Anda di halaman 1dari 51

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PRAJABATAN GOLONGAN III











Endang Lestari G, SH, MM
Drs. MA. Maliki, M.Ed










Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia
2006





Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2006


Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110
Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188





Komunikasi Yang Efektif






Jakarta LAN 2006
99 hlm: 15 x 21 cm

ISBN: 979 8619 90 0
iii




LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 2009 telah
menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1)
terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman,
bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan
negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi
manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu
menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta
memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang
berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan
peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS
memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam
mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk
memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan
kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan
dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang
tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS
yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000
maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan
sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.
Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut,
Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan
desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu
iv

dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini,
jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah
alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi
keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek
kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan
strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai
pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi
penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka
kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih
terjamin.
Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang
mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk
para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan
modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari
perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor.
Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat
dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali
keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi
sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam
proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.
Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah
berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil
perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.


Jakarta, Desember 2006

KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA


SUNARNO
v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN...................................................... 1
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU).................... 2
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ................... 2
C. Pokok Bahasan .................................................... 2
D. Sub Pokok Bahasan ............................................. 3

BAB II KOMUNIKASI .......................................................... 4
A. Pengertian Komunikasi........................................ 4
B. Unsur-Unsur Komunikasi .................................... 6
C. Proses Komunikasi .............................................. 11
D. Bentuk-Bentuk Komunikasi ................................ 14
E. Peranan dan Fungsi Komunikasi ......................... 21
F. Rangkuman.......................................................... 23
G. Latihan................................................................. 25

BAB III MEMBANGUN KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF ....................................................... 26
A. Aspek-Aspek Komunikasi Yang Efektif ............ 26
B. Strategi Membangun Komunikasi
vi

Yang Efektif......................................................... 28
C. Efektivitas Komunikasi Verbal ........................... 33
D. Efektivitas Komunikasi Non-Verbal.................... 34
E. Pengaruh Budaya Dalam Komunikasi ................ 38
F. Rangkuman.......................................................... 39
G. Latihan ................................................................. 40

BAB IV BAHASA DAN KOMUNIKASI ............................... 41
A. Pengertian Bahasa................................................ 41
B. Fungsi Bahasa Dalam Arti
Kehidupan Manusia ............................................. 44
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kelancaran dan Hambatan Berkomunikasi.......... 45
D. Macam-Macam Bicara......................................... 46
E. Rangkuman.......................................................... 51
F. Latihan ................................................................. 52

BAB V TEKNIK BERBICARA............................................. 53
A. Teknik Berbicara Efektif ..................................... 53
B. Mendengarkan Dengan Efektif ............................ 54
C. Keterampilan Berbicara ....................................... 57
D. Gaya Berbicara .................................................... 59
E. Hal-Hal Yang Menarik ........................................ 61
F. Rangkuman.......................................................... 65
G. Latihan ................................................................. 66
vii

BAB VI KOMUNIKASI RESPEKTIF SEBAGAI
LANDASAN INTERAKSI MUTUAL...................... 68
A. Prinsip-Prinsip Komunikasi Respektif ................ 68
B. Yang Harus Diperhatikan
Dalam Komunikasi Respektif.............................. 70
C. Rangkuman.......................................................... 73
D. Latihan................................................................. 74

BAB VII KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
DALAM HUBUNGAN YANG SEHAT................... 75
A. Rangkuman.......................................................... 81
B. Latihan................................................................. 82

LATIHAN ............................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 91
1
BAB I
PENDAHULUAN


Komunikasi adalah kunci keberhasilan berinteraksi dalam kehidupan
dunia kerja. Bila komunikasi berjalan efektif, maka arus informasi
dalam dinamika kerja pun akan berjalan lancar sehingga dapat
mempercepat proses penyelesaian suatu pekerjaan. Sebaliknya, bila
komunikasi terhambat, arus informasi pun tersendat, dan akibatnya
tentu akan membuat suatu pekerjaan juga terlambat diselesaikan.

Dalam konteks dunia kerja, arus komunikasi antara atasan, bawahan,
dan sesama rekan sekerja (peer) bahkan dengan pihak lain yang
terkait dalam kegiatan suatu pekerjaan akan sangat berdampak pada
kinerja semua unsur yang ada di lingkungan dunia kerja tersebut.
Oleh karena itu, siapapun yang memasuki dunia kerja harus
menyadari dan memahami pentingnya efektifitas komunikasi dalam
menjalin hubungan yang sehat di lingkungan tempatnya beraktifitas.

Modul Komunikasi Yang Efektif ini ditulis sebagai bekal dasar bagi
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang baru memasuki gerbang
dunia kerja di lingkungan birokrasi sipil. Secara khusus, modul ini
dijadikan sebagai salah satu bahan ajar dalam Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) Prajabatan golongan III.

Modul ini secara singkat dan sederhana membahas tentang
pengertian, peranan, fungsi, dan macam komunikasi. Selain itu,
komunikasi yang respektif dan peran bahasa dalam komunikasi juga
2 Komunikasi Yang Efektif


menjadi salah satu pokok bahasan. Sebagai input untuk menciptakan
efektifitas dalam berkomunikasi, prinsip dan teknik berkomunikasi
yang efektif, serta pola hubungan yang sehat untuk menunjang
efektifitas komunikasi juga dibahas.


A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta diharapkan
mampu menerapkan strategi bekerjasama dalam kelompok
melalui komunikasi yang saling menguntungkan.


B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu:
1. mendeskripsikan pengertian dan makna komunikasi yang
efektif dengan baik dan benar;
2. mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam berkomunikasi
secara efektif;
3. menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif;
4. menerapkan strategi komunikasi antar individu dalam
kelompok berdasarkan prinsip saling menghargai.

C. Pokok Bahasan
1. Pengertian dan makna komunikasi yang efektif;
2. Hambatan-hambatan dalam berkomunikasi;
3. Prinsip-prinsip komunikasi yang respektif, dan
4. Strategi komunikasi yang efektif.

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 3

D. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian komunikasi;
2. Unsur-unsur komunikasi;
3. Makna komunikasi yang efektif;
4. Proses komunikasi;
5. Komunikasi dalam organisasi;
6. Hambatan psikologis komunikasi;
7. Hambatan sosiokultural komunikasi;
8. Hambatan media komunikasi;
9. Komunikasi interpersonal;
10. Komunikasi respektif;
11. Mendengar dengan aktif (Active listening);
12. Memberi Perhatian (Paying attention);
13. Memberi dan meminta umpan balik. (Giving and soliciting,
Feedback).

4
BAB II
KOMUNIKASI


Sebagai pelaku komunikasi selayaknyalah kita memahami apa yang
dimaksud dengan komunikasi, peranan, fungsi, dan macamnya.
Dengan memahami semuanya ini kita akan lebih menyadari betapa
pentingnya efektivitas komunikasi dalam berinteraksi dengan orang
lain. Hal ini akan membahas tentang komunikasi mulai dari
pengertian, unsur, proses, macam, serta peranan dan fungsi
komunikasi.

A. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu
cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama
dengan, dan kata units, sebuah kata bilangan yang berarti satu.
Dua kata tersebut membentuk kata Benda communio, yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan communion, yang berarti
kebersamaan, persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan,
atau hubungan. Karena untuk bercommunio diperlukan adanya
usaha dan kerja, maka kata itu dibuat kata kerja communicate
yang berarti membagi sesuatu dengan sese orang, tukar
menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan
sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran,
berhubungan, berteman. Jadi, komunikasi berarti pemberitahuan
pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
(Hardjana, 2003).

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 5

Longman Dictionary of Contemporary English memberikan
definisi kata communicate sebagai upaya untuk membuat
pendapat, mengatakan perasaan, menyampaikan informasi dan
sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang lain (to
make opinions, feelings, information etc, known or understood
by others).

Arti lain yang juga dikemukakan dalam kamus tersebut adalah
berbagi (to share) atau bertukar (to exchange) pendapat,
perasaan, informasi dan sebagainya. Sedangkan communication
diartikan sebagai tindakan atau proses berkomunikasi (the act or
process of communicating).

Dennis Murphy dalam bukunya Better Business Communication,
sebagaimana dikutip oleh Drs. Ig Wursanto (1994) dalam
bukunya Etika Komunikasi Kantor, mengatakan:
"Communication is the whole process used to reach other
minds" (komunikasi adalah seluruh proses yang dipergunakan
untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain). Sedangkan menurut
Harwood, "Communication is more technically defined as a
process for conduction the memories" (komunikasi didefinisikan
secara lebih teknis sebagai suatu proses untuk membangkitkan
kembali ingatan-ingatan).





6 Komunikasi Yang Efektif


Masih banyak definisi lain selain yang telah dikemukakan. Akan
tetapi, dari sekian banyak definisi yang ada bisa disarikan bahwa
komunikasi adalah suatu kata yang mencakup segala bentuk
interaksi dengan orang lain yang berupa percakapan biasa,
membujuk, mengajar, dan negosiasi.

B. Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur sering juga disebut bagian, komponen, dan elemen.
Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan unsur sebagai
bagian penting dalam suatu hal, sedangkan komponen atau
elemen berarti bagian yang merupakan seutuhnya. Jadi, yang
dimaksud dengan komponen atau unsur ialah bagian dari
keseluruhan dalam sesuatu hal.

Dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur yang mutlak harus
dipenuhi. Ketiga unsur komunikasi itu merupakan kesatuan yang
utuh dan bulat. Apabila salah satu unsur tidak ada, maka
komunikasi tidak akan terjadi. Dengan demikian, setiap unsur
dalam komunikasi itu mempunyai hubungan yang sangat erat,
dan saling ketergantungan satu dengan lainnya. Artinya,
keberhasilan komunikasi ditentukan oleh semua unsur tersebut.
Ketiga unsur komunikasi itu ialah:

1. Komunikator /sender /pengirim
Komunikator/sender adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada komunikan. Komunikator bisa
perorangan, kelompok, atau organisasi pengirim berita.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 7

Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan tanggung
jawab utama dari seorang komunikator/sender/pengirim :

a. mengirim pesan dengan jelas;
b. memilih channel/saluran/media yang cocok untuk
mengirim pesan; dan
c. meminta kejelasan bahwa pesan telah diterima dengan
baik.

Untuk itu, komunikator dalam menyampaikan
pesan/informasi/berita harus memperhatikan dengan siapa dia
berkomunikasi, apa yang akan dia sampaikan, dan bagaimana
cara menyampaikannya. Dalam menyampaikan pesan,
komunikator harus menyesuaikan dengan tingkat
pengetahuan pihak yang menerima.

Adapun pesan/informasi/berita yang dikirim dapat berbentuk
perintah/instruksi, saran, usul, permintaan, pengumuman,
berita duka dan lain sebagainya.

2. Komunikan/Receiver/Penerima
Komunikan/penerima adalah partner/rekan dari komunikator
dalam komunikasi. Sesuai dengan namanya ia berperan
sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim
dan penerima selalu bergantian sepanjang pembicaraan.
Penerima mungkin mendengarkan pembicara atau
menuliskan teks atau mengintepretasikan pesan dengan
berbagai cara.
8 Komunikasi Yang Efektif


Tanggungjawab penerima pesan adalah:
a. berkonsentrasi pada pesan untuk mengerti dengan baik
dan benar akan pesan yang diterima;
b. memberikan umpan balik pada pengirim untuk
memastikan pembicara/pengirim bahwa pesan telah
diterima dan dimengerti (ini sangat penting terutama pada
pesan yang dikirimkan secara lisan).

Dengan diterimanya umpan balik dari pihak komunikan,
maka akan terjadi komunikasi dua arah (two-way traffic atau
two-way flow of communication).

Apabila antara pengirim berita dengan penerima berita
mempunyai pengalaman yang sama, maka komunikasi dapat
berjalan dengan lancar.

3. Channel/saluran/media
Channel adalah saluran atau jalan yang dilalui oleh isi
pernyataan komunikator kepada komunikan. Atau jalan yang
dilalui feedback komunikan kepada komunikator yang
digunakan oleh pengirim pesan. Pesan dapat berupa kata-kata
atau tulisan, tiruan, gambaran atau perantara lain yang dapat
digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel yang
berbeda seperti telepon, televisi, fax, photocopy, hand signal,
E-Mail, sandi morse, semaphore, SMS dan sebagainya.
Pemilihan channel dalam proses komunikasi tergantung pada
sifat berita yang akan disampaikan (Wursanto 1994). Ada tiga
macam bentuk berita:
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 9

a. Berita yang bersifat Audible, yaitu berita yang dapat
didengar, baik secara langsung maupun tidak langsung
(sarana telepon, radio, lonceng, sirene);
b. Berita yang bersifat Visual, yaitu berita yang dapat dilihat,
yang berbentuk tulisan, gambar-gambar, poster serta
tanda-tanda seperti sinar lampu, bendera;
c. Berita yang bersifat Audio-visual yaitu berita yang dapat
didengar dan dilihat, baik melalui televisi, film, pameran,
maupun kesenian.

Dalam praktek komunikasi, channel/media tidak selalu
diperlukan oleh komunikator. Artinya komunikasi dapat
dilakukan secara langsung tanpa medium, di mana isi pesan
komunikator sampai kepada komunikan tanpa melalui media
dan feedback dari komunikan kepada komunikator juga tidak
melalui media. Proses komunikasi seperti ini disebut sebagai
komunikasi langsung atau face to face/direct communication.

Ada beberapa ciri komunikasi face to face, atau komunikasi
yang menggunakan saluran antar pribadi, yaitu:
1) arus pesan yang cenderung dua arah;
2) konteks komunikasinya tatap muka;
3) tingkat umpan balik yang terjadi tinggi;
4) kemampuan mengatasi tingkat selektivitas terutama
(selective exposure) tinggi;
5) kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif
lambat;

10 Komunikasi Yang Efektif



6) efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.
(Liliweri,1991)

Namun demikian, di era informasi saat ini, media komunikasi
sebagai unsur yang sangat penting dalam menunjang
kecepatan dan keakuratan penyampaian informasi, hendaknya
dimanfaatkan secara optimal.

Berikut adalah pilihan-pilihan saluran komunikasi:
















Saat ini pesan melalui SMS merupakan media komunikasi
yang paling disenangi masyarakat di Indonesia.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 11

C. Proses Komunikasi

Sebelum masuk dalam proses komunikasi dengan komunikan, di
dalam pikiran komunikator terjadi semacam rangsangan atau
stimulus. Rangsangan itu dapat terjadi karena faktor di luar
dirinya (menyampaikan pesan karena ada peristiwa di luar
dirinya), atau karena adanya faktor dari dalam dirinya
(menyampaikan pesan dari dirinya sendiri) yaitu hasil olahan
pikirannya sendiri yang ada di benaknya.

Komunikator, sebelum mengirimkan pesannya, akan terlebih
dahulu mengemasnya dalam bentuk yang dianggap sesuai dan
dapat diterima serta dimengerti oleh komunikan. Pengemasan
pesan ini disebut sebagai encoding. Encoding secara harfiah
berarti memasukkan dalam kode. Dengan encoding itu
komunikator memasukkan atau mengungkapkan perasaannya ke
dalam kode atau lambang dalam bentuk kata-kata atau non kata,
misalnya raut wajah, atau gerak gerik tubuh.

Setelah pesan sampai pada komunikan, bila ada feedback, maka
komunikan akan bertindak sebagai komunikator, yaitu
memasukkan code yang disebut sebagai decoding untuk
disampaikan kembali kepada komunikator.

Proses komunikasi mempunyai dua model yaitu model Linier dan
model Sirkuler.



12 Komunikasi Yang Efektif


1. Model Linier
Model ini mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri
dari dua garis lurus, di mana proses komunikasi berawal dari
komunikator dan berakhir pada komunikan.

Contoh: Formula Laswell. Formula ini dikenal dengan
rumusan cara untuk menggambarkan dengan tepat sebuah
tindak komunikasi, yaitu dengan menjawab pertanyaan
sebagai berikut :
a. Who (siapa);
b. Says what (mengatakan apa);
c. In which channel (dengan saluran yang mana);
d. To whom (kepada siapa);
e. With what effect (dengan efek seperti apa).
Proses ini dapat digambarkan dengan formula lasswell
sebagai berikut :







2. Model Sirkuler

Pada Model Sirkuler ditandai dengan adanya unsur feedback.
Dengan demikian, proses komunikasi tidak berawal dari satu
titik dan berakhir pada titik yang lain. Jadi, proses
komunikasi sirkuler itu berbalik satu lingkaran penuh.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 13


Komunikasi yang efektif mempunyai ciri-ciri yaitu dua arah
(two ways). Model seperti ini menunjukkan adanya arus dari
satu orang atau kelompok kepada orang atau kelompok
lainnya, melalui umpan balik/feedback, kembali keorang
semula, membuat loop/balikan atau putaran penutup. Balikan
bermula pada saat seseorang atau pengirim (sender)
mempunyai pesan yang akan dikomunikasikan. Pertama-
tama, pengirim/sender menulis pesan, dan memberi arti
dengan harapan pesannya dapat dimengerti. Pengirim
selanjutnya mengirim pesan atau menyampaikannya melalui
saluran/channel, baik melalui saluran formal atau informal
diantara dua pihak, dengan menggunakan yang namanya
media atau perantara, misalnya face to face/berbicara tatap
muka, telepon, menulis memo, fax, internet.

Penerima, kemudian menerima pesan itu dan mencoba
memahaminya, dengan cara menguraikan isi pesan yang telah
diterima. Untuk itu ia perlu mendengarkan dengan baik
apabila pesan disampaikan secara oral, dan membacanya
dengan benar apabila pesan disampaikan secara tertulis.
Penerima memberi tahu kepada pengirim pesan dengan
memberikan umpan balik bahwa pesan telah diterima.

Dalam banyak hal, komunikasi sering mengalami gangguan
atau noise yang merupakan penghambat komunikasi,
sehingga dapat mengurangi keakuratan/ketepatan pesan yang
disampaikan.
14 Komunikasi Yang Efektif


Gangguan itu dapat terjadi selama komunikasi berlangsung.
Misalnya, pesan tertulis yang disampaikan tidak jelas, pesan
yang diuraikan tidak menyeluruh, media yang digunakan
untuk menyampaikan pesan mengalami gangguan, atau unsur
waktu yang menekan atau membatasi dalam penyampaian
pesan.

Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:





Sumber : Gordon, 1996





D. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Komunikasi mempunyai aneka macam bentuk yang semuanya
tergantung dari segi apa kita memandangnya. Berikut adalah
diantaranya:
1. Dari segi penyampaian pesannya, komunikasi dapat dilakukan
secara lisan dan secara tertulis, atau secara elektronik melalui
radio, televisi, telepon, internet dan sebagainya.
2. Dari segi kemasan pesan, komunikasi dapat dilakukan secara
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 15

verbal (dengan berbicara) atau dengan non verbal (dengan
bahasa isyarat). Komunikasi verbal: diwakili dalam
penyebutan kata-kata, yang pengungkapannya dapat dengan
lisan atau tertulis.
Komunikasi non verbal: terlihat dalam ekspresi atau mimik
wajah, gerakan tangan, mata dan bagian tubuh lainnya.
3. Dari segi kemasan keresmian pelaku komunikasi, saluran
komunikasi yang digunakan, dan bentuk kemasan pesan,
komunikasi dapat dikategorikan sebagai bentuk komunikasi
formal dan non formal.
4. Dari segi pasangan komunikasi, komunikasi dapat dilihat
sebagai:
a. Komunikasi intrapersonal (Infra Personal
Communication), ialah proses komunikasi dalam diri
komunikator: pengirim dan pesannya adalah dirinya
sendiri. (Manusia sebagai makhluk rohani);
b. Komunikasi interpersonal (Inter Personal
Communication) ialah interaksi tatap muka antara dua
orang atau lebih di mana pengirim dapat menyampaikan
pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapinya secara langsung pula.
(Manusia sebagai makhluk sosial).

Dalam suatu proses komunikasi, apabila diuraikan,
komunikasi interpersonal memiliki sembilan kemungkinan
jumlah komunikator dan komunikannya yaitu:

16 Komunikasi Yang Efektif


NO.
JUMLAH
KOMUNIKATOR
JUMLAH
KOMUNIKAN
1. Satu orang Satu orang
2. Satu orang Beberapa orang
3. Satu orang Massa (banyak orang)
4. Beberapa orang Satu orang
5. Beberapa orang Beberapa orang
6. Beberapa orang Massa
7. Massa Satu orang
8. Massa Beberapa orang
9. Massa Massa

Dari uraian di atas dapat disarikan bahwa secara garis besar
komunikasi dapat dibagi menjadi komunikasi verbal dan
komunikasi non verbal.

1) Komunikasi Verbal (Verbal Communication)
Dalam komunikasi verbal, informasi disampaikan secara
verbal atau lisan. Proses penyampaian informasi secara
lisan inilah yang dinamakan berbicara. Kualitas proses
komunikasi verbal ini seringkali ditentukan oleh intonasi
suara dan ekpresi raut muka serta gerakan-gerakan tubuh
atau body language. Maksudnya, kata-kata yang
diucapkan akan lebih jelas apabila disampaikan dengan
intonasi suara, mimik dan gerakan-gerakan yang tepat.


Modul Diklat Prajabatan Golongan III 17

Dalam kehidupan sehari-hari, penyampaian dan
penerimaan pesan yang menggunakan kata-kata sering
juga menggunakan tulisan. Meskipun dalam bentuk
tulisan tetapi bahasa yang dipakai adalah bahasa lisan.
Dalam organisasi, media verbal seperti bulletin, pamflet,
leaflet merupakan media yang mempunyai hubungan
personal yang tinggi dan mempunyai peluang yang dapat
langsung memberikan umpan balik, seperti diskusi dan
tatap muka.

Demikian juga dengan dokumen organisasi lainnya yang
diterbitkan secara berkala yang isinya mengenai
keinginan-keinginan dari para pegawai berkenaan dengan
bagaimana menyusun rencana kerja organisasi baik bisnis
maupun non bisnis dengan segala permasalahannya.
Dokumen ini berperan penting dalam
mengkomunikasikan berita-berita yang mempunyai nilai-
nilai tersendiri bagi karyawan.

Buku pegangan pegawai yang berisi informasi, latar
belakang organisasi dan bisnis perusahaan dan peraturan-
peraturan yang menyertainya digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang perusahaan.

2) Komunikasi non verbal (Non verbal communication)
Dalam komunikasi non verbal informasi disampaikan
dengan menggunakan isyarat (gestures), gerak-gerik
(movement), sesuatu barang, waktu, cara berpakaian, atau
18 Komunikasi Yang Efektif


sesuatu yang dapat menunjukkan suasana hati atau
perasaan pada saat tertentu. Misalnya, pada saat
seseorang sedang sakit, atau mungkin sedang stres.
Beberapa Komunikasi Non Verbal
(a) Cara berpakaian : komunikasi dengan penampilan.
Kita sering mendengar pernyataan "Pakaian
menunjukkan apakah ia laki-laki atau perempuan",
dan kita mungkin akan memperhatikan bahwa model
pakaian mengkomunikasikan sesuatu.
(b) Waktu : menantikan saat
Mekanisme lainnya dalam komunikasi non verbal
dalam suatu organisasi adalah penggunaan waktu.
Misalnya pada saat kita akan pergi ke dokter atau
dokter gigi. Biasanya kita akan memperhatikan
waktu, dan di sana biasanya disediakan ruang tunggu.
Mengapa kita harus menunggu dokter itu? Karena ia
mempunyai keahlian khusus yang dapat
meningkatkan pendapatannya dengan memberikan
pelayanan. Akibatnya, waktunya telah diatur
sedemikian rupa agar efisien dan menyenangkan.

Tidak hanya dokter yang menyediakan waktu seperti
ini. Tetapi orang-orang yang memiliki keahlian
lainnya juga menyediakan waktu-waktu tertentu.
Misalnya lawyer/penasehat hukum, notaris, konsultan
intellectual property (merk, paten), konsultan pajak,
dan lain-lain. Namun pada kenyataannya ada juga
individu-individu dengan posisi yang tinggi, dalam
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 19

menyampaikan/mengkomunikasikan ide-idenya
menggunakan waktu yang baginya mempunyai nilai
yang lebih dibandingkan dengan lainnya, dengan
menjadikan orang lain menunggunya.

Dalam masyarakat kita, penyebutan suatu waktu
menandakan pesan tertentu tentang jam berapa
seharusnya kita berdua/bertiga dst bertemu.
Misalnya: waktu "besok" untuk orang Jawa berarti
waktu yang akan datang. Namun bagi orang Timor
atau Batak menerjemahkan besok sebagai waktu 24
jam setelah hari ini. Misalnya: dikatakan hari ini
Senin, orang Jawa akan mengatakan: "Saya akan
pergi besok hari Rabu". Bagi logika orang Timor dan
orang Batak besoknya dari hari Senin adalah hari
Selasa.

(c) Menggunakan tempat : Apa artinya bagi Saudara
Seperti waktu, tempat membawakan komunikasi
penting. Misalnya: seorang Kepala Biro, tentu
menduduki meja kerja yang besar dengan ukuran
tertentu dan bentuk-bentuk tertentu yang biasa
disebut sebagai meja biro, di dalam satu ruangan
yang besar. Sedangkan para staf atau pegawai biasa
menduduki meja dengan ukuran yang lebih kecil, dan
di suatu ruangan bersama-sama dengan rekan lainnya.

20 Komunikasi Yang Efektif


Demikian juga orang yang selalu duduk di kepala
meja persegi panjang. Orang yang duduk di kepala
meja mengkomunikasikan dirinya sebagai boss"
(higher position).

Komunikasi non verbal juga dikatakan sebagai
komunikasi bahasa tubuh (kinesik). Demikian
menurut Cassagrande, O.Diane dalam bukunya Oral
Communication (in technical professions and
businesses), (1986), sebagaimana dikutip oleh Alo
Liliweri dalam buku Komunikasi Antar Pribadi,
(1991). Contoh lain misalnya, menunjukkan tanda
dua jari sebagai "Victory", mengacungkan jempol
sebagai "memuji".

Selain itu, non verbal communication bisa juga
sebagai illustrator. Misalnya, menunjukkan tingginya
tubuh seseorang, atau gendutnya perut pelawak, atau
rendahnya suatu pohon (bonsai). Ada juga gerak
tubuh yang disebut sebagai regulator yaitu gerakan
anggota tubuh untuk mengawasi aliran sesuatu
informasi dari orang lain. Misalnya menggelengkan
kepala tanda "tidak setuju" atau "tidak tahu" (apakah
ini berlaku untuk orang India?) dan menganggukkan
kepala tanda "setuju". Dan yang terakhir gerakkan
tubuh yang disebut sebagai adaptor, yang
menunjukkan gerakan-gerakan spesifik dari
seseorang yang sudah kita kenal betul. Misalnya
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 21

menopang dagu tanda sedang bingung, mengusap
rambut tanda kecewa.

E. Peranan dan Fungsi Komunikasi

Apa peranan dan fungsi komunikasi? Secara leksikal memang
kata "komunikasi" adalah kata benda yang statis. Akan tetapi
komunikasi itu sendiri merupakan suatu siklus atau putaran
(loop) yang melibatkan paling tidak dua orang. Ilustrasi berikut
ini diharapkan dapat lebih menjelaskan peranan dan fungsi
komunikasi.

Seseorang tentu saja tidak dapat berkomunikasi dengan patung,
karena hal ini pasti akan sia-sia, sebab dia tidak akan
mendapatkan respon apapun. Pada saat seseorang berkomunikasi
dengan orang lain, tentunya dia berusaha memahami (perceive)
respon yang diberikan oleh orang lain tersebut. Kemudian dia
akan memberikan reaksi dengan fikiran dan perasaannya.
Perilaku seperti ini terus menerus dibentuk oleh respon internal
dalam dirinya sendiri terhadap apa yang dia lihat dan dia dengar.
Artinya, hanya dengan memperhatikan orang lain dia akan
mempunyai gagasan tentang apa yang hendak dia katakan atau
dia lakukan sebagai responnya terhadap orang itu. Tentunya
komunikan (partner) nya pun akan merespon perilakunya dengan
cara yang sama. Proses komunikasi ini dapat diilustrasikan
sebagai berikut:


22 Komunikasi Yang Efektif















Seseorang berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata,
dengan kualitas suaranya, dengan badannya (poster), isyarat
(gesture), dan raut muka (expression). Seseorang tidak pernah
tidak berkomunikasi. Dengan demikian, komunikasi menyangkut
suatu pesan yang mengalir dari satu orang ke orang lain. Tetapi
bagaimana seseorang bisa tahu pasti bahwa pesan yang seseorang
berikan adalah pesan yang persis seperti pesan yang mereka
terima? Pertanyaan ini menyadarkan kita bahwa fungsi
komunikasi lebih dan sekedar kata-kata yang diucapkan. Kata-
kata hanyalah bagian kecil dari bentuk ungkapan atau ekspresi
manusia. Komunikasi tidak hanya berupa proses penyampaian
dan penerimaan informasi tetapi juga memiliki peran dan fungsi
sebagai proses membangun hubungan antara pelaku komunikasi.
Kualitas hubungan ini sangat ditentukan oleh, paling tidak, tiga
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 23

aspek yaitu proses, manusia (human) dan bukan manusia (non
human), dan informasi.

Dengan demikian intisari dari komunikasi adalah suatu berita.
Komunikasi juga digunakan untuk mengembangkan hubungan
antar teman (pertemanan) dan membangun kepercayaan antar
individu dan pertemanan seseorang dalam organisasi.

F. Rangkuman

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai upaya menyampaikan
pesan, pendapat, perasaan, atau memberikan berita atau informasi
kepada orang lain.

Berita atau informasi itu dapat berupa perintah, saran, dan
pendapat, baik dalam bentuk ucapan langsung maupun dalam
bentuk tulisan, gambar, kode atau lainnya yang berupa
pengumuman, edaran, dan lain sebagainya.

Seringkali komunikasi antara dua orang atau lebih tidak berjalan
dengan baik karena mereka dapat saja menggunakan satu istilah
atau kata yang sama, akan tetapi mempunyai arti yang berbeda,
atau, menggunakan kata yang berbeda dengan arti yang sama.

Tiga unsur komunikasi yaitu:
1. Pengirim pesan atau sering juga disebut sebagai sender,
komunikator.
24 Komunikasi Yang Efektif


Pengirim pesan harus dapat menuliskan atau menyandikan
pesan dengan baik dan jelas. Dan juga membuat encoding
yang ditujukan kepada seseorang atau beberapa orang, dan
memilih media, serta meminta kejelasan kepada penerima
apakah pesan telah diterima.
2. Penerima pesan atau sering disebut sebagai receiver atau
komunikan. Penerima pesan harus mendengarkan atau
berkonsentrasi agar pesan dapat diterima dengan benar, dan
memberikan umpan balik yang disebut dengan decoding
kepada pengirim pesan bahwa pesan telah diterima dengan
benar.
3. Media atau saluran yang digunakan sebagai alat untuk
mengirimkan pesan. Media ini dapat berupa telepon, televisi,
fax, telecopier, sandi morse, semapore, SMS, E-mail , dan
lain lain.

Proses komunikasi mempunyai dua model yaitu model linier
yang mempunyai ciri sebuah proses komunikasi yang hanya
terdiri dari satu garis lurus. Proses tersebut berawal dari
komunikator dan berakhir pada komunikan. Model yang lain
adalah model sirkuler yang ditandai dengan adanya unsur
feedback. Hal ini berarti proses komunikasi tidak berawal dari
satu titik dan berakhir pada titik yang lain. Jadi pada dasarnya
proses komunikasi ini berbalik satu dalam lingkaran penuh.

Proses komunikasi harus merupakan komunikasi dua arah. Yakni,
pengirim menuliskan dan mengirimkan pesan melalui media yang
dipilihnya, dan penerima pesan menuliskan kembali pesan yang
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 25

dia telah terima, serta menyampaikan bahwa pesan telah diterima
dengan baik dan benar.

Dalam proses komunikasi dapat terjadi adanya gangguan (noise)
yang disebabkan oleh berita yang disampaikan tidak jelas,
sehingga penerima berita mengartikannya tidak secara
menyeluruh, atau gangguan lain yang mempengaruhi media
komunikasi.

G. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi itu ? Jelaskan dengan
kata-kata Saudara sendiri.
2. Sebutkan unsur-unsur dalam komunikasi dan sebutkan peran
masing-masing unsur dalam komunikasi tersebut.
3. Ceritakan kembali proses komunikasi yang Saudara pahami.
4. Apa yang dimaksud dengan noise dalam proses komunikasi?
Jelaskan dan berikan contohnya.
5. Apa yang dimaksudkan dengan komunikasi Verbal. Berikan
contohnya.
6. Apa yang dimaksudkan dengan Komunikasi Non Verbal.
Jelaskan dengan kata-kata Saudara sendiri.
7. Apa peran dan fungsi komunikasi dalam kehidupan sehari-
hari?
26
BAB III
MEMBANGUN KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF


Sebelum mendefinisikan komunikasi yang efektif, barangkali kita
perlu merujuk dahulu kepada kata "efektif" itu sendiri. Secara
etimologis kata efektif sering diartikan sebagai mencapai sasaran
yang diinginkan (producing desired result), berdampak
menyenangkan (having a pleasing effect), bersifat aktual, dan nyata
(actual and real). Dengan demikian, komunikasi yang efektif dapat
diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver
sesuai dengan pesan yang dikirim oleh sender atau komunikator,
kemudian receiver atau komunikan memberikan respon yang positif
sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, komunikasi efektif itu terjadi
apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan
komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan
harapan kedua pelaku komunikasi tersebut (komunikator dan
komunikan).

Bagaimana cara membangun komunikasi yang efektif? Pada bab ini
kita akan berusaha menjawab pertanyaan ini.

A. Aspek-Aspek Komunikasi Yang Efektif

Sedikitnya ada lima aspek yang harus dipahami dalam
membangun komunikasi yang efektif.
1. Kejelasan (Clarity): bahasa maupun informasi yang
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 27

disampaikan harus jelas. Dalam kehidupan kita sehari-hari,
seringkali kita mendengar ucapan-ucapan seperti ini:
"Masalahnya ininya belum dianukan". Apa ini dan di
apakan? Akan lebih mudah dipahami maknanya bila,
misalnya, kata ini diganti buku dan kata anu diganti bagi. Jadi
kalimat itu berbunyi: Masalahnya, bukunya belum
dibagikan.
2. Ketepatan (accuracy): bahasa dan informasi yang
disampaikan harus betul-betul akurat alias tepat. Bahasa yang
digunakan harus sesuai dan informasi yang disampaikan
harus benar. Benar ini artinya sesuai dengan apa yang
sesungguhnya ingin disampaikan. Bisa saja informasi yang
ingin kita sampaikan belum tentu kebenarannya, tetapi apa
yang kita sampaikan benar-benar apa yang memang kita
ketahui. Inilah yang dimaksud akurasi di sini.
3. Konteks (contex): bahasa dan informasi yang disampaikan
harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan di mana
komunikasi itu terjadi. Bisa saja kita menggunakan bahasa
dan informasi yang jelas dan tepat tetapi karena konteksnya
tidak tepat, reaksi yang kita peroleh tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Contohnya, sepulang kerja seorang suami berkata
kepada istrinya: "Dindaku, tolong kanda berikan segelas air
nan jernih, kanda haus sekali." Dari segi kejelasan dan
keakuratan bahasa dan informasi tidak ada masalah. Tetapi
konteksnya tidak tepat, sehingga mungkin sang istri tidak
segera mengambil air melainkan bertanya tentang keadaan
sang suami.

28 Komunikasi Yang Efektif


4. Alur (flow): keruntutan alur bahasa dan informasi akan
sangat berarti dalam menjalin komunikasi yang efektif.
Sewaktu kita meminjam uang, misalnya, kita cenderung
mengemukakan kesulitan-kesulitan kita terlebih dahulu
sebelum kita menyampaikan maksud kita untuk meminjam
uang. Mungkin begitu juga pada saat kita pertama kali
menyampaikan perasaan jatuh cinta pada seseorang.
5. Budaya (Culture): aspek ini tidak saja menyangkut bahasa
dan informasi, tetapi juga tatakrama atau etika. Bersalaman
dengan satu tangan bagi orang Sunda mungkin terkesan rada
kurang sopan, tetapi bagi etnis lain mungkin suatu hal yang
biasa.
Kata Juancu bagi arek-arek Suroboyo merupakan kata yang
lumrah didengar dan dapat diterima. Tetapi bagi wong Solo
atau Jogja, mungkin risih mendengar kata itu.

B. Strategi Membangun Komunikasi Yang Efektif

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan
suatu komunikasi yang efektif.
1. Ketahui mitra bicara (Audience): Kita harus sangat sadar
dengan siapa kita bicara, apakah dengan orang tua, anak-
anak, laki-laki atau perempuan, status sosialnya seperti apa
pangkat, jabatan dan semacamnya petani, pengusaha, guru,
kyai, dan lain-lain. Dengan mengetahui audience kita, kita
harus cerdik dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam
menyampaikan informasi atau buah fikiran kita. Artinya,
bahasa yang dipakai harus sesuai dengan bahasa yang mudah
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 29

dipahami oleh audience kita. Berbicara dengan orang dewasa
tentu akan sangat berbeda dengan berbicara kepada anak-
anak. Berbicara dengan atasan tentu akan berbeda berbicara
pada bawahan atau teman sederajat. Pengetahuan mitra bicara
kitapun harus diperhatikan. Informasi yang disampaikan
mungkin saja bukan hal yang baru bagi mitra kita, tetapi
kalau penyampaiannya dengan menggunakan jargon-jargon
atau istilah-istilah yang tidak dipahami oleh mitra, informasi
atau gagasan yang kita sampaikan bisa saja tidak dapat
dipahami. Jadi, dengan memperhatikan mitra bicara kita, kita
akan dapat menyesuaikan diri dalam berkomunikasi
dengannya.
2. Ketahui tujuan. Tujuan kita berkomunikasi akan sangat
menentukan cara kita menyampaikan informasi, tentu
komunikasi kita bersifat pengumuman. Tetapi bila kita
bermaksud membeli atau menjual barang komunikasi kita
akan bersifat nogosiasi. Lain pula cara kita berkomunikasi
apabila tujuan kita untuk menghibur, membujuk, atau sekedar
basa-basi. Misalnya kita bertanya : Anda mau pergi
kemana? Apakah pertanyaan ini dimaksudkan untuk benar-
benar mengetahui agenda orang yang ditanya ataukah kita
bertanya sekedar basa-basi? Jadi, kejelasan tujuan dalam
berkomunikasi harus diketahui sebelum kita berkomunikasi.
3. Perhatikan Konteks. Konteks disini bisa saja berarti
keadaan atau lingkungan pada saat berkomunikasi. Pada saat
berkomunikasi konteks sangat berperan dalam memperjelas
informasi yang disampaikan. Dalam hal pemakaian kata,
misalnya. Kata hemat dalam kalimat: Kita harus
30 Komunikasi Yang Efektif


menghemat uang, waktu dan tenaga kita, sangat berbeda
dengan kata hemat dalam kalimat Menurut hemat saya,
kita harus lebih jujur dan terbuka dalam berkomunikasi
dengan sesama rekan sekerja.
"
Tidak hanya kata konteks
kalimat, tetapi cara mengucapkan dan kepada siapa kata itu
diucapkan akan membuat makna yang disampaikan berbeda
pula. "Ah...dasar gila." Kalimat ini bisa bermakna cacian bisa
juga bermakna kekaguman, tergantung bagaimana kita
mengucapkannya. Bila diucapkan dengan nada tinggi berarti
cacian, tetapi bila diucapkan dengan nada datar apalagi
dibarengi dengan gelengan kepala, kalimat ini bisa berarti
kekaguman. Ungkapan "Gila ha" disampaikan kepada teman
dekat, pasti dipahami sebagai ungkapan biasa yang tidak
bermakna negatif. Tetapi bila disampaikan kepada orang yang
belum atau baru kita kenal ungkapan ini tentu akan dipahami
sebagai ungkapan yang memiliki makna negatif.

Formalitas dalam konteks tertentu juga dapat mempengaruhi
cara berkomunikasi seseorang. Coba perhatikan gaya
komunikasi atasan dan bawahan di lingkungan dunia kerja,
bahkan komunikasi antar sesama atasan maupun sesama
bawahan pasti berbeda. Apabila orang-orang ini bertemu di
mall atau di undangan (tempat resepsi) gaya komunikasi
diantara mereka akan sangat lain dengan gaya pada saat
mereka berada di kantor.


Modul Diklat Prajabatan Golongan III 31

Mengirim bunga kepada orang yang berulang tahun atau
kepada orang yang kita kasihi, akan berbeda maknanya bila
disampaikan kepada orang yang sedang berduka. Bahkan
jenis bunga yang disampaikanpun membawa pesan atau
kesan tersendiri.
Dengan ilustrasi singkat di atas, jelaslah bahwa konteks
sangat mempengaruhi makna apapun yang disampaikan.
4. Pelajari Kultur. Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan
orang atau masyarakat juga perlu diperhatikan dalam
berkomunikasi. Orang Jawa atau Sunda pada umumnya
dikenal dengan kelembutannya dalam bertutur kata.
Kegemulaian bertutur ini akan sangat baik bila diimbangi
dengan cara serupa. Tetapi tentu tidak berarti mutlak.
Maksudnya, bukan berarti orang non Jawa atau non Sunda
mutlak harus seperti bertuturnya orang Jawa atau Sunda,
meskipun kalau memang bisa itu lebih baik. Atau orang
Batak yang dikenal bernada tinggi dalam bertutur perlukah
diimbangi dengan nada tinggi pula oleh orang yang non
Batak? Perimbangan di sini tidak berarti orang Jawa harus ber
tutur seperti orang Batak bila bermitra bicara dengannya, atau
orang Batak harus bertutur seperti orang Sunda, orang
Maluku, orang Papua, dan sebagainya pada saat mereka
berkomunikasi. Yang penting adalah pelaku komunikasi harus
memahami kultur mitra bicaranya sehingga timbul saling
pengertian dan penyesuaian gaya komunikasi dapat terjadi.
Ingat peribahasa: "Di mana bumi dipijak, di situ langit
dijunjung" atau "When in Rome, do as the Romans do."

32 Komunikasi Yang Efektif


5. Pahami Bahasa. "Bahasa menunjukkan bangsa" artinya
bahasa dapat menjadi ciri atau identitas suatu bangsa.
Berbicara identitas berarti berbicara harga diri atau
kebanggaan. Dengan memahami bahasa orang lain berarti
berusaha menghargai orang lain. Tetapi memahami bahasa di
sini tidak berarti harus memahami semua bahasa yang dipakai
oleh mitra bicara kita.

Istimewa sekali kalaupun memang demikian. Yang lebih
penting adalah memahami gaya orang lain berbahasa (bukan
gaya bahasa). Coba perhatikan bagaimana anak muda
berbahasa dengan sesamanya, atau bagaimana cara orang
terminal (bis atau angkutan kota) berbahasa. Bahasa orang
kantoran, bahasa pedagang, bahasa petani, bahasa politisi
tentu semuanya ada perbedaan. Perhatikan kalimat berikut.
"Masyarakat Indonesia pada umumnya masih berada pada
tingkat kehidupan pra sejahtera. "Apa bedanya dengan:
"Masyarakat Indonesia pada umumnya masih miskin?" Siapa
memakai kalimat yang mana akan membantu kita memahami
pesan yang disampaikannya. Orang kebanyakan tentu akan
lebih suka memakai kalimat yang kedua dari pada yang
pertama. Para politisi biasanya cenderung memakai bahasa
yang sumir-sumir, eufimistis, atau diplomatis.

Untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan dalam
berkomunikasi, gunakanlah kalimat-kalimat sederhana yang
mudah dipahami. Kalimat panjang dan kompleks seringkali
mengaburkan makna. Kepiawaian dalam menggunakan
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 33

kalimat-kalimat yang sederhana dan tepat dalam berbahasa
akan sangat mempengaruhi efektifitas komunikasi kita.
Bagaimana bila kita berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa asing? Sama saja! Memahami bahasa asing memang
prasyarat mutlak untuk dapat berkomunikasi secara global.

C. Efektivitas Komunikasi Verbal

Seperti telah disinggung pada bab sebelumnya, kualitas
komunikasi verbal ditentukan oleh tonalitas suara atau tinggi
rendahnya dan lemah lembutnya suara, keras tidaknya suara dan
perubahan nada suara. Tetapi tonalitas suara saja tidak cukup,
karena tonalitas suara bisa saja membuat komunikasi verbal
kurang hidup. Oleh karena itu, tonalitas suara sebaiknya dibarengi
dengan ekspresi atau raut muka yang sesuai.

Sebuah hasil riset menunjukkan bahwa dalam komunikasi verbal,
khususnya pada saat presentasi, keberhasilan menyampaikan
informasi 55% ditentukan oleh bahasa tubuh (body language),
postur, isyarat dan kontak mata - 38 % ditentukan oleh nada
suara, dan hanya 7% saja yang ditentukan oleh kata-kata
(Mechribian dan Ferris seperti yang dikutip oleh O'Connor dan
Seymour). Riset lain juga menunjukkan bahwa komunikasi akan
lebih efektif apabila disampaikan secara berbarengan antara
bahasa lisan dengan bahasa tulisan.



34 Komunikasi Yang Efektif


Masyarakat senang dengan komunikasi lisan pada saat media
tulisan memberitakan hal-hal yang tidak jelas, dan masyarakat
akan senang menggunakan media tulisan apabila media lisan
telah jelas.








Pada perkembangan jaman saat ini, komunikasi pada organisasi
modern/organisasi yang maju menggunakan media yang tersedia
yaitu video display terminal, e-mail, net camera dan Voice mail
(voice messaging system) dan bahkan SMS.

D. Efektivitas Komunikasi Non Verbal
Bagaimana efektifitas komunikasi non verbal dapat dibangun?
Berikut adalah beberapa contoh yang dapat kita kembangkan.
1. Cara berpakaian.
Cara berpakaian telah mengkomunikasikan siapa dan apa
status seseorang, baik dalam pekerjaan sehari hari maupun
dalam waktu-waktu tertentu (pesta, rapat-rapat, kunjungan
resmi/tidak resmi).



Modul Diklat Prajabatan Golongan III 35

Masyarakat mempunyai kecenderungan percaya diri kalau ia
berpakaian/berpenampilan dengan sempurna, demikian juga
adanya perbedaan cara berpakaian. Kita mengenal istilah
"White Collar" dan "Blue Collar", yang mengkomunikasi
status seseorang dalam perusahaan.

Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat seseorang
wawancara dalam rangka melamar pekerjaan, mereka yang
berpakaian tidak tepat (misalnya: berpakaian T-Shirt atau
Jeans) dibandingkan dengan mereka yang berpakaian tepat
(misalnya: berpakaian berdasi, jas, berpakaian bisnis), maka
yang berpakaian tepat akan mempunyai rasa percaya diri
yang lebih dibandingkan dengan yang berpakaian tidak tepat,
dan hasilnya ia akan mendapatkan pekerjaan dengan gaji
pertama yang lebih baik.

Jadi, pakailah pakaian yang tepat untuk suasana yang tepat
pula.

2. Waktu.
Bagi sebagian orang, semestinya bagi kita semua, waktu
adalah sesuatu yang sangat berarti. "Time is money" adalah
prinsip yang dipegang oleh para pengusaha bahkan oleh
orang-orang yang memanfaatkan hidupnya untuk suatu
produktivitas yang bermanfaat. Dokter, akuntan, dosen,
bahkan sebagian guru, sering dibayar berdasarkan jam kerja.
Dalam konteks organisasi, di mana masing-masing
mempunyai tugas yang harus diselesaikan, berkomunikasilah
36 Komunikasi Yang Efektif


secara tepat. Artinya, dalam berkomunikasi manfaatkan
waktu sebaik-baiknya.

3. Tempat.
Sama seperti waktu, tempat pun sangat menentukan
efektifitas komunikasi. Kantor adalah tempat bekerja,
restoran adalah tempat makan, lapangan golf adalah tempat
olah raga, diskotik atau karaoke adalah tempat hiburan, dan
sebagainya. Meskipun demikian, sering kali urusan kantor
bisa diselesaikan di tempat makan atau lapangan olah raga.
Informalitas seringkali menyelesaikan masalah-masalah
formal. Jadi, dalam berkomunikasi kita perlu
memperhitungkan tempat yang tepat untuk mencapai tujuan
komunikasi kita.

Untuk itu, kita harus jeli tentang suasana lingkungan kerja,
rekan kerja, bahkan beban kerja.

Meskipun ada ungkapan bahwa urusan kantor adalah urusan
kantor dan harus diselesaikan di kantor. Tetapi, banyak sekali
urusan kerja yang dapat diselesaikan pada acara konsinyasi di
luar kantor.

Selain tiga aspek di atas, untuk membangun efektifitas dalam
komunikasi non verbal, kita perlu juga memahami fungsi-
fungsi yang menunjukkan kenonverbalan komunikasi.
Diantaranya adalah:

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 37

Repetition (pengulangan). Pengulangan pesan dari
individu dilakukan dengan verbal.
Contradiction (pertentangan/penyangkalan).
Penyangkalan pesan yang dilakukan terhadap seseorang.
Misalnya, mengangkat bahu artinya "tidak tahu",
menggerakkan telapak tangan ke kiri dan ke kanan dan
menghadap ke depan artinya "tidak", atau menggelengkan
kepala artinya "tidak". Akan tetapi untuk orang India,
menggelengkan kepala artinya "Ya".
Pada momen tertentu, komunikasi non verbal mungkin
saja lebih akurat dari pada komunikasi verbal.
Substitution (pengganti pesan). Misalnya seseorang
berkomunikasi dengan "fire in his eyes" (mendelik,
berkomunikasi dengan mengepalkan tangan, dan
sebagainya.
Complementing (melengkapi pesan verbal). Misalnya
mengatakan "bagus" sambil menunjukkan "ibu jari",
mengatakan seseorang tidak waras dengan menunjuk
"kening dengan jari telunjuk miring".
Accenting (penekanan). Penekanan di sini artinya
menggarisbawahi pesan verbal. Misalnya berbicara
dengan sangat pelan, atau menekan kaki.

Pengirim pesan dapat secara terus menerus menggunakan non
verbal komunikasi untuk meningkatkan dampak dari verbal
komunikasi. Misalnya: Tanda "A-OK" dengan ibu jari dan
jari lainnya melingkari. Di Amerika hal ini diartikan sebagai
hal yang sangat baik. Akan tetapi, hal yang sama di Brazil

38 Komunikasi Yang Efektif


mempunyai arti yang cabul, dan di Jepang artinya adalah
uang. Seorang manejer Jepang mungkin selalu tersenyum
dalam suatu rapat. Apakah ini berarti rapat mengalami
kemajuan? Nanti dulu. Orang Jepang dalam bicara sangat
jarang menggunakan kontak mata, ekspresi wajah atau isyarat
dengan tangan. Buat mereka tersenyum dapat saja
menyembunyikan rasa ketidakpuasannya atau keadaan yang
memalukan.

Oleh karena itu dalam menggunakan non verbal komunikasi
harus hati-hati. Karena penggunaan non verbal komunikasi
akan mempunyai arti yang berbeda antara satu suku bangsa
dengan suku bangsa lainnya, antara satu bangsa dengan
bangsa lainnya, antara satu orang dengan orang lainnya.

E. Pengaruh Budaya Dalam Komunikasi

Perbedaan budaya akan mempengaruhi keefektifan dalam
berkomunikasi. Sebab komunikasi akan efektif apabila ia dapat
menguraikan nilai-nilai dasar, motivasi, aspirasi, dan asumsi-
asumsi yang didasarkan pada geografi atau letak suatu negara,
fungsi, dan tingkat sosial.

Perbedaan bahasa dapat menyebabkan hambatan dalam
komunikasi. Akan tetapi perbedaan budaya lebih menghambat
komunikasi dibandingkan dengan perbedaan bahasa. Misalnya,
pengaruh budaya mempunyai perbedaan dalam norma berbicara.
Untuk bangsa-bangsa Amerika Selatan, Eropa Selatan, Eropa
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 39

Barat, dan Arab berbicara dengan suara yang keras-keras adalah
hal yang biasa, sedangkan bangsa-bangsa Asia, Eropa Utara, dan
Amerika Utara berbicara dengan suara yang lembut.

Demikian juga sering dikatakan bahwa suku Jawa berbicara
dengan suara yang lembut, sedangkan suku Batak berbicara
dengan suara yang keras-keras, suku Sunda berbicara derigan
mendayudayu dan lemah lembut. Bagaimana dengan suku bangsa
lain yang ada di Indonesia? Misalnya suku Minangkabau,
Madura, Papua, Maluku, Dayak, Timor dll.

F. Rangkuman

Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim
oleh komunikator/sender dapat diterima dengan baik
(menyenangkan, aktual/nyata) oleh komunikan/receiver.
Kemudian penerima pesan menyampaikan kembali bahwa pesan
telah diterima dengan baik dan benar. Artinya ada komunikasi
dua arah atau komunikasi yang timbal balik.

Lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi
yang efektif adalah clarity, accuracy, contex, flow, dan culture.

Strategi dalam membangun komunikasi efektif: ketahui mitra
bicara (audience), ketahui tujuan, perhatikan konteks, pelajari
kultur, dan pahami bahasa.


40 Komunikasi Yang Efektif


Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara
lisan/verbal melalui kata-kata. Penyampaikan informasi seperti
ini dinamakan berbicara. Komunikasi lisan akan menjadi lebih
efektif apabila diikuti dengan tinggi rendah, lemah lembut, dan
perubahan nada suara yang disesuaikan. Dengan demikian kata-
kata adalah isi sebuah pesan, sedangkan bahasa tubuh, nada suara
adalah konteks di mana pesan itu melekat.

Komunikasi non verbal menunjukkan adanya lima fungsi yaitu:
Repetition, Contradiction, Substitution, Complementing, dan
Accenting.

Perbedaan budaya dalam komunikasi dapat berakibat lebih buruk
dibandingkan dengan perbedaan dalam bahasa.

G. Latihan

1. Apa yang dimaksudkan dengan komunikasi yang efektif?
Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, atau dalam
kehidupan di tempat kerja Saudara.
2. Sebutkan lima aspek yang harus dipahami dalam membangun
komunikasi efektif?
3. Dalam strategi membangun komunikasi yang efektif, apa saja
yang perlu diperhatikan ?
4. Sebutkan lima fungsi dari komunikasi non verbal serta
berikan masing-masing contohnya.
5. Berikan contoh perbedaan bahasa dan perbedaan budaya
dalam berkomunikasi.
41
BAB IV
BAHASA DAN KOMUNIKASI

Bahasa itu arbitrari. Artinya, suatu kata tidak akan ada artinya
apabila tidak ada persetujuan dari para pemakainya. Misalnya, kata
rumah bisa dipahami oleh Bangsa Indonesia karena kita semua
setuju bahwa bangunan tempat kita tinggal adalah rumah. Tetapi, bagi
yang bahasanya adalah Bahasa Inggris, arti yang sama disebut
house karena mereka sepakat untuk menyebutnya demikian.

Kadang-kadang kita keliru dalam mengenali seluk beluk suatu kata
dalam suatu bahasa tertentu. Akibatnya, terjadilah perubahan arti.
Misalnya, kata popular dalam bahasa Inggris artinya many people
like. Tetapi di Indonesia kata ini berarti terkenal yang dalam bahasa
Inggris disebut famous. Padahal sesuatu yang terkenal belum tentu
banyak disukai. Itulah bahasa. Oleh karena itu, pada bab ini kita akan
membahas peranan bahasa dalam komunikasi.

A. Pengertian Bahasa

Collins Cobuild English Language Dictionary, mendefinisikan
bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang terdiri dari
seperangkat bunyi dan lambang tertulis yang digunakan oleh
orang-orang pada suatu negara atau wilayah tertentu untuk
berbicara dan menulis dilingkungan negara atau wilayah tersebut
(a system of communication which consists of a set of sound and
42 Komunikasi Yang Efektif


written which are used by the people of particular country of
region for talking or writing in).

Menurut Oxford Advanced Learner's Dictionary, bahasa adalah
sistem bunyi dan kata yang digunakan oleh manusia untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya (the system of sounds
and words used to express their thoughts and feelings).

Bahasa dalam kamus Purwadarminta diartikan sebagai:
1. Sistem lambang, tanda yang berupa segala macam bunyi
yang dipakai orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan.
Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku
bangsa, negara, daerah).
2. Percakapan, perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku
yang baik.
3. Bahasa dapat dibedakan menjadi dua pengertian.

Bahasa dalam arti luas: sebagai alat perhubungan yang tidak
terbatas kata-kata saja akan tetapi juga gerak-gerik, mimik, dan
panto mimik. Dengan demikian bahasa dalam arti kata luas dapat
berupa:

1. Kata-kata atau kalimat, baik yang diucapkan maupun yang
ditulis.
2. Gerak-gerik dan panto mimik.
3. Diam.
4. Sopan santun (perbuatan).
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 43

Bahasa dalam arti sempit. yaitu hubungan antara suara dengan
kata-kata.

Bahasa juga dapat dibedakan dalam bahasa lisan dan bahasa
tulisan.

Bahasa dalam arti sempit juga berperan penting dalam
menentukan arti. Misalnya dapat saja terjadi orang-orang yang
berbeda menggunakan kata-kata yang sama akan tetapi
mempunyai arti yang berbeda.

Dengan mengetahui arti bahasa, maka dalam berkomunikasi
harus juga memperhatikan tatabahasa. Tatabahasa merupakan
aturan-aturan yang digunakan dalam berbahasa sebagai alat
komunikasi interpersonal maupun organisasi.

Dua hal yang perlu diperhatikan dalam berbahasa agar
komunikasi menjadi efektif yaitu: memilih kata dan
menyusunnya dengan baik dan benar, menggunakan ejaan
dengan benar dan menggunakan imbuhan yang beraturan. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, sering kita mendengar, atau kita
bahkan menggunakan, imbuhan "in" dalam konteks formal
sekalipun. Misalnya. "ngapain", "dikemanain", "dimatiin",
"dinyalain", "diduluin" dan sebagainya. Sebagai bahasa baku
dalam percakapan sehari-hari memang dapat diterima. Tetapi
dalam bahasa tulisan (yang formal) sebaiknya penambahan
imbuhan disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
44 Komunikasi Yang Efektif


B. Fungsi Bahasa Dalam Arti Kehidupan Manusia

Fungsi bahasa dalam kehidupan manusia berbeda-beda
tergantung pada tingkat perkembangan manusia itu sendiri.
Misalnya fungsi bahasa bagi anak akan berbeda dengan fungsi
bahasa bagi orang dewasa.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, bahasa mempunyai fungsi
utama yaitu:
1. sebagai alat untuk mengekspresikan berbagai macam
perasaan,
2. sebagai alat komunikasi.

Bahasa sebagai alat melahirkan perasaan
Setiap orang memiliki berbagai macam perasaan. Misalnya
perasaan kasih sayang, rasa kagum atau heran, rasa senang
atau tidak senang, rasa sedih, gembira, aman dan tidak aman,
atau rasa takut.
Semua perasaan itu diekpresikan melalui ucapan-ucapan.
Misalnya: hebat, aduh, takut, hore, wah, indah sekali,
cek-cek.
Bahasa sebagai alat komunikasi
Sebagai alat komunikasi dengan masyarakat, bahasa dapat:
a. memperlancar pergaulan,
b. memperluas hubungan,
c. melahirkan gagasan, ide, isi hati, perasaan, inisiatif,
kreatifitas,
d. menambah pengetahuan,
e. menyampaikan informasi.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 45

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran
dan Hambatan Berkomunikasi

Kelancaran berkomunikasi dengan lisan bagi setiap orang
berbeda-beda, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya:
1. Faktor pengetahuan.
Makin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, maka ia
makin banyak perbendaharaan kata yang dapat memberikan
dorongan bagi yang bersangkutan untuk berbicara lebih
lancar.
2. Faktor pengalaman.
Makin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, makin
menyebabkan seseorang terbiasa menghadapi sesuatu. Orang
yang sering menghadapi massa, sering berbicara di muka
umum, akan lancar berbicara dalam keadaan apapun dan
dengan siapapun.
3. Faktor inteligensi.
Orang yang intelegensinya rendah, biasanya kurang lancar
dalam berbicara, karena kurang memiliki kekayaan
perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. Cara
berbicaranya terputus-putus, bahkan antara kata yang satu
dengan lainnya tidak/kurang adanya relevansi.
4. Faktor kepribadian.
Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang pergaulan,
biasanya kurang lancar berbicara.
5. Faktor biologis.
Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan-
kelainan, seperti:
46 Komunikasi Yang Efektif


a. Sulit mengatakan kata desis (lisping), karena ada
kelainan pada rahang, bibir, gigi.
b. Berbicara tidak jelas (sluring), yang disebabkan oleh
bibir (sumbing), rahang, lidah tidak aktif.
c. Berbicara ragu-ragu, gagap yang disebabkan tidak biasa
berbicara dengan orang banyak, sifat pemalu.

D. Macam-Macam Bicara
Komunikasi dengan cara berbicara dapat digolongkan atau
menjadi beberapa macam sebagai berikut:

1. Dari segi jarak.
Komunikasi berbicara langsung atau face to face, dan
berbicara tidak langsung.
2. Dari segi sarana/saluran/media yang dipergunakan.
Komunikasi berbicara dapat melalui surat, telepon (SLJJ,
SLI), melalui radio, melalui televisi, E-Mail, melalui internet,
semapor, sandi, SMS dll.
3. Dari segi tujuan.
Komunikasi berbicara dalam seminar, semi loka, diskusi
panel, rapat kerja, santiaji, kampanye, konferensi, workshop,
penataran (sebagai petatar atau sebagai penatar), dalam kelas,
wawancara dll. Dari segi tujuan ini dapat dibedakan adanya
pemberian informasi, pengumpulan informasi, pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, penjualan informasi.


Modul Diklat Prajabatan Golongan III 47

4. Dari segi kedinasan.
Komunikasi yang membicarakan soal kedinasan (antara
sesama rekan kerja, dengan atasan, dengan bawahan),
berbicara soal pribadi.
5. Dari segi bahasa yang digunakan.
Komunikasi dengan berbicara melalui bahasa lisan/dengan
ucapan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dan diperjelas
dengan tinggi rendahnya nada suara, keras dan lembutnya
suara.
6. Dari segi lawan berbicara.
Komunikasi dengan berbicara satu lawan satu, satu lawan
banyak, satu lawan kelompok, kelompok lawan satu.
7. Dari segi hierarkhi.
Downward Communication atau komunikasi ke bawah
yaitu komunikasi yang turun dari satu level ke level yang
lebih rendah, secara perlahan-lahan menuju ke bawah.
Dalam komunikasi ke bawah ini peran pimpinan dituntut
mampu mengadakan komunikasi, memberikan informasi,
dan ide-idenya kepada bawahannya, baik secara
perorangan, maupun secara kelompok, atau baik secara
langsung atau tidak langsung. Pesan yang melalui
.
beberapa tingkatan, biasanya menjadi tidak akurat
khususnya pesan yang disampaikan dengan berbicara.
Fungsi komunikasi ke bawah antara lain :
a. menyampaikan informasi dari bagian atas kebagian
bawah yang berkaitan dengan kebijakan, peraturan,
prosedur, program dan sasaran kerja.
b. memberikan penugasan di pengarahan kerja.
48 Komunikasi Yang Efektif


c. menyampaikan umpan balik oleh atasan kepada
bawahan tentang perilaku dan kinerjanya.
d. memberikan informasi lembaga/organisasi berupa
laporan keadaan (status report) dan laporan
perkembangan (progress report).
e. mengajukan permintaan dari atasan terhadap bawahan.
(Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal &
Interpersonal)

Upward Communication atau komunikasi ke atas yaitu
komunikasi dengan atasan. Komunikasi ini tidak semudah
komunikasi dengan bawahan. Perbedaan status
menyebabkan beberapa kendala dalam berkomunikasi
terutama dalam mendapatkan umpan balik tentang apa-apa
yang menjadi pikiran dan kinerja bawahan.

Komunikasi ke atas pada umumnya bertujuan memperoleh
informasi, keterangan yang berkaitan dengan kegiatan dan
palaksanaan tugas/pekerjaan para pegawai di tingkat
bawah/rendah.

Fungsi komunikasi ke atas antara lain untuk:
a. menyampaikan umpan balik atas kebijakan,
pengaturan, pengarahan dan instruksi atasan.
b. menyampaikan laporan perkembangan dan hasil kerja.
c. menyampaikan gagasan dan usulan untuk peningkatan
kinerja dan pemecahan masalah.
d. menyampaikan permintaan informasi dan bantuan.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 49

e. menyampaikan ungkapan perasaan, sikap, dan
keluhan yang berkaitan dengan kerja dan pribadi
bawahan.
(Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal &
Interpersonal)

Horizontal Communication/Lateral Communication yaitu
komunikasi antar teman sekerja (co-worker), antar bagian,
atau dengan teman kerja lainnya, pimpinan dengan
pimpinan, bawahan dengan bawahan, sesama tua, sesama
muda, orang tua dengan orang muda.

Komunikasi horizontal mengikutsertakan orang-orang
dalam satu tingkatan menunjukkan tendensi lebih mudah,
familier, sederhana dan cepat sebab kesamaan
kedudukanlah yang dapat menghilangkan kesulitan dalam
berkomunikasi.

Komunikasi horizontal berguna untuk koordinasi kerja
dan tim.









50 Komunikasi Yang Efektif


Diagonal Communication atau Komunikasi diagonal yaitu
komunikasi yang memotong rantai perintah organisasi
yang dilakukan antara dua orang pada tingkat kedudukan
yang berbeda, pada tugas dan fungsi yang berbeda dan
tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak
yang lain. Lihat ilustrasi berikut.











Dari segi isi.
Komunikasi egosentris, isi pembicaraan lebih
mengutamakan persoalan dirinya sendiri.
Berbicara sosial, isi pembicaraan mengenai orang lain
(mengadakan hubungan, kontak dengan orang lain,
mempertimbangkan masalah dengan pihak lain).

Dari segi pertumbuhan bicara (pada anak). Komunikasi
dengan meraba, mengeluarkan suara yang belum
mengandung arti, kalimat satu kata, (satu kata untuk
maksud yang banyak), haus nama (menanyakan setiap
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 51

benda/warna yang dijumpai/dilihat).

Mengenal perbandingan, mulai dapat membedakan antara
satu benda dengan benda lainnya, membuat kalimat, sudah
mulai mendekati bentuk bahasa yang benar.

E. Rangkuman

Dalam komunikasi, bahasa mempunyai peran yang sangat
penting, walaupun kadang-kadang keliru dalam mengartikannya
sebagai akibat seluk beluk bahasa yang tidak dimengerti.
Didalam bahasa, ada kata-kata denotasi/harafiah, dan ada kata-
kata konotasi, dan dengan menggunakan logat bahasa tertentu
dapat menimbulkan perbedaan pengertian.

Bahasa didefinisikan oleh Collin Cobuild English Language
Dictionary sebagai suatu sistem komunikasi yang terdiri dari
seperangkat bunyi dan lambang tertulis yang digunakan oleh
orang-orang dalam suatu negara atau wilayah tertentu.
Sedangkan Purwadarminta mengartikan bahasa sebagai: sistem
lambang, tanda berupa segala macam bunyi yang dipakai orang
untuk melahirkan pikiran dan perasan, perkataan-perkataan yang
dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, negara, daerah),
percakapan, perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku
yang baik.

Bahasa dapat dibedakan dalam dua pengertian yaitu bahasa
dalam arti luas dan bahasa dalam arti sempit.
52 Komunikasi Yang Efektif


Fungsi bahasa dalam arti kehidupan manusia adalah sebagai alat
yang dapat melahirkan berbagai macam perasaan dan sebagai
alat komunikasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran dan kelainan
dalam komunikasi yaitu faktor pengetahuan, faktor pengalaman,
faktor intelegensia, faktor kepribadian, faktor biologis.

Berbicara dapat digolongkan dalam berbagai segi yaitu segi
jarak, sarana yang digunakan, tujuan (menyampaikan informasi,
mengumpulkan informasi, pengambilan keputusan, pemecahan
masalah, dan penjualan informasi), kedinasan, lawan bicara,
hierarki, isi, dan pertumbuhan bicara.


F. Latihan

1. Berikan pengertian bahasa menurut pengertian Saudara.
2. Jelaskan pengertian bahasa dalam arti luas dan bahasa dalam
arti sempit.
3. Apa yang dimaksudkan dengan fungsi bicara dalam
kehidupan manusia?
4. Jelaskan dengan singkat faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran/kelainan dalam berbicara.
5. Macam-macam bicara dapat digolongkan dalam berbagai
segi. Uraikan berbagai segi tersebut menurut pengetahuan
Saudara.

53
BAB V
TEKNIK BERBICARA

Dalam komunikasi verbal atau berbicara yang didengar hanya berupa
suara-suara yang diucapkan melalui kata-kata yang keluar dari mulut.
Suara-suara itu harus mempunyai makna sehingga maksud dari
berbicara itu dapat dimengerti. Berbicara yang baik apabila orang
yang berbicara itu memperhatikan prinsip teknik berbicara yang
efektif.

Secara harfiah, teknik adalah kepandaian, pengetahuan dalam
membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan
seni atau kesenian, misalnya mengarang. Teknik lebih luas dari
metode. Teknik berarti pula daya upaya dan kemahiran yang terjadi
karena pikiran yang lebih luas, perasaan yang lebih tajam atau
ketangkasan jasmani yang lebih besar.

Pada bab ini kita akan membahas tentang teknik berbicara.

A. Teknik Berbicara Efektif
Sampai saat ini, masih banyak orang yang beranggapan bahwa
kemampuan seseorang berbicara, menyampaikan ide dan
gagasannya, mempengaruhi orang lewat pembicaraan adalah
anugerah Tuhan YME yang sifatnya individual.


54 Komunikasi Yang Efektif


Anggapan ini mungkin ada benarnya. Tetapi tidak mutlak, sebab
pada dasarnya keterampilan berbicara dapat dipelajari dan
ditingkatkan dengan berlatih. Masalahnya adalah bagaimana
berlatih dengan tepat agar mampu berbicara secara efektif.

Dalam tiap aksen komunikasi, baik informal atau formal, teknik
berbicara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menarik napas dalam-dalam sebelum memulai berbicara.
2. Mengatur volume berbicara agar lebih keras dari biasanya.
Caranya dengan mengatur, agar suara dapat didengar oleh
jajaran orang yang duduk atau berdiri paling jauh dari tempat
kita berbicara.
3. Menggunakan kata-kata sehari-hari yang dikenal oleh
pendengar. Orang akan tertarik pada pembicaraan yang
menggunakan kata-kata yang akrab di telinganya dari pada
kata-kata yang tidak dimengerti. (Misalnya istilah-istilah
dalam bahasa asing).
4. Layangkan pandangan (ke kiri, ke kanan atau ke tengah)
untuk menemukan pendengar yang paling berminat dan
bersimpati terhadap pembicaraan kita.

B. Mendengarkan dengan Aktif

Mendengarkan merupakan hal yang utama dalam berkomunikasi.
Mendengarkan dengan aktif berarti mendengar untuk mengerti
apa yang dikatakan di balik pesan. Apabila terjadi adanya
kekurangan dalam mendengarkan, maka yang terjadi adalah
ketidakmengertian bahasa yang digunakan, kesulitan untuk
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 55

menterjemahkan pesan yang disampaikan, kurangnya waktu
untuk menterjemahkan pesan dalam bentuk kata-kata, atau
mengabaikan komunikasi non verbal yang mengiringi pesan
verbal. Banyak kekurangan-kekurangan yang dapat dihindari
dengan cara mendengarkan secara aktif.

Mereka yang mendengarkan dengan aktif harus dapat mengetahui
juga perasaan yang melatarbelakangi pesan itu. Artinya dia harus
dapat mengetahui pesan yang diterima secara keseluruhan (total
meaning) dari apa yang dikatakan oleh seseorang. Jadi, pesan
yang diterima tidak berlebihan atau hanya sebagian saja arti
pesan yang diterima.

Beberapa tip untuk mendengarkan secara aktif.
1. Mendengarkan secara aktif dengan menangkap ungkapan non
verbal sebaik menangkap isyarat verbal. Pada saat
mendengarkan dengan aktif penerima yakin mendapatkan
umpan balik dengan menguraikan sendiri melalui kata-
katanya (paraphrasing) tentang pesan yang disampaikan oleh
sender/pengirim, dan mengulang kembali dengan caranya
sendiri.
2. Penerirna pesan mengecek kembali (perception check) apa
yang ada di balik pesan yang diterimanya untuk mengerti
pesan apa yang sesungguhnya dia terima.
3. Gambaran perilaku (behavior description). Ini merupakan
gambaran individual yang sangat spesifik. Kegiatan
mengamati orang lain tanpa membuat keputusan atau
generalisasi tentang latar belakang, orangnya, atau sifat-
56 Komunikasi Yang Efektif


sifatnya adalah upaya untuk memahami gambaran perilaku.
Serupa halnya dengan gambaran perasaan, dimana setiap
orang mempunyai ciri atau tanda yang lain seperti nama,
analogi, atau sesuatu yang mewakili, yang ini semuanya
dapat meningkatkan keaktifan dalam mendengarkan.

Teknik mendengarkan efektif dapat membantu dan memastikan
para komunikator/sender mempunyai informasi yang akurat.
Memastikan bahwa kualitas informasi yang baik tidak hanya
merupakan tantangan dalam komunikasi. Baik pengirim/sender
maupun penerima/receiver ingin memastikan bahwa mereka
mempunyai kualitas ketepatan informasi yang benar.

Perkembangan kemampuan mendengarkan membutuhkan
pengidentifikasian dari elemen-elemen individu dalam
mendengarkan serta kemampuan-kemampuan tertentu yang
dapat meningkatkan keefektifan mendengar. Brownell
menyatakan bahwa efektifitas mendengarkan dapat dimengerti
melalui indikator perilaku bahwa seseorang merasa berhubungan
dengan mendengarkan: secara efektif, sebagaimana orang-orang
merasa berhubungan dengan mendengarkan efektif dalam enam
unsur yang dikenal dengan HURIER Model (Hearing,
Understand, Remembering, Interpreting, Evaluating and
Responding) seperti pada bagan berikut.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 57











Pada kenyataanya, melaksanakan teori dari HURIER model ini
tidaklah mudah, sebab itu sangat tergantung pada individu
masing-masing orang. Namun kita tidak boleh berhenti belajar.


C. Keterampilan Berbicara

Keterampilan verbal dalam berbicara lisan merupakan
kemampuan mengekspresikan bahan pembicaraan dalam bahasa
kata-kata. Tidak ada aturan yang mengikat, atau standard dalam
penggunaannya, baik menyangkut panjang kata-kata maupun
rincian uraian yang akan disampaikan. Semuanya tergantung
pada unsur tingkat pengalaman, panjang pembicaraan, materi
pembicaraan (teknis, penuh angka atau narasi), serta waktu yang
tersedia.



58 Komunikasi Yang Efektif


Dalam berbicara hendaknya jangan menggunakan kata-kata
Jargon, yaitu kata-kata yang dibuat sendiri untuk kalangan
sendiri/orang-orang tertentu/profesi tertentu dan tidak dimengerti
oleh orang lain/kelompok lain/group lainnya.

Untuk menghindari kata-kata jargon dalam komunikasi
gunakanlah kata-kata yang pendek, sederhana, dan langsung pada
sasaran (keep language short, simple and to the point - KISS
Principle).

Teknik yang dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan efektifitas
penampilan berbicara verbal adalah sebagai berikut:
1. Percaya diri. Tiap orang pada umumnya berharap
mendengar pembicaraan terburuk yang belum pernah mereka
dengar sebelumnya.
Tetapi, pada saat bersamaan, merekapun berharap mendengar
pembicaraan terbaik. Karena itu, jika dapat berbicara lebih
baik (dari pada yang menjadi perkiraan pendengar, maka
pembicaraan akan mendapat dukungan dan penghargaan.
2. Ucapkan kata-kata dengan jelas dan perlahan-lahan.
Berikan aksentuasi (tekanan) untuk hal-hal yang dianggap
penting.
3. Bicara dengan wajar, paling tidak seperti biasanya
berbicara. Jangan terkesan seperti penyair atau sedang
berdeklamasi.
4. Atur irama dan tekanan suara, dan jangan monoton.
Gunakan tekanan dan irama tertentu untuk menampilkan
point-point tertentu, seperti marah dengan nada tinggi, sedih
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 59

dengan suara memelas dst. Tapi hindarkan kesan sebagai
pemain drama.
5. Menarik napas dalam-dalam, 2 sampai 3 kali untuk
mengurangi ketegangan. Mengatur napas secara normal dan
jangan terkesan seperti orang yang sedang dikejar-kejar.
Bilamana perlu menghentikan pembicaraan, selain untuk
mengambil napas juga berfungsi menarik perhatian.
6. Hindari sindrom EM, AH, ANU, APA ..dst. Jika
terpojok dan kehabisan bicara atau lupa cukup berhenti
sebentar. Cara ini seakan-akan menunjukkan bahwa kita
sedang berpikir dan akan berdampak positif dibanding
mengatakan apa ya, eh apa ya. Saya pikir ..
7. Membaca paragraf yang dianggap penting dari teks
tulisan. Jangan merasa malu melakukan hal ini, karena
pendengar akan berpikir bahwa kita hanya menekankan poin
pembicaraan tertentu agar lebih lengkap.
8. Siapkan air minum (terutama mereka yang sering kali
kehabisan napas jika berbicara). Selain berfungsi membasahi
kerongkongan yang kering, juga membantu pembicara
berhenti sejenak.

D. Gaya Berbicara

Gaya berbicara ialah cara berbicara yang dapat menimbulkan
daya tarik para pendengar. Gaya berbicara dapat digolongkan
menjadi :


60 Komunikasi Yang Efektif


Gaya berbicara dengan menghubungkan suara dengan
kata-kata, atau disebut gaya bahasa.
1. Gaya bahasa Asindenton: yang bertujuan agar pendengar
memperhatikan kalimat seluruhnya, bukan pada bagian-
bagian kalimat.
2. Gaya bahasa Polisidenton: yang bertujuan agar
pendengar perhatiannya terarah pada kalimat demi
kalimat.
3. Gaya bahasa Klimaks: yang bertujuan, agar para
pendengar tertarik dan memperoleh perbandingan yang
mendalam.
4. Gaya bahasa Antiklimaks: Ini berlawanan dengan
klimaks, tetapi pada dasarnya mempunyai tujuan yang
sama.
5. Gaya bahasa Hiperbola: Gaya bahasa ini bertujuan
menarik perhatian yang mendengarkan, atau
mensangatkan.
Misalnya: kita harus bekerja membanting tulang, berfikir
dengan memeras otak, kerja keras memeras keringat.
Gaya berbicara dengan gerak air muka (mimik).
Yaitu gaya berbicara tidak dengan kata-kata, tidak dengan
diam, tapi dengan gerak air muka (wajah). Warna muka dapat
menjadi alat komunikasi. Warna muka merah mungkin
sedang marah, atau malu. Sedangkan warna muka pucat
mungkin sedang ketakutan atau sedang sakit, kaget karena
melihat atau mengalami hal-hal yang sangat luar biasa di luar
kemauannya.

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 61

Gaya berbicara dengan gerak anggota badan (panto
mimik).
Misalnya dengan geleng kepala berarti tidak setuju,
menganggukkan kepala tanda setuju, menggunakan gerak
tangan yang menunjukkan pengertian bicara tertentu,
menggaruk-garuk kepala, menggigit kuku jari-jari. Cara
berbicara seperti ini dapat digunakan dalam rapat yang
peserta rapatnya berjauhan.
Gaya berbicara dengan gerak gerik (panto mimik dan
mimik).
Gerak gerik termasuk bahasa dalam pengertian luas dan
sebagai alat komunikasi. Gerak bukan hasil kebudayaan, akan
tetapi tumbuh sendiri sebagai alat komunikasi.

E. Hal-Hal Yang Menarik

Hal-hal menarik yang dapat mempengaruhi pembicaraan selain
teknik dan gaya berbicara, antara lain: cara berpakaian,
pandangan mata, raut muka, sikap, suara, dan tulisan.

Pakaian
Cara berpakaian yang baik, sederhana, serasi, rapi, bersih
akan menambah serta menunjukkan :
1. rasa percaya diri,
2. rasa harga diri, dan
3. kepribadian seseorang.
Dalam hal pakaian bukan benar dan salahnya berpakaian,
akan tetapi kepantasan berpakaian, sebab kita hidup dalam
62 Komunikasi Yang Efektif


kancah kehidupan. Pakaian yang pantas adalah kebutuhan
hidup. Warna pakaian juga berpengaruh pada penampilan,
misalnya warna pakaian yang agak terang akan memberikan
dampak visual dan penampilan, serta kredibilitas yang lebih
kuat. Warna pakaian hitam dapat mengkomunikasikan yang
bersangkutan sedang berduka cita, atau akan menghadiri
suatu pesta yang anggun.

Pandangan mata
Perlu mendapat perhatian karena selain menunjukkan
kepribadian, tatakrama, juga menunjukkan wibawa seorang
pembicara. Jangan berbicara dengan menundukkan kepala,
selain dianggap tidak sopan dapat juga dianggap tidak
menguasai permasalahan yang dibicarakan.

Gunakan kontak mata secara langsung (pada bangsa/suku
bangsa tertentu hal ini masih belum dapat diterima).

Raut muka
Raut muka hendaknya mengikuti isi pembicaraan. Rasa
heran, rasa gembira, rasa kagum, rasa terkejut, rasa sedih
tidak hanya diungkapkan dengan kata-kata saja akan tetapi
dapat ditunjukkan dengan wajah, raut muka.

Sikap badan
Sikap badan dapat ditunjukkan dengan sikap duduk dan sikap
berdiri.

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 63

Sikap duduk: Duduk dengan sopan. Sebelum pembicaraan
dimulai usahakan jangan duduk terlebih dahulu di depan
pendengar, lebih baik pembicara muncul di depan pendengar.
Usahakan duduk sebaik mungkin.

Boleh juga duduk dengan salah satu kaki disilangkan ke atas
kaki yang lain, namun harus tampak anggun dan sopan.
Sikap berdiri. Berdiri dengan tegap, mengatur segala
sesuatunya dengan cermat agar situasi menjadi tenang.
Sikap selanjutnya dada ke depan, bahu ditarik ke belakang,
dan angkat kepala tinggi-tinggi, letak tangan digantungkan di
sisi bawah. Sikap badan yang loyo akan mengkomunikasikan
bahwa orang yang bersangkutan tidak kredibel, tidak
profesional (walaupun sering tidak tepat).

Suara
Setiap orang mempunyai suara yang berbeda-beda, ada yang
merdu, keras, lemah, parau dan sebagainya. Suara pada
dasarnya pembawaan seseorang. Agar suara mempunyai
kesan positif, hendaknya: jelas ucapan-ucapannya, tidak
monoton, bersemangat, dapat didengar (tidak terlalu lemah),
dan berekspresi.

Tulisan
Tidak lain dari lambang-lambang, baik dalam bentuk huruf,
angka, gambar, sebagai sarana menjelaskan apa yang
dibicarakan.

64 Komunikasi Yang Efektif


Senyum
Sekulum senyum yang tulus berawal dari lubuk hati,
kemudian tersungging di bibir dan tercermin di mata.

Berjabat tangan
Jabat tangan yang baik mengepal seluruh tangan,
menggerakkan dua sampai tiga kali. Jangan berjabat tangan
dengan menggenggam erat-erat teman jabat tangan, atau
hanya asal nempel tangan teman jabat tangan.

Berpikir, bertindak dan selalu terlihat senang dan
sukses
Tidak semua orang dapat melakukan hal seperti ini. Berpikir
dalam hal ini maksudnya adalah berpikir secara positif, dapat
memahami orang lain, bertindak positif dan menampilkan diri
sebagai orang yang tidak memiliki masalah besar.

Ingat nama
Nama seseorang adalah kata yang paling penting didengar
oleh si empunya nama, dan selalu menarik perhatiannya.
(Misalnya : Saudara Yamin apa kabar? Atau Pak Juni kapan
kita berjumpa lagi?, Ibu Adit, senang bertemu Anda, Mbak
Santhy apa yang bisa saya bantu? ).

Tunjukkan daya tarik yang tulus terhadap orang
yang dihormati
Bagi suku bangsa atau bangsa tertentu hal ini dapat
ditunjukkan dengan sedikit membungkukkan badan, atau
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 65

bicara dengan tangan "ngapu rancang", mendengarkan
dengan seksama apa yang disampaikan oleh yang
bersangkutan.

F. Rangkuman

Dalam berbicara yang baik harus memperhatikan prinsip dan
teknik komunikasi. Prinsip secara harafiah mempunyai arti
pokok/dasar, keyakinan, sendi-sendi yang mempunyai asas atau
kebenaran yang menjadi dasar berpikir, bertindak dan berbuat.

Sedangkan teknik adalah kepandaian, pengetahuan
membuat/melakukan sesuatu berkenaan dengan seni. Teknik
disebut juga metode, daya upaya dan kemahiran yang terjadi
karena pikiran yang lebih luas, dan perasaan yang lebih tajam.

Trik-trik dalam berbicara yaitu dengan menarik napas dalam-
dalam, dan mengatur volume suara.

Mendengarkan merupakan hal yang penting dalam komunikasi.
Mendengarkan dengan aktif berarti mengerti apa yang dikatakan
di balik pesan yang diterima. Beberapa tip untuk mendengarkan
dengan aktif yaitu paraphrasing, perception check, dan behavior
description.

Keterampilan dalam berbicara merupakan kemampuan
mengekspresikan pembicaraan dalam bahasa kata-kata.
66 Komunikasi Yang Efektif


Semuanya tergantung pada pengalaman, pengetahuan, panjang
dan pendeknya pembicaraan, serta isi pembicaraan.

Keterampilan bicara biasanya diikuti dengan gaya bicara. Ada
beberapa gaya bicara yang biasanya mengikuti kegiatan bicara itu
sendiri yaitu:
1. Gaya berbicara dengan menghubungkan suara dengan kata-
kata atau disebut gaya bahasa yang meliputi Asidenton,
Polisidenton, Klimaks, Antiklimaks, dan Hiperbola.
2. Gaya berbicara dengan gerak muka (mimik).
3. Gaya bicara dengan gerak badan (panto mimik), dan
4. Gaya berbicara dengan gerak gerik.

Hal-hal menarik lainnya yang mempengaruhi berbicara ialah:
pakaian, pandangan mata, air muka, sikap badan, suara, senyum,
berjabat tangan, berpikir, bertindak dan selalu terlihat senang dan
sukses, ingat nama, tunjukkan daya tarik yang tulus terhadap
orang yang dihormati.

Dalam berkomunikasi hendaknya hindarilah menggunakan kata-
kata Jargon, dengan berusaha menerapkan KISS principle.

G. Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan teknik berbicara. Jelaskan
dengan singkat.
2. Uraikan secara singkat beberapa tip untuk mendengarkan
dengan aktif.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 67

3. Keterampilan berbicara dipengaruhi oleh beberapa hal.
Sebutkan pengaruh-pengaruh tersebut.
4. Uraikan beberapa gaya berbicara yang dapat membantu
pembicaraan menjadi lebih efektif.
5. Apa saja yang dapat menarik agar pembicaraan lebih efektif?
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kata-kata jargon, dan
berikan contohnya.
7. Apa yang Saudara ketahui tentang HURIER Model.
68
BAB VI
KOMUNIKASI RESPEKTIF SEBAGAI
LANDASAN INTERAKSI MUTUAL


Komunikasi respektif adalah komunikasi yang saling menghargai
antara para pelaku komunikasi. Langkah awal untuk membangun
komunikasi respektif ini adalah upaya meningkatkan integritas diri
atau kepercayaan orang lain terhadap diri sendiri. Integritas artinya
kualitas untuk dapat dipercaya (the quality of being trust). Respek
terhadap keberadaan orang lain adalah nilai mutlak untuk menjalin
hubungan timbal balik antar perorangan (interpersonal interaction)
yang mutualistik atau saling menguntungkan. Perbaikan hubungan
timbal balik antar perorangan juga akan memberi kemudahan
komunikasi antar individu yang berbeda budaya dengan
meningkatkan penghargaan/kepercayaan, toleransi, dan jawaban yang
berbeda.

Pada bab ini kita akan membahas tentang bagaimana membangun
interaksi yang mutualistik atas dasar komunikasi respektif.

A. Prinsip-Prinsip Komunikasi Respektif

Para pimpinan, bawahan dan para komunikator lainnya dapat
menciptakan komunikasi respektif untuk membangun suasana
yang saling mendukung dengan enam prinsip sebagai berikut ;
1. Positive thinking (berprasangka positif). Lebih baik
menguraikan atau mendeskripsikan keadaan yang apa adanya
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 69

daripada mengevaluasi berita atau pesan untuk mencari-cari
kelemahan orang lain. Memberi informasi dan bertanya
tentang informasi lebih baik dari pada sekedar menghargai
atau memuji, membenarkan pendapat, atau rnenyatakan
secara tidak langsung bahwa penerima seharusnya tidak
merubah pesan;
2. Solution-oriented (berorientasi pada solusi). Berorientasi
pada pemecahan masalah dengan cara berkolaborasi dalam
menggali masalah bersama yang dihadapi jauh lebih baik dari
pada mencoba mengawasi atau mengontrol pendengar atau
dengan membesar-besarkan sikap dari komunikator;
3. Being honest. Gunakan spontanitas dan kejujuran, serta
nyatakan maksud sesungguhnya dari pada secara ambisius
memakai strategi yang melibatkan orang lain untuk
memanipulasi demi mencapai berbagai maksud pribadi;
4. Emphaty. Sampaikan empati dan gunakan perasaan dalam
mendengarkan dari pada sekedar memperlihatkan
ketidakseriusan atau bersikap netral;
5. Feeling. Merasakan apa yang orang lain rasakan adalah lebih
baik dari pada melebih-lebihkan apa yang disampaikan
pendengar. Berikan isyarat bahwa kita masuk sebagai bagian
dari hubungan, tidak hanya mendominasi hubungan timbal
balik;
6. Communicate. Gunakan komunikasi bila orang lain mencoba
perilaku dan ide-idenya dari pada sekedar mengikuti saja.
Mereka tidak akan memberikan kesan kalau mereka tahu
akan jawabannya, karena mereka tidak memerlukan bantuan
orang lain.
70 Komunikasi Yang Efektif


B. Yang Harus Diperhatikan Dalam Komunikasi
Respektif

Dalam berkomunikasi akan ada keseimbangan antara
mengadakan kajian dengan memberikan anjuran/saran
(balancing advocacy and inquiry). Para manajer di negara-
negara barat telah mendapat latihan sepanjang masa untuk dapat
berbicara dengan lebih baik dan lebih jelas (artikulasi) dalam hal
memberikan saran dan memecahkan masalah. Mereka tahu
bagaimana menyajikan dan berargumentasi untuk
mempertahankan pandangannya.

Orang akan menjadi matang dalam organisasi karena mereka
dipaksa berhadapan dengan isu-isu yang lebih rumit dan saling
tergantung, di mana tidak seorang pun tahu jawabannya, dan
pilihannya akan jatuh pada kelompok yang mempunyai
kesepakatan berfikir bersama dalam memperoleh pandangan
baru. Dalam situasi seperti ini, mereka perlu belajar menguasai
keterampilan penyeimbangan antara mengadakan kajian dengan
memberikan anjuran.

Apabila kita akan mengembangkan kajian dan anjuran, maka
kita dapat mengemukakan alasan dan pemikiran yang kemudian
mengajak orang lain untuk menantang kita: "Inilah pandangan
saya, dan di sini pula saya sampai kepada keputusan tersebut".
"Bagaimana pandangan anda?" "Apa yang menarik dan apa yang
tidak menarik menurut pandangan anda?" . "Apa anda melihat
cara lain agar saya dapat memperbaikinya?".
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 71

Keseimbangan antara kajian dan anjuran kadang-kadang sulit
untuk diterapkan oleh orang yang kukuh pada pendiriannya.
Namun hasilnya akan nampak dalam bentuk yang lebih kreatif
dan lebih mendalam di mana akan terjadi apabila orang
menggabungkan dengan perspektif ganda.

Kajian bukan merupakan rekomendasi satu-satunya, karena pada
umumnya orang selalu mempunyai pandangan-pandangan yang
ingin disampaikan, dan memang penting untuk disampaikan
yakni dalam hubungan yang memungkinkan orang belajar lebih
banyak tentang pandangan orang lain. Disamping itu mereka
akan mempelajari lebih banyak tentang pandangan orang
tersebut.

Demikian juga tidak dengan seseorang yang akan merubah
pandangannya yang kukuh. Misalnya dengan menggunakan
kata-kata: ("Inilah yang saya katakan") ("Sekarang apa
tanggapan anda?").

Penyeimbangan antara kajian dan saran berarti mengembangkan
berbagai macam keterampilan. Ada kajian dan anjuran yang
tidak berfungsi, yaitu dengan mengadakan "interrogating".
Dalam melakukan interrogating, orang/komunikator tidak
memperdulikan orang yang ditanya.

Dalam bentuk lunak saran dapat berupa "inquisition". Namun
bila pemberi saran hanya "dictacting" (mendikte) yaitu
berbicara dari sudut pandangnya sendiri, sementara itu ia
72 Komunikasi Yang Efektif


menolak proses "reasoning" atau memberi alasan/jalan keluar,
maka hal ini merupakan komunikasi yang tidak sehat.

Bagi orang yang tidak bersedia mengekspose pemikirannya, ia
dapat "withdrawing" menarik diri (berdiam diri) disamping
memanfaatkan kesempatan untuk belajar melalui
observasi/pengamatan.

Salah satu bentuk percakapan yang paling merusak adalah
politicking/mempolitisir. Ini adalah komunikasi/percakapan yang
dilakukan tanpa argumentasi.

Secara alamiah masing-masing individu memiliki kegemaran
untuk memberikan kajian dan saran/anjuran. Debat dalam ilmu
hukum mengajarkan saran/anjuran, sedangkan bagi wartawan,
pekerja sosial dan para jaksa (apabila berpraktek dengan baik)
mengajarkan kajian.

Orang diberikan penghargaan lebih, karena sarannya yang baik.
Wanita diberi penghargaan lebih karena kajiannya.

Di negara-negara Timur atau Selatan wanita diajari bahwa
menyatakan apa yang diinginkan atau yang dibutuhkan
merupakan pendidikan yang rendah. Artinya hal yang semacam
itu tidak dibenarkan. Akan tetapi dalam perkembangannya saat
ini anggapan seperti tersebut sudah makin berkurang. Artinya
wanita sudah dapat menyampaikan apa yang diinginkan atau
yang dibutuhkan bagi kehidupannya. Perhatikan gambar berikut.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 73












H. Rangkuman

Peningkatan kepercayaan merupakan langkah awal untuk
membangun komunikasi respektif sebagai landasan untuk
berinteraksi secara mutual.

Peningkatan hubungan mutualistik ini akan meningkatkan mutu
komunikasi diantara mereka yang berbeda budaya.

Para komunikator, apakah ia seorang atasan, atau bawahan dapat
menciptakan interaksi mutual dengan enam prinsip yaitu: 1.
Menggunakan deskripsi, 2. Berorientasi pada pemecahan
masalah, 3. Spontanitas, jujur, 4. Memberikan empati, dan
menggunakan perasaan, 5. Menggunakan kecenderungan apa
yang mereka rasakan adalah sama dengan yang kita rasakan, 6.
Meningkatkan komunikasi.

Dalam berkomunikasi juga harus ada keseimbangan dalam
memberikan kajian dan saran. Pada saat bertanya hendaklah
74 Komunikasi Yang Efektif


jangan interrogating, pada saat mengadakan pengamatan
janganlah withdrawing, dan pada saat berbicara jangan
dictating/mendikte, dan pada saat membangkitkan atau mencari
sebab janganlah politicking.

I. Latihan

1. Langkah awal dalam komunikasi adalah peningkatan
kepercayaan antar komunikator. Jelaskan maksud dari
pernyataan ini.
2. Uraikan dengan singkat enam prinsip dalam upaya
menciptakan suasana mutualistik di antara pelaku
komunikasi.
3. Penyeimbangan antara kajian dan saran akan memperoleh
keterampilan tertentu. Uraikan
4. Keterampilan apa saja yang dapat diperoleh dari kegiatan
penyeimbangan tersebut.
5. Dalam hal seseorang memberikan kajian dan saran, hal-hal
apa yang tidak boleh dilakukan?









75
BAB VII
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
DENGAN HUBUNGAN YANG SEHAT

Dari apa yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, jelaslah bahwa
komunikasi mencakup hampir setiap interaksi antara sesama manusia.
Oleh karena itu, jalinan komunikasi dengan hubungan (relationship)
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Artinya, seseorang tidak
mungkin berhubungan dengan orang lain tanpa melakukan
komunikasi. Komunikasi berkenaan erat dengan cara seseorang
mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya kepada orang
lain,

Apapun yang orang katakan kepada orang lain, secara langsung
sebenarnya orang itu juga mengirimkan kesan dan pesannya tentang
pendapat orang lain dan pendapatnya sendiri, serta dia akan
menunjukkan apakah dirinya jujur dan tulus dengan apa yang
dikatakannya.

Dalam komunikasi non lisan meskipun tidak diungkapkan dengan
kata-kata, banyak hal yang tersampaikan melalui isyarat, raut muka,
dan sikap. Jadi seseorang yang melakukan komunikasi non lisan,
sesungguhnya dia berbicara lebih lantang dari ucapannya.

Apa yang orang katakan dan lakukan, serta bagaimana orang
mengatakan dan melakukannya, secara langsung sebenarnya sangat
76 Komunikasi Yang Efektif


mempengaruhi dan membentuk pendapat orang lain tentang diri
orang tersebut. Buktinya, pendapat orang lain tentang seseorang
sering kali terbentuk atas dasar cara seseorang berkomunikasi.
Misalnya, si A dikatakan kasar karena dia selalu berkomunikasi
dengan suara keras dan menggunakan kata-kata yang tidak pantas.
Atau si B tidak pernah tegas karena dia berkomunikasi dengan
menggunakan kata-kata yang tidak jelas dan dengan suara yang
lemah lembut. Tentu saja hal inipun mempengaruhi bagaimana orang
lain bereaksi terhadap orang itu. Dengan kata lain komunikasi adalah
saluran dua arah.

Komunikasi yang diucapkan atau yang tidak diucapkan, bisa jelas
atau bisa juga samar-samar, terbuka atau terkontrol (guided), jujur
atau tidak jujur, tetapi tidak ada istilah tidak ada komunikasi. Artinya,
tetap ada komunikasi. karena bahasa tubuh seseorang merupakan
ekspresi wajah, nada suara dan tingkat ketertarikan, orang tetap
mengkomunikasikan sesuatu terhadap orang lain yang memang
mengamati kita. Oleh karena gagasan-gagasan dan minat seseorang
disampaikan kepada orang lain dengan berbagai cara tertentu, tentu
saja orang itu akan berhasil menyampaikannya kalau dia sebagai
komunikator yang efektif. Masalahnya, seseorang sering kali
bermaksud mengkomunikasikan satu hal, tetapi nyatanya orang itu
malah mengkomunikasikan hal yang sama sekali berbeda dari yang
dia maksudkan. Dengan kata lain, dia seringkali menyampaikan
maksud orang lain dengan cara yang kurang atau bahkan tidak
komunikatif, sehingga orang lain tidak begitu memahami apa yang
dia coba sampaikan. Inilah yang dinamakan dengan komunikasi yang
tidak efektif (ineffective communication).
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 77

Komunikasi yang efektif mempunyai tiga unsur yaitu kecepatan,
kecermatan, dan keringkasan. Para komunikator yang cermat akan
memperoleh promosi yang lebih cepat dibandingkan dengan
komunikator yang kurang cermat. Kecermatan merupakan unsur yang
paling utama dalam menunjang karier seseorang dalam pekerjaannya.
Sedangkan unsur ketepatan dan keringkasan tidak ada hubungannya
dengan karier seseorang.

Pada dasarnya, berkomunikasi secara efektif menjadi cita-cita setiap
orang yang berkomunikasi. Komunikasi dapat dikatakan efektif
apabila:
1. Pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh
si pengirim.
2. Pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan
perbuatan yang dikehendaki oleh pengirim.
3. Tidak ada hambatan untuk melakukan apa yang seharusnya
dilakukan untuk menindak lanjuti pesan yang dikirim.
(Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal)

Komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat juga tergantung
dari macam perilaku komunikasi, yang dapat dibedakan sebagai
berikut :

1. Komunikasi formal: dikatakan komunikasi formal atau resmi
karena dilakukan dalam lembaga formal atau lembaga resmi
melalui jalur garis perintah, berdasarkan struktur organisasi oleh
pelaku yang berkomunikasi sebagai petugas organisasi dengan
status masing-masing, yang tujuannya menyampaikan pesan yang
78 Komunikasi Yang Efektif


berkaitan dengan kepentingan dinas dan dengan bentuk resmi
yang berlaku pada organisasi resmi pada umumnya. Atau
komunikasi dapat juga dikatakan formal apabila komunikasi
antara dua orang atau lebih yang ada pada suatu organisasi,
dengan tegas telah diatur dan ditentukan dalam struktur organisasi.

2. Komunikasi informal atau the grapevine: adalah komunikasi
antara orang yang ada dalam satu organisasi, akan tetapi tidak
direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi.
Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan
sosial persahabatan kelompok informal, penyebaran informasi
yang bersifat private (issue, gossip, atau rumors).

Menghadapi penyebaran informasi yang demikian itu ada tiga hal
yang perlu dibuat:
a. Jangan berbuat hanya berdasarkan desas-desus sebab beritanya
tidak akurat dan tidak dapat diandalkan.
b. Jika mungkin carilah sumber berita yang dapat dipercaya.
c. Jika tidak mungkin mendapatkan sumber beritanya gunakan
akal sehat dan bertindaklah menurut akal sehat.
(Ages. M. Hardjana,Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal)

Informasi grapevine (kabar burung) pada umumnya timbul melalui
rantai kerumunan di mana seseorang menerima informasi dan
diteruskan kepada seseorang atau lebih, dan seterusnya, sehingga
informasi itu tersebar keberbagai kalangan. Akhirnya, kebenaran
informasi itu menjadi kabar atau hilang. Hal demikian sering terjadi
dalam komunikasi grapevine, karena pengiriman informasi tidak
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 79

didasarkan pada kenyataan yang ada dan selalu tidak dicek
kebenarannya.

Komunikasi informal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
sebagai komunikasi yang tidak resmi tetap mempunyai manfaat
sebagai berikut:
1. memenuhi kebutuhan sosial untuk berhubungan dengan orang lain
dan manjadi bagian kelompok.
2. menjadi jalan untuk mempengaruhi orang lain.
3. menjadi sumber informasi kerja yang tidak diperoleh melalui
saluran informasi resmi. Dengan demikian, kerja jalan terus meski
tidak ada informasi resmi yang diperoleh.
4. mengatasi kelambatan komunikasi yang sering kaku dan harus
melalui berbagai saluran dan jalur.
(Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal)

Komunikasi non formal: adalah komunikasi antara yang
formal/resmi dengan yang tidak resmi/informal, komunikasi yang
berhubungan dengan pekerjaan dengan komunikasi yang
berhubungan dengan hubungan pribadi.

Ciri-ciri komunikasi yang tidak efektif antara lain:
1. Tidak langsung (bertele-tele), tidak mengatakan maksud dan
tujuan secara jelas.
2. Pasif (malu-malu, tertutup).
3. Antagonistis (marah-marah, agresif atau bernada kebencian).
4. Kriptis (pesan atau maksud yang disampaikan tidak jelas dan
memerlukan interpretasi).
80 Komunikasi Yang Efektif


5. Tersembunyi (maksud yang sesungguhnya tidak pernah
diungkapkan secara terbuka).
6. Tidak secara lisan alias non verbal (pesan disampaikan melalui
bahasa tubuh dan perilaku, bukan dengan kata-kata).
7. Satu arah (lebih banyak berbicara dari pada mendengarkan).
8. Tidak responsive (sedikit/atau tidak ada minat terhadap
pandangan atau kebutuhan orang lain).
9. Tidak nyambung (respon dan kebutuhan orang lain disalah artikan
dan disalah interpretasikan).
10. Tidak terus terang (perasaan, gagasan dan keputusan diungkapkan
secara tidak jujur).

Ciri-ciri komunikasi yang efektif adalah sebagai berikut:
1. Langsung (to the point, tidak ragu menyampaikan pesan).
2. Asertif (tidak takut mengatakan apa yang diinginkan dan
mengapa).
3. Congenial (ramah dan bersahabat).
4. Jelas (hal yang disampaikan mudah dimengerti). Terbuka (tidak
ada pesan dan makna yang tersembunyi).
5. Secara lisan (menggunakan kata-kata untuk menyampaikan
gagasan dengan jelas). Dua arah (seimbang antara berbicara dan
mendengarkan).
6. Responsif (memperhatikan keperluan dan pandangan orang lain).
7. Nyambung (menginterpretasi pesan dan kebutuhan orang lain
dengan tepat).
8. Jujur (mengungkapkan gagasan, perasaan dan kebutuhan yang
sesungguhnya).

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 81

A. Rangkuman

Komunikasi mencakup hampir setiap interaksi antara seseorang
dengan orang lain. Oleh karena itu, antara komunikasi dengan
hubungan/relation adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Artinya, antara seorang dengan orang lainnya tidak dapat
berhubungan tanpa melakukan komunikasi.

Komunikasi yang diucapkan atau tidak diucapkan bisa jelas,
samar-samar, terbuka atau terkontrol.

Komunikasi efektif dan hubungan yang sehat tergantung pada
tiga macam perilaku komunikasi yang dapat dibedakan menjadi:
Komunikasi formal, komunikasi informal/grapevine dan
komunikasi non formal.

Komunikasi formal terjadi dalam lembaga formal, dan dalam
hubungan yang formal. Komunikasi informal terjadi secara
spontan dan biasanya berkerumun serta membicarakan hal-hal
yang tidak ada sumber beritanya yang pasti (sekedar desas-
desus). Sedangkan komunikasi non formal adalah gabungan
antara komunikasi formal dengan informal.

Ada beberapa ciri komunikasi yang tidak efektif dan ciri-ciri
komunikasi yang efektif.



82 Komunikasi Yang Efektif


B. Latihan

1. Berikan beberapa contoh komunikasi yang tidak efektif
dengan mengacu pada ciri-cirinya.
2. Berikan beberapa contoh komunikasi yang efektif dengan
mengacu pada ciri-cirinya.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi grapevine.
4. Adakah manfaat dari komunikasi informal? Bila ada sebutkan
apa manfaatnya dan bila tidak ada jelaskan jawaban Saudara.

83
LATIHAN I
(waktu 15 menit)

Latihan ini bertujuan memberikan pemahaman mengenai komunikasi
dalam kalimat-kalimat tertentu, yang akan memberikan makna yang
berbeda antara satu kalimat dengan kalimat lainnya.

Kelas dibagi menjadi 6 kelompok : tugaskan masing-masing
kelompok membuat 2 kalimat yang mempunyai makna :
1. Komunikasi sebagai bidang ilmu pengetahuan;
2. Komunikasi sebagai pesan;
3. Komunikasi sebagai hubungan;
4. Komunikasi sebagai keterampilan;
5. Komunikasi sebagai peristiwa.












Lampiran 1a

84 Komunikasi Yang Efektif


Burung Film Ikan Pulpen
Burung Dara Aktor Tiram Telepon
Burung Hitam Film Garam Meja
Angsa TV Script Air Stapler
Burung Pipit Kamera Laut Kertas

















Modul Diklat Prajabatan Golongan III 85

LATIHAN II
(waktu 15 menit)

Latihan ini bertujuan membantu peserta memahami bagaimana
seseorang dapat dengan mudah mengingat pesan terstruktur dari pada
pesan yang tidak terstruktur.

Dalam lampiran 1a, semua nama-nama benda dikumpulkan dalam
keluarga yang sama di setiap kolomnya. Dilampiran 1b nama-nama
benda tersebut ditempatkan secara acak.

Tunjuk 10 orang peserta, lima orang duduk di sebelah kanan
widyaiswara, yang mendapat lembar lampiran 1a, dalam keadaan
halaman belakang menghadap ke atas, dan 5 orang di sebelah kiri
Widyaiswara yang mendapat lembar lampiran 1b dalam keadaan
halaman belakang menghadap keatas. Widyaiswara meminta pada
kesempatan pertama agar kesepuluh peserta melihat kertas selama 10
detik tanpa men-catat apapun.

Selanjutnya Widyaiswara meminta kesepuluh peserta untuk
meletakkan kertas tersebut kembali dengan halaman belakang
menghadap keatas. Para peserta diminta untuk menuliskan semua
kata yang mereka ingat tanpa mencontek.

Widyaiswara mengumpulkan semua kertas dan membaginya menjadi
dua, selanjutnya widyaiswara membacakan semua nama benda yang
tidak terstruktur dan setiap peserta diminta untuk mencoret semua
kata yang benar tanpa mencontek.
86 Komunikasi Yang Efektif


Lampiran 1b

Burung Dara Film Ikan Pulpen
Laut Burung Pipit Aktor Kamera
Burung Kertas Garam Meja
Angsa TV Script Air Stapler
Film Tiram Telepon Burung Hitam
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 87

LATIHAN III
(waktu 10 menit)

Tujuan pelatihan ini, untuk memberikan pemahaman kepada peserta
tentang pesan berantai, yang sering terdistorsi, disebabkan tidak
terpenuhinya Seven Cs Communication sebagai faktor keberhasilan
komunikasi.

Tunjuk 7 orang peserta, diminta berbaris, kepada peserta paling
depan diminta membaca lembar X, atau lembar Y, dan
menyampaikan kepada peserta kedua dan seterusnya sampai peserta
no. 7.

Seven Cs Communication :

Credibility,
Context,
Content,
Clarity,
Continuity and consistency,
Capability of audience,
Channels of distribution.






I feel you should know
that beneath this debonair,
suave, sophisticated, elegant
exterior.
88 Komunikasi Yang Efektif


Lembar Y

Widyaiswara Tidak Datang
Belum Jadi Datang Widyaiswara
Widyaiswara Belum Bisa Datang
Benar-Benar Widyaiswara Tidak Datang


Lembar X

Widyaiswara Tidak Jadi Datang
Tidak Jadi Datang Widyaiswara
Jadi Widyaiswara Tidak Datang
Modul Diklat Prajabatan Golongan III 89

LATIHAN IV
(waktu 20 menit)

Latihan ini bertujuan meningkatkan pemahaman peserta,
bahwa komunikasi satu arah tidak seefektif bila dibandingkan dengan
komunikasi dua arah.
Latihan tahap 1 : Panggil satu peserta, dan berikan 1 gambar
kepadanya, mintalah kepada yang
bersangkutan untuk meminta rekan-rekan
peserta lainnya menggambar sesuai dengan
gambar 1, dengan ketentuan peserta tidak
boleh bertanya.
Latihan tahap 2 : Panggil satu peserta lainnya, dan berikan
gambar 2 kepadanya, mintalah kepada yang
bersangkutan untuk meminta rekan-rekan
peserta lainnya menggambar sesuai dengan
gambar 2, dengan terlebih dahulu
memberikan kejelasan. Misalnya: sebelah
kanan (dengan mengangkat tangan kanan),
sebelah kiri (dengan mengangkat tangan
kiri), gambar kotak ukuran 3 x 3 cm, buat
gambar trisium, ketupat, dll.
90 Komunikasi Yang Efektif



91
DAFTAR PUSTAKA

Anomymous, (1986), Public Speaking. AIESEC. Singapore.
Anomymous, (1986), Public Relation. AIESEC. Singapore.
Collins Cobnild English Langrage Dictionary.
Dennis. M. (1957), Better Business Communication. London.
McGraw-Hill Book Company Inc.
Espey, F.J.D. &, Mulbauser, F. (1966), Language, Rhetoric and Style.
New York. McGraw Hill Book Company.
Gordon, J. R (1996), Organizational Behavior, A Diagnostic
Approach, Fifth Edition. Prentice Hall.
Greenberg, J. & Baron, R.A. (1995), Behavior In Organization,
Understanding And Managing The Human Side Of Work,
Fifth Edition. Prentice Hall.
Hardjana, A. M. (2003), Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal.
Jakarta. Kanisius.
Jones, H., Mann, R. (1997), Setting The Scene, Workplace
Communication Skills. Addison Wesley Lungman Australia
PTY Limited.
Julius, F.(1978), Body Language. London. Pan Books.
Lilico, T.M. (1972), Komunikasi Menejemen. Jakarta. Lembaga
Pendidikan dan Pembinaan Manajemen.
Liliwen, A. (1991), Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT Citra
Aditya Bakti.
Longman Dictionary of Contemparary English.
Oxford Advanced Learner's Dictionary.
Senge, M.P. (1990), The Fifth Discipline, The Art & Practice of The
Learning Organization. Currency and Doubleday.
92 Komunikasi Yang Efektif


Soehoet, A.M.H. Drs. (2002), Pengantar Ilmu Komunikasi. Yayasan
Kampus Tercinta-IISIP.
Soehoet, A.M.H. Drs. (2002), Teori Komunikasi 1 dan 2. Yayasan
Kampus Tercinta-IISIP.
Wursanto, Ig. Drs. (1994), Etika Komunikasi Kantor. Jogjakarta.
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai