Menurut Prof.Drs. R. Bintarto, Desa adalah hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang di timbulkan oleh unsur-unsur fiografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain. Dalam pengertian umum, Desa adalah pemikiman manusia di luar kota yang penduduknya berjiwa agraris . Suatu pedesaan masih sulit umtuk berkembang, bukannya mereka tidak mau berkembang tapi suatu hal yang baru terkadang bertentangan dengan apa yang leluhur hereka ajarkan karna itu masyarakat pedasaan sangat tertutup dengan hal-hal yang baru karena mereka masih memegang teguh adat-adat yang leluhur mereka ajarkan. B. Ciri-Ciri Masyarakat Desa Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi Talcot Parsons menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft)yang mengenal ciri-ciri masarakat desa sebagai berikut : A. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih. B. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan. C. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme) D. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi). E. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
c.ASPEK-ASPEK KULTURAL MASYARAKAT DESA 1. KEBUDAYAAN Obyek studi pokok sosiologi adalah masyarakat, dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Defenisi kebudayaan menurut ahli : 1. Horton dan Hunt mendefinisikan masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sedangkan kebudayaan adalah sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan masyarakat itu. 2. Ralph Linton, kebudayaan diartikan sebagai way of life suatu masyarakat. Meliputi way of thinking (cara berpikir, mencipta), way of feling (cara mengekspresikan rasa), way of doing (cara berbuat, berkarya). 3. Selo Soemardjan dan Soelaeman Sumardi, kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta dan karya masyarakat. Jadi kebudayaan adalah suatu yang berwujud berupa alat dan berbagai teknologi untuk keperluan hidup manusia, tata nilai dan berbagai aturan tertib sosial untuk menjaga keberlangsungan sistem yang ada baik ekonomi, sistem sosial dan berbagai sisi kehidupan manusia lainnya. Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kebudayaan terdiri dari : 1. Sistem kepercayaan 2. Sistem organiasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Sistem teknologi Mayor Polak = aspek kultural masyarakat adalah analog dengan aspek rohani sedangkan aspek strukturalnya adalah analog dengan aspek jasmani suatu makhluk Aspek kultural masyarakat desa terorientasi pada jangkauan mengenai gambaran- gambaran asli masyarakat desa, yaitu masyarakat pertanian. Masyarakat petani secara umum sering dipahami sebagai suatu kategori sosial yang seragam dan bersifat umum, artinya sering tidak disadari adanya diferensiasi atau perbedaan- perbedaan dalam berbagai aspek yang terkandung dalam komunitas petani. Contoh, diferensiasi dalam komunitas petani itu akan terlhat berdasar perbedaan dalam tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang mereka tanam, teknologi atau alat-alat yang mereka gunakan, sistem pertanian yang mereka pakai, topografi atau kondisi fisik-geografik lainnya. Gambaran umum betuk deferensiasi msyarakat petani terbagi menjadi dua : a. Petani bersahaja yang disebut juga petani tradisional golongan peasant Kaum petani yang masih tergantung dan dikuasai alam karena rendahnya tingkat pengetahuan dan teknologi mereka, produksi mereka ditujukan pada suatu usaha untuk menghidupi keluarga. b. Petani modern atau agricultural enterpreneur Kaum petani yang menggunakan teknologi dan sistem pengelolaan modern dan menanam tanaman yang laku dipasaran. Sistem pengelolaanpertanian mereka dalam bentuk agribisnis, agroindustri dan berusaha mengejar keuntungan. 2. KEBUDAYAAN TRADISIONAL MASYARAKAT DESA Konsep tradisional masyarakat desa mengacu pada gambaran tentang cara hidup (way of Life) masyarakat desa yang hidupnya masih tergantung pada alam. Paul H.Landis mengemukakan bahwa besar kecilnya pengaruh alam terhadap pola kebudayaan masyarakat desa ditentukan oleh tiga faktor : 1. Sejauh mana ketergantungan mereka terhadap pertanian 2. Tingkat teknologi mereka 3. Sistem produksi yang diharapkan Dari faktor di atas, maka terciptanya kebudayaan tradisional apabila masyarakat amat tergantung kepada pertanian , tingkat teknologinya rendah dan produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ciri-ciri Kebudayaan Tradisional : 1. Pengembangan adaptasi yang kaut terhadap lingkunagn alam. Masyarakat desa (petani) mengembangkan tingkat dan bentuk adaptasi terhadap pelbagai kekhususan lingkungan alam, sehingga dalam kaitan ini dapat dipahami bahwa pola kebudayaan masyarakat desa terikat dan mengikuti karakteristik khas lingkungan (alam). 2. Rendahnya tingkat inovasi masyarakat karena adaptasi pasif terhadap alam. Tingkat kepastian terhadap elemen alam (jenis tanah, tingkat kelembaban, ketinggian tanah, pola geografis, dll) cukup tinggi sehingga merek tidak terlalu memerlukan hal-hal yang baru karena terasa telah diatur dan ditentukan oleh alam. 3. Faktor alam juga mempengaruhi kepribadian masyarakatnya. Sebagai akibat dari kedekatannya dengan alam, orang desa umumnya mengembangkan filsafat hidup yang organis. Artinya mereka cenderung memandang segala sesuatu sebagai suatu kesatuan dan tebalnya rasa kekeluargaan. 4. Pola kebiasaan hidup yang lamban. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan yang dipengaruhi oleh irama alam yang tetap dan lamban. Tanaman yang tumbuh secara alami, semenjak tumbuh hingga berbuah selalu melewati proses- proses serta tahapan tertentu yang tetap. 5. Tebalnya kepercayaah terhadap takhayyul. Konsepsi takhayyul merupakan proyeksi dari ketakutan atau ketundukan mereka terhadap alam disebabkan karena tidak dapat memahami dan menguasai alam secara alam. 6. Sikap yang pasif dan adaptif masyarakat desa terhadap alam juga nampak dalam aspek kebudayaan material mereka yang bersahaja. Kebersahajaan itu nampak misalnya pada arsitetktur rumah dan alat-alat pertanian. 7. Rendahnya kesadaran akan waktu. Faktor ini didasari oleh keterikatan mereka terhadap alam yang memliki irama sendiri yang tidak terikat oleh waktu. Tanamam memiliki proses alami dengan peket waktu tersendiri terlepas dari pengaturan dan campur tangan manusia. Orang tinggal menanti proses yang alami itu. Akibatnya mereka tidak memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya waktu. 8. Kecenderungan masyarakat yang serba praktis. Dalam segala hal mereka tidak terbebani ahl-hal yang kompleks, mereka tidak perlu berbicara panjang lebar dan berbasa basi satu sama lain. Hal ini mendorong tumbuh dan berkembangnya sifat-sifat jujur, terus terang, dan suka bersahabat. 9. Terciptanya standar moral yang kaku dikalangan masyarakat desa. Moralitas dalam pandangan masyarakat desa adalah sesuatu yang absolut, tidak ada kompromi antara baik dan buruk serta cenderung pada pemahaman clear-cut definition (pemahaman hitam putih). 3. Aspek-Aspek Kultural Lainnya Untuk sebagian, pola kebudayaan dari suatu kelompok masyarakat tidak terlepas ( dan bahkan merupakan refleksi) dari cara hidup atau sistem mata pencaharian masyarakat itu. untuk sebagian lain, agama atau kepercayaan sering merupakan elemen pokok yang menjadi cultural focus pola kebudayaan suatu masyarakat, lebih-lebih untuk masyarakat yang relatif masih bersahaja. Bersumber atau terkait pada agama/kepercayaan ini terciptalah adat-istiadat atau berbagai bentuk tradisi (termasuk sistem kekerabatan) yang mengatur seluruh kehidupan masyarakatnya. Bagi masyarakat desa yang secara umum pengelompokannya relatif kecil, adat-istiadat atau tradisi adalah identik dengan kebudayaan. Sebab, dalam adat-istiadat atau tradisi tersebut telah terkandung sistem nilai, norma, sistem kepercayaan, sistem ekonomi dan lainnya, yang cukup lengkap menjadi pedoman perilaku kehidupan mereka. Untuk sbagian lainnya lagi, pola kehidupan masyarakat Indonesia umunya, dan desa khususnya, harus dirunut asal-muasal nenek moyang kita yang ternyata berasal dari tempat dan suku bangsa yang berbeda-beda. Denagn sendirinya pula dengan pola kebudayaan yang beragam. Mengacu pada keadaan masa lampau, dengan berorientasi pada pola dasar mata pencaharian masyarakat, W.F Wertheim (dalam Rahardjo, 1999), membedakan adanya tiga daerah peradaban di Indonesia. Pertama, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah sekian lamanya memiliki teknik dan system pertanian sawah. Kedua sepanjang pantai Jawa, Sumatera dan Malaya, Kalimantan (di muara-muara sungai) yang merupakan daerah-daerah tempat berkembangnya kota-kota pelabuhan. Kota-kota pelabuhan ini mengadakan hubungan dengan India, Cina, dan bahkan Jepang. Kegiatan perdagangan laut inilah yang merupaka unsur penentu corak peradaban daerah-daerah ini. Ketiga, daerah-daerah pedalaman dari kota-kota pelabuhan. Daerah-daerah ini pendudukya jarang.Desa-desa pertanian sawah yang berada di Jawa Tengah dan Timur, yang umumnya disebut daerah pedalaman (hinterland), dapat diperkirakan lebih bersifat tertutup, statis dan kurang berorientasi kepada keuntungan dibanding dengan masyarakat desa-desa di daerah peradaban ke dua. Desa-desa di sekitar daerah peradaban kedua karena terbiasa pada situasi yang tercipta oleh hubungan (dagang) dengan luar, dapat diperkirakan cenderung mengembangkan sikap yang tebuka dan berorientasi pada keuntungan. Orientasi pada keuntungan ini juga dapat diperkirakan terdpat dalam masyarakat desa-desa sekitar daerah peradaban ketiga, sekalipun daerah ini dilekati oleh adat-istiadat lokal yang cukup kuat. Pada desa-desa sekitar dua peradaban terakhir ini derajat ketundukannya terhadap kekuatan supra desa kurang besar disbanding dengan masyarakat desa-desa sekitar daerah peradaban pertama. Maka pada era diterapkannya program- program pembangunan desa yang pendekatannya bersifat top-down, desa-desa di daerah tersebut kurang dapat mengadopsi program-program itu dengan baik
KEBUDAYAAN
Obyek studi pokok sosiologi adalah masyarakat, dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan.
Defenisi kebudayaan menurut ahli : 1. Horton dan Hunt mendefinisikan masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sedangkan kebudayaan adalah sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan masyarakat itu.
2. Ralph Linton, kebudayaan diartikan sebagai way of life suatu masyarakat. Meliputi way of thinking (cara berpikir, mencipta), way of feling (cara mengekspresikan rasa), way of doing (cara berbuat, berkarya).
3. Selo Soemardjan dan Soelaeman Sumardi, kebudayaan sebagi semua hasil karya, cipta dan karsa masyarakat.
Jadi kebudayaan adalah suatu yang berwujud berupa alat dan berbagai teknologi untuk keperluan hidup manusia, tata nilai dan berbagai aturan tertib sosial untuk menjaga keberlangsungan sistem yang ada baik ekonomi, sistem sosial dan berbagai sisi kehidupan manusia lainnya.
Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kebudayaan terdiri dari : 1. Sistem kepercayaan 2. Sistem organiasi kemasyarakatan 3. Siste pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem mata encaharian hidup 7. Sistem teknologi
Mayor Polak = aspek kultural masyarakat adalah analog dengan aspek rohani sedangkan aspek strukturalnya adalah analog dengan aspek jasmani suatu makhluk
Aspek kultural masyarakat desa terorientasi pada jangkauan mengenai gambaran-gambaran asli masyarakat desa, yaitu masyarakat pertanian.
Masyarakat petani secara umum sering diahami sebagai suatu kategori sosial yang seragam dan bersifat umum, artinya sering tidak disadari adanya diferensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam pelbagai aspek yang terkandung dalam komunitas petani. Contoh, diferensiasi dalam komunitas petani itu akan terlhat berdasar perbedaan dalam tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang mereka tanam, teknologi atau alat-alat yang mereka gunakan, sistem pertanian yang mereka pakai, topografi atau kondisi pisik-geografik lainnya.
Gambaran umum betuk deferensiasi msyarakat petani terbagi menjadi dua : a. Petani bersahaja yang disebut juga petani tradisional golongan peasant. Kaum petani yang masih tergantung dan dikuasai alam karena rendahnya tingkat pengetahuan dan teknologi mereka, produksi mereka ditujukan pada suatu usaha untuk menghidupi keluarga.
b. Petani modern atau agricultural enterpreneur. Kaum petani yang menggunakan teknologi dan sistem pengelolaan modern dan menanam tanaman yang laku dipasaran. Sistem pengelolaanpertanian mereka dalam bentuk agribisnis, agroindustri dan berusaha mengejar keuntungan.
KEBUDAYAAN TRADISIONAL MASYARAKAT DESA
Konsep tradisional masyarakat desa mengacu pada gambaran tentang cara hidup (way of Life) masyarakat desa yang hidupnya masih tergantung pada alam.
Paul H.Landis mengemukakan bahwa besar kecilnya pengaruh alam terhadap pola kebudayaan masyarakat desa ditentukan oleh tiga faktor : 1. Sejauh mana ketergantungan mereka terhadap pertanian 2. Tingkat teknologi mereka 3. Sistem produksi yang diharapkan
Dari faktor di atas, maka terciptanya kebudayaan tradisional apabila masyarakat amat tergantung kepada pertanian , tingkat teknologinya rendah dan produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Ciri-ciri Kebudayaan Tradisional : 1. Pengembangan adaptasi yang kaut terhadap lingkunagn alam. Masyarakat desa (petani) mengembangkan tingkat dan bentuk adaptasi terhadap pelbagai kekhususan lingkungan alam, sehingga dalam kaitan ini dapat dipahami bahwa pola kebudayaan masyarakat desa terikat dan mengikuti karakteristik khas lingkungan (alam). 2. Rendahnya tingkat inovasi masyarakat karena adaptasi pasif terhadap alam. Tingkat kepastian terhadap elemen alam (jenis tanah, tingkat kelembaban, ketinggian tanah, pola geografis, dll) cukup tinggi sehingga merek tidak terlalu memerlukan hal-hal yang baru karena terasa telah diatur dan ditentukan oleh alam.
3. Faktor alam juga mempengaruhi kepribadian masyarakatnya. Sebagai akibat dari kedekatannya dengan alam, orang desa umumnya mengembangkan filsafat hidup yang organis. Artinya mereka cenderung memandang segala sesuatu sebagai suatu kesatuan dan tebalnya rasa kekeluargaan.
4. Pola kebiasaan hidup yang lamban. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan yang dipengaruhi oleh irama alam yang tetap dan lamban. Tanaman yang tumbuh secara alami, semenjak tumbuh hingga berbuah selalu melewati proses-proses serta tahapan tertentu yang tetap.
5. Tebalnya kepercayaah terhadap takhayyul. Konsepsi takhayyul merupakan proyeksi dari ketakutan atau ketundukan mereka terhadap alam disebabkan karena tidak dapat memahami dan menguasai alam secara alam.
6. Sikap yang pasif dan adaptif masyarakat desa terhadap alam juga nampak dalam aspek kebudayaan material mereka yang bersahaja. Kebersahajaan itu nampak misalnya pada arsitetktur rumah dan alat- alat pertanian.
7. Rendahnya kesadaran akan waktu. Faktor ini didasari oleh keterikatan mereka terhadap alam yang memliki irama sendiri yang tidak terikat oleh waktu. Tanamam memiliki proses alami dengan peket waktu tersendiri terlepas dari pengaturan dan campur tangan manusia. Orang tinggal menanti proses yang alami itu. Akibatnya mereka tidak memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya waktu.
8. Kecenderungan masyarakat yang serba praktis. Dalam segala hal mereka tidak terbebani ahl-hal yang kompleks, mereka tidak perlu berbicara panjang lebar dan berbasa basi satu sama lain. Hal ini mendorong tumbuh dan berkembangnya sifat-sifat jujur, terus terang, dan suka bersahabat.
9. Terciptanya standar moral yang kaku dikalangan masyarakat desa. Moralitas dalam pandangan masyarakat desa adalah sesuatu yang absolut, tidak ada kompromi antara baik dan buruk serta cenderung pada pemahaman clear-cut definition (pemahaman hitam putih).
Budaya atau kebudayaan (berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain- lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek-Aspek kebudayaan Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau aspek kebudayaan, antara lain sebagai berikut: Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 aspek pokok, yaitu :
Alat-alat teknologi Sistem ekonomi Keluarga Kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 aspek pokok yang meliputi :
Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya Organisasi ekonomi Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) Organisasi kekuatan (politik)
Wujud kebudayaan dan komponen kebudayaan Wujud kebudayaan Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Komponen kebudayaan Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama : Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. Hubungan antara aspek-aspek kebudayaan Komponen-komponen atau aspek-aspek utama dari kebudayaan antara lain : Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi) Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan aspek kebudayaan fisik), yaitu: o Alat-alat produktif o Senjata o Wadah o Alat-alat menyalakan api o Makanan o Pakaian o Tempat berlindung dan perumahan o Alat-alat transportasi Sistem mata pencaharian hidup Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya: o Berburu dan meramu o Beternak o Bercocok tanam di ladang Sistem kekerabatan dan organisasi sosial Sistem kekerabatan Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar. Macam-macam kelompok kekerabatan itu antara lain: o Keluarga Ambilineal Kecil o Keluarga Ambilineal Besar o Klan Kecil o Klan Besar o Fratri o Paroh Masyarakat Susunan kekerabatan umum di masyarakat Selain macam kelompok kekerabatan yang telah dijelaskan sebelumnya, di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral. Organisasi sosial Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Bahasa Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai berikut : Alat berekspresi Alat komunikasi Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk : Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari (fungsi praktis). Mewujudkan seni (fungsi artistik). Mempelajari naskah-naskah kuno (fungsi filosofis). Untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi
Pengertian Masyarakat beserta Aspek-Aspek Positif dan Negatif Masyarakat Perkotaan, Aspek-Aspek Positif dan Negatif Pengertian Masyarakat Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional. Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara. Katasociety berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama. Syarat-syarat Menjadi Masyarakat - Mematuhi aturan yang dibuat oleh negara - Mematuhi hak dan kewajiban sebagai masyarakat - Melindungi negara ditempat masyarakat tersebut bermukim - Menciptakan lingkungan yang tentram dan damai - Harus ada pengumpulan manusia - Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu - Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama. Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam : 1. Masyarakat paksaan : negara, tawanan 2. Masyarakat merdeka 3. masyarakat natur, masyarakat yang terjadi dengan sendirinya seperti gerombolan (horde), suku (stam) yang bertalian karena hubungan darah. 4. masyarakat kultur, masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, contoh koperasi, kongsi perekonomian, gereja dsb. Pengertian Masyarakat Perkotaan Masyarakat perkotaan sering disebut urban community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu : 1. kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa 2. orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik, perbedaan agama dan sebagainya . 3. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi. 4. pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata 5. kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa 6. interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi 7. pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu 8. perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Tipe Masyarakat Masyarakat mempunyai tipe seperti berikut : 1. Masyarakat kecil yang belum kompleks, yaitu masyarakat yang belum mengenal pembagian kerja, struktur, dan aspek-aspeknya masih dapat dipelajarisebagai satu kesatuan. 2. Masyarakat yang sudah kompleks, yaitu masyarakat yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala bidang, karena ilmu pengetahuan sudah maju, teknologi maju, dan sudah mengenal tulisan.
Ciri-ciri Masyarakat Kota 1. kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa 2. orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya . 3. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi. 4. pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata 5. kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa 6. interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi 7. pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu 8. perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar
Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa Dalam menentukan suatu masyarakat sebagai kota atau desa dapat dilihat dari ciri-cirinya seperti : 1. Jumlah kepadatan peduduk, kota memiliki penduduk yang lebih banyak daripada desa. 2. Lingkungan hidup di pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas, lingkungan perkotaan sebagian besar dilapisi beton dan aspal. 3. Mata pencaharian masyarakat desa berada pada sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris, sedangkan kota sektor ekonomi sekunder yaitu industri, dan ekonomi tersier yaitu bidang pelayanan jasa. 4. Corak kehidupan sosial di desa masih homogen, sebaliknya di kota sangat heterogen karena disana saling bertemu suku bangsa, agama, kelompok dan masing- masing memliki kepentingan berlainan. 5. Stratifikasi sosial di kota jauh lebih komplek dibanding desa. Misalnya mereka yang memiliki keahlian pekerjaan yang memerlukan banyak pemikiran memiliki kedudukan dan upah yang tinggi dibanding tenaga kasar. Hal ini berakibat perbedaan yang menyolok antara kaya dan miskin. 6. Mobilitas sosial di kota jauh lebih tinggi dibanding desa, baik secara vertikal yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau rendah, maupun perpindahan kedudukan yang setingkat atau horizontal. 7. Pola interaksi pada masyarakat pedesaan adalah motif-motif sosial, dalam interaksi sosial selalu diusahakan agar kesatuan sosial tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sebisa mungkin dihindarkan. Sebaliknya pada masyarakat perkotaan dalam interaksi lebih dipengaruhi oleh ekonomi daripada motif sosial. Selain itu juga motif non sosial seperti politik, pendidikan. 8. Solidaritas sosial di desa lebih tinggi dibanding kota 9. Sedangkan dalam hirarki sistem administrasi nasional kedudukan kota lebih tinggi daripada desa, semakin tinggi kedudukan suatu kota dalam hirarki tersebut maka kompleksitasnya semakin meningkat/ makin banyak kegiatan disana.
Hubungan Desa dan Kota Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali, karena terdapat hubungan erat yang bersifat ketergantungan. Kota tergantung dengan desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan dan desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota. Sebaliknya kota menghasilkan barang-barang yang diperlukan oleh orang desa seperti pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian, obat untuk memelihara kesehatan, alat transportasi, tenaga-tenaga dibidang jasa seperti tenaga medis, montir-montir elektronika dan tenaga yan dapat membimbing dalam upaya meingkatkan hasil pertanian, peternakan, perikanan. 1. masyarakat tersebut bukanlah 2 komunitas yg berbeda 2. bersifat ketergantungan 3. kota tergantung desa dlm memenuhi kebutuhan bahan pangan 4. desa jg merupakan tenaga kasar pd jenis pekerjaan tertentu 5. sebaliknya, kota menghasilkan barang dan jasa yg dibutuhkan desa 6. peningkatan penduduk tanpa diimbangi perluasan kesempatan kerja berakibat kepadatan 7. mereka kelompok para penganggur di desa
Aspek Positif dan Negatif Untuk menunjang aktivitas serta memberikan suasana aman, tenteram, nyaman, bagi warganya, kota diharuskan menyediakan fasilitas kehidupan dan mengatasi berbagai masalah yang timbul sebagai akibat warganya. Suatu lingkungan perkotaan seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi : 1. Wisma, mengembangakan daerah perumahan sesuai dengan pertambahan penduduk serta memperbaiki lingkungan perumahan yang telah ada. 2. Karya, yaitu penyediaan lapangan kerja. Dapat dilakukan dengan enyediaan ruang untuk kegiatan perindustrian, perdagangan, pelabuhan, terminal serta kegiatan lain. 3. Marga, unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lain dalam kota atau dengan kota-kota daerah lainnya. Dalam unsur ini termasuk : Pengembangan jaringan jalan dan fasilitasnya ( terminal, parkir dll) dan Pengembangan jaringan telekomunikasi sebagai bagian dari sistem transportasi dan komunikasi kota. 4. Memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian. 5. Penyempurnaan yaitu unsur yang merupakan bagian penting bagi kota, termasuk fasilitas keagamaan, perkuburan kota, fasilitas pendidikan dan kesehatan, jaringan utilitas/ keperluan umum. Kelima unsur pokok ini merupakan pola pokok dari komponen-komponen perkotaan yang kauantitas dan kualitasnya kemudian dirinci dalam perencanaan suatu kota. Kebijaksanaan perencanaan dan pengembangan kota harus dapat dalam kerangka pendekatan yang luas yaitu pendekatan regional. Rumusan pengembangan kota seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan masalah kota sebagai berikut : 1. Menekan angka kelahiran 2. Mengalihkan pusar pembangunan pabrik/industri ke pinggir kota\ 3. Membendung urbanisasi 4. Membangun kota satelit 5. Meningkatkan fungsi dan peranan kota-kota kecil atau desa-desa yang telah ada disekitar kota besar 6. Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak mempunyai pekerjaan Untuk itu semua , maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan : 1. Aparatur kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota . Untuk itu maka pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus dimilikinya . 2. Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan cepat dan tepat , agar tidak disusul dengan masalah lainnya. 3. Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak , maka kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru. 4. Dalam rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para pemimpin di kota dengan para pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya . Fungsi Eksternal Fungsi eksternal dari kota yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalm kerangka wilayah dan daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik secara regional maupun nasional. Masyarakat Pedesaan Pengertian Desa Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, social, ekonomi, politik dan kulural yng terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik dengan daerah lain. Pola keruangan desa bersifat agraris yang sebagian atau seluruhnya terisolasi dari kota. Tempat kediaman penduduk mencerminkan tingkat penyesuaian penduduk terhadap lingkungan alam, seperti iklim, tanah, topografi, tata air, sumber alam, dan lain-lain. Tingkat penyesuaian penduduk desa terjhadap lingkungan alam bergantung factor ekonomi, social, pendidikan dan kebudayaan. Menurut Sutarjo Kartohadikusuma adalah satu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Menurut bintarto, desa merupakan perwujudan kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan cultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan menurut Paul H. Landis desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri : 1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal antara rbuan jiwa 2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan 3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris, yang dipengaruhi oleh iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedang pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sampingan. Ciri ciri Desa Ciri-ciri masyarakat desa antara lain sebagai berikut : 1. System kehidupan umumnya bersifat kelompok dengan dasar ekelurgaan (paguyuban). 2. Mansyarakat bersifat homogeny seperti dalam hal mata pencahariaan, agama dan adat istiadat. 3. Diantara warga desa mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bla dibandingkan dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya. 4. Mata pencahariaan utama para penduduk biasanya bertani. 5. Factor geografis sangat berpengaruh terhadapa corak kehidupan masyarakat. 6. Jarak antara tempat bekerja tidak terlalu jauh dari tempat tinggal. Ciri Masyarakat Desa : 1. Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yanglebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya diluar batas-batas wilayahnya. 2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan. 3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan- pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang. 4. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama, adatistiadat dan sebagainya. 5. Antara warga mempunyai hubungan yang mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat di luar batas-batas wilayahnya 6. Sistem kehidupan umumnya berkelompok denagan dasar kekeluargaan (gemeinscharft atau paguyuban) 7. Sebagian warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian, pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan part time sebagai pengisi waktu luang. 8. Masyarakat homogen seperti dalam mata pencaharian, agama, adat istiadat dsb. Gotong Royong Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Bersama-sama dengan musyawarah, pantun, Pancasila,hukum adat, ketuhanan, dan kekeluargaan, gotong royong menjadi dasar Filsafat Indonesia. Contohnya seperti : 1. Membersihkan lingkungan bersama 2. Adanya sistem ronda untuk menjaga lingkungan 3. Saling membantu sesama warga 4. Bahu membahu dalam pembangunan desa Sifat dan Hakikat Masyarakat desa yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang tenang, hal itu terjadi karena sifat keguyuban/ gemeinscharft sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah. Tetapi dalam masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat atau paham yang menyebabkan ketegangan sosial, yaitu : 1. Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah sehari-hari/ rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dsb. 2. Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna/ black magic. 3. Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif. Positif bila wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi, negatif bila berhenti pada sifat iri. Gejala Mayarakat Pedesaan Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi masyarakat pedesaan bukan masyarakat yang senang diam tanpa aktivitas. Pada umumnya masyarakat desa sudah bekerja dengan keras tetapi para ahli lebih memberikan perangsang yang dapat menarik aktivitas masyarakat pedesaan, dan menjaga agar cara dan irama bekerja bisa efektif dan efisien serta kontinyu (diusahakan mengisi waktu-waktu kosong bekerja karena keadaan musim/ iklim di indonesia) Sistem Nilai dan Budaya Petani Indonesia Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut : 1. Petani Indonesia terutama di Jawa menganggap kehidupan adalah hal yang buruk dan kesengsaraan sehingga mereka berlaku prihatin dan berusaha dan ikhtiar. 2. Mereka beranggapan bahwa orang bekerja untuk hidup dan kadang-kadang mencapai kedudukan. 3. Mereka beorientasi pada masa sekarang, kurang mempedulikan masa depan. 4. Mereka menanggap alam tidak menakutkan, bila ada bencana hanya merupakan sesuatu yang wajib diterima. Mereka cukup menyesuaikan diri dengan alam dan kurang usaha untuk menguasainya. 5. Untuk menghadapi alam mereka cukup dengan bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup pada hakikatnya tergantung pada sesama. Sistem Budaya Petani Indonesia Sejarah perjuangan hidup umat manusia hanya akan bermuara pada dua latar belakangbudaya, budaya petani (bertani, berternak dan menangkap ikan sebagai nelayan) dan budayapedagang. Indonesia, secara sadar mentransformasi budaya petani ke dalam budaya industri. Dan budaya itu pula yang menjiwai budaya industrinya. Apa dan bagaimana budaya petani dan budaya pedagang dapat tergambar dalam kisah sederhana. Unsur unsur Desa : 1. daerah 2. penduduk 3. corak kehidupan 4. unsur gotong royong Fungsi Desa : 1. fungsi desa dlm hubungannya dengan kota 2. sebagai lumbung bahan mentah atau tenaga kerja 3. dan segi kegiatan, kerja desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan. Perbedaan Masyarakat Desa dan Kota Kehidupaan masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Perbedaan yang paling mendasar adalah keadaan lingkungan, yang mengakibatkan dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupan. Kesan masyarakat kota terhadap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah tertipu dsb. Kesan seperti ini karena masyarakat kota hanya menilai sepintas saja, tidak tahu, dan kurang banyak pengalaman. Untuk memahami masyarakata pedesaan dan perkotaan tidak mendefinisikan secara universal dan obyektif. Tetapi harus berpatokan pada ciri-ciri masyarakat. Ciri-ciri itu ialah adanya sejumlah orang, tingal dalam suatu daerah tertentu, ikatan atas dasar unsur-unsur sebelumnya, rasa solidaritas, sadar akan adanya interdepensi, adanya norma-norma dan kebudayaan. Masyarakat pedesaan ditentukan oleh bentuk fisik dan sosialnyya, seperti ada kolektifitas, petani iduvidu, tuan tanah, buruh tani, nelayan dsb. Masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan masing-masing dapat diperlakukan sebagai sistem jaringan hubungan yang kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan masyarakat yang bersangkutan dengan masyarakat lain. Jadi perbedaan atau ciri-ciri kedua masyarakat tersebut dapat ditelusuri dalam hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan penduduk, homogenitas-heterogenotas, perbedaan sosisal, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau sistem lainnya. Masyarakat pedesaan kehidupannya berbeda dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan- perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan yang mendasar dari keadaan lingkungan, yang mengakibatkan adanya dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupan. Untuk menjelaskan perbedaan atau ciri-ciri dari kedua masyarakat tersebut dapat ditelusuri dalam hal sebagai berikut:
1. Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam Masyarakat pedesaan berhubungan kuat dengan alam, disebabkan oleh lokasi geografisnya di daerah desa. Mereka sulit mengontrol kenyataan alam yang dihadapinya, padahal bagi petani realitas alam ini sangat vital dalam menunjang kehidupannya. 2. Pekerjaan atau Mata Pencaharian Pada umumnya mata pencaharian daerah pedesaan adalah bertani. Mata pencaharian berdagan merupakan mata pencaharian sekunder. Sedangkan di masyarakat kota, mata pencaharian cenderung ,menjadi terspesialisasi, dan spesialisasi itu sendiri dapat dikembangkan. 3. Ukuran Komunitas Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan. 4. Kepadatan Penduduk Penduduk desa kepadatan penduduknya lebih rendah dibandingkan dengan kepadatan penduduk perkotaan. 5. Homogenitas dan Heterogenitas Homogenitas atau persamaan dalam ciri-ciri social dan psikologis, bahasa, kepercayaan, adat- istiadat, dan perilaku sering nampak pada masyarakat pedesaan bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya, penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dengan macam-macam subkultur, kesenangan, kebudayaan dan mata pencaharian. 6. Diferensiasi Sosial Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yang tinggi di dalam diferensiasi social. Kenyataan ini bertentangan dengan bagian-bagian kehidupan di masyarakat pedesaan. 7. Pelapisan Sosial Ada beberapa perbedaan pelapisan sosial tak resmi antara masyarakat kota dan masyarakat desa, namun di sini saya akan memberikan satu contoh saja, yaitu pada masyarakat desa, kesenjangan (gap) antara kelas eksterm dalam piramida sosial tidak terlalu besar, sedangkan pada masyarakat kota jarak antara kelas eksterm yang kaya dan miskin cukup besar. 8. Mobilitas Sosial Mobilitas sosial berkaitan dengan perpindahan atau pergerakkan suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya, terjadinya peristiwa mobilitas sosial demikian disebabkan oleh penduduk kota yang heterogen. Dengan demikian, maka mobilitas sering terjadi di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. 9. Interaksi Sosial Tipe interaksi sosial di kota dengan di desa perbedaannya sangat kontras, baik aspek kualitasnya maupun kuantitasnya. 10. Pengawasan Sosial Tekanan sosial oleh masyarakat di pedesaan lebih kuat karena kontaknya yang bersifat pribadi dan ramah tamah (informal). Di kota pengawasan sosial lebih bersifat formal, pribadi, kurang terkena aturan yang ditegakkan. 11. Pola Kepemimpinan Menentukan kepemimpinan di pedesaan cenderung banyak ditentukan oleh kualitas pribadi dari individu dibandingkan dengan kota. 12. Standar Kehidupan Di kota, dengan konsentrasi dan jumlah penduduk yang padat, tersedia dan ada kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan dan fasilitas-fasilitas yang membahagiakan kehidupan, sedangkan di desa terkadang tidak demikian. 13. Kesetiakawanan Sosial Kesetiakawanan sosial atau kesatuan dan kepaduan pada masyarakat pedesaan merupakan akibat dari sifat-sifat yang sama, persamaan dalam pengalaman, tujuan yang sama, di mana bagian dari masyarakat pedesaan hubungan pribadinya bersifat informal dan tidak bersifat kontrak sosial (perjanjian). 14. Nilai dan Sistem Nilai Nilai dan system nilai di desa dengan di kota berbeda, dan dapat diamati dalam kebiasaan, cara, dan norma yang berlaku. Pada masyarakat pedesaan, misalnya mengenai nilai-nilai keluarga masih berperan. Dalam hal ini masyarakat kota bertentangan atau tidak sepenuhnya sama dengan sistem nilai desa