Anda di halaman 1dari 4

From: Bisnis-Karir@yahoogroups.com on behalf of dkadarusman [dkadarusman@yahoo.

c
om]
Sent: Monday, July 07, 2008 8:00 PM
To: Bisnis-Karir@yahoogroups.com
Subject: [Bisnis-Karir] Apakah Kesuksesan Selalu Berkorelasi Dengan Uang?
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
Anda orang yang sukses? Jika ya. Berarti anda banyak uang.
Setidaknya, begitulah yang ada dalam benak begitu banyak orang.
Seseorang layak disebut sebagai orang sukses jika memiliki banyak
uang. Jika uang yang dimilikinya tidak banyak, rasanya janggal
mengait-ngaitkan orang itu dengan sebuah kesuksesan. Sewaktu saya
masih kecil, guru ngaji saya mengatakan bahwa; "orang kaya itu
sungguh beruntung," katanya. "Karena, dengan kekayaannya, dia bisa
menjadi manusia yang banyak memiliki pahala. Sebab," lanjut
beliau. "Dengan kekayaannya itu, dia bisa berbuat begitu banyak
kebajikan." Kekayaan bisa membantu manusia menuju tempat terhormat
disamping singasana Tuhan, kelak ketika mereka kembali kepada jati
diri sesunggunya sesudah mati. Dengan kata lain; orang kaya itu enak
didunia dan enak juga diakhirat. Tetapi, benarkah selalu demikian?
Dalam pelajaran hari selanjutnya, pak guru mengatakan bahwa: "orang
kaya itu sungguh merugi," katanya. "Karena, dengan kekayaannya dia
bisa menjadi manusia yang banyak memiliki dosa. Sebab," lanjut
beliau. "Dengan kekayaannya itu, dia bisa berbuat begitu banyak
kesalahan." Jadi, menjadi kaya itu sebenarnya baik apa buruk? Beliau
bilang; 'menjadi kaya dengan cara yang baik adalah baik, sedangkan
menjadi kaya dengan cara yang buruk adalah buruk'. Oh, jadi kaya
bukanlah ukuran baik atau buruk, melainkan; bagaimana cara dia
menjadi kayalah penentunya.
Seseorang yang memandang kekayaan semata sebagai ukuran sebuah
keberhasilan mempunyai peluang untuk terjerumus kepada konsepsi yang
salah. Bahwa hidup ini is all about being rich. Sedangkan 'bagaimana
caranya' seringkali terabaikan. Oleh karena itu; tidaklah
mengherankan jika begitu banyak orang yang silau dengan kekayaan
seseorang, tanpa mempedulikan 'bagaimana' orang itu sampai kepada
pencapaian material itu. Sehingga, manusia-manusia yang melakukan
segala cara untuk mendapatkannya tetaplah dianggap manusia
bermartabat dan terhormat. Repotnya lagi, lingkungan kita yang
terlanjur hedonis ini seringkali mencibiri orang-orang yang memiliki
uang pas-pasan, meski mereka senantiasa menjaga dirinya dari
tindakan-tindakan tak terpuji. Kadang-kadang mereka dianggap manusia
terbodoh didunia. "Memiliki kesempatan kok tidak dimanfaatkan,"
begitu kita seringa berkata. Itulah sebabnya, banyak orang baik
terseret oleh arus sesat seperti itu. Sebab, kekayaan memberikan
banyak kenyamanan. Siapa sih yang tidak ingin hidup nyaman?
Dihari lain guru mengaji saya bilang bahwa:"orang kaya itu paling
cepat menjalani pemeriksaan diakhirat," katanya. "Karena, buku
penilaian malaikat dipenuhi laporan daftar kebajikan yang pernah
diperbuatnya semasa hidup. Sehingga," lanjut beliau. "Dengan
sejumlah kebajikan itu, mereka layak mendapatkan tempat disorga
Tuhan." Lagipula, mengapa Tuhan harus membiarkan orang-orang baik
terlalu lama menunggu untuk itu?
Dihari lain guru mengaji saya bilang bahwa:"orang kaya itu paling
lambat menjalani pemeriksaan diakhirat," katanya. "Karena, dalam
pemeriksaan itu; Tuhan mempertanyakan setiap jenis kekayaan yang
dimilikinya. Semakin banyak kekayaannya, semakin panjang daftar
periksa dan pertanyaan yang Tuhan ajukan. Sehingga," lanjut
beliau. "Orang yang paling kaya, paling lama diperiksa." Konon
pertanyaan Tuhan tentang kekayaan seseorang hanya dua macam. Yaitu,
pertama; bagaimana caranya dahulu kamu mendapatkan kekayaanmu itu?
Dan kedua, bagaimana caranya kamu membelanjakan kekayaanmu itu?
Untuk pertanyaan pertama, Tuhan hanya mengharapkan sebuah jawaban
yang menegaskan bahwa seseorang mendapatkan kekayaannya dengan cara
yang benar. Bukan dengan mengambil hak orang lain. Atau merugikan
pihak lain. Atau menindas. Menipu. Memanipulasi. Atau mengemplang
hutang sambil berfoya-foya. Jadi, orang-orang yang sengaja berutang
kemudian berpura-pura bangkrut padahal rekening kekayaannya ada
dimana-mana tentu sulit untuk membohongi Tuhan. Dan orang-orang yang
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan tentu akan
kebingungan ketika harus berhadapan dengan Tuhan. Sedangkan, untuk
pertanyaan kedua Tuhan hanya mengharapkan sebuah jawaban yang
menegaskan bahwa seseorang menggunakan kekayaannya untuk berbuat
kebajikan. Bukan menindas dan memperbudak orang lain. Atau
memperalat. Atau menjajah manusia lain.
Selintas, pelajaran-pelajaran ini seolah agak saling bertolak
belakang. Namun, jika semuanya dikombinasikan ternyata menjadi
sebuah pelajaran yang sederhana. Dan pelajaran itu
berbunyi; "Kekayaan yang didapatkan dengan cara yang baik, dan
dibelanjakan dijalan yang baik akan menjadikan hari esok seseorang
lebih baik. Sedangkan, kekayaan yang didapatkan dengan cara yang
buruk atau dibelanjakan untuk hal-hal yang buruk; pasti menjadikan
hari esok seseorang sangat buruk."
Oleh karena itu, kesuksesan seseorang lebih banyak ditentukan oleh
bagaimana cara dia menjalani kehidupannya; bukan kekayaannya. Sebab,
orang-orang yang menghabiskan umurnya untuk menemukan restu Tuhan,
tentulah orang-orang yang sukses itu. Meskipun orang itu tidak kaya.
Karena Tuhan pastilah tidak mata duitan. Jadi, meskipun jumlah uang
orang itu tidak melimpah ruah; Tuhan pasti suka kepadanya.
Sedangkan, orang-orang yang dalam hidupnya memancing-mancing
kemarahan Tuhan, tentulah bukan orang-orang yang sukses itu.
Meskipun orang itu kaya. Sebab, Tuhan tidak selalu melihat hasil
akhir, melainkan proses perjalanan orang itu untuk mencapai akhir
hidupnya. Jadi, meskipun jumlah uang orang itu melimpah ruah; Tuhan
belum tentu suka kepadanya. Sebab, jika uang itu didapatkan, dan
dibelanjakan dengan cara yang tidak disukai Tuhan; pastilah tidak
ada nilainya dimata Tuhan.
Kekayaan bukanlah satu-satunya ukuran kesuksesan. Sebab,
menghubungkan kesuksesan seseorang dengan jumlah uang yang
dimilikinya; sama saja dengan merendahkan martabat orang itu. Itu
berarti bahwa kita lebih menghargai uangnya dari pada nilai
kemanusiaannya. Karena, jika kita mengukur keberhasilan seseorang
dari uangnya, maka kekaguman kita terhadap orang itu akan dengan
serta merta luntur tepat disaat kita mengetahui bahwa 'ternyata,
orang itu tidak sekaya yang kita kira....'
Lebih berbahaya lagi jika cara berpikir seperti itu akhirnya
mendorong orang untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji. Hanya
gara-gara kita menganggap mereka banyak uang, lalu mereka berusaha
untuk membenarkan dugaan kita dengan cara yang salah. Saya pernah
membaca dikoran, seorang manusia terhormat berkata; "Bagaimana saya
tidak berusaha keras mencari uang? Wong setiap organisasi masa yang
datang ke rumah saya selalu meminta sumbangan. Mereka pikir saya
punya banyak uang. Mana percaya mereka, kalau saya katakan tidak
punya uang? Jadi, saya kasihlah mereka itu uang." Mengenaskan,
bukan?
Mari kita berhenti untuk menjadikan jumlah uang dan kekayaan sebagai
ukuran keberhasilan. Sehingga kita bisa lebih berfokus kepada
tindakan-tindakan yang positif. Dan terhindar dari menghalalkan
segala cara untuk sekedar mendapatkan uang yang banyak. Jika anda
terpilih menjadi karyawan teladan di perusahaan. Meskipun pendapatan
anda pas-pasan; jangan ragu untuk menyebut diri anda orang sukses.
Dan percayalah, tidak ada gunung yang terbentuk begitu saja. Dia
tumbuh dari anak gunung menjadi gunung besar yang menjulang. Begitu
pula dengan kesuksesan. Sekecil apapun, itu akan menjadi bibit bagi
kesuksesan besar anda dimasa mendatang. Itu jika anda tidak
tersilaukan oleh uang. Sebab, jika uang menjadi segala ukuran
kesuksesan anda; maka anda tidak akan segan untuk melakukan cara
apapun agar bisa mendapatkannya. Kita tidak usah malu untuk mengakui
bahwa uang kita tidak banyak. Jika kita bisa mandiri. Tidak menjadi
benalu bagi orang lain. Maka nilai kesuksesan kita sama sekali tidak
berkurang.
Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://dkadarusman.blogspot.com/
http://www.dadangkadarusman.com/
Catatan kaki:
Jika kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang; sekalipun
uang kita menjadi banyak, rasanya kita tidak layak untuk disebut
sebagai orang sukses.
__._,_.___
Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a new topic
Messages
Mailing list lainnya:
PONSEL-INDONESIA-subscribe@yahoogroups.com ==> Telpon selular
KOMPUTER-TEKNOLOGI-subscribe@yahoogroups.com ==> Komputer dan teknologi informa
si
Free-English-Course-subscribe@yahoogroups.com ==> Belajar bahasa Inggris
HRD-POWER-subscribe@yahoogroups.com ==> Milis HRD
Indo-Job-subscribe@yahoogroups.com ==> Lowongan kerja luar negeri dan beasiswa
=====================================================================
Organisasi non-profit Indonesian Production and Operations Management
Society (IPOMS)- Turut Memajukan SDM dan Industri Indonesia.
http://www.ipoms.or.id
Ingin mendaftar mailing list IPOMS dan belajar manajemen produksi/operasi/kualit
as/supply chain? Kirimkan email ke
APICS-ID-subscribe@yahoogroups.com
Mendaftar lewat web di bawah lebih dianjurkan untuk mempercepat proses
pendaftaran:
http://finance.groups.yahoo.com/group/APICS-ID/
========================================================================
MARKETPLACE
--------------------------------------------------------------------------------
Special offer for Yahoo! Groups from Blockbuster! Get a free 1-month trial with
no late fees or due dates.

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Tr
aditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe Recent Activity
a.. 82New Members
Visit Your Group
Yahoo! Finance
It's Now Personal
Guides, news,
advice & more.
Need traffic?
Drive customers
With search ads
on Yahoo!
Y! Groups blog
the best source
for the latest
scoop on Groups.
.
__,_._,___
Internal Virus Database is out of date.
Checked by AVG.
Version: 8.0.101 / Virus Database: 270.4.3/1525 - Release Date: 2008/06/29 15:09

Anda mungkin juga menyukai