Anda di halaman 1dari 87

Ilmu Gaya

Reaksi Perletakan pada balok di


atas dua tumpuan
Kuliah keempat


Tujuan Kuliah
Memberikan pengenalan dasar-dasar ilmu gaya
dan mencari reaksi perletakan balok di atas dua
tumpuan
Diharapkan pada kuliah keempat mahasiswa mengenali konsep
dasar superposisi gaya-gaya yang bekerja sejajar dan
menguraikan satu gaya menjadi dua gaya sejajar serta
memahami konsep mencari reaksi perletakan.
Materi kuliah : konsep dasar tentang superposisi gaya-gaya yang bekerja
sejajar dan menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang bekerja saling
sejajar, konsep dasar mencari reaksi perletakan balok yang ditumpu pada dua
tumpuan, pengenalan jenis tumpuan
Superposisi Gaya-gaya Yang Garis
Kerjanya Sejajar
Mencari resultante
gaya-gaya sejajar
dengan menggunakan
diagram kutub.
W1 = 10 kN
W2 = 20 kN
20.00
Skala 20 mm = 10 kN
600
1
2
Teknik mencari resultante dua
gaya sejajar dengan diagram
kutub
W1
W2
600
G
a
r
i
s

K
e
r
j
a

G
a
y
a

W
1
G
a
r
i
s

K
e
r
j
a

G
a
y
a

W
2
W1
W2
1'
2'
3'
0'
A
I
II
T12
400 200
/
/

0
'
1
'
/
/
0
'2
'
/
/

0
'
3
'
K
G
a
r
i
s

K
e
r
j
a

G
a
y
a

R
R
Melalui titik A (sebarang) tarik
garis // 0'1' hingga memotong garis
kerja gaya P1 di titik I.
Melalui titi I tarik garis // 0'2'
hingga memotong garis kerja gaya
P2 di titik II.
Melalui titik II tarik garis // 0'3'
hingga memotong sambungan dari
garis AI (// 0'1') dititik T12.
Melalui titik T12 tarik garis // 1'3'
dan memotong garis penghubung
titik 1 dan 2 di titik K. Garis yang
melalui titik T12 dan K merupakan
garis kerja Gaya R.
Mencari resultante
gaya-gaya sejajar
dengan
menggunakan
diagram kutub.
Susun gaya-gaya W1 dan W2 secara
berurutan. Tentukan titik sebarang 0'.
Hubungkan titik 0 dan 1'. Hubungkan titik
0'dan 2'. Hubungkan titik 0'dan 3'. Cara ini
dikenal dengan Lukisan Kutub Gaya dengan
titik 0' disebut titik kutub
Dikethui dua gaya sejajar
W1 dan W2 masing-masing
10 kN dan 20 kN dengan
jarak 600 mm
Diagram
Kutub
Jika segitiga 0'1'2' dianggap
sebagai segitiga gaya yang
tersusun dari gaya-gaya W1, P1'0'
dan P2'0', maka gaya P1'0' dan
P2'0' merupakan uraian gaya W1.
Jika segitiga 0'2'3' dianggap
sebagai segitiga gaya yang
tersusun dari gaya-gaya W2, P2'0'
dan P3'0', maka gaya P2'0' dan
P3'0' merupakan uraian gaya W2.
Gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'1'2' mempunyai besar yang
sama dengan gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'2'3'. Kedua
gaya tersebut mempunyai arah yang saling berlawanan
sehingga bisa saling menghilangkan.
Karena kedua gaya tersebut saling menghilangkan maka
tinggal menyisakan gaya-gaya W1, W2, P1'0' dan gaya P3'0'.
Jika gaya W1 dan W2 diketahui, maka kita dapat
menguraikan resultante gaya (W1 + W2) menjadi gaya-gaya
P1'0' dan P3'0'.
Atau sebaliknya jika dua gaya P1'0' dan P3'0' diketahui
besar dan arah dan garis kerjanya, maka kita dapat mencari
resultante dari gaya (W1 + W2).
Posisi
resultante
dapat dicari
dengan
bantuan
diagram
kutub
W1 + W2 = R
Segitiga gaya yang tersusun dari gaya-gaya W1, W2, P1'0'
dan P3'0' sama dengan segitiga gaya yang tersusun dari R,
P1'0' dan P2'0'.
Jadi jika gaya P1'0' dan P3'0' diketahui besar, arah dan garis
kerjanya, maka kita dapat menentukan besar, arah dan letak
garis kerja dari gaya R yang merupakan resultante dari gaya
W1 dan W2
Jadi R juga merupakan resultante dari gaya P1'0' dan P3'0'.
Mengapa kita dapat
menggunakan pendekatan
diagram kutub untuk mencari
resultante gaya-gaya yang
sejajar ? (dapat pula digunakan
untuk gaya-gaya yang tidak
sejajar)
Jika kita perhatikan titik I dan II
Pada titik I bertemu tiga garis yaitu Garis I-T12, I-II dan garis
kerja gaya W1.
Pada titik II bertemu tiga garis yaitu Garis I-II, T12-II dan garis
kerja gaya W2.
Pada segitiga gaya W1, P10,P20 (segitiga o12) gaya W1
diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P20.
Pada titik I juga dapat disusun tiga gaya W1, P10 dan P20. gaya
W1 diuraikan menjadi dua gaya P10 dan P20.
Pada segitiga gaya W2, P20,P30 (segitiga o12) gaya W2
diuraikan menjadi dua gaya P20 dan P30.
Pada titik II juga dapat disusun tiga gaya W2, P20 dan P30. gaya
W2 diuraikan menjadi dua gaya P20 dan P30.
Gaya P20 dan P30 bekerja pada garis kerja gaya yang sama yaitu
garis I-II dan panjang vektor kedua gaya tersebut sama dengan
arah berlawanan, sehingga kedua gaya tersebut bisa saling
menghilangkan.
Gaya W1 dan W2 dapat diuraikan menjadi dua gaya P10 dan
P30. Garis kerja kedua gaya tersebut bertemu pada titik T12.
Jika dilihat terhadap konsep resultante dua gaya, maka gaya (W1
+ W2) merupakan resultante dari gaya P10 dan P30.
R = W1 + W2
Jadi dengan menggunakan
bantuan diagram kutub kita
dapat menentukan besar dan
titik tangkap resultante dua
gaya yang bekerja sejajar.
Jadi dengan menggunakan
bantuan diagram kutub kita
dapat menentukan besar dan
titik tangkap resultante dua
gaya yang bekerja sejajar.
Catatan :
dengan diagram
kutub juga dapat
dicari resultante
gaya-gaya yang
bekerja tidak sejajar.
Bagaimana caranya?
Menentukan resultante tiga
gaya sejajar dengan
menggunakan diagram kutub
gaya
1. Susun gaya-gaya W1, W2 dan W3 dan beri
nama titik awal gaya 1, 2, 3 dan 4
2. Tentukan titik pole 0 dan hubungkan
dengan titik 1, 2, 3 dan 4 membentuk
diagram kutub
Diagram
Kutub
(1)
(2)
3. Tarik garis sembarang //10 dan akan
memotong garis kerja W1 di titik I.
4. Melalui titik I tarik garis // 20 dan memotong
garis kerja W2 di titik II
5. Melalui titik II tarik garis // 30 dan akan
memotong garis kerja W3 di titik III
6. Melalui titik III tarik garis // 40 dan akan
berpotongan dengan garis //01 ditik T123
Diagram
Kutub
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
7. Melalui titik T123 tarik garis // garis 14 yang
merupakan garis kerja gaya R dan akan
memotong haris horizontal di titik A.
8. Titik A merupakan letak titik yang akan dilewati
garis kerja resultante R.
9. Ukurkan panjang vektor gaya R melalui A.
Diagram
Kutub
(1)
(2)
(3)
(4) (5)
(6)
Pengontrolan keseimbangan
gaya-gaya dengan
menggunakan segitiga gaya
Mencari resultante gaya-gaya sejajar
dapat dilakukan dengan urutan yang
berbeda.
Perhatikan cara penentuan urutan
penarikan garis dengan urutan /
susunan gaya yang berbeda.
Latihan : tentukan resultante gaya-
gaya yang sama di depan (3 gaya)
dengan urutan susunan diagram
kutub adalah W3-W1-W2.
Menguraikan satu gaya menjadi dua
gaya yang garis kerjanya sejajar
Jika diketahui dua gaya
sejajar P2 dan P3, maka
dapat dicari / dihitung
resultante gaya P2 dan P3.
Jika gaya P1 merupakan
resultante gaya-gaya P2
dan P3 maka P1 = P2 + P3
Resultanet gaya P1 dapat
dicari secara grafis dan
analitis.
L
Jika L adalah jarak dua
gaya P1 dan P2, maka
jarak
a1 = P3/(P2+P3)*L
a2 = P2/(P2+P3)*L
Jika diketahui satu gaya
P1, maka gaya P1 dapat
diuraikan menjadi dua
gaya yang saling sejajar
P2 dan P3.
Gaya P1, P2 dan P3
mempunyai arah yang
sejajar dan garis kerja
gaya P2 dan P3 diketahui
(berjarak a1 dan a2
terhadap garis kerja gaya
P1).
L
Besar dan arah gaya P1
diketahui.
Garis kerja gaya P2 (garis
a) dan garis kerja gaya P3
(garis c) juga diketahui.
Jika diketahui gaya P1 bekerja
pada garis (b) dengan panjang
vektor gaya (misal panjang vektor
60 mm = 6 kN) akan diuraikan
menjadi dua gaya yang garis
kerjanya menurut garis (a) dan
garis (c). Pada contoh ini posisi
kedua garis (a) dan garis (c)
berjarak 40 cm dan 60 cm
terhadap garis (b). P1, garis (a),
garis (b) dan garis (c) dikethui.
Gaya P1 akan diuraikan menjadi
gaya-gaya P2 yang bekerja pada
garis (a) dan gaya P3 yang bekerja
pada garis (c).
Teknik menguraikan satu gaya menjadi
dua gaya sejajar dengan menggunakan
diagram kutub
P1
6
0
.
0
0
40.00
Skala 40 mm = 4 kN
G
a
r
i
s

k
e
r
j
a

P
1
1'
2'
P1
0'
G
a
r
i
s

(
a
)
G
a
r
i
s

(
c
)
40.00 60.00
1
/
/

0
'1
'
2
// 0
'2
'
3
// 13 3'
P2
P3
3
6
.
1
2
2
3
.
8
8
P2
P3
Panjang vektor gaya
13 merupakan besar
gaya P2
Panjang vektor gaya
32 merupakan besar
gaya P3
Garis (b)
merupakan
garis kerja gaya
P1
Untuk mencari besarnya gaya P2 dan
P3, pertama-tama dibuat diagram
kutub gaya 012.
2. Uraian satu gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.
1. Melalui titik 1 sebarang di garis (a) tarik garis sejajar dengan 10. Garis ini
akan memotong garis (b) di titik 2.
2. Melalui titik 2 tarik garis sejajar 20 yang memotong garis ( c ) di titik 3.
3. Hubungkan titik 1 dan 3.
4. Melalui titik 0 pada diagram kutub tarik garis sejajar 13. Garis ini akan
memotong garis 12 di titik 3.
Cara grafis ini merupakan kebalikan dengan mencari resultante
dua gaya sejajar.
Menurut cara uraian gaya
sebagaimana diterangkan di depan,
maka vektor gaya 13 ekivalen
dengan gaya P2 dan vektor gaya 32
ekivalen dengan gaya P3.
Dengan cara analitis maka dapat dicari besarnya gaya P2 dan P3.
Kedua gaya tersebut dimomenkan ke titik B.
M2 = P2 * a1
M3 = P3 * a2 = (P1 P2) * a2
P2 * a1 = (P1 P2) * a2
P2 = (a2/(a1+a2) )* P1
P3 = (a1/(a1+a2)) * P1
Secara grafis :
Besarnya gaya P2 = panjang vektor h1
Besarnya gaya P1 = panjang vektor h2
Contoh :
Dengan cara grafis diperoleh
panjang P2 = 36.12 mm = 3.612 kN.
Panjang P2 = 23.88 mm = 2.388 kN
Dengan cara analitis :
P2 = 60/(60+40) * 6 kN = 3.6 kN
P3 = 40/(60+40)* 6 kN = 2.4 kN.
P1 = 6 kN bekerja pada garis (a) akan
diuraikan menjadi dua gaya P2 dan P3
yang bekerja pada garis (a) dan garis ( c)
yang berjarak 40 cm dan 60 cm dari
garis (b).
Catatan : semua ukuran panjang
pada pengukuran dilakukan oleh
komputer. Jika menggunakan
penggaris maka perlu
memperhatikan skala terkecil dari
penggaris.
Pada beberapa contoh tentang uraian satu
gaya menjadi dua gaya yang bekerja sejajar
dilakukan pada gaya-gaya dengan arah
vertikal. Cara ini juga dapat dilakukan untuk
gaya-gaya yang bekerja dengan arah miring
atau membentuk sudut tertentu terhadap garis
horizontal.
P = 70 mm = 70/20 * 2 kN = 7 kN
Pa = 41.93 mm = 41.93 / 20 * 2 kN = 4.193 kN
Pb = 28.09 mm = 28.09/20 * 2 kN = 2.809 kN
Secara Grafis:
Untuk mencari uraian gaya P menjadi dua gaya Pa dan
Pb secara analitis, maka momen Ma dan Mb dihitung
sebagai berikut :
Ma = Pa * 60 cos 26.5
o
Mb = Pb * 90 cos 26.5
o
Ma = Mb
Pa * 60 cos 26.5
o
=

Pb * 90 cos 26.5
o
Pa = 90/60 * Pb
Pa = 90/60 * (P Pa)
150/60 Pa = 90/60 P
Pa = 90/150 P
Pb = 60/90 * 90/150 Pa = 60/150 P
Pa = 90/150 P = 4.2 kN
Pb = 60/150 P = 2.8 kN
Secara Analitis:
Jika kita melihat kembali konsep resultante dari
beberapa gaya baik yang bekerja konkuren
maupun sejajar, maka gaya resultante
merupakan satu gaya fiktif yang menggantikan
bekerjanya beberapa gaya pada satu benda yang
sama. Jika konsep ini kita aplikasikan pada
persoalan mencari uraian beberapa gaya
menjadi dua gaya, maka gaya-gaya yang akan
diuraikan pertama-tama harus dicari
resultantenya. Gaya resultante dari beberapa
gaya kemudian diuraikan menjadi dua gaya yang
garis kerjanya telah diketahui.
Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya
dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertama-
tama dibuat diagram kutub untuk mencari resultante R yang
merupakan resultante dari gaya P1 dan P2. Diagram kutub
oabc digunakan untuk mencari resultante R.
Dengan menggunakan gaya resultante R kemudian dibuat
diagram kutub 01'2'. Diagram kutub 0'1'2' digunakan untuk
mencari gaya Pa dan Pb
Secara Grafis:
Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya
dengan garis kerja menurut garis a dan garis b dibuat
diagram kutub 0'1'2'3'.
Melalui titik 1 (sebarang) pada garis a tarik garis //0'1' yang
memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 dibuat
garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3.
Melalui titik 3 ditarik garis // 0'3' yang memotong garis b di
titik 4.
Hubungkan titik 1 dan 4.
Melalui titik 0' tarik garis //14 yang memotong garis 1'3' di
titik 4'.
Komponen garis 1'4' merupakan komponen vektor gaya Pa
dan garis 4'3' merupakan komponen vektor gaya Pb.
Panjang Pa = 57 mm = 5.7 kN
Panjang Pb = 33 mm = 3.3. kN
Secara Grafis (cara lain) :
Secara Analitis:
Untuk mencari besarnya uraian gaya P1 dan
P2 ke titik A dan B maka dilakukan cara
superposisi (penjumlahan) dari uraian akibat
gaya P1 dan akibat P2 masing-masing
terhadap titik A dan B (Lihat materi kuliah
5).
Akibat P1:
Pa = 75/100 * P1
Pb = 25/100 * P1

Akibat P2 :
Pa = 40/100 * P2
Pb = 60/100 * P2

Pa = 75/100 * 6 + 40/100 * 3 = 5.7 kN
Pb = 25/100 * 6 + 60/100 * 3 = 3.3 kN

Pa = 5.7 kN
Pb = 3.3 kN
Secara Grafis:
Untuk mencari uraian gaya P1, P2 dan P3 menjadi dua gaya
dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertama-
tama dibuat diagram kutub 0'1'2'3'4'
Melalui titik 1 sebarang pada garis a tarik garis // 0'1' yang
memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 tarik
garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3.
Melalui titik 3 tarik garis // 0'3' yang memotong garis kerja
gaya P3 di titik 4. Melalui titik 4 tarik garis // 0'4' yang
memotong garis b di titik 5. Hubungkan titik 1 dan 5. Pada
diagram kutub, melalui titik 0' tarik garis // 15. Garis ini akan
memotong garis 1'2'3'4' di titik 5'.
Komponen garis 1'5' merupakan vektor gaya Pa dan
komponen garis 5'4' merupakan vektor gaya Pb.
Pa = 74 mm = 7.4 kN
Pb = 66 mm = 6.6 kN
Akibat P1:
Pa = 75/100 * P1
Pb = 25/100 * P1

Akibat P2 :
Pa = 40/100 * P2
Pb = 60/100 * P2

Akibat P3:
Pa = 25/100 * P3
Pb = 75/100 * P3

Pa = 75/100 * 6 + 55/100 * 3 + 25/100 * 5 =
7.4 kN
Pb = 25/100 * 6 + 45/100 * 3 + 75/100 * 5 =
6.6 kN

Pa = 7.4 kN
Pb = 6.6 kN
Secara Analitis:
Pada kuliah ini sudah dibahas konsep uraian satu gaya
menjadi dua gaya yang memiliki garis kerja yang
sejajar. Dasar analisis yang digunakan pada uraian satu
gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar
mengilhami analisa penting pada rekayasa struktur
yaitu perhitungan reaksi tumpuan pada struktur.
Sebagaimana halnya pada analisa gaya (resultante,
uraian dan keseimbangan gaya) maka perhitungan
reaksi tumpuan pada struktur dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu cara analitis dan cara grafis.
Secara umum perhitungan reaksi tumpuan pada
struktur selalu akan menggunakan analisa resultante
gaya, uraian gaya dan keseimbangan gaya.
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Untuk menghitung reaksi
tumpuan pada balok
yang ditumpu di dua
tumpuan, maka perlu
dihitung distribusi beban
P pada posisi as
tumpuan. Perhitungan
distribusi beban ini
dilakukan dengan prinsip
uraian satu beban
menjadi dua beban yang
bekerja sejajar.
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Jika P1 dan P2 adalah
distribusi beban P pada
kedua as tumpuan, maka
reaksi RB1 dan RB2
dihitung dengan konsep
keseimbangan dua gaya
pada garis kerja yang
sama.
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Menurut cara grafis
RB1 = P1 = 56 mm =
56/80 * 10 kN = 7 kN.
RB2 = P2 = 24 mm =
24/80 * 10 kN = 3 kN.
Menurut cara analitis
RB1 = P1 = 140/200 *
10 kN = 7 kN.
RB2 = P2 = 60/200 * 10
kN = 3 kN = 3 kN.
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan akibat gaya P akan
menimbulkan reaksi tumpuan
RB1 dan RB2. Atau secara
umum pada balok sekarang
bekerja 3 gaya yaitu P, RB1 dan
RB2. Ketiga gaya tersebut
harus bekerja secara seimbang
agar struktur tetap seimbang
atau ketiga gaya tersebut harus
memenuhi persamaan
keseimbangan yaitu
V=0, H=0 dan M=0
Jika kita melihat kembali keseimbangan pada balok di atas, maka :
Berdasarkan V=0, maka akan menghasilkan persamaan RB1 + RB2 = P
Berdasarkan H=0, karena tidak ada gaya horizontal, maka H=0
Berdasarkan M=0, maka
MRB1 = MRB2 atau
RB1 * 60 = RB2 * 140
RB1 = 140/60 * RB2
RB1 = 140/60 * (P-RB1)
RB1 (1 + 140/60) = 140/60 * P
RB1 * 200/60 = 140/60 * P
RB1 = 140/200 * P

RB1 = 140/200 * P
RB2 = 60/200 * P
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Pada perhitungan reaksi
perletakan RB1 dan RB2
dengan cara analitis di
depan digunakan
keseimbangan momen di
posisi beban P.
Perhitungan reaksi
perletakan juga dapat
dilakukan dengan cara
yang sama tetapi
menggunakan
keseimbangan momen di
titik tumpuan kiri dan
kanan.
Menurut cara analitis
SM1 = 0 MP MRB2 = 0
10 * 60 RB2 * 200 = 0
RB2 = 60/200 * 10 kN = 3 kN.
Menurut cara analitis
SV = 0 RB1 + RB2= P
RB1 = P RB2 = 10 3 = 7 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Menurut cara analitis
SM2 = 0 MP MRB1 = 0
10 * 140 RB1 * 200 = 0
RB1 = 140/200 * 10 kN = 7 kN.
Menurut cara analitis
SV = 0 RB1 + RB2= P
RB2 = P RB2 = 10 7 = 3 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Dari uraian keseimbangan gaya
sebagaimana telah di sampaikan
di depan maka M = 0 harus
berlaku untuk sebarang titik di
balok.
Jika dicari keseimbangan pada
titik kiri dari balok (titik A)
diperoleh
MP - MRB2 = 0 (1)
Dengan persyaratan M = 0
Maka persamaan (1) dapat
dituliskan
MA = MP MRB2 = 0
P * a RB2 * L = 0
RB2 = P*a/L
Jadi dengan menggunakan
rumus
MA = 0
Dapat dicari reaksi RB2
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
Dengan cara yang sama :
Jika dicari keseimbangan pada
titik kanan dari balok (titik B)
diperoleh
MRB1 - MP = 0 (1)
Dengan persyaratan M = 0
Maka persamaan (1) dapat
dituliskan
MB = MRB1 MP = 0
RB1 * L P * b = 0
RB1 = P*b/L
Jadi dengan menggunakan
rumus
MB = 0
Dapat dicari reaksi RB1
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
RA = 52 mm = 52/40 * 10 kN = 13 kN
RB = 48 mm = 48/40 * 10 kN = 12 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RA = P1 + P2 RB = 10 + 15 12 = 13 kN
SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10*140 + 15*80)/200= 13 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RB = P1 + P2 RA = 10 + 15 13 = 12 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10 * 140 + 15 * 80)/200 = 13 kN
Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok
SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RA = P1 + P2 RB = 10 + 15 12 = 13 kN
SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10*140 + 15*80)/200= 13 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RB = P1 + P2 RA = 10 + 15 13 = 12 kN
Pada pengenalan tentang prinsip perhitungan
reaksi perletakan (tumpuan) sebagaimana
diterangkan pada kuliah sebelumnya, struktur
balok ditumpu atau diletakan di atas tanah dan
hanya menderita beban vertikal.
Akibat beban vertikal, maka pada kedua ujung
balok akan muncul dua reaksi perletakan yang
besarnya sama dengan beban yang bekerja dan
arahnya berlawanan dengan arah beban
(SV = 0).
Perhitungan reaksi perletakan pada
kedua sisi tumpuan balok mempunyai
kesamaan dengan cara perhitungan
uraian satu atau beberapa gaya vertikal
menjadi dua gaya yang diketahui garis
kerjanya.
Uraian gaya menjadi dua gaya lain yang
garis kerjanya sejajar dapat dilakukan
pada gaya-gaya dengan arah sebarang.
Jika ada satu atau beberapa gaya miring yang garis
kerjanya sejajar maka dapat diuraikan menjadi dua
gaya lain dengan arah yang sejajar. (lihat uraian satu
gaya miring menjadi dua gaya miring yang saling
sejajar).
Bagaimana jika pada balok di atas dua tumpuan
bekerja satu gaya miring ?

Apakah bentuk beban yang miring juga dapat diuraikan
menjadi dua gaya dengan cara yang sama seperti
beban vertikal pada balok yang ditumpu pada dua
tumpuan ?
Reaksi RA dan RB bekerja dalam arah
Vertikal.
Gaya P bekerja miring.

Apakah beban P dapat diuraikan
menjadi gaya RA dan RB ?
Jika pada balok bekerja beban
miring P dengan arak beban
membentuk sudut a terhadap
sumbu balok, maka balok hanya
mempunyai kemampuan
memberikan reaksi balik sebesar RA
dan RB pada kedua sisi tumpuan.
Besar reaksi RA dan RB dipengaruhi
oleh komponen beban P sin a.
Akibat komponen beban P sin a,
maka tumpuan balok akan
memberikan reaksi balik sebesar

RA = Psin a * b / L
RB = P sin a * a / L

Balok masih menderita gaya
horizontal sebesar P cos a. Siapa
yang akan menahan beban P cos a ?.
Pada kedua tumpuan tidak ada yang
mampu menahan beban P cos a.
Balok tidak stabil
Untuk menjaga agar balok tetap stabil
maka balok harus diletakan pada sistim
tumpuan yang mampu menahan kedua
beban P sin a dan P cos a tersebut di
atas.

Dari uraian di atas juga tampak bahwa
akibat beban P sin a maka akan muncul
dua reaksi perletakan :

RA = Psin a * b / L
RB = P sin a * a / L

Untuk menahan beban P cos a maka
minimum harus ada satu lagi reaksi
tumpuan yang mampu menahan gaya
horizontal.

Atau secara keseluruhan untuk
menahan beban P yang miring
dibutuhkan sistem tumpuan yang
mampu memberikan 3 bentuk reaksi.
Di dalam ilmu mekanika teknik (engineering mechanics) terdapat tiga jenis
tumpuan yaitu Roll (roda), Sendi (engsel) dan Jepit.

Roll adalah jenis tumpuan yang mampu memberikan reaksi untuk beban-beban
yang bekerja tegak lurus bidang tumpuan roll. Atau dengan perkataan lain roll
mampu memberikan reaksi balik dengan arah tegak lurus bidang tumpuan.
Secara skhematis bentuk tumpuan roll dapat digambarkan sebagai berikut :
Tumpuan roll merupakan jenis tumpuan
yang arah garis kerja reaksinya pasti yaitu
tegak lurus bidang tumpuan.
Sendi (engsel / hinge) adalah jenis tumpuan yang mampu memberikan reaksi
untuk beban-beban yang bekerja tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan sendi.
Atau dengan perkataan lain sendi mampu memberikan reaksi balik dengan arah
tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan. Secara skhematis bentuk tumpuan sendi
dapat digambarkan sebagai berikut :
Karena sifat tumpuan sendi yang dapat
berputar, maka tumpuan sendi merupakan
jenis tumpuan yang arah garis kerja
reaksinya tidak pasti (berubah-ubah sesuai
arah gaya yang bekerja padanya).
Jepit (fix) adalah jenis tumpuan yang mampu memberikan reaksi untuk beban-
beban yang bekerja tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan dan mampu
menahan gaya-gaya yang arahnya memutar. Atau dengan perkataan lain jepit
mampu memberikan 3 (tiga) bentuk reaksi balik yaitu reaksi dengan arah tegak
lurus dan sejajar bidang tumpuan serta reaksi momen. Secara skhematis bentuk
tumpuan jepit dapat digambarkan sebagai berikut :
Arah garis kerja tumpuan jepit
sulit untuk ditentukan
Jika kita kembali membahas
keseimbangan balok yang menderita
gaya miring, maka tampak pada balok
akan bekerja dua gaya P sina dan P cosa
yang dapat ditahan oleh dua tumpuan
yang mampu memberikan 3 jenis reaksi
yaitu dua reaksi vertikal di tumpuan A
dan B serta reaksi horizontal ditumpuan
A (atau tumpuan B).

Dari kebutuhan akan reaksi yang harus
ada pada struktur ini, maka bentuk
struktur yang memenuhi syarat adalah
struktur dengan tumpuan sendi dan roll
Secara skhematis maka model
struktur balok beserta tumpuannya
adalah seperti terlihat pada gambar
di samping. Tumpuan A adalah Sendi
dan tumpuan B adalah Roll
Posisi tumpuan sendi dan roll bebas
bisa di titik A atau di titik B. Posisi
sendi dan roll yang berbeda akan
memberikan reaksi yang berbeda
Untuk memudahkan dalam analisis
struktur, maka bentuk struktur balok
dapat diubah menjadi struktur batang
(frame)
Dari model struktur tersebut terlihat
adanya tiga reaksi perletakan yang harus
dihitung akibat beban P.

Jika dihubungkan jumlah reaksi
perletakan yang harus dihitung ada 3
yaitu Va, Ha dan Vb dengan persamaan
keseimbangan juga ada 3 yaitu SV=0,
SH = 0 dan SM = 0, maka kita memiliki 3
persamaan dengan 3 unknown value.
Secara matematis, ketiga reaksi
perletakan tersebut dapat dihitung
dengan mudah.
SMA = 0 menghasilkan reaksi Vb
SV = 0 menghasilkan reaksi Va
SH = 0 menghasilkan reaksi Ha
Atau dapat pula dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
SMB = 0 menghasilkan reaksi Va
SV = 0 menghasilkan reaksi Vb
SH = 0 menghasilkan reaksi Ha
cara lain yang juga sering dilakukan
adalah sebagai berikut :
SMB = 0 menghasilkan reaksi Va
SMA = 0 menghasilkan reaksi Vb
SH = 0 menghasilkan reaksi Ha
Struktur yang memiliki jumlah reaksi
perletakan sama dengan jumlah
persamaan keseimbangan dikenal
dengan nama Struktur Statis Tertentu.

Sedangkan struktur yang memiliki
jumlah reaksi perletakan melebihi
persamaan keseimbangannya disebut
Struktur Statis Tak Tentu

Contoh kasus :
SMA = 0 VB * 200 - P sin 56 * 60 = 0 VB=60/200 * P sin 56 =2.487 kN ()
SV = 0 VA + VB = P sin 56 VA = P sin 56 VB = 8.29 2,487 = 5.803 kN ()
SH = 0 HA Pcos 56 = 0 HA = Pcos 56 = 5.592 kN ()
SMA = 0 VB * 200 - P sin 56 * 60 = 0 VB = 60/200 * P sin 56 = 2.487 kN ()
SMB = 0 VA * 200 - P sin 56 * 140 = 0 VA=10 sin 56 * 140 / 200 = 5.803 kN ()
SH = 0 HA Pcos 56 = 0 HA = Pcos 56 = 5.592 kN ()
Karena garis kerja tumpuan
B sudah pasti yaitu vertikal,
tentukan titik potong garis
kerja P dan garis kerja reaksi
tumpuan B (titik T) .
Hubungkan titik T dan Titik
A.
Uraikan gaya P menjadi dua
gaya PA dan PB sesuai garis
TA dan TB. Akibat gaya PA
maka pada tumpuan A akan
muncul reakasi Ra = PA.
Analogi Vb = panjang vektor
PB. Jika Ra diuraikan dalam
arah vertikal dan horizontal,
maka akan muncul :
Va = uraian gaya Ra vertikal
Ha = uraian gaya Ra horizontal
Cara Grafis dengan menggunakan segitiga gaya:
VA = 59 mm = 5.9 kN
HA = 58 mm = 5.8 kN
VB = 24.14 mm = 2.414 kN
Cara Grafis dengan menggunakan segitiga gaya:
200.00
1
0
0
.
1
7
60.00 140.00
P = 10 kN
T
P
PA
PB
8
3
.
6
2
2
3
.
4
9
Ra
Va
Ha
Vb
5
9
.
0
0
58.00
2
4
.
1
4
VA = 59 mm = 5.9 kN
HA = 58 mm = 5.8 kN
VB = 24.14 mm = 2.414 kN
VA = 58.85 mm = 5.885 kN
HA = 58.16 mm = 5.816 kN
VB = 24.74 mm = 2.474 kN
Cara Grafis dengan menggunakan diagram kutub :
1. Uraikan gaya P menjadi dua gaya arah vertikal dan horizontal
2. Buat diagram kutub 012
3. Melalui titik a sembarang pada garis kerja VA tarik garis // 01 dan akan berpotongan dengan garis kerja Psina
di titik b.
4. Melalui titk b tarik garis // 02 dan akan memotong garis kerja VB di titik c.
5. Hubungkan a dan c
6. Melalui titik 0 tarik garis // ab dan akan memotong garis 12 di 3.
SMA = 0 VB*200 P1 sin 135*60 P2*100 P3 sin 63.4 * 140 = 0
VB = (56.49 sin 135*60 + 60*100 + 44.62 sin 63.4 * 140) /200 = 69.91 kN ()

SV = 0 VA + VB P1 sin 135 P2 P3 sin 63.4 = 0
VA = 56.49 sin 135 + 60 + 44,62 sin 63,4 69.91 = 69.93 kN ()

SH = 0 HA - 56.49 cos 45 + P3 cos 63.4 = 0
HA = 56.49 cos 45 44.62 cos 63.4 = 19.965 kN ()
Cara Analitis :
Cara Grafis
mencari
resultate beban
luar
1. Buat diagram kutub 01234
2. Hubungkan 0 dengan 1, 2, 3 dan 4
3. Tarik garis // 01 dan akan memotong garis kerja gaya P1 di titk 1
4. Melalui titik 1 tarik garis // 02 dan memotong garis kerja P2 di titik 2
5. Melalui titik 2 tarik garis // 03 dan memotong garis kerja P3 di titik 3
6. Melalui titik 3 tarik garis // 04 dan memotong garis // 01 di titik T.
7. Melalui titik T tarik garis // 14 yang merupakan garis kerja resultante
R, dan ukurkan panjang vektor gaya R = panjang garis 14
A
B
60.00 40.00 40.00 60.00
P1=56.49 kN
5
6
.
4
9
P2=60 kN
6
0
.
0
0
P3=44.62 kN
4
4
.
6
2
1
2
3
T
P1
P2
P3
R
0'
1'
2'
3'
4'
/
/

0
'
1
'
// 0
'2
'
/
/

0
'
3
'
/
/

0
'
4
'
R
Va = 70 mm = 70 kN
Ha = 20 mm = 20 kN
Vb = 70 mm = 70 kN
1. Uraikan gaya R menjadi dua gaya vertikal dan horizontal
sesuai garis 15 dan 45
2. Buat poligon kutub 015
3. Melalui titik a pada garis kerja Va tarik garis // 01 dan akan
memotong garis kerja R di titik b.
4. Melalui titik b tarik garis // 05 dan akan memotong garis
kerja Vb di titik c.
5. Hubungkan a dan c dan pada diagram kutub tarik garis // ac
melalui 0. Garis ini akan memotong komponen vertikal dari
gaya R menjadi dua gaya Va dan Vb.
Cara Grafis
mencari reaksi
perletakan
Cara Grafis :
A
B
5
6
.
4
9
6
0
.
0
0
4
4
.
6
2
60.00 40.00 40.00
P1=56.49 kN
P2=60 kN
P3=44.62 kN
60.00
R
R
1'
2'
3'
0'
4'
VB
VA
HA
20.00
7
0
.
0
0
7
0
.
0
0
/
/

0
'
1
'
/
/

0
'
3
'
a
b
c
VB
VA
HA
Va = 70 mm = 70 kN
Ha = 20 mm = 20 kN
Vb = 70 mm = 70 kN
// ac
A
B
135.0
o
90.0
63.4
5
6
.
4
9
6
0
.
0
0
4
4
.
6
2
60.00 40.00 40.00
7
0
.
0
0
7
0
.
0
0
P1=56.49 kN
P2=60 kN
P3=44.62 kN
R
VA
HA
VB
VB
VA
HA
0'
1'
4'
40.00
Skala 40 mm = 40 kN
60.00
20.00
/
/

0
'
1
'
/
/

0
'
5
'
a
b
c
// ac
5'
R
VA = 70 mm = 70 kN
HA = 20 mm = 20 kN
VB = 70 mm = 70 kN
Cara Grafis :
VA = 69.96 mm = 69.96 kN
HA = 19.99 mm = 19.99 kN
VB = 70.93 mm = 70.93 kN
Cara Grafis dengan menggunakan segitiga gaya
SMA = 0 VB*200 P1 sin 135*60 P2*100 P3 sin 63.4 * 140 = 0
VB = (56.49 sin 135*60 + 60*100 + 44.62 sin 63.4 * 140) /200 = 69.91 kN ()

SV = 0 VA + VB P1 sin 135 P2 P3 sin 63.4 = 0
VA = 56.49 sin 135 + 60 + 44,62 sin 63,4 69.91 = 69.93 kN ()

SH = 0 HA - 56.49 cos 45 + P3 cos 63.4 = 0
HA = 56.49 cos 45 44.62 cos 63.4 = 19.965 kN ()
Cara Analitis :
Dengan cara analitis kita dapat mencari dimana letak garis kerja gaya resultante akibat
P1 sin 135, P2 sin 90 dan P3 sin 63.4 dengan menggunakan SM disebarang titik
diantara 3 beban tersebut.
Jika jarak resultante dianggap X terhadap titik I, maka M1 = M2 + M3
P1 sin 135 * X = P2 sin 90 * (40-X) + P3 sin 63.4 * (80-X)
39.944 X = 60 *(40-X) + 39.897 *(80-X)
139.841 X = 5591.76 X = 39.987 cm

Cara Analitis :
Dengan posisi gaya resultante X = 39.987 cm maka kita dapat mencari reaksi Va
dan VB akibat gaya resultante R = P1 sin 135 + P2 sin 90 + P3 sin 63.4 = 139.841
kN.
SMA=0 VB*200 = R * 99.987 VB = 139.841*99.987 / 200 = 69.911 kN()
SMB=0 VA*200 = R * 100.013 VB = 139.841*100.013 / 200 = 69.930 kN()



Cara Analitis :

Anda mungkin juga menyukai