Anda di halaman 1dari 3

(Adab dalam bersahabat) Ibrahim bin Syaiban rahimahullah berkata, “Kami tidak

pernah bersahabat dengan orang yang mengatakan ini sandalku dan ini tempat air
minumku.”

Al Junaid-rahimahullah-berkata, “Sungguh saya ditemani seorang fasik yang


berakhlak balk adalah lebih saya senangi daripada orang yarag pandai membaca al-
Qur’an namun jelek akhlaknya.”

kalau ada 10, gimana kalau 15, gimana kalau 100, gimana kalau 1000?

Terpikir sekilas wah bisa menyenangkan, meriah, tapi juga bisa akan banyak hal
sebaliknya.
Dalam keseharian ke-3 anak kami yang masih kecil ini, banyak hal lucu yang terjadi,
hal menyenangkan dan juga hal yang menguji kesabaran, membangkitkan emosi dan
marah. Setiap hari rasanya selalu saja ada hal-hal yang membuat saya merasa kesal,
ingin marah kepada mereka. Hari ini si Sulung yang berulah, besok si Tengah yang
ngambek, lusa si Bungsu yang aneh-aneh. Kadang bisa dalam 1hari, ketiganya
berulah membuat saya ingin marah, marah beneran, dan menghukum mereka.

Sekilas hal-hal itu merupakan hal yang wajar bagi kita semua yang sudah mempunyai
anak, atau keponakan. Orang bisa bilang “Ya biasaaa, namanya juga anak-anak..“

Bagi saya, yang tergolong cepet marah karena hal-hal tadi, banyak hal-hal yang saya
anggap salah, salah mengerjakan tugas, melalaikan tugas, tidak mendengarkan
nasehat, tidak mendengarkan perintah dengan baik, atau tidak menurut, membantah,
membuat saya marah, alias Cepat Marah. Tetapi di sisi lain, kalau saya marah, juga
kasihan meliat mereka, saya juga kuatir meninggalkan bekas luka yang dalam dihati
ank-anak saya.

Pelajaran yang berkesan buat saya, dalam setiap saya marah, selalu terbersit kata-kata

“Setiap hari, selalu bikin papa marah, selalu ada aja yang bikin papa marah,…” dan
juga sering terucapkan.
Anak saya diam, dan kalau ditanya “Memangnya, senang kalau papa marah ?,”
mereka menjawab “Tidak“.

Saya sadari memang masa kecil banyak hal yang tidak sengaja, tidak terpikir, bahwa
apa yang diperbuat akan membuat orang tua saya juga marah. Baru sadar setelah
ditegur, setelah dimarahi. Kalau saya dimarahi, sering juga ada hukuman, tidak boleh
ini, tidak boleh itu.

Ada hukuman yang dikenakan atas kesalahan saya, ada penundaan atas hadiah yang
semula dijanjikan,
Saat saya memarahi anak saya, saya seakan mendengar kata-kata saya sendiri, dan
juga seperti menerima kata-kata itu untuk untuk saya. Seperti jawaban atas
pertanyaan, hal-hal yang tidak saya mengerti akan Kasih Tuhan Bapa.

Perumpamaan Tuhan Bapa, sebagai Bapa, memberikan banyak penjelasan dari sisi
saya sebagai ayah dari anak-anak saya yang CUMA 3 ini, yang 3 saja sudah bikin
saya sering marah-marah, Bagaimana dengan Bapa kita yang di surga yang punya
anak sedemikian banyak di bumi ini, 5 atau 6 Milyard penduduk bumi sekarang ini.

Tiap hari kita, saya, berbuat hal-hal yang tidak boleh, tidak nurut, membantah,
melawan, mengingkari Bapa kita di Surga. Dari sisi manusia, Wajar bila kita
dihukum, wajar bila berkat-berkat ditunda, dibatalkan. Sedemian berat dan sulit untuk
mengampuni, untuk kembali memeluk orang yang kita anggap menyebalkan, yang
berbuat tidak menyenangkan kita, tetapi bila yang lebih mudah bagi kita, bila kita
kembali memeluk anak kita yang barusan kita marahi, yang barusan kita hukum,
sebagai manusia, kita sebagai orang tua, tetap akan memaafkan anak-anak kita, bila
anak-anak kita menyadari kesalahan mereka.

Terlebih Bapa kita di Surga, menunggu kita untuk kembali minta ampun, untuk
merayu Bapa, mengambil hati, dengan memuliakan nama Dia, menyanyi pujian untuk
Bapa.

Sekali lagi,… Untung anak saya cuman 3, kalau ada 10, gimana nanti kesabaran yang
saya perlukan ??

Rudy
Abu Yazid Al Busthami dan murid2nya : Guruku engkau bisa berjalan di atas air!? Itu
bukan apa-apa. Sepotong kayupun Bisa,?jawab Abu Yazid.Tapi engkau juga bisa
terbang di angkasa.? Demikian juga burung-burung itu,? tunjuk Abu Yazid ke langit.
Kalau begitu, apa kehebatan seorang lelaki sejati?? "Lelaki Sejati mereka yang
mampu melekatkan hatinya tidak kepada sesuatu pun selain Tuhan"

Anda mungkin juga menyukai