Anda di halaman 1dari 11

TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
pada Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan Semester Satu


Disusun oleh :
MUHAMMAD TAUFAN ARYO WICAKSONO
NUR HIDAYAH
RIRIN MARIA HERAWATI
TRI LESTARI
WAHYU AGUNG WIBOWO

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan
yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi.
Proses ini dipengaruhi oleh perkembangan keperawatan profesional seperti
adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna
karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti
dalam hubungan antar manusia. Oleh sebab itu jaminan pelayanan
keperawatan yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari tenaga
keperawatan profesional dengan komunikasi yang baik.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang besar. Untuk itu perawat memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan
intelektual, ehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring
atau kasih sayang / cinta dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat
yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan
mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya
masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah
sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk
memberikan pertolongan terhadap sesama manusia. (Anas, 2005).
B. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, kami akan mencoba membatasi masalah
yang mencakup tentang:
1. Bagaimana pengertian tahapan komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana tahapan tentang komunikasi terapeutik?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian komunikasi terapeutik.
2. Untuk menjelaskan tahapan komunikasi terapeutik.











BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tahapan komunikasi terapeutik merupakan sebuah siklus atau
langkah - langkah yang harus dilakukan dalam terapi terapeutik. Komunikasi
terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial. Komunikasi sosial tidak
memiliki tujuan yang spesifik dan pelaksanaan komunikasi ini terjadi begitu
saja. Sedangkan terapeutik berfungsi untuk mencapai kesembuhan pasien
melalui perubahan dalam diri pasien. Karena itu pelaksanaan komunikasi
terapeutik direncanakan dan terstruktur dengan baik. Struktur dalam proses
komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahap yaitu tahap pra interaksi, tahap
perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Pada setiap tahap
masing - masing memiliki tugas atau kegiatan petugas kesehatan yang harus
diselesaikan. (Stuart, 1998).
Menurut H. Kount dan Cyril O, Donell mengemukankan komunikasi
adalah pemindahan informasi dari satu orang keorang lain terlepas percaya
atau tidak. William Ablig mendefinisikan komunikasi adalah proses
pengoperan lambang - lambang yang mengandung pengertian antara
individu. (Asih Yasmin,1993). Menurut Dale Yoder at.al kata kata
Communications berasal dari sumber yang sama seperti kata common yang
artinya bersama, bersama - sama dalam membagi ide. Dalam hal ini
komunukasi yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan adalah
komunikasi terapeutik. Komunikasi ini merupakan proses untuk menciptakan
hubungan antara perawat dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya,
termasuk antar perawat. Komunikasi terapeutik sendiri mempunyai fase-fase
atau tahapan - tahapan serta tehnik - tehnik dalam berkomunikasi yang harus
dilaksanakan oleh seorang perawat agar komunikasi tersebut efektif.
(Purwanto, 1994).
B. Tahapan Komunikasi Terapeutik
Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart, G.W dalam
Suryani, 2005 terdiri dari empat fase yaitu :
1. Fase Prainteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan
dengan klien. Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a. Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya,
b. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia
akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik
bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi
teman kelompok,
c. Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat
rencana interaksi,
d. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di
implementasikan saat bertemu dengan klien.
2. Fase Orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien.
Pada saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat
untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam
membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini
adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan
penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan
dan pikirannya. Tugas - tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan
dan komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya
perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa
danya, menepati janji, dan menghargai klien.
b. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga
kelangsungan sebuah interaksi. Kontrak yang harus disetujui bersama
dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan.
c. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien.
Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik
yang digunakan adalah pertanyaan terbuka.
d. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah
masalah klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan
menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :
a. Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan
tangan.
b. Memperkenalkan diri perawat.
c. Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien
untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
d. Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu
melengkapi penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar
klien percaya kepada perawat.
e. Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan
atau kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga
digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut,
kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan
utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk
mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.
f. Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat
bersama klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan
orientasi. Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data,
rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan
mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.
3. Fase Kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik. Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama
- sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja
ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap
perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk mempunyai
kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan
dalam respons verbal maupun non verbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena
tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah klien. Melalui active listening, perawat membantu klien untuk
mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi
masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah
yang telah dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Tehnik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal - hal penting dalam percakapan, dan
membantu perawat serta klien memiliki pikiran dan ide yang sama.
Tujuan tehnik menyimpulkan adalah membantu klien menggali hal - hal
dan tema emosional yang penting. (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani,
2005).
4. Fase Terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan
saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat
dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat
perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang.
Perawat dan klien bersama - sama meninjau kembali proses keperawatan
yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan
sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep
kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang
dibagi dua yaitu:
a. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan.
b. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara menyeluruh.
Pada fase ini ada beberapa tugas perawat yang harus dikerjakan antara
lain :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan,
evaluasi ini disebut evaluasi objektif. Meminta klien menyimpulkan
tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah
tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminal.
b. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan
perasaan klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan
tertentu.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal
ini sering disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang
diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau
yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan tindak
lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan
dalam 24 jam.
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu
disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan
antara terminasi sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada
terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai
selama interaksi.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemampuan menerapkan tahapan komunikasi terapeutik memerlukan
latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi
tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang
turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam
penggunaanya diperhatikan komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup
penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor
penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan
berhubungan terapeutik.
B. Saran
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan
klien sesuai dengan tahapan komunikasi untuk mendapatkan persetujuan
tindakan yang akan dilakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh klien sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang
teguh etika keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 1998. Pocket Guide to Psychiatric
Nursing. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Heri, Purwanto. 1994.Komunikasi Untuk Perawat. Penerbit EGC. Jakarta
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2005. Buku Saku Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai