui Nabi-nabi, mulai dari Nabi Adam hingga Nabi terakhir yaitu Muhammad
SAW. (Olaytwola, 1993:3). Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu
proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut :
Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti
umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang
berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu
kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya
saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide
bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau
pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan
tertentu (Suprapto, 2006:2-3).
Menurut Khaliq Ahmad (2006:228), komunikasi merupakan transfer dan
pertukaran informasi untuk memahami satu orang dengan yang lainnya melalui
simbol yang bermakna. Proses komunikasi memerlukan pengirim yang merupakan
awal dari proses dan penerima yang melengkapi jalur komunikasi. Ketika penerima
telah memahami pesan yang dikomunikasikan, lingkaran komunikasi sudah selesai.
Dalam sebuah organisasi, manajer/pimpinan terlibat dalam proses komunikasi untuk
melaksanakan keempat fungsi mereka, yaitu planning, organising, leading, and
controlling. Komunikasi merupakan fungsi yang penting dalam kepemimpinan.
Kepemimpinan dapat dilihat tinggi atau rendah dilihat dari kemampuan komunikasi
pemimpin ketika mengubah sikap dan perilaku karyawan dalam rangka mencapai
tujuan dan kebutuhan perusahaan. (Ahmad, 2006:228).
Komunikasi bisa berupa verbal (oral atau tulisan) dan non verbal (bahasa tubuh,
penampilan, sikap ketika greeting, kesan). Komunikasi yang efektif dalam sebuah
organisasi berpusat pada pendefinisian yang baik terhadap misi dan tujuan organisasi.
Melalui komunikasi, supervisi berusaha membuat para karyawannya paham dalam
pencapaian misi dan tujuan organisasi. (Ahmad, 2006:228).

2. Proses Komunikasi
Informasi dalam prosesnya berpindah dari satu step ke step yang lain untuk
menghindari dan meminimalisir kemungkinan misscommunication antar pihak yang
terlibat dalam komunikasi. Menurut Khaliq Ahmad (2006:231), proses komunikasi
terdiri dari enam elemen dasar, yaitu :
1) The sender (encoder)
2) The message
3) The channel (medium)
4) The receiver (decoder)
5) Noise
6) The feedback
Supervisi dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka dengan
menyadari atas peran yang dimainkan oleh setiap elemen tersebut di atas, cara dimana
setiap elemen harus diterapkan, dengan demikian dapat memberikan kontribusi untuk
komunikasi yang sukses. (Ahmad, 2006:231).
Sender merupakan yang mengawali proses komunikasi. Ketika sender akan
memberikan informasi, dia akan meng-encode pesan (message) dan memilih media
(the channel/medium) agar pesannya sampai kepada penerima pesan (the receiver).
(Ahmad, 2006:231). Dalam sebuah perusahaan/organisasi, supervisi/pimpinan
berperan sebagai sender yang mendefinisikan maksud dari message untuk
mengkonstruk setiap pesan dipikiran receiver (karyawan/staf). Kemudian, memilih
medium yang tepat dan terbaik juga menghitung waktu transmisi, serta mencari
feedback. (Ahmad, 2006:232).










Gambar 1 : Proses Komunikasi (Ahmad, 2006:232)
Saluran komunikasi merupakan jalur dimana pesan dikirim dari sender ke
receiver. Supervisi menggunakan saluran komunikasi untuk mengirimkan pesan
kepada karyawan, sedangkan karyawan menggunakan saluran komunikasi untuk
mengirim feedback kepada supervisi. (Ahmad, 2006:231).
Komunikasi memiliki arus, yaitu komunikasi vertikal dan horizontal.
Komunikasi vertikal terdiri dari downward dan upward communication. (Parwiyanto,
2009:3)
1) Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-
orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah :
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku
(procedures and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2) Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan
(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari
bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang
sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun
tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
3) Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung diantara para
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Grapevine merupakan saluran komunikasi yang bersifat informal, yang berada
diluar saluran formal/resmi, dan bersifat casual, personal and social interchange
dalam pekerjaan. Grapevine berbentuk rumor, gosip, dan informasi yang tidak benar.
Supervisi seharusnya memperhatikan adanya grapevine tetapi tidak seharusnya
bergantung padanya untuk mendapatkan informasi yang akurat. (Ahmad, 2006:233).
Receiver merupakan orang ataupun kelompok kepada siapa usaha komunikasi
dimaksudkan. Noise merupakan apa saja yang mengganggu komunikasi. Feedback
menjamin pemahaman satu sama lain, antara sender dan receiver dalam proses
komunikasi. Hal ini berimplikasi bahwa transfer informasi dari receiver kembali
kepada sender. Receiver akan menerjemahkan atau mengklarifikasi arti pesan.
Demikian, dalam loop umpan balik, receiver menjadi sender dan sender menjadi
receiver. (Ahmad, 2006:232).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Khaliq. 2006. Management from Islamic Perspective. International Islamic
University Malaysia
Olaytwola, Abdur rahman. 1993. Interpersonal Communication, Human Interaction and
Societal Relationships in Islam. Africa Media Review Vol. 7 No.3. Afrika
Parwiyanto, Herman. 2003. Kajian Komunikasi dalam Organisasi, (online),
(http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id/2009/05/11/perilaku-organisasi-sub-kajian-
komunikasi-dlm-organisasi/ diakses pada 28 September 2014)
Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Media
Pressindo

Anda mungkin juga menyukai