IKATAN LOGAM
Oleh:
Pino Rinando
NIM: 4131210010
pinornd@gmail.com
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini yang berjudul
Ikatan logam dapat kami selesaikan.Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah ikatan kimia pada semester III pada tahun pembelajaran
2014. Dalam penyusunan makalah ini banyak pihak yang telah membantu kami
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu-
persatu. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu kami tersebut baik yang secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Kamipun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
maupun kesalahan, seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak karena
kami adalah parapejuang pelajar yang masih perlu banyak belajar. Oleh karena
itu, kami menerima dan akan menghimpun kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyusunan makalah di masa depan yang lebih baik lagi.
Medan , 9 Oktober 2014
Penulis
Pino rinando
NIM :4131210010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 2
1.3 Mamfaat Penulisan 2
BAB II Analisis Dan Pembahasan 3
2.1 Defenisi ikatan logam 3
2.2 Ciri-ciri ikatan logam 4
2.3 Sifat-sifat ikatan logam 5
2.4 Klasifikasi ikatan logam 6
2.3 Preoses pembentukan ikatan logam 7
2.4 Contoh ikatan logam 10
2.5 Fakta eksperimen ikatan logam 16
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan ikatan logam 17
BAB III Metode Penulisan 23
BAB IV Penutup 24
4.1 Kesimpulan 24
4.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ikatan logam
Gambar2. Elektron valensi menjadi terdisosiasi dengan inti atomnya dan
membentuk lautan elektron.
Gambar 3. inti positif Na yang terikat pada elektron yang terdelokalisasi
Gambar 4. inti positif Mg yang terikat pada elektron yang terdelokalisasi
Gambar 5. Teori awan atau lautan elektron pada ikatan logam
Gambar 6. Logam memiliki Daya hantar listrik
Gambar 7. Logam memiliki Daya hantar panas
Gambar 8.logam Dapat ditempa, dibengkokkan dan ditarik
Gambar 9. Logam Memberikan efek fotolistrik dan efek termionik
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Logam atau metal mememiliki beberapa karakter umum yaitu wujud
padat, menunjukkan kilap, massa jenis tinggi, titik didih dan titik lebur tinggi,
konduktor panas dan listrik yang baik, kuat atau keras namun mudah dibentuk
misalnya dapat ditempa (malleable) dan direnggangkan (ductile). Ikatan logam
didefinisikan berdasarkan model awan elektron atau lautan elektron yang
didefinisikan oleh Drude pada tahun 1900 dan disempunakan oleh Lorents pada
tahun 1923. Logam di anggap terdiri dari ion-ion logam berupa bola-bola keras
yang tersusun secara teratur, berulang dan disekitar ion-ion logam terdapat awan
atau lautan elektron yang dibentuk dari elektron valensi dari logam terkait.
Ikatan kimia pada prinsipnya berasal dari interaksi antar elektron-
elektron yangada pada orbit luar, atau orbit.yang terisi sebagian atau orbit bebas d
alam atom lainya. Dalam interaksi antar atom logam, ikatan kimia dibentuk oleh
gaya tarik menarik-menarik elektron oleh inti (nucleus) yang berbeda. Asalnya
elektron milik satu atom yang ditarik oleh inti atom tetangganya yang bermuatan
+, dan elektron ini disharing dengan gaya tarik yang sama oleh inti lain yang
mengitarinya. Akibat jumlah elektron valensi yang rendah dan terdapat jumlah
ruang kososng yang besar, maka e
-
memiliki banyak tempat untuk berpindah.
Keadaan demikian menyebabkan e
-
dapat berpindah secara bebas antar kation
kationtersebut. Elektron ini disebut delocalizedelectrondan ikatannya juga diseb
ut delocalized bonding. Elektron bebas dalam orbit ini bertindak sebagai
perekat atau lem. Kation yang tinggal berdekatan satu sama lain saling tarik
menarik dengan elektron sebagai semennya.
1.5 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Untuk lebih terarahnya sasaran sesuai dengan judul yang telah
dikemukakan, penulis memberikan batasan masalah atau identifikasi masalah agar
tidak jauh menyimpang dari apa yang menjadi pokok bahasan. Mengacu kepada
latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1.5.1 Apakah Defenisi dari ikatan logam?
1.5.2 Sebutkanlah ciri-ciri ikatan logam?
1.5.3 Jelaskanlah Klasifikasi ikatan logam?
1.5.4 Sebutkanlah Contoh ikatan logam?
1.5.5 Jelaskanlah Fakta eksperimen yang mendukung teori ikatan
logam?
1.5.6 Jelaskanlah Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan ikatan logam?
1.6 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis
memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1.6.1 Mengetahui defenisi ikatan logam.
1.6.2 Mengetahui Ciri-ciri ikatan logam.
1.6.3 Mengetahui Klasifikasi ikatan logam.
1.6.4 Mengetahui Contoh ikatan logam.
1.6.5 Mengetahui Fakta eksperimen yang mendukung teori ikatan
logam.
1.6.6 Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan ikatan logam.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2.1 Defenisi ikatan logam
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan
logam ini elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja, melainkan
menjadi milik dari semua atom yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-
elektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas dalam awan elektron
yang mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang dapat bergerak
bebas ini adalah sifat logam yang dapat menghantarkan listrik dengan mudah.
Ikatan logam ini hanya ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom
unsur-unsur logam semata.
Defenisi ikatan logam yaitu:
a. Ikatan logam adalah ikatan yang terjadi Antara unsur logam dan unsur
logam.
b. Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-
menarik yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan
muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas bergerak.
c. Ikatan logam adalah ikatan antara ion positif dengan elektron yang
terdelokalkisasi sehingga terbentuk ikatan yang sangat kuat.
d. Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan
bersama elektron-elektron valensi antara atom-atom logam.
e. Ikatan logam adalah ikatan yang terjadi antara atom logam dengan 8 atau
12 atom logam yang lainnya. Misalnya ikatan antara logam Na dengan 8
logam Na yang lainnya.
f. Ikatan logam adalah ikatan yang disebabkan oleh adanya elektron valensi
suatu logam yang tidak terarah (delocalized). Misalnya pada logam Li
memiliki struktur 1s
2
2s
1
. Elektron 1s
2
terdapat dalam orbital yang terarah
(localized) sedangkan elektron dalam 2s
1
terdapat pada orbital tidak
terarah (delocalized). Elektron 2s inilah yang akan membentuk ikatan.
g. Ikatan logam adalah ikatan yang disebabkan oleh tumpang tindih (overlap)
orbital valensi dari atom-atom logam. Akibatnya elektron-elektron yang
ada pada orbitalnya dapat berpindah ke orbital valensi atom tetangganya.
h. Ikatan logam adalah ikatan antara inti positif unsur logam di dalam lautan
elektron yang dihasilkan oleh elektron valensi unsur logam yang
bersangkutan.
2.2 Ciri-ciri ikatan logam
Adapun ciri-ciri ikatan logam adalah sebagai berikut :
a. Atom-atom logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang
terjejal rapat satu sama lain.
b. Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat
mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.
c. Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak
tempat kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari 1 atom ke atom
lain.
d. Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron
valensi logam mengalami delokalisasi yaitu suatu keadaan dimana
elektron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada 1 atom, tetapi
senantiasa berpindah-pindah dari 1 atom ke atom lain.
e. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur membentuk awan elektron
yang menyelimuti ion-ion positif logam.
2.4 sifat sifat ikatan logam
a. Energi ionisasi yang rendah
Logam umumnya mempunyai energi ionisasi yang rendah. Secara tak langsung,
pengertian ini merujuk pada elektron valensi yang tidak terikat dengan kuat oleh
inti. Elektron valensi dapat bergerak dengan bebas diluar pengaruh inti. Dengan
demikian, logam mempunyai elektron yang bebas bergerak.
b. Banyak orbital kosong
Telah diteliti bahwa logam mempunyai banyak orbital yang kosong sebagai akibat
elektron valensi logam lebih rendah daripada orbital valensi logam. Sebagai
contoh, logam litium mempunyai orbital 2p yang kosong; natrium mempunyai
orbital 3p dan 5d yang kosong; dan magnesium mempunyai orbital 3p dan
3d yang juga masih kosong.
2.3 Klasifikasi ikatan logam
Klasifikasi ikatan logam menurut golongannya adalah:
1. Ikatan Logam pada Unsur Transisi
Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Alasannya adalah logam transisi dapat melibatkan elektron 3d yang ada dalam
kondisi delokalisasi seperti elektron pada 4s. Lebih banyak elektron yang dapat
terlibat, kecenderungan daya tarik akan semakin lebih kuat. Contoh ikatan logam
pada unsur transisi transisi adalah Ag, Fe, Cu dan lain-lain.
2. Ikatan logam pada unsur golongan utama
Ikatan logam pada unsur golongan utama relatif lebih lemah dibandingkan
dengan dengan unsur golongan transisi. Contohnya kristal besi lebih kuat
dibandingkan dengan kristal logam magnesium.
Berdasarkan unsur penyusunnya dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Ikatan logam antar unsur sejenis
Misalnya Ikatan antara unsur litium dengan unsur litium yang lainnya.
b) Ikatan logam antar unsur yang berbeda jenis (aloi).
Bahan-bahan logam yang bukan hanya dibuat dari satu jenis unsur logam
tetapi telah dicampur atau ditambah dengan unsur-unsur lain disebut aloi atau
sering disebut lakur atau paduan. Aloi terbentuk apabila leburan dua atau
lebih macam logam dicampur atau leburan suatu logam dicampur dengan
unsur-unsur nonlogam yang campuran tersebut tidak saling bereaksi serta
masih menunjukan sifat sebagai logam setelah didinginkan. Aloi dibagi
menjadi dua macam yaitu aloi selitan dan aloi substitusi. Disebut aloi selitan
bila jari-jari atom unsur yang dipadukan sama atau lebih kecil dari jari-jari
atom logam. Sedangkan aloi substitusi terbentuk apabila jari-jari unsur yang
dipadukan lebih besar dari jari-jari atom logam.
2.4 Preoses pembentukan ikatan logam
Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas
yang rendah. Semua jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya
sehingga membentuk ion-ion positif/atom-atom positif/kation logam. Elektron
valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya dan berbaur
dengan elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut sehingga
menyerupai awan atau lautan yang membungkus ion-ion positif di
dalamnya. Elektron bebas dalam orbit ini bertindak sebagai perekat atau lem.
Kation logam yang berdekatan satu sama lain saling tarik menarik dengan
adanya elektron bebas sebagai lemnya.
2.5 Contoh ikatan logam
Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas
yang rendah. Semua jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya
sehingga membentuk ion-ion positif /kation logam. Kulit terluar unsur logam
relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron terdelokalisasi,
yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tidak tetap posisinya pada suatu
atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom lainnya.
Elektron valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya
dan berbaur dengan elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut
sehingga menyerupai awan atau lautan yang membungkus ion-ion positif di
dalamnya. Elektron bebas dalam orbit ini bertindak sebagai perekat atau lem.
Kation logam yang berdekatan satu sama lain saling tarik menarik dengan adanya
elektron bebas sebagai lemnya. Dapat digambarkan seperti gambar di bawah
ini. Elektron yang paling luar pada sebagian besar logam biasanya mempunyai
hubungan yang tidak erat dengan ini karena letaknya yang jauh dari muatan
positif inti. Semua elektron valensi logam-logam bergabung membentuk lautan
elektron yang bergerak bebas di antara inti atom. Elektron yang bergerak bebas
beraksi sebagai ikatan terhadap ion bermuatan positif. Ikatan logam tidak
mempunyaiarah.Akibatnya,ikatantidakrusakketikalogamditempa. Skema ikatan
logam dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Elektron valensi menjadi
terdisosiasi dengan inti atomnya dan membentuk lautan elektron.
Contoh ikatan unsur yang mempunyai ikatan logam adalah sebagian besar logam
seperti Cu, Al, Au, Ag, dsb. Logam transisi seperti Fe, Ni, dsb membentuk ikatan
campuran yang terdiri dari ikatan kovalen (pada elektron 3d) dan ikatan logam.
Contoh-contoh Ikatan logam adalah:
1. Ikatan Logam Natrium
Natrium memiliki konfigurasi elektron 1s
2
2s
2
2p
6
3s
1
. Tiap atom Natrium
tersentuh oleh delapan atom natrium yang lainnya dan terjadi pembagian (sharing)
antara atom tengah dan orbital 3s di semua delapan atom yang lain. Dan tiap atom
yang delapan ini disentuh oleh delapan atom natrium lainya secara terus menerus
hingga diperoleh seluruh atom dalam bongkahan natrium. Semua orbital 3s dalam
semua atom saling tumpang tindih untuk memberikan orbital molekul dalam
jumlah yang sangat banyak yang memeperluas keseluruhan tiap bagian logam.
Elektron dapat bergerak dengan leluasa diantara orbital-orbital molekul
tersebut, dan karena itu tiap elektron menjadi terlepas dari atom induknya. Logam
terikat bersamaan melalui kekuatan daya tarik yang kuat antara inti positif dengan
elektron yang terdelokalisasi.
Gambar inti positif Na yang terikat pada elektron yang terdelokalisasi
2. Ikatan Logam Magnesium
Ikatan logam magnesium lebih kuat dan titik leleh juga lebih tinggi
dibanding dengan ikatan logam pada natrium. Magnesium memiliki struktur
elektronik terluar 3s
2
. Diantara elektro-elektronnya terjadi delokalisasi, karena itu
lautan yang ada memiliki kerapatan dua kali lipat daripada yang terdapat pada
natrium. Sisa ion juga memiliki muatan dua kali lipat dan tentunya akan terjadi
dayatarik yang lebih banyak antara ion dan lautan. Atom-atom magnesium
memiliki jari-jari yang sedikit lebih kecil dibandingkan atom-atom natrium dan
karena itu elektron yang terdelokalisasi lebih dekat ke inti.
Gambar inti positif Mg yang terikat pada elektron yang terdelokalisasi
3. Ikatan logam pada unsur-unsur transisi
Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Alasannya adalah logam transisi dapat melibatkan elektron 3d yang ada dalam
kondisi delokalisasi seperti elektron pada 4s. Lebih banyak elektron yang dapat
dilibatkan, kecenderungan daya tarik yang lebih kuat yang akan peroleh.
4. Ikatan logam pada leburan logam
Pada leburan logam, ikatan logam tetap ada, meskipun susunan
strukturnya telah rusak. Ikatan logam tidak sepernuhnya putus sampai logam
mendidih. Hal ini berarti bahwa titik didih merupakan penunjuk kekuatan ikatan
logam dibandingkan dengan titik leleh. Pada saat meleleh, ikatan menjadi longgar
tetapi tidak putus.
2.5 Fakta eksperimen ikatan logam
Untuk menjelaskan mengenai ikatan logam, diuraikan beberapa teori
yang menjelaskan ikatan yang terjadi pada atom-atom logam yaitu sebagai
berikut:
a. Teori awan elektron
Teori ini dikemukakan oleh Drude dan Lorentz pada awal abad ke-20.
Menurut teori ini, di dalam kristal logam terdiri dari ion-ion logam bermuatan
positif (kation) yang tersusun rapat dalam awan elektron. Awan elekton ini
merupakan elektron valensi yang dilepaskan oleh setiap atom. Elektron valensi ini
tidak terikat salah satu ion logam atau pasangan ion logam, tetapi terdelokalisasi
terhadap semua ion logam. Hal ini disebabkan oleh tumpang tindih (overlap)
orbital valensi dari atom-atom logam. Akibatnya elektron-elektron yang ada pada
orbitalnya dapat berpindah ke orbital valensi atom tetangganya. Karena hal inilah
elektron-elektron valensi akan terdelokaslisasi pada semua atom yang terdapat
pada logam membentuk awan atau lautan elektron, sehingga elektron valensi
tersebut bebas bergerak keseluruh bagian dari kristal logam. Elektron-elektron
bebas inilah yang menyebabkan adanya ikatan dalam kristal logam. Misalnya
logam magnesium yang memiliki 2 elektron valensi. Berdasarkan model awan
elektron, logam magnesium dapat dianggap terdiri dari ion positif Mg
2+
yang
tersusun secara teratur, berulang dan disekitarnya terdapat awan atau lautan
elektron yang dibentuk dari elektron valensi magnesium, seperti pada Gambar.
Maka, teori awan atau lautan elektron pada ikatan logam itu didefinisikan
sebagai gaya tarik antara muatan positif dari ion-ion logam (kation logam) dengan
muatan negatif yang terbentuk dari elektron-elektron valensi dari atom-atom
logam. Jadi logam yang memiliki elektron valensi lebih banyak akan
menghasilkan kation dengan muatan positif yang lebih besar dan awan elektron
dengan jumlah elektron yang lebih banyak atau lebih rapat. Hal ini menyebabkan
logam memiliki ikatan yang lebih kuat dibanding logam yang tersusun dari atom-
atom logam dengan jumlah elektron valensi lebih sedikit.
Teori lautan atau awan elektron ini dapat menjelaskan berbagai sifat fisika
dari logam.
Logam dapat ditempa, dapat dibengkokkan, direntangkan dan tidak rapuh
Hal ini disebabkan atom-atom logam tersusun secara teratur dan rapat
sehingga ketika diberi tekanan atom-atom tersebut dapat tergelincir di atas
lapisan atom yang lain seperti yang ditunjukan pada Gambar.
Gambar perpindahan atom pada suatu logam ketika diberi tekanan atau
ditempa. Gambar di atas menjelaskan mengapa logam dapat ditempa,
direntangkan ataupun dibengkokkan, karena pada logam tersebut semua atom
sejenis sehingga atom-atom yang bergeser saat diberi tekanan seolah-olah tetap
pada kedudukan yang sama. Dengan kata lain apabila sebuah ikatan logam putus
maka akan segera terbentuk ikatan logam baru.
Sifat Mengkilap
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu cahaya
jatuh pada permukaan logam, maka elektron-elektron bebas akan menyerap energi
cahaya tersebut. Elektron-elektron akan melepas kembali energi tersebut dalam
bentuk radiasi elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi
cahaya awal. Oleh karena frekuensinya sama, maka kita melihatnyta sebagai
pantulan cahaya yang datang. Pantulan cahaya tersebut memberikan permukaan
logam tampak mengkilap. Bila Cahaya tampak jatuh pada permukaan logam,
sebagian elektron valensi yang mudah bergerak tersebut akan tereksitasi. Ketika
elektron yang tereksitasi tersebut kembali kepada keadaan dasarnya, maka energi
cahaya dengan panjang gelombang tertentu akan dipancarkan kembali. Peristiwa
ini dapat menimbulkan sifat kilap yang khas pada logam.
Daya hantar listrik
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron valensi yang bebas (mudah
bergerak) yang dapat membawa muatan listrik. Jika diberi suatu beda tegangan,
maka elektron-elektron ini akan bergerak dari kutub negatif menjadi kutub positif.
Gambar pergerakan elektron
Daya hantar panas
Elektron-elektron yang bergerak bebas di dalam kristal logam memiliki
energi kinetik. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan memperoleh energi kinetik
yang cukup untuk dapat bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakannya,
elektron-elektron tersebut akan bertumbukkan dengan elektron-elektron lainnya.
Hal ini menyebabkan terjadinya transfer energi dari bagian bersuhu tinggi ke
bagian bersuhu rendah.
Titik didih dan titik leleh tinggi
Pada logam, Ikatan logam tidak sepenuhnya putus sampai logam mendidih
ini menunjukkan bahwa ikatan logam memiliki titik didih yang tinggi. Hal ini
dikarenakan atom-atom logam terikat oleh ikatan logam yang kuat. Untuk
mengatasi ikatan tersebut, diperlukan energi dalam jumlah yang besar.
b. Ikatan logam berdasarkan teori resonansi
Pada tahun 1965 Pauling mengemukakan ikatan logam dengan
menetapkan konsep resonansi. Menurut teori ini ikatan logam merupakan ikatan
kovalen dan sesuai dengan struktur kristal logam yang dapat diamati pada
eksperimen maka dapat diperkirakan teradi resonansi. Dalam mengembangkan
teorinya Pauling meninjau kristal logam Li. Dari tafsiran analisis terhadap pola
difraksi sinar-X oleh kristal logam Li dapat diketahui bahwa setiap atom Li
dikelilingi oleh 8 atom Li yang lain. Karena elekton valensi Li adalah 1, maka
tidak mungkin 1 atom Li nmengikat 8 atom Li lainnya.
Bila atom Li menggunakan elektron valensinya, maka resonansi pasangan
ikatan Li-Li terjadi secara serempak didalam kisi kristalnya. Dinyatakan dalam 2
dimensi, resonansi yang memungkinkan adalah:
Pada struktur III, IV, V, VI terdapat sebuah atom Li yang bermuatan negatif
membentuk ikatan kovalen dengan 2 atom Li yang lain. Terjadinya ikatan kovalen
dapat dijelaskan sebagai berikut. Empat atom Li yaitu Li
a
Li
b
Li
c
Li
d
masing-
masing mempunyai struktur elektron 1s
2
2s
1
2 2 2 . Bila atom Li
d
memberikan
elektron valensinya pada atom Li
b
maka Li
d
menjadi ion (1s
2
)dan atom
Li
b
menjadi Li
b
-
(1s
2
2s
1
2 2 2 ). Orbital 2s
1
dan 2 pada ion Li
b
membentuk
orbital hibrida sp yang masing-masing dapat membentuk ikatan kovalen dengan
atom Li
a
dan Li
c
. Orbital 2 dan 2 pada ion Li
b
-
yang disebut orbital logam dapat
menerima aliran elektron dan memberi sumbangan pada daya hantar listrik.
c. Teori Pita
Teori ini dikembangkan pada tahun 1970 mempergunakan teori orbital
molekul. Ikatan logam mudah dipahami dengan memberi teori orbital molekul ini.
Misalnya pada logam Li memiliki susunan elektron 1s
2
2s
1
. Elektron 1s
2
terdapat
dalam orbital yang terarah (localized) sedangkan elektron dalam 2s
1
terdapat pada
orbital tidak terarah (delocalized). Elektron 2s inilah yang akan membentuk
ikatan.
Bila dua atom Li mendekat, orbital atom 2s akan bergabung dengan orbital
atom 2s dari atom lain membentuk dua orbital molekul, yaitu orbital molekul
bonding dan anti bonding. Bila atom ketiga mendekat, terbentuk tiga orbital
molekul, dan seterusnya. Jadi jumlah molekul sama dengan jumlah atonya. Bila N
atom litium bersatu, terbentuk N orbital molekul dengan energi berbeda-berda
yang membentuk pita energi, dengan distribusi energi yang kontinyu.
Dalam Litium, Elektron-elektron yang berasal dari orbital 2s kedua atom
Li, akan menempati orbital molekul bonding, sedangkan pada orbital molekul
antibonding tidak terdapat elektron. Pada pembentukan molekul Li
3,
terdapat 1
orbital molekul bonding yang berisi 2 elektron, 1 orbital molekul nonbonding
dimana terdapat sebuah elektron dan 1 orbital molekul antibonding yang masih
kosong. Pada pembentukan molekul Li
4,
terdapat 2 orbital molekul bonding yang
masing-masing berisi 2 elektron dan 2 orbital molekun antibonding yang masih
kosong. Proses ini dapat diperluas ke atom yang ke N, meliputi seluruh atom
dalam kristal Li. Hal ini mengakibatkan dihasilkan orbital molekul sejumlah N,
yang mempunyai perbedaan energi. Sebagai akibatnya adalah bahwa N atom Li
yang terdapat dalam kisi kristalnya akan memberntuk N/2 orbital molekul
bonding dan N/2 orbital molekul antibonding. N/2 orbital molekul bonding yang
terjadi mempunyai tingkat energi yang hampir sama dan menempati ruang yang
sangat berdekatan sehingga menjadi kontinyu.
Baik kelompok orbital molekul antibonding, maupun kelompok orbital
bonding yang kontinyu tersebut akan berupa pita. Pita terbentuk bila orbital-
orbital 2s pada atom-atom Li membentuk orbital molekul dapat digambarkan
seperti gambar dibawah ini.
Bagian dari pita 2s di mana terdapat elektron valensi disebut pita valensi
dan tingkat energi tertinggi pada pita valensi disebut energi fermi E
F
. Dibagian
atas tingkat fermi terdapat tingkat-tingkat energi yang masih kosong yang disebut
pita konduksi, karena elektron dapat mengalir melalui pita orbital molekul
tersebut.
Kesenjangan antara pita valensi dan pita konduksi yang disebut
kesenjangan energi merupakan ukuran kemudahan suatu logam untuk
menghantarkan listrik. Bila logam dihubungkan dengan sumber arus atau medan
magnit, elektron yang berada disekitar tingkat fermi memperoleh tambahan energi
yang menyebabkan tingkat energinya naik, sehingga dapat pindah kedalam pita
konduksi yang masih kosong dan arus elektron listrik mengalir melalui pita
konduksi tersebut.
Dikenal logam-logam yang tidak begitu baik menghantarkan listrik
(semikonduktor) disamping logam-logam yang menghantarkan arus listrik dengan
baik (konduktor). Hal ini bergantung pada susunan atom logam dalam kristalnya
dan suhu. Sifat-sifat tersebut dapat dijelaskan dengan teori pita.
Gambar kesenjangan pita valensi dengan pita konduksi pada konduktor,
semikonduktor dan isolator. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa pada
konduktor tidak terdapat kesenjangan antara pita konduksi dengan pita konduksi,
sehingga karena pertambahan energi yang cukup kecil elektron-elektron valensi
dapat berpindah ke pita konduksi dan arus mengalir melalui konduktor. Pada
logam semikonduktor terdapat kesenjangan antara pita valensi dan pita konduksi
sedemikian rupa. Sehingga hanya elektron-elektron yang mempunyai energi
memadai saja yang dapat berpindah ke pita konduksi.
Pada isolator, terdapat kesenjangan antara pita valensi dan pita konduksi
yang besar, sehingga energi yang ditimbulkan medan listrik tidak dapat
menghasilkan ekektron yang tidak mempunyai energi yang memadai untuk dapat
berpindah ke pita konduksi, karena itu isolator tidak dapat menghantarkan arus
listrik.
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan ikatan
logam
1. Titik leleh dan titik didih
Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi
karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu
dengan logam yang lain. Titik leleh dan titik didih logam berkaitan langsung
dengan kekuatan ikatan logamnya. Titik didih dan titik leleh logam makin tinggi
bila ikatan logam yang dimiliki makin kuat. Contohnya pada logam alkali
semakin kebawah titik didih semakin rendah sehingga ikatan logamnya akan
semakin lemah.
.
Logam Titik lebur (C) Titik didih (C)
Li 180 1330
Na 97,8 892
K 63,7 774
Rb 38,9 688
Cs 29,7 690
Titik didih dan titik leleh berhubungan dengan sifat periodik unsur yaitu
sifat jari-jari atomnya. Semakin besar jari-jari atomnya maka semakin kecil titik
didih dan titik lelehnya sehingga mengakibatkan ikatan lebih lemah.
2. Jari-jari atom
Dalam sistem periodik unsur, pada satu golongan dari atas kebawah,
ukuran kation logam dan jari-jari atom logam makin besar. Hal ini menyebabkan
jarak antara pusat kation-kation logam dengan awan elektronnya semakin jauh,
sehingga gaya tarik elektrostatik antara kation-kation logam dengan awan
elektronnya semakin lemah.
Logam Jari-jari atom logam
(pm)
Kation logam Jari-jari kation logam
(pm)
Li 157 Li
+
106
Na 191 Na
+
132
K 235 K
+
165
Rb 250 Rb
+
175
Cs 272 Cs
+
188
3. Jumlah elektron valensi (elektron yang terdelokalisasi)
Logam-logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki ikatan
logam yang relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu elektron
untuk dikontribusikan pada ikatan. Sedangkan pada logam golongan II seperti
magnesium memiliki dua elektron untuk dikontribusikan pada ikatan sehingga
logam golongan II memiliki ikatan yang relatif lebih kuat dibanding logam
golongan 1.
4. Bilangan koordinasi
Logam natrium dikelilingi oleh delapan logam natrium yang lainnya,
sedangkan logam magnesium dikelilingi oleh dua belas logam magnesium
lainnya. Hal ini menyebabkan ikatan logam pada magnesium lebih besar
dibandingkan dengan ikatan logam pada natrium.
2.7 Faktor yang mempengaruhi kekuatan ikatan logam yang dipengaruhi
oleh ikatan logam terhadap sifat fisik logam.
Drude Lorentz mengemukakan dalam teorinya pada awal abad ke-20 yaitu
teori awan elektron, Menurut teori ini di dalam kristal logam, setiap atom
melepaskan elektron valensinya sehingga membentuk awan elektron dan kation
yang bermuatan positif dan tersusun rapat dalam awan elektron tersebut. Ion
logam yang bermuatan positif tersebut terdapat pada jarak terttentu satu sama lain
dalam kristalnya. Karena elektron valensi tidak terikat pada salah satu ion logam
atau pasangan ion logam, tapi terdelokalisasi terhadap semua ion logam, maka
elektron valensi tersebut bebas bergerak ke seluruh bagian dari kristal logam,
sama halnya dengan molekul-molekul gas yang dapat bergerak dengan bebas
dalam ruangan tertentu.
Sehingga dapat disimpulkan, kristal logam terdiri dari kumpulan ion logam
bermuatan positif di dalam larutan elektron yang mudah bergerak. Ikatan logam
terdapat antara ion logam positif dan elektron yang mudah bergerak tersebut.
Teori awan elektron juga disebut teori elektron bebas, teori larutan elektron atau
fluida elektron secara kualitatif dapat menjelaskan berbagai sifat fisika dari logam,
seperti sifat mengkilap, dapat menghantarkan listrik dan panas, dapat ditempa,
dibengkokkan dan ditarik.
a. Sifat mengkilap
Bila cahaya tampak jatuh pada permukaan logam, sebagian elektron valensi
yang mudah bergerak tersebut akan tereksitasi. Ketika elektron yang tereksitasi
tersebut kembali kepada keadaan dasarnya, maka energi cahaya dengan panjang
gelombang tertentu (di daerah cahaya tampak) akan dipancarkan kembali.
Peristiwa ini dapat menimbulkan sifat kilap yang khas untuk logam.
b. Daya hantar listrik
Pada logam, daya hantar listrik disebabkan karena adanya elektron valensi
yang mudah bergerak. elektron-elektron valensi tersebut bebas bergerak dalam
medan listrik yang ditimbulkan sumber arus sehingga listrik dapat mengalir
melalui logam. Logam merupakan konduktor listrik dan kalor yang baik, karena
adanya arus elektron, maka bila sebuah batang logam kita pegang ujungnya, ujung
yang lain dikenakan api, maka rambatan kalornya cepat sekali, begitu pula bila
ujung yang lain terkena arus listrik.
c. Daya hantar panas
Sama halnya dengan daya hantar listrik, daya hantar panas juga disebabkan
adanya elektron yang dapat bergerakan dengan bebas. Bila bagian tertentu
dipanaskan, maka elektron-elektron pada begian logam tersebut akan menerima
sejumlah energi sehingga energi kinetisnya bertambah dan gerakannya makin
cepat. Elektron-elektron yang bergerak dengan cepat tersebut menyerahkan
sebagian energi kinetisya kepada elektron lain sehingga seluruh bagian logam
menjadi panas dan naik suhunya.
d. Dapat ditempa, dibengkokkan dan ditarik
Karena elektron valensi mudah bergerak dalam kristal logam, maka elektron-
elektron tersebut mengelilingi ion logam yang bermuatan positif secara simetri,
karena gaya tarik antara ion logam dan elektron valensi sama kesegala arah.
Ikatan dalam kisi kristal logam tidak seperti pada ikatan dalam senyawa kovalen,
sebab dalam kisi kristal logam tidak terdapat ikatan yang terlokalisasi.
Karena gaya tarik setiap ion logam yang bermuatan positif terhadap elektron
valensi sama besarnya, maka suatu lapisan ion logam yang bermuatan positif
dalam kisi kristal mudah bergeser. Bila sebuah ikatan logam putus, maka segera
terbentuk ikatan logam baru. karena itu logam dapat ditempa menjadi sebuah
lempeng yang sangat tipis dan ditarik menjadi kawat yang halus dan
dibengkokkan. Karena adanya ikatan logam itulah maka logam dapat ditempa.
Arus elektronnya yang mempertahankan agar ion positif logam tetap terikat
menyatu oleh kisi kristal.
e. Memberikan efek fotolistrik dan efek termionik
Apabila elektron bebas pada ikatan logam memperoleh energi yang cukup
dari luar, maka electron tersebut dapat lepas dari logam. Elektron tersebut dapat
ditarik keluar oleh suatu beda potensial positif. Jika energi yang diperoleh
elektron bebas berasal dari berkas cahaya, maka fenomena pelepasan elektron dari
logam disebut efek fotolistrik. Sedangkan jika energi tersebut berasal dari
pemanasan, maka disebut efek termionik.
f. Alloy
Logam-logam selalu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
rangka jendela, peralatan-peralatan rumuh tangga, rangka pesawat maupun
maupun bahan lain yang menggunakan logam. Bahan-bahan logam tersebut bukan
hanya dibuat dari satu jenis unsur logam tetapi telah dicampur atau ditambah
dengan unsur-unsur lain yang disebut aloi atau sering disebut lakur atau paduan.
Aloi terbentuk apabila leburan dua atau lebih macam logam dicampur atau
leburan suatu logam dicampur dengan unsur-unsur nonlogam dan campuran
tersebut tidak saling bereaksi serta masih menunjukan sifat sebagai logam setelah
didinginkan.
Perbandingan Sifat Fisis Senyawa Logam dengan Senyawa Non Logam
Logam Non Logam
1.
Padatan logam termasuk
penghantar listrik yang baik
1.
Padatan non logam biasanya bukan
penghantar listrik
2. Mempunyai kilap logam 2. Tidak mengkilap
3.
Kuat dan keras (apabila digunakan
sebagai logam paduan)
3.
Kebanyakan non logam tidak kuat
dan lunak
4. Dapat dibengkokkan dan diulur 4.
Biasanya rapuh dan patah bila
dibengkokkan atau diulur
5. Penghantar panas yang baik 5. Sukar menghantarkan panas
6.
Kebanyakan logam memiliki
kerapatan yang besar
6.
Kebanyakan non logam memiliki
kerapatan rendah
7.
Kebanyakan logam memiliki titik
didih dan titik leleh yang tinggi
7.
Kebanyakan non logam memiliki titik
didih dan titik leleh yang rendah
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Objek penulisan
Objek penulisan mencakup defenisi, klasifikasi, Contoh,fakta eksperimen dan
faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan ikatan logam.
3.2 Dasar Pemilihan Objek
Objek yang penulis pilih adalah ikatan logam, hal ini berdasarkan tugas
terstruktur yang diberikan oleh dosen Ikatan kimia, dalam upaya menyelesaikan
tugas-tugas mata kuliah ikatan kimia pada semester III tahun ajaran 2014/2015
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan makalah ini, penulis secara umum mendapatkan bahan
tulisan dari berbagai referensi, baik dari tinjauan kepustakaan berupa buku buku
atau dari sumber media internet yang terkait dengan Ikatan logam
3.4 Metode Analisis
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analisis, yaitu
dengan mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada,
menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya,
serta mencari alternatif pemecahan masalah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai ikatan
logam dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Ikatan logam adalah ikatan antaratom dalam suatu unsur logam dengan
menggunakan interaksi antar elektron valensi.
2. Ketika atom-atom logam yang bermuatan saling berdekatan, kemudian
elektron valensinya akan terdelokalisasi membentuk lautan elektron
disekitar ion-ion positif. Lautan elektron ini akan bertindak sebagai
perekat atom-atom logam. Teori awan elektron juga disebut teori
elektron bebas, teori larutan elektron atau fluida elektron secara
kualitatif dapat menjelaskan berbagai sifat fisika dari logam, seperti
sifat mengkilap, dapat menghantarkan listrik dan panas, dapat ditempa,
dibengkokkan dan ditarik.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuatnya ikatan logam adalah:
Titik didih dan titik leleh.
Jari-jari atom.
Bilangan koordinasi.
Jumlah elektron valensi yang terdelokalisasi.
3.2 Saran
Saran penulis kepada pembaca tetap berkeluh kesah untuk mencari
mutiara bahagia ilmu dalam gersangnya pemikiran dan hantaman badai
kecurangan, jangan pernah lupa bersyukur dan terus menyuling ilmu yang
bermafaat dari setetes kisah kehidupan. (oleh:pino rinando)
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Michael.2006. Kimia jilid 1. Erlangga: Jakarta
Syarifuddin,Nuraini.1994.ikatan kimia.F-MIPA UGM Press
Siti jahro,Iis.2014. Ikatan kimia.F-mipa Unimed :Medan
Tim dosen kimia umum.2013. Kimia Umum I. F-mipa unimed:Medan
Emel Seran. 2011. Ikatan Logam, Sifat Logam, dan Alloy.
http://wanibesak.wordpress.com/2011/06/27/ikatan-logam-sifat-sifat-
logam-dan-alloy/. Diakses pada : Sabtu, 5 oktober 2014
http://www.chem-is http://materi
http:kimia struktur atom dan ikatan ikatan kimia ikatan logam.com,Diakses pada
: Sabtu, 5 oktober 2014
http://www.blogpribadi.com/2009/07/ikatan-logam-dan-sifat-sifatnya.html
ikatanlogam.html
http:// Praweda/Kimia Kim%202-12e.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_kimia