Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Kami bersyukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi penyayang atas rahmat
dan kehadiratnya,sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah pendidikan kewarganegaraan.
Tujuan pembuatan makalah ini untuk membantu proses mengajar mahasiswa mengenai
pendidikan kewarganegaraan, supaya lebih memahami struktur kenegaraan Republik Indonesia
ini sehingga diharapkan proses belajar dan pemberlajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
kami dan pihak yang membantu kami, sehingga penyelesaian makalah berjalan dengan lancar.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurnah oleh karena itu kami sangat
berharap adanya saran dan kritik demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Demikian adanya, kami harap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.











HAK DAN KEWAJIBAN
WARGA NEGARA INDONESIA
A. NEGARA
1. Pengertiaan Negara
Yang dimaksud dengan Negara adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan
kesepakatan sekelompok masyarakat yang kemudian dinamakan warga Negara,
dengan memiliki sistem atau tata kerja yang dibentuk oleh alat. Alat yang dimaksud
adalah alat perlengkapan Negara yang berwenang untuk mengatur warga Negara agar
mentaati segala peraturan perundang-undang yang telah ditetapkan Negara.
Negara merupakan organisasi yang dapat memaksakan kekuasaannya secara sah
terhadap semua kelompok masyarakat yang telah menyediakan diri untuk mengikuti
peraturan dan sistem yang berlaku. Untuk mencegah terjadinya kekuasaan yang
sewenang-wenang, maka Negara harus diberi batas-batas, sejauh mana kekuasaaan
itu dapat diterapkan dalam kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan, maupun
kedaulatan ke luar.
Negara memiliki kekuasaan tertinggi yang berdaulat, baik kedaulatan ke dalam
maupun kedaulatan ke luar.
a. Kedaulatan ke Dalam (Internal)
Negara memonopoli kekuasaan di dalam wilayahnya, tanpa ada kekuasaan lain
yang dapat menandinginya. Kekuasaan apapun yang terdapat di dalam Negara,
harus patuh pada kekuasaan yang berdaulat.
b. Kedaulatan ke Luar (Eksternal)
Negara tidak terikat dan tidak harus tunduk pada kekuasaan lain, kecuali pada
ketentuan-ketentuan yang telah disetujui.
2. Sejarah terjadinya Negara
Sudah menjadi kodrat alam, bahwa manusia sejak dahulu kala selalu hidup
bersama-sama dalam suatu kelompok. Dalam kelompok manusia itulah mereka
berjuang bersama-sama mempertahankan hidupnya mencari makan, melawan bahaya
dan bencana serta melanjutkan keturunan.
Mula-mula kelompok manusia itu hidup dari perburuan dan oleh karena itu mereka
selalu berpindah-pindah tempat. Kemudian oleh perkembangan peradaban, mereka
mulai hidup menetap pada suatu tempat tertentu, karena mereka telah mulai mengenal
perternakan dan bercocok tanam.

Untuk mempertahankan hak hidup itu maka mereka membentuk suatu kelompok
kecil dan membentuk pemimpin untuk ditugaskan mengatur dan memimpin
kelompoknya.
Kepada pemimpin kelompok diberi suatu kekuasaan tertentu dan anggota kelompok
diharuskan mentaati peraturan-peraturan perintah pimpinannya. Dengan adanya
seorang yang memimpin kelompok yang mengatur perikehidupan anggota kelompok
dan adanya ketaatan dari anggota kelompok terhadap pimpinannya maka timbullah
dalam kelompok itu suatu kekuasaan pemerintahan yang amat sederhana.

3. Terjadinya Negara
Beberapa teori tentang terjadinya Negara adalah sebagai berikut:
a. Teori Ke-Tuhanan
Teori ketuhanan menyatakan bahwa timbulnya Negara adalah atas kehendak
Tuhan. Segala seuatu tidak akan terjadi bila Tuhan tidak memperkenankannya.
Teori ini berkaitan erat dengan teori kedaulatan Tuhan yang menyatakan bahwa
kekuasaan tertinggi dalam Negara berada di tangan Tuhan. Pada Negara yang
berbentuk kekerajaan (monarki), biasanya raja berserta keluarganaya dianggap
sebagai keturunan dewa. Penganut teori ini adalah Freiderich Julius Stahl,
Agustinus dan Thomas Aquinas. Sisa teori ketuhanan ini dapat dilihat dalam
konstitusi (Undang-undang dasar) diberbagai Negara yang mencantumkan kata-
kata By The Grace Of God atau Berkat Rahmat Tuhan.
b. Teori kenyataan
Timbulnya suatu Negara itu adalah soal kenyataan. Apabila suatu unsur-unsur
Negara terpenuhi (daerah, rakyat dan pemerintah yang berdaulat) maka dari itulah
Negara sudah menjadi suatu kenyataan.
c. Teori perjanjian
Negara itu timbul karena perjanjian yang diadakan antar orang-orang yang
tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan kenegaraan.
Perjanjian ini diadakan supaya kepentingan bersama dapat terpelihara dan
terjamin, supaya orang yang satu tidak merupakan binatang buas untuk orang lain
(homo homini lupus, menurut Hobbes). Perjanjian itu disebut perjanjian
masyarakat (contract social menurut ajaran Rousseau). Dapat pula terjadi
perjanjian antara pemerintah dari Negara penjajah dengan rakyat daerah
penjajahan, seperti, misalnya: kemerdekaan Filipina pada tahun 1946 dan india
pada tahun 1947.






d. Teori penaklukan
Negara ini timbul karena serombongan manusia menaklukan daerah dari
rombongan manusia lain. Agar daerah atau rombongan itu tetap dapat dikuasai,
maka dibentuklah suatu organisasi yang berupa Negara.
Selain itu Negara dapat pula terjadi disebabkan:
1) Pembrontakan terhadap Negara lain yang menjajahnya
Misalnya: Amerika Serikat terhadap Inggris pada tahun 1776.
2) Peleburan (fusi) antara beberapa Negara menjadi satu negara baru,
Misalnya: Jerman bersatu pada tahun 1871.
3) Suatu daerah yang belum ada rakyatnya atau pemerintahannya diduduki atau
dikuasai oleh bangsat atau Negara lain
Misalnya: Liberia.
4) Suatu daerah tertentu melepaskan diri dari yang menguasainya dan
menyatakan dirinya sebagai suatu Negara baru (Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1945).
Hal ini dapat terjadi secara damai (yakni dengan persetujuan dari Negara yang
menguasainya), dan dapat juga terjadi secara kekerasan cara pertama timbul
dengan perjanjian dan penyerahan kedaulatan, sedangkan cara yang kedua timbul
dengan cara kekerasan (revolusi).
e. Bentuk Negara
Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk Negara yang terpenting ialah:
Negara kesatuan (unitarisme) dan Negara serikat (federasi).
Negara kesatuan ialah suatu Negara yang merdeka dan berdaulat dimana
diseluruh Negara yang berkuasa hanyalah satu pemerintah (pusat) yang mengatur
seluruh daerah. Negara kesatuan dapat pula berbentuk:
1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, dimana segala sesuatu dalam
Negara itu langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat dan daerah-
daerah tinggal melaksanakannya.
2) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, dimana kepada daerah
diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya
sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan daerah swatantra.
Negara serikat (federasi) ialah suatu negra yang merupakan gabungan beberapa
Negara atau yang menjadi Negara-negara bagian daripada Negara serikat itu.




f. Kedaulatan dalam Negara
Kedaulatan itu adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara yang berlaku
terhadap seluruh wilayah dan segenap rakyat dalam Negara itu. Kedaulatan
adalah juga kekuasaan penuh untuk mengatur seluruh wilayah Negara tanpa ada
campur tangan dari negara lain.
Teori kedaulatan ada 4 macam yang terkenal adalah
a. Teori kedaulatan tuhan
b. Teori kedaulatan rakyat
c. Teori kedaulatan Negara
d. Teori kedaulatan hokum
a. Teori kedaulatan tuhan (teokarsi)
Teori ini mengajarkan bahwa pemerintah atau Negara memperoleh kekuasaan
yang tertinggi dari tuhan. Para penganjur teori ini berpendapat bahwa dunia berserta
isinya hasil ciptaan tuhan. Apapun yang ada didunia ini berasal dari tuhan. Demikian
pula halnya dengan kedaulatan yang ada pada pemerintah ataupun raja-raja waktu itu
memegang pemerintahan berasal dari tuhan juga. Oleh karena itu raja atau pemerintah
harus mempergunakan kedaulatan yang diperolehnya sesuai dengan kehendak tuhan.
b. Teori kedaulatan rakyat (Demokrasi)
Menurut teori ini, Negara memperoleh kekuasaan dari rakyat dan bukan dari
rakyat atau dari raja. Teori ini tidak sependapat dengan teori kedaulatan tuhan, dan
mengemukakan kenyataan-kenyataan yang tak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
teori kedaulatan tuhan:
a) Raja yang seharusnya memerintah rakyat dengan adil, jujur, dan baik hati (sesuai
dengan kehendak tuhan) namun kenyataannya raja-raja bertindak sewenang-
wenang terhadap rakyat.
b) Apabila kedaulatan raja berasal dari tuhan, mengapa peperangan antara raja yang
satu dengan raja yang lain dapat mengakibatkan kalahnya seorang raja.
Kenyataan-kenyataan ini menimbulkan keraguan-raguan yang mendorong ke arah
pemikiran baru yang member tempat pada pemikiran manusia. Alam pemikiran baru
yang melahirkan suatu peham baru yakni teori kedaulatan rakyat.
c. Teori kedaulatan Negara
Menurut teori ini adanya Negara adalah merupakan kodrat alam, demikian pula
kekuasaan tertinggi yang ada pada pemimpin Negara itu. Kedaulatan itu sudah ada
sejak lahirnya Negara tersebut. Jadi jelaslah bahwa Negara merupakan sumber
kedaulatan. Hokum itu mengikat karena yang demikian dikehendaki oleh Negara
yang menurut kodrat memiliki kekuasaan mutlak. Teori ini berasal dari Paul laband
dan George jellinek.


d. Teori kedaulatan hukum (Supremacy of Law)
Teori ini mengajarkan bahwa pemerintah memperoleh kekuasaannya bukanlah
dari tuhan ataupun dari raja maupun Negara. Akan tetapi berdasarkan atas hukum.
Baik pemerintah maupun rakyat yang memperoleh kekuasaan itu dari hukum
Teori ini berasal dari Hugo de Groot, Krabbe, Immanuel Kant dan Leon Duguit.

B. TUJUAN DAN FUNGSI NEGARA
a. Tujuan Negara
Menciptakan keadaan agar rakyat dapat mencapai keinginan secara maksimal.
Memajukan kesusilaan manusia sebagai individu dan sebagai makhluk social.
Untuk mencapai kehidupan dan penghidupan yang aman dan tentram dengan
taat kepada tuhan
Memelihara dan menjamin terlaksananya hak asasi manusia.
b. Fungsi Negara
Menjaga keamanan dan ketertiban.
Mengusahakan kesejahtraan dan kemakmuran rakyatnya
Melaksanakan pertahanan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar
dengan alat-alat modern.
Menegakkan keadilan yang dilaksanakan oleh badan-badan peradilan.


C. PENGERTIAN HAK, KEWAJIBAN DAN WARGA NEGARA

1. Pengertian Hak
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada
kita sendiri. Contohnya: hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari guru dan
sebagainya. Adapun Prof. Dr. Notonagoro mendefinisikannya sebagai berikut: Hak adalah
kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan
melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal 28A).
Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang
Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

2. Pengertian Kewajiban
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan
melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan (Prof. Dr. Notonagoro). Sedangkan
Kewajiban adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Contohnya : melaksanakan tata tertib di sekolah, membayar SPP atau melaksanakan tugas
yang diberikan guru dengan sebaik-baiknya dan sebagainya.
Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain.







Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat
2 menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.

3. Pengertian Warga Negara
Warga Negara adalah mereka yang berdasarkan undang-undang yang berlaku diakui
sebagai warga Negara atau melalui proses naturalisasi (pewarganegaraan). Pada umumnya
ada dua kelompok warga Negara dalam suatu Negara, yakni warga Negara yang memperoleh
status kewarganegaraanya melalui stelsel pasif atau juga yang dikenal sebagai warga Negara
by operation law (berdasarkan hukum yang berlaku) atau melalui stelsel aktif atau yang lebih
dikenal by registration (menyediakan diri untuk menjadi warga Negara).
Hak Opsi : ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif)
Hak Reputasi, ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel pasif)
Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang menyebabkan seseorang
dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan negara lain. Di indonesia, siapa-siapa
yang menjadi warga negara telah disebutkan di dalam pasal 26 UUD 1945, yaitu:
Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Syarat-syarat mengenai kewarganeraan ditetapkan dengan undang-undang.
Pelaksanaan selanjutnya dari pasal 26 UUD 1945 ini diatur dalam UU nomor 62 Tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang pasal 1-nya menyebutkan:
Warga Negara Republik Indonesia adalah:
a. Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjian-perjanjian dan/atau
peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah warga negara
Republik Indonesia.
b. Orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya,
seorang warga negara RI, dengan pengertian bahwa kewarganegaraan karena RI tersebut dimulai
sejak adanya hubungan hukum kekeluargaan ini diadakan sebelum orang itu berumur 18 tahun,
atau sebelum ia kawin pada usia di bawah umur 18 tahun.
c. Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila ayah itu pada waktu
meninggal dunia warga negara RI.
d. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, apabila ia pada waktu itu tidak
mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya.
e. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, jika ayahnya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau selama tidak diketahui kewarganegaraan ayahnya.
f. Orang yang lahir di dalam wilayah RI selama kedua orang tuanya tidak diketahui.
g. Seseorang yang diketemukan di dalam wilayah RI selama tidak diketahui kedua orang tuanya.
h. Orang yang lahir di dalam wilayah RI, jika kedua orang tuanya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau selama kewarganegaraan kedua orang tuanya tidak diketahui.
i. Orang yang lahir di dalam wilayah RI yang pada waktu lahirnya tidak mendapat
kewarganegaraan ayah atau ibunya itu.
j. Orang yang memperoleh kewarganegaraan RI menurut aturan undang-undang ini.

Dalam penjelasan umum UU No. 62/1958 bahwa kewarganegaraan RI diperoleh:
a) Karena kelahiran;
b) Karena pengangkatan;
c) Karena dikabulkan permohonan;
d) Karena pewarganegaraan;
e) Karena atau sebagai akibat dari perkawinan;
f) Karena turut ayah/ibunya;
g) Karena pernyataan.



Berdasarkan undang-undang yang sama, untuk memperoleh status kewarganegaraan Indonesia
diperlukan bukti-bukti sebagai berikut:
1. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang mendapatkan kewarganegaraan karena
kelahiran yaitu akte kelahiran.
2. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena pengangkatan adalah kutipan peryataan yang sah catatan pengankatan
anak asing dari peraturan pemerintah No. 67/1958, sesuai dengan surat edaran menteri
kehakiman No. JB. 3/2/25, butir 6 tanggal 5 januari 1959.
3. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena dikabulkannya permohonan adalah petikan keputusan presiden tentang
permohonan tersebut.
4. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena peryataan adalah sebagaimana diatur dalam surat edaran menteri
kehakiman No. JB. 3/166/22, tanggal 30 september 1958 tentang memperoleh kehilangan
kewarganegaraan republic Indonesia dengan peryataan.
5. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena pewarganegaraan adalah petikan keputusan presiden tentang
pewarganegaraan tersebut yang diberikan setelah pemohon mengangkat sumpah dan janji
setia.

Anda mungkin juga menyukai