Tujuan Kuliah Memberikan pengenalan dasar-dasar ilmu gaya dan mencari reaksi perletakan balok di atas dua tumpuan Diharapkan pada kuliah keempat mahasiswa mengenali konsep dasar superposisi gaya-gaya yang bekerja sejajar dan menguraikan satu gaya menjadi dua gaya sejajar serta memahami konsep mencari reaksi perletakan. Materi kuliah : konsep dasar tentang superposisi gaya-gaya yang bekerja sejajar dan menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang bekerja saling sejajar, konsep dasar mencari reaksi perletakan balok yang ditumpu pada dua tumpuan, pengenalan jenis tumpuan Superposisi Gaya-gaya Yang Garis Kerjanya Sejajar Mencari resultante gaya-gaya sejajar dengan menggunakan diagram kutub. W1 = 10 kN W2 = 20 kN 20.00 Skala 20 mm = 10 kN 600 1 2 Teknik mencari resultante dua gaya sejajar dengan diagram kutub W1 W2 600 G a r i s
K e r j a
G a y a
W 1 G a r i s
K e r j a
G a y a
W 2 W1 W2 1' 2' 3' 0' A I II T12 400 200 / /
0 ' 1 ' / / 0 '2 ' / /
0 ' 3 ' K G a r i s
K e r j a
G a y a
R R Melalui titik A (sebarang) tarik garis // 0'1' hingga memotong garis kerja gaya P1 di titik I. Melalui titi I tarik garis // 0'2' hingga memotong garis kerja gaya P2 di titik II. Melalui titik II tarik garis // 0'3' hingga memotong sambungan dari garis AI (// 0'1') dititik T12. Melalui titik T12 tarik garis // 1'3' dan memotong garis penghubung titik 1 dan 2 di titik K. Garis yang melalui titik T12 dan K merupakan garis kerja Gaya R. Mencari resultante gaya-gaya sejajar dengan menggunakan diagram kutub. Susun gaya-gaya W1 dan W2 secara berurutan. Tentukan titik sebarang 0'. Hubungkan titik 0 dan 1'. Hubungkan titik 0'dan 2'. Hubungkan titik 0'dan 3'. Cara ini dikenal dengan Lukisan Kutub Gaya dengan titik 0' disebut titik kutub Dikethui dua gaya sejajar W1 dan W2 masing-masing 10 kN dan 20 kN dengan jarak 600 mm Diagram Kutub Jika segitiga 0'1'2' dianggap sebagai segitiga gaya yang tersusun dari gaya-gaya W1, P1'0' dan P2'0', maka gaya P1'0' dan P2'0' merupakan uraian gaya W1. Jika segitiga 0'2'3' dianggap sebagai segitiga gaya yang tersusun dari gaya-gaya W2, P2'0' dan P3'0', maka gaya P2'0' dan P3'0' merupakan uraian gaya W2. Gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'1'2' mempunyai besar yang sama dengan gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'2'3'. Kedua gaya tersebut mempunyai arah yang saling berlawanan sehingga bisa saling menghilangkan. Karena kedua gaya tersebut saling menghilangkan maka tinggal menyisakan gaya-gaya W1, W2, P1'0' dan gaya P3'0'. Jika gaya W1 dan W2 diketahui, maka kita dapat menguraikan resultante gaya (W1 + W2) menjadi gaya-gaya P1'0' dan P3'0'. Atau sebaliknya jika dua gaya P1'0' dan P3'0' diketahui besar dan arah dan garis kerjanya, maka kita dapat mencari resultante dari gaya (W1 + W2). Posisi resultante dapat dicari dengan bantuan diagram kutub W1 + W2 = R Segitiga gaya yang tersusun dari gaya-gaya W1, W2, P1'0' dan P3'0' sama dengan segitiga gaya yang tersusun dari R, P1'0' dan P2'0'. Jadi jika gaya P1'0' dan P3'0' diketahui besar, arah dan garis kerjanya, maka kita dapat menentukan besar, arah dan letak garis kerja dari gaya R yang merupakan resultante dari gaya W1 dan W2 Jadi R juga merupakan resultante dari gaya P1'0' dan P3'0'. Mengapa kita dapat menggunakan pendekatan diagram kutub untuk mencari resultante gaya-gaya yang sejajar ? (dapat pula digunakan untuk gaya-gaya yang tidak sejajar) Jika kita perhatikan titik I dan II Pada titik I bertemu tiga garis yaitu Garis I-T12, I-II dan garis kerja gaya W1. Pada titik II bertemu tiga garis yaitu Garis I-II, T12-II dan garis kerja gaya W2. Pada segitiga gaya W1, P10,P20 (segitiga o12) gaya W1 diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P20. Pada titik I juga dapat disusun tiga gaya W1, P10 dan P20. gaya W1 diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P20. Pada segitiga gaya W2, P20,P30 (segitiga o12) gaya W2 diuraikan menjadi dua gaya P20 dan P30. Pada titik II juga dapat disusun tiga gaya W2, P20 dan P30. gaya W2 diuraikan menjadi dua gaya P20 dan P30. Gaya P20 dan P30 bekerja pada garis kerja gaya yang sama yaitu garis I-II dan panjang vektor kedua gaya tersebut sama dengan arah berlawanan, sehingga kedua gaya tersebut bisa saling menghilangkan. Gaya W1 dan W2 dapat diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P30. Garis kerja kedua gaya tersebut bertemu pada titik T12. Jika dilihat terhadap konsep resultante dua gaya, maka gaya (W1 + W2) merupakan resultante dari gaya P10 dan P30. R = W1 + W2 Jadi dengan menggunakan bantuan diagram kutub kita dapat menentukan besar dan titik tangkap resultante dua gaya yang bekerja sejajar. Jadi dengan menggunakan bantuan diagram kutub kita dapat menentukan besar dan titik tangkap resultante dua gaya yang bekerja sejajar. Catatan : dengan diagram kutub juga dapat dicari resultante gaya-gaya yang bekerja tidak sejajar. Bagaimana caranya? Menentukan resultante tiga gaya sejajar dengan menggunakan diagram kutub gaya 1. Susun gaya-gaya W1, W2 dan W3 dan beri nama titik awal gaya 1, 2, 3 dan 4 2. Tentukan titik pole 0 dan hubungkan dengan titik 1, 2, 3 dan 4 membentuk diagram kutub Diagram Kutub (1) (2) 3. Tarik garis sembarang //10 dan akan memotong garis kerja W1 di titik I. 4. Melalui titik I tarik garis // 20 dan memotong garis kerja W2 di titik II 5. Melalui titik II tarik garis // 30 dan akan memotong garis kerja W3 di titik III 6. Melalui titik III tarik garis // 40 dan akan berpotongan dengan garis //01 ditik T123 Diagram Kutub (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. Melalui titik T123 tarik garis // garis 14 yang merupakan garis kerja gaya R dan akan memotong haris horizontal di titik A. 8. Titik A merupakan letak titik yang akan dilewati garis kerja resultante R. 9. Ukurkan panjang vektor gaya R melalui A. Diagram Kutub (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pengontrolan keseimbangan gaya-gaya dengan menggunakan segitiga gaya Mencari resultante gaya-gaya sejajar dapat dilakukan dengan urutan yang berbeda. Perhatikan cara penentuan urutan penarikan garis dengan urutan / susunan gaya yang berbeda. Latihan : tentukan resultante gaya- gaya yang sama di depan (3 gaya) dengan urutan susunan diagram kutub adalah W3-W1-W2. Menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar Jika diketahui dua gaya sejajar P2 dan P3, maka dapat dicari / dihitung resultante gaya P2 dan P3. Jika gaya P1 merupakan resultante gaya-gaya P2 dan P3 maka P1 = P2 + P3 Resultanet gaya P1 dapat dicari secara grafis dan analitis. L Jika L adalah jarak dua gaya P1 dan P2, maka jarak a1 = P3/(P2+P3)*L a2 = P2/(P2+P3)*L Jika diketahui satu gaya P1, maka gaya P1 dapat diuraikan menjadi dua gaya yang saling sejajar P2 dan P3. Gaya P1, P2 dan P3 mempunyai arah yang sejajar dan garis kerja gaya P2 dan P3 diketahui (berjarak a1 dan a2 terhadap garis kerja gaya P1). L Besar dan arah gaya P1 diketahui. Garis kerja gaya P2 (garis a) dan garis kerja gaya P3 (garis c) juga diketahui. Jika diketahui gaya P1 bekerja pada garis (b) dengan panjang vektor gaya (misal panjang vektor 60 mm = 6 kN) akan diuraikan menjadi dua gaya yang garis kerjanya menurut garis (a) dan garis (c). Pada contoh ini posisi kedua garis (a) dan garis (c) berjarak 40 cm dan 60 cm terhadap garis (b). P1, garis (a), garis (b) dan garis (c) dikethui. Gaya P1 akan diuraikan menjadi gaya-gaya P2 yang bekerja pada garis (a) dan gaya P3 yang bekerja pada garis (c). Teknik menguraikan satu gaya menjadi dua gaya sejajar dengan menggunakan diagram kutub P1 6 0 . 0 0 40.00 Skala 40 mm = 4 kN G a r i s
k e r j a
P 1 1' 2' P1 0' G a r i s
( a ) G a r i s
( c ) 40.00 60.00 1 / /
0 '1 ' 2 // 0 '2 ' 3 // 13 3' P2 P3 3 6 . 1 2 2 3 . 8 8 P2 P3 Panjang vektor gaya 13 merupakan besar gaya P2 Panjang vektor gaya 32 merupakan besar gaya P3 Garis (b) merupakan garis kerja gaya P1 Untuk mencari besarnya gaya P2 dan P3, pertama-tama dibuat diagram kutub gaya 012. 2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar. 1. Melalui titik 1 sebarang di garis (a) tarik garis sejajar dengan 10. Garis ini akan memotong garis (b) di titik 2. 2. Melalui titik 2 tarik garis sejajar 20 yang memotong garis ( c ) di titik 3. 3. Hubungkan titik 1 dan 3. 4. Melalui titik 0 pada diagram kutub tarik garis sejajar 13. Garis ini akan memotong garis 12 di titik 3. Cara grafis ini merupakan kebalikan dengan mencari resultante dua gaya sejajar. Menurut cara uraian gaya sebagaimana diterangkan di depan, maka vektor gaya 13 ekivalen dengan gaya P2 dan vektor gaya 32 ekivalen dengan gaya P3. Dengan cara analitis maka dapat dicari besarnya gaya P2 dan P3. Kedua gaya tersebut dimomenkan ke titik B. M2 = P2 * a1 M3 = P3 * a2 = (P1 P2) * a2 P2 * a1 = (P1 P2) * a2 P2 = (a2/(a1+a2) )* P1 P3 = (a1/(a1+a2)) * P1 Secara grafis : Besarnya gaya P2 = panjang vektor h1 Besarnya gaya P1 = panjang vektor h2 Contoh : Dengan cara grafis diperoleh panjang P2 = 36.12 mm = 3.612 kN. Panjang P2 = 23.88 mm = 2.388 kN Dengan cara analitis : P2 = 60/(60+40) * 6 kN = 3.6 kN P3 = 40/(60+40)* 6 kN = 2.4 kN. P1 = 6 kN bekerja pada garis (a) akan diuraikan menjadi dua gaya P2 dan P3 yang bekerja pada garis (a) dan garis ( c) yang berjarak 40 cm dan 60 cm dari garis (b). Catatan : semua ukuran panjang pada pengukuran dilakukan oleh komputer. Jika menggunakan penggaris maka perlu memperhatikan skala terkecil dari penggaris. Pada beberapa contoh tentang uraian satu gaya menjadi dua gaya yang bekerja sejajar dilakukan pada gaya-gaya dengan arah vertikal. Cara ini juga dapat dilakukan untuk gaya-gaya yang bekerja dengan arah miring atau membentuk sudut tertentu terhadap garis horizontal. P = 70 mm = 70/20 * 2 kN = 7 kN Pa = 41.93 mm = 41.93 / 20 * 2 kN = 4.193 kN Pb = 28.09 mm = 28.09/20 * 2 kN = 2.809 kN Secara Grafis: Untuk mencari uraian gaya P menjadi dua gaya Pa dan Pb secara analitis, maka momen Ma dan Mb dihitung sebagai berikut : Ma = Pa * 60 cos 26.5 o Mb = Pb * 90 cos 26.5 o Ma = Mb Pa * 60 cos 26.5 o =
Pb * 90 cos 26.5 o Pa = 90/60 * Pb Pa = 90/60 * (P Pa) 150/60 Pa = 90/60 P Pa = 90/150 P Pb = 60/90 * 90/150 Pa = 60/150 P Pa = 90/150 P = 4.2 kN Pb = 60/150 P = 2.8 kN Secara Analitis: Jika kita melihat kembali konsep resultante dari beberapa gaya baik yang bekerja konkuren maupun sejajar, maka gaya resultante merupakan satu gaya fiktif yang menggantikan bekerjanya beberapa gaya pada satu benda yang sama. Jika konsep ini kita aplikasikan pada persoalan mencari uraian beberapa gaya menjadi dua gaya, maka gaya-gaya yang akan diuraikan pertama-tama harus dicari resultantenya. Gaya resultante dari beberapa gaya kemudian diuraikan menjadi dua gaya yang garis kerjanya telah diketahui. Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertama- tama dibuat diagram kutub untuk mencari resultante R yang merupakan resultante dari gaya P1 dan P2. Diagram kutub oabc digunakan untuk mencari resultante R. Dengan menggunakan gaya resultante R kemudian dibuat diagram kutub 01'2'. Diagram kutub 0'1'2' digunakan untuk mencari gaya Pa dan Pb Secara Grafis: Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya dengan garis kerja menurut garis a dan garis b dibuat diagram kutub 0'1'2'3'. Melalui titik 1 (sebarang) pada garis a tarik garis //0'1' yang memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 dibuat garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3. Melalui titik 3 ditarik garis // 0'3' yang memotong garis b di titik 4. Hubungkan titik 1 dan 4. Melalui titik 0' tarik garis //14 yang memotong garis 1'3' di titik 4'. Komponen garis 1'4' merupakan komponen vektor gaya Pa dan garis 4'3' merupakan komponen vektor gaya Pb. Panjang Pa = 57 mm = 5.7 kN Panjang Pb = 33 mm = 3.3. kN Secara Grafis (cara lain) : Secara Analitis: Untuk mencari besarnya uraian gaya P1 dan P2 ke titik A dan B maka dilakukan cara superposisi (penjumlahan) dari uraian akibat gaya P1 dan akibat P2 masing-masing terhadap titik A dan B (Lihat materi kuliah 5). Akibat P1: Pa = 75/100 * P1 Pb = 25/100 * P1
Pa = 5.7 kN Pb = 3.3 kN Secara Grafis: Untuk mencari uraian gaya P1, P2 dan P3 menjadi dua gaya dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertama- tama dibuat diagram kutub 0'1'2'3'4' Melalui titik 1 sebarang pada garis a tarik garis // 0'1' yang memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 tarik garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3. Melalui titik 3 tarik garis // 0'3' yang memotong garis kerja gaya P3 di titik 4. Melalui titik 4 tarik garis // 0'4' yang memotong garis b di titik 5. Hubungkan titik 1 dan 5. Pada diagram kutub, melalui titik 0' tarik garis // 15. Garis ini akan memotong garis 1'2'3'4' di titik 5'. Komponen garis 1'5' merupakan vektor gaya Pa dan komponen garis 5'4' merupakan vektor gaya Pb. Pa = 74 mm = 7.4 kN Pb = 66 mm = 6.6 kN Akibat P1: Pa = 75/100 * P1 Pb = 25/100 * P1
Pa = 7.4 kN Pb = 6.6 kN Secara Analitis: Pada kuliah ini sudah dibahas konsep uraian satu gaya menjadi dua gaya yang memiliki garis kerja yang sejajar. Dasar analisis yang digunakan pada uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar mengilhami analisa penting pada rekayasa struktur yaitu perhitungan reaksi tumpuan pada struktur. Sebagaimana halnya pada analisa gaya (resultante, uraian dan keseimbangan gaya) maka perhitungan reaksi tumpuan pada struktur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara analitis dan cara grafis. Secara umum perhitungan reaksi tumpuan pada struktur selalu akan menggunakan analisa resultante gaya, uraian gaya dan keseimbangan gaya. Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok Untuk menghitung reaksi tumpuan pada balok yang ditumpu di dua tumpuan, maka perlu dihitung distribusi beban P pada posisi as tumpuan. Perhitungan distribusi beban ini dilakukan dengan prinsip uraian satu beban menjadi dua beban yang bekerja sejajar. Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok Jika P1 dan P2 adalah distribusi beban P pada kedua as tumpuan, maka reaksi RB1 dan RB2 dihitung dengan konsep keseimbangan dua gaya pada garis kerja yang sama. Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok Menurut cara grafis RB1 = P1 = 56 mm = 56/80 * 10 kN = 7 kN. RB2 = P2 = 24 mm = 24/80 * 10 kN = 3 kN. Menurut cara analitis RB1 = P1 = 140/200 * 10 kN = 7 kN. RB2 = P2 = 60/200 * 10 kN = 3 kN = 3 kN. Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan akibat gaya P akan menimbulkan reaksi tumpuan RB1 dan RB2. Atau secara umum pada balok sekarang bekerja 3 gaya yaitu P, RB1 dan RB2. Ketiga gaya tersebut harus bekerja secara seimbang agar struktur tetap seimbang atau ketiga gaya tersebut harus memenuhi persamaan keseimbangan yaitu V=0, H=0 dan M=0 Jika kita melihat kembali keseimbangan pada balok di atas, maka : Berdasarkan V=0, maka akan menghasilkan persamaan RB1 + RB2 = P Berdasarkan H=0, karena tidak ada gaya horizontal, maka H=0 Berdasarkan M=0, maka MRB1 = MRB2 atau RB1 * 60 = RB2 * 140 RB1 = 140/60 * RB2 RB1 = 140/60 * (P-RB1) RB1 (1 + 140/60) = 140/60 * P RB1 * 200/60 = 140/60 * P RB1 = 140/200 * P
RB1 = 140/200 * P RB2 = 60/200 * P Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok Pada perhitungan reaksi perletakan RB1 dan RB2 dengan cara analitis di depan digunakan keseimbangan momen di posisi beban P. Perhitungan reaksi perletakan juga dapat dilakukan dengan cara yang sama tetapi menggunakan keseimbangan momen di titik tumpuan kiri dan kanan. Menurut cara analitis SM1 = 0 MP MRB2 = 0 10 * 60 RB2 * 200 = 0 RB2 = 60/200 * 10 kN = 3 kN. Menurut cara analitis SV = 0 RB1 + RB2= P RB1 = P RB2 = 10 3 = 7 kN Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok Menurut cara analitis SM2 = 0 MP MRB1 = 0 10 * 140 RB1 * 200 = 0 RB1 = 140/200 * 10 kN = 7 kN. Menurut cara analitis SV = 0 RB1 + RB2= P RB2 = P RB2 = 10 7 = 3 kN Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok Dari uraian keseimbangan gaya sebagaimana telah di sampaikan di depan maka M = 0 harus berlaku untuk sebarang titik di balok. Jika dicari keseimbangan pada titik kiri dari balok (titik A) diperoleh MP - MRB2 = 0 (1) Dengan persyaratan M = 0 Maka persamaan (1) dapat dituliskan MA = MP MRB2 = 0 P * a RB2 * L = 0 RB2 = P*a/L Jadi dengan menggunakan rumus MA = 0 Dapat dicari reaksi RB2 Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok Dengan cara yang sama : Jika dicari keseimbangan pada titik kanan dari balok (titik B) diperoleh MRB1 - MP = 0 (1) Dengan persyaratan M = 0 Maka persamaan (1) dapat dituliskan MB = MRB1 MP = 0 RB1 * L P * b = 0 RB1 = P*b/L Jadi dengan menggunakan rumus MB = 0 Dapat dicari reaksi RB1 Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok RA = 52 mm = 52/40 * 10 kN = 13 kN RB = 48 mm = 48/40 * 10 kN = 12 kN Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok SMA = 0 RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0 RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN
SV = 0 RA + RB P1 P2 = 0 RB = P1 + P2 RA = 10 + 15 13 = 12 kN Pada pengenalan tentang prinsip perhitungan reaksi perletakan (tumpuan) sebagaimana diterangkan pada kuliah sebelumnya, struktur balok ditumpu atau diletakan di atas tanah dan hanya menderita beban vertikal. Akibat beban vertikal, maka pada kedua ujung balok akan muncul dua reaksi perletakan yang besarnya sama dengan beban yang bekerja dan arahnya berlawanan dengan arah beban (SV = 0). Perhitungan reaksi perletakan pada kedua sisi tumpuan balok mempunyai kesamaan dengan cara perhitungan uraian satu atau beberapa gaya vertikal menjadi dua gaya yang diketahui garis kerjanya. Uraian gaya menjadi dua gaya lain yang garis kerjanya sejajar dapat dilakukan pada gaya-gaya dengan arah sebarang. Jika ada satu atau beberapa gaya miring yang garis kerjanya sejajar maka dapat diuraikan menjadi dua gaya lain dengan arah yang sejajar. (lihat uraian satu gaya miring menjadi dua gaya miring yang saling sejajar). Bagaimana jika pada balok di atas dua tumpuan bekerja satu gaya miring ?
Apakah bentuk beban yang miring juga dapat diuraikan menjadi dua gaya dengan cara yang sama seperti beban vertikal pada balok yang ditumpu pada dua tumpuan ? Reaksi RA dan RB bekerja dalam arah Vertikal. Gaya P bekerja miring.
Apakah beban P dapat diuraikan menjadi gaya RA dan RB ? Jika pada balok bekerja beban miring P dengan arak beban membentuk sudut a terhadap sumbu balok, maka balok hanya mempunyai kemampuan memberikan reaksi balik sebesar RA dan RB pada kedua sisi tumpuan. Besar reaksi RA dan RB dipengaruhi oleh komponen beban P sin a. Akibat komponen beban P sin a, maka tumpuan balok akan memberikan reaksi balik sebesar
RA = Psin a * b / L RB = P sin a * a / L
Balok masih menderita gaya horizontal sebesar P cos a. Siapa yang akan menahan beban P cos a ?. Pada kedua tumpuan tidak ada yang mampu menahan beban P cos a. Balok tidak stabil Untuk menjaga agar balok tetap stabil maka balok harus diletakan pada sistim tumpuan yang mampu menahan kedua beban P sin a dan P cos a tersebut di atas.
Dari uraian di atas juga tampak bahwa akibat beban P sin a maka akan muncul dua reaksi perletakan :
RA = Psin a * b / L RB = P sin a * a / L
Untuk menahan beban P cos a maka minimum harus ada satu lagi reaksi tumpuan yang mampu menahan gaya horizontal.
Atau secara keseluruhan untuk menahan beban P yang miring dibutuhkan sistem tumpuan yang mampu memberikan 3 bentuk reaksi. Di dalam ilmu mekanika teknik (engineering mechanics) terdapat tiga jenis tumpuan yaitu Roll (roda), Sendi (engsel) dan Jepit.
Roll adalah jenis tumpuan yang mampu memberikan reaksi untuk beban-beban yang bekerja tegak lurus bidang tumpuan roll. Atau dengan perkataan lain roll mampu memberikan reaksi balik dengan arah tegak lurus bidang tumpuan. Secara skhematis bentuk tumpuan roll dapat digambarkan sebagai berikut : Tumpuan roll merupakan jenis tumpuan yang arah garis kerja reaksinya pasti yaitu tegak lurus bidang tumpuan. Sendi (engsel / hinge) adalah jenis tumpuan yang mampu memberikan reaksi untuk beban-beban yang bekerja tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan sendi. Atau dengan perkataan lain sendi mampu memberikan reaksi balik dengan arah tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan. Secara skhematis bentuk tumpuan sendi dapat digambarkan sebagai berikut : Karena sifat tumpuan sendi yang dapat berputar, maka tumpuan sendi merupakan jenis tumpuan yang arah garis kerja reaksinya tidak pasti (berubah-ubah sesuai arah gaya yang bekerja padanya). Jepit (fix) adalah jenis tumpuan yang mampu memberikan reaksi untuk beban- beban yang bekerja tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan dan mampu menahan gaya-gaya yang arahnya memutar. Atau dengan perkataan lain jepit mampu memberikan 3 (tiga) bentuk reaksi balik yaitu reaksi dengan arah tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan serta reaksi momen. Secara skhematis bentuk tumpuan jepit dapat digambarkan sebagai berikut : Arah garis kerja tumpuan jepit sulit untuk ditentukan Jika kita kembali membahas keseimbangan balok yang menderita gaya miring, maka tampak pada balok akan bekerja dua gaya P sina dan P cosa yang dapat ditahan oleh dua tumpuan yang mampu memberikan 3 jenis reaksi yaitu dua reaksi vertikal di tumpuan A dan B serta reaksi horizontal ditumpuan A (atau tumpuan B).
Dari kebutuhan akan reaksi yang harus ada pada struktur ini, maka bentuk struktur yang memenuhi syarat adalah struktur dengan tumpuan sendi dan roll Secara skhematis maka model struktur balok beserta tumpuannya adalah seperti terlihat pada gambar di samping. Tumpuan A adalah Sendi dan tumpuan B adalah Roll Posisi tumpuan sendi dan roll bebas bisa di titik A atau di titik B. Posisi sendi dan roll yang berbeda akan memberikan reaksi yang berbeda Untuk memudahkan dalam analisis struktur, maka bentuk struktur balok dapat diubah menjadi struktur batang (frame) Dari model struktur tersebut terlihat adanya tiga reaksi perletakan yang harus dihitung akibat beban P.
Jika dihubungkan jumlah reaksi perletakan yang harus dihitung ada 3 yaitu Va, Ha dan Vb dengan persamaan keseimbangan juga ada 3 yaitu SV=0, SH = 0 dan SM = 0, maka kita memiliki 3 persamaan dengan 3 unknown value. Secara matematis, ketiga reaksi perletakan tersebut dapat dihitung dengan mudah. SMA = 0 menghasilkan reaksi Vb SV = 0 menghasilkan reaksi Va SH = 0 menghasilkan reaksi Ha Atau dapat pula dilakukan dengan cara sebagai berikut : SMB = 0 menghasilkan reaksi Va SV = 0 menghasilkan reaksi Vb SH = 0 menghasilkan reaksi Ha cara lain yang juga sering dilakukan adalah sebagai berikut : SMB = 0 menghasilkan reaksi Va SMA = 0 menghasilkan reaksi Vb SH = 0 menghasilkan reaksi Ha Struktur yang memiliki jumlah reaksi perletakan sama dengan jumlah persamaan keseimbangan dikenal dengan nama Struktur Statis Tertentu.
Sedangkan struktur yang memiliki jumlah reaksi perletakan melebihi persamaan keseimbangannya disebut Struktur Statis Tak Tentu
Contoh kasus : SMA = 0 VB * 200 - P sin 56 * 60 = 0 VB=60/200 * P sin 56 =2.487 kN () SV = 0 VA + VB = P sin 56 VA = P sin 56 VB = 8.29 2,487 = 5.803 kN () SH = 0 HA Pcos 56 = 0 HA = Pcos 56 = 5.592 kN () SMA = 0 VB * 200 - P sin 56 * 60 = 0 VB = 60/200 * P sin 56 = 2.487 kN () SMB = 0 VA * 200 - P sin 56 * 140 = 0 VA=10 sin 56 * 140 / 200 = 5.803 kN () SH = 0 HA Pcos 56 = 0 HA = Pcos 56 = 5.592 kN () Karena garis kerja tumpuan B sudah pasti yaitu vertikal, tentukan titik potong garis kerja P dan garis kerja reaksi tumpuan B (titik T) . Hubungkan titik T dan Titik A. Uraikan gaya P menjadi dua gaya PA dan PB sesuai garis TA dan TB. Akibat gaya PA maka pada tumpuan A akan muncul reakasi Ra = PA. Analogi Vb = panjang vektor PB. Jika Ra diuraikan dalam arah vertikal dan horizontal, maka akan muncul : Va = uraian gaya Ra vertikal Ha = uraian gaya Ra horizontal Cara Grafis dengan menggunakan segitiga gaya: VA = 59 mm = 5.9 kN HA = 58 mm = 5.8 kN VB = 24.14 mm = 2.414 kN Cara Grafis dengan menggunakan segitiga gaya: 200.00 1 0 0 . 1 7 60.00 140.00 P = 10 kN T P PA PB 8 3 . 6 2 2 3 . 4 9 Ra Va Ha Vb 5 9 . 0 0 58.00 2 4 . 1 4 VA = 59 mm = 5.9 kN HA = 58 mm = 5.8 kN VB = 24.14 mm = 2.414 kN VA = 58.85 mm = 5.885 kN HA = 58.16 mm = 5.816 kN VB = 24.74 mm = 2.474 kN Cara Grafis dengan menggunakan diagram kutub : 1. Uraikan gaya P menjadi dua gaya arah vertikal dan horizontal 2. Buat diagram kutub 012 3. Melalui titik a sembarang pada garis kerja VA tarik garis // 01 dan akan berpotongan dengan garis kerja Psina di titik b. 4. Melalui titk b tarik garis // 02 dan akan memotong garis kerja VB di titik c. 5. Hubungkan a dan c 6. Melalui titik 0 tarik garis // ab dan akan memotong garis 12 di 3. SMA = 0 VB*200 P1 sin 135*60 P2*100 P3 sin 63.4 * 140 = 0 VB = (56.49 sin 135*60 + 60*100 + 44.62 sin 63.4 * 140) /200 = 69.91 kN ()
SV = 0 VA + VB P1 sin 135 P2 P3 sin 63.4 = 0 VA = 56.49 sin 135 + 60 + 44,62 sin 63,4 69.91 = 69.93 kN ()
SH = 0 HA - 56.49 cos 45 + P3 cos 63.4 = 0 HA = 56.49 cos 45 44.62 cos 63.4 = 19.965 kN () Cara Analitis : Cara Grafis mencari resultate beban luar 1. Buat diagram kutub 01234 2. Hubungkan 0 dengan 1, 2, 3 dan 4 3. Tarik garis // 01 dan akan memotong garis kerja gaya P1 di titk 1 4. Melalui titik 1 tarik garis // 02 dan memotong garis kerja P2 di titik 2 5. Melalui titik 2 tarik garis // 03 dan memotong garis kerja P3 di titik 3 6. Melalui titik 3 tarik garis // 04 dan memotong garis // 01 di titik T. 7. Melalui titik T tarik garis // 14 yang merupakan garis kerja resultante R, dan ukurkan panjang vektor gaya R = panjang garis 14 A B 60.00 40.00 40.00 60.00 P1=56.49 kN 5 6 . 4 9 P2=60 kN 6 0 . 0 0 P3=44.62 kN 4 4 . 6 2 1 2 3 T P1 P2 P3 R 0' 1' 2' 3' 4' / /
0 ' 1 ' // 0 '2 ' / /
0 ' 3 ' / /
0 ' 4 ' R Va = 70 mm = 70 kN Ha = 20 mm = 20 kN Vb = 70 mm = 70 kN 1. Uraikan gaya R menjadi dua gaya vertikal dan horizontal sesuai garis 15 dan 45 2. Buat poligon kutub 015 3. Melalui titik a pada garis kerja Va tarik garis // 01 dan akan memotong garis kerja R di titik b. 4. Melalui titik b tarik garis // 05 dan akan memotong garis kerja Vb di titik c. 5. Hubungkan a dan c dan pada diagram kutub tarik garis // ac melalui 0. Garis ini akan memotong komponen vertikal dari gaya R menjadi dua gaya Va dan Vb. Cara Grafis mencari reaksi perletakan Cara Grafis : A B 5 6 . 4 9 6 0 . 0 0 4 4 . 6 2 60.00 40.00 40.00 P1=56.49 kN P2=60 kN P3=44.62 kN 60.00 R R 1' 2' 3' 0' 4' VB VA HA 20.00 7 0 . 0 0 7 0 . 0 0 / /
0 ' 1 ' / /
0 ' 3 ' a b c VB VA HA Va = 70 mm = 70 kN Ha = 20 mm = 20 kN Vb = 70 mm = 70 kN // ac A B 135.0 o 90.0 63.4 5 6 . 4 9 6 0 . 0 0 4 4 . 6 2 60.00 40.00 40.00 7 0 . 0 0 7 0 . 0 0 P1=56.49 kN P2=60 kN P3=44.62 kN R VA HA VB VB VA HA 0' 1' 4' 40.00 Skala 40 mm = 40 kN 60.00 20.00 / /
0 ' 1 ' / /
0 ' 5 ' a b c // ac 5' R VA = 70 mm = 70 kN HA = 20 mm = 20 kN VB = 70 mm = 70 kN Cara Grafis : VA = 69.96 mm = 69.96 kN HA = 19.99 mm = 19.99 kN VB = 70.93 mm = 70.93 kN Cara Grafis dengan menggunakan segitiga gaya SMA = 0 VB*200 P1 sin 135*60 P2*100 P3 sin 63.4 * 140 = 0 VB = (56.49 sin 135*60 + 60*100 + 44.62 sin 63.4 * 140) /200 = 69.91 kN ()
SV = 0 VA + VB P1 sin 135 P2 P3 sin 63.4 = 0 VA = 56.49 sin 135 + 60 + 44,62 sin 63,4 69.91 = 69.93 kN ()
SH = 0 HA - 56.49 cos 45 + P3 cos 63.4 = 0 HA = 56.49 cos 45 44.62 cos 63.4 = 19.965 kN () Cara Analitis : Dengan cara analitis kita dapat mencari dimana letak garis kerja gaya resultante akibat P1 sin 135, P2 sin 90 dan P3 sin 63.4 dengan menggunakan SM disebarang titik diantara 3 beban tersebut. Jika jarak resultante dianggap X terhadap titik I, maka M1 = M2 + M3 P1 sin 135 * X = P2 sin 90 * (40-X) + P3 sin 63.4 * (80-X) 39.944 X = 60 *(40-X) + 39.897 *(80-X) 139.841 X = 5591.76 X = 39.987 cm
Cara Analitis : Dengan posisi gaya resultante X = 39.987 cm maka kita dapat mencari reaksi Va dan VB akibat gaya resultante R = P1 sin 135 + P2 sin 90 + P3 sin 63.4 = 139.841 kN. SMA=0 VB*200 = R * 99.987 VB = 139.841*99.987 / 200 = 69.911 kN() SMB=0 VA*200 = R * 100.013 VB = 139.841*100.013 / 200 = 69.930 kN()