Positivisme (1) Positivisme sebenarnya bukan sebuah teori, tetapi sebuah perspektif umum yang mencakup sejumlah teori, yang secara khusus digunakan untuk memahami metode induktif
Dalam penelitian sosial, positivisme mengacu pada sebuah kepercayaan bahwa pendekatan induktif bisa ilmiah (scientific) dengan cara-cara yang sama seperti pendekatan positifistik dari almu-ilmu alam (fisika dan kimia)
Positivisme mempegnaruhi pendekatan induktif karena (dalam beberapa cara) ia merupakan lawan dari pendekatan ini Positivisme (2) Positivist lebih menyukai penjelasan strukturalist dan menghindari penjelasan interpretatif yang mengacu pada niat dan emosi (Giddens, 1974)
Oleh SEBAB ITU, positivist dalam ilmu-ilmu sosial dan perilaku juga lebih menyukai metodologi yang distandarisasi dan bisa diulang serta menyukai pengujian hipotesis yang ada sebelumnya
DENGAN DEMIKIAN, positovist berusaha menghilangkan dan mencegah interpretasi yang mempengaruhi proses penelitian agar menjamin obyektivitas
Positivisme (3) Pendekatan induktif menyatakan positivist terbukti salah dalam upaya meneliti orang- orang dengan cara seperti benda
Manusia pada dasarnya berbeda dengan benda karena adanya sentralitas makna dan interpetasi terhadap kehidupan sosial manusia
Untuk memhami kenapa orang melakukan sesuatu, maka harus memahami interpetasi mereka terhadap perisitiwa dan tindakan Fenomenologis (1) Fenomenologi menilai bahwa sebuah studi kualitatif yang benar adalah meneliti situasi-situasi dalam dunia sehari-hari dari sudut pandang orang yang mengalaminya
Aliran fenomenologi menempatkan konsep kesengajaan (intentionality) sebagai pengaruh awal pada perkembangan metode penelitian kualitatif untuk menguji makna dan interpretasi berdasarkan tindakan-tindakannya Fenomenologis (2) Oleh sebab itu, berbeda dengan penekanan pada interpretasi budaya pada etnografi, fenomenologi menekankan pada pembentukan dunia kehidupan seseorang
Dunia kehidupan adalah keseluruhan pengalaman subyektif yang tak diragukan dari orang mengenai dunia bilogis mereka
Dunia kehidupan meliputi asumsi-asumsi tertentu tertentu mengenai kehidupan sehari-hari, seperti pakaian apa yang harus dikenakan, cuaca apa yang akan terjadi, apakah seseorang menulis dari kiri ke kanan atau senbaliknya Fenomenologis (3) Masing-masing dunia kehidupan individu adalah berbeda, dan tindakan seseorang dapat dipahami dengan menempatkan mereka dalam dunia kehidupan dari pelaku tersebut
Dengan demikian, fokus fenomenologis adalah pembentukan sosial dari dunia kehidupan yang memandang bahwa tindakan orang hanya mungkin dipahami apabila ditempatkan dalam makna dan rutinitas tertentu yang menyusun dunia sehari-hari mereka
Penelitian-penelitian fenomenologis seringkali menggunakan wawancara mendalam
Tokoh interaksionisme simbolik yang terpenting adalah George Herbert Mead.
Teori ini muncul sebagai pertentangan terhadap aliran behaviorist Psychology yang percaya bahwa hanya observasi terhadap perilaku yang dapat menjelaskan perilaku secara benar Interaksionisme simbolik (1) Sebaliknya Mead justru menyatakan bahwa perilaku itu adalah akibat.
Oleh sebab itu makna dan simbol menjadi sangat penting untuk memahami perilaku manusia
Pengertian makna dan simbol yaitu melalui proses pengambilan peran, seseorang membayangkan bagaiman mereka tampak terhadap orang (interaksi), dan menjadi obyek simbolik bagi dirinya sendiri Interaksionisme simbolik (2) Interaksionisme simbolik (3) Aliran teori ini menyatakan bahwa untuk memahami manusia maka perlu memahami bagaimana orang memaknai pengalaman mereka melalui seperangkat simbol
Simbol-simbol tersebut dikembangkan dan menemukan makna melalui dan dalam interkasi
Dengan demikian, makna dan simbol menjadi sangat penting untuk memahami perilaku manusia Interaksionisme simbolik (4)
Analisis makna melalui simbol-smbol yang ditampilkan dalam perilaku adalah pernyataan seseorang mengambil peran, seseorang membayangkan bagaimana mereka sendiri tampak pada orang lain, menjadi obyek simbolik dari diri mereka sendiri
Oleh sebab itu makna selalu diciptakan ulang, dimodifikasi secara terus menerus dalam interaksi melalui simbol-simbol
Interactionist berpandangan bahwa pengalaman menjadi bermakna untuk ditelaah bila siginifikan secara simbolik ketika interaksi yang terbagi
Para interaksionist simbolik meneliti sumber- sumber interaksi dan perkembangan sistem simbol yang terbagi serta menjelaskan tindakan-tindakan (perilaku) dengan mengacu pada interkasi dan sistem simbol
Interaksionisme simbolik (5) Interkasi simbolik menggunakan secara khusus metode-metode kelompok fokus, wawancara mendalam dan etnografi dalam melaksanakan penelitian kualitatif
Interaksionisme simbolik (6) Feminisme (1) Pengungkapan feminisme sebagai salah satu teori dasar dalam pemahaman cara induktif tidak bermaksud untuk menmberikan gambaran umum mengenai feminis
Tetapi yang ditinjau adalah bagaimana pemikiran feminis diketahui mempengaruhi pendekatan induktif dalam penelitian Pemikiran dasar tentang feminisme sebagai teori induktif disampaikan oleh Doroty Smith (1987) berdasarkan kritikan bahwa
penelitian sosiologis tentang gender tidak memiliki konteks. Sub-teks gender tersembunyi, oleh sebab sebahagian besar dipikirkan, diselidiki dan ditulis berdasarkan perspektif peran pria
Kritik feminist terhadap penelitian sosiologis gender pada dua fokus Feminisme (2) 1. Feminis menyoroti ketiadaan wanita dalam topik-topik gender yang sedang diteliti dan lapaoran penelitian yang diajukan. Keraguan terhadap metode sosiologis yang dibentuk
2. Metode sosiologis positivis tradional mengobyektifkan proses sosial, dengan memperlakukan sasaran secara pasif ketimbang menyusun secara aktif dunia sosial mereka
Feminisme (3) Sands (1996) Menyatakan bahwa
selama tahun 1980an literatur feminis yang ditulis hanya menganjurkan keberadaan wanita berbeda yang membisu dan kaku lidah karena hanya ingin mendengar suaranya sendiri
Feminist menganjurkan metode penelitian yang memungkinkan wanita menyatakan pengalaman mereka dari perspektifnya sendiri, yang dapat dipersandingkan dengan metode positivistik yang mengklaim obyektif tetapi disusun, dilaksanakan dan dianalisis dari perspektif pria.
Feminisme (4)
Terdapat tiga cara dimana feminisme mempengaruhi cara induktif yaitu:
1. Pemikiran feminis memudahkan penelitian- penelitian induktif melalui anjuran tentang pemahaman dan legitimasi metode metode penelitian yang meneliti pengalaman dan subyketifitas orang yang sedang diteliti Feminisme (5) 2. Pemikiran feminis mempolitikkan proses penelitian, karena bertentangan dengan ide bahwa penelitian bisa obyketif, maka pemikiran feminis memadukan politik dan etika dalam seluruh proses penelitian
3. Feminis menyelidiki sifat refleksi dari penelitian yang yang dihadapi Feminisme (6) Dorothy Smith (1987) menyatakan bahwa:
Penelitian sosial feminist adalah sebuah bentuk peningkatan kesadaran dan selalu berupaya mengidentifika bagaimana pengalaman penindasan pribadi bisa dipahami sebagai bagian dari sistem penindasan umum yang membentuk pengalaman wanita
Smith terkenal dengan model pembedaan terhadap kesulitan pribadi dan masalah masyarakat
Smith kemudian menyatakan bahwa teori feminist memberikan laporan yang lebih akurat mengenai realits empirik Feminisme (7)