Anda di halaman 1dari 7

1.

Fisiologi Kerja
Setiap kegiatan yang berlangsung pada diri manusia membutuhkan energi. Untuk melakukan semua
kegiatan manusia diperlukan suplai energi.
Energi terbentuk karena adanya proses metabolisme dalam otot, yaitu berupa serangkaian proses
kimia yang mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk energi : energi mekanis dan energi
panas.
2. Aktivitas otot akan mengubah fungsi-fungsi faal dalam tubuh sebagai berikut :
Denyut jantung
Tekanan darah
Keluaran/output jantung (liter darah/menit)
Komposisi kimia dalam darah dan tubuh
Temperatur tubuh
Laju penguapan
Ventilasi paru-paru ( liter darah/menit)
Konsumsi oksigen oleh otot
3. Proses Metabolisme
Proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh manusia merupakan fase yang penting sebagai
penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik.
Proses metabolisme ini bisa dianalogikan dengan proses pembakaran yang kita jumpai dalam mesin
motor bakar ( combustion engine) . Lewat proses metabolisme akan dihasilkan panas dan energi
yang diperlukan untuk kerja mekanis lewat sistem otot manusia. Di sini zat-zat makanan akan
bersenyawa dengan oksigen (O 2 ) yang dihirup, terbakar dan menimbulkan panas serta energi
mekanik.
4. Proses Metabolisme Dalam Tubuh Manusia
5. Pengukuran Konsumsi Oksigen
Besarnya pengeluaran energi sebagai akibat kerja fisik sangat berkaitan dengan konsumsi energi.
Satuan pengukuran konsumsi energi adalah kilo kalori (KKal).
1 KKal = jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan tempertaur 1 liter air dari 14,5 o C menjadi
15,5 o C. Energi yang dikonsumsikan seringkali bisa diukur secara langsung yaitu melalui konsumsi
oksigen (O 2 ) yang dihisap.
Mc. Cormick : volume oksigen yang dibutuhkan bekerja dapat dipakai sebagai dasar menentukan
jumlah kalori yang diperlukan selama kerja ;
1 liter oksigen = 4,7 5 Kkal
Nurmianto ; 1 liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 KKal energi
=> merupakan nilai kalori suatu oksigen.
Volume oksigen yang digunakan tersebut dihitung dengan cara mengukur volume udara ekspirasi
dan kemudian kadar oksigennya ditentukan dengan teknik sampling. Dengan mengetahui
temperatur dan tekanan udaranya, maka volume oksigen yang digunakan dapat dihitung.
6. Pengukuran Denyut Jantung
Derajat beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi, akan tetapi juga
bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi
tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah
besar otot.
Astrand dan Christensen meneliti pengeluaran energi dari tingkat denyut jantung dan menemukan
adanya hubungan langsung antara keduanya. Tingkat pulsa dan denyut jantung per menit dapat
digunakan untuk menghitung pengeluaran energi. [Retno Megawati, 2003]
Kecepatan denyut jantung dan pernapasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh
lingkungan atau tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga faktor tersebut memberikan pengaruh
yang sama besar.
Pengukuran berdasarkan kriteria fisiologis ini bisa digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh
tersebut dapat diabaikan atau situasi kegiatan dalam keadaan normal.
7. Pengukuran Denyut Jantung
Meningkat denyut jantung dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain :
Temperatur sekeliling yang tinggi.
Tingginya pembebanan otot statis.
Semakin sedikitnya otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja. [Nurmianto, 2000]
Pengukuran denyut jantung => salah satu alat untuk mengetahui beban kerja. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara :
Merasakan denyut yang ada pada arteri radial pada pergelangan tangan.
Mendengarkan denyut jantung dengan stethoscope.
Menggunakan ECG ( Electrocardiogram) , yaitu mengukur signal elektrik yang diukur dari otot
jantung pada permukaan kulit dada.
8. Muller memberikan beberapa definisi sebagai berikut
Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) : rata-rata denyut jantung sblm suatu pekerjaan
dimulai.
Denyut jantung selama bekerja (working pulse) : rata-rata denyut jantung pada saat seseorang
bekerja.
Denyut jantung untuk kerja (work pulse) adalah selisih antara denyut jantung selama bekerja dan
selama istirahat.
Denyut jantung selama istirahat total (recovery cost or recovery cost) adalah jumlah aljabar denyut
jantung dari berhentinya denyut pada saat suatu pekerjaan selesai dikerjakan sampai dengan
denyut berada pada kondisi istirahatnya.
Denyut kerja total (Total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut jantung dari mulainya
suatu pekerjaan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya (resting level) . [Nurmianto,
2000]
9.
Tahap pertama adalah menyetarakan besaran kecepatan denyut jantung ke dalam bentuk energi.
Untuk merumuskan hubungan antara Energy expenditure kecepatan denyut jantung dilakukan
pendekatan kuantitatif hubungan antara energi expenditure dengan kecepatan denyut jantung
dengan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara
umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :
Y = 1,80411 0,0229038 X + 4,71733.10-4 X 2
Di mana : Y = Energi (Kilokalori/menit)
X = Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Lalu ditentukan besarnya konsumsi energi yang ada dengan rumus matematis :
KE = Et Ei
Di mana : KE = Konsumsi energi untuk kegiatan
tertentu (Kkal/mnt)
Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja
tertentu (Kilokalori/menit)
Ei = Pengeluaran energi pada waktu
istirahat (Kilokalori/menit) [
10.
Grandjean (1988) menyatakan pengeluaran energi untuk metabolisme basal selama waktu istirahat
dan konsumsi energi untuk keperluan pribadi adalah sekitar 2000 2300 Kkal. Ini Berarti dalam
bekerja rata-rata dikeluarkan energi sebesar 4,5 5 Kkal/menit. Untuk menjaga kebugaran fisik,
setiap hari harus dicukupi kebutuhan energi minimal 3000 Kkal untuk pria dan 2400 Kkal untuk
wanita. [ Retno Megawati, 2003 ]
Kebutuhan fisik akan berbeda untuk setiap aktivitas. Semakin tinggi beban fisik, maka semakin
tinggi pula kebutuhan energinya. Tabel di bawah ini menunjukkan klasifikasi beban kerja untuk
berbagai tingkat reaksi fisiologis tubuh :
11. Reaksi Fisiologis terhadap Beban Kerja Fisik < 2,5 2,5 5,0 5,0 7,5 7,5 10,0 10,0 12,5 >
12,5 < 60 60 100 100 125 125 150 150 175 > 175 < 0,5 0,5 1,0 1,0 1,5 1,5 2,0 2,0 2,5
> 2,5 Sangat Ringan Ringan Moderat Berat Sangat Berat Berat Ekstrim Pengeluaran Energi
(Kkal/menit) Denyut Jantung (Denyut/mnt) Konsumsi Oksigen (liter/menit) Kategori
12.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam peningkatan cardiac
output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari
istirahat sampai kerja maksimum tersebut oleh Rodahl (1989) didefinisikan sebagai Heart Rate
Reserve (HR Reserve). HR Reserve tersebut diekspresikan dalam presentase yang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
% HR Reserve =
13.
Lebih lanjut, Manuaba & Vanwonteerghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan
peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban
kerja kardiovaskuler ( cardiovasculair load = %CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Di mana :
Denyut nadi istirahat = rerata denyut nadi
sebelum pekerjaan dimulai
Denyut nadi kerja = rerata denyut nadi
selama bekerja
Denyut nadi maksimum = (220 umur) untuk laki-laki dan (200 umur) untuk wanita.
14. Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah
ditetapkan sebagai berikut :
< 30% : Tidak terjadi
kelelahan
30 s.d. < 60% : Diperlukan perbaikan
60 s.d < 80% : Kerja dalam waktu singkat
80 s.d <100% :Diperlukan tindakan segera
> 100% : Tidak diperbolehkan beraktivitas
15. Pengukuran Konsumsi Energi
Pengukuran
Konsumsi energi
Langsung : konsumsi oksigen Tidak langsung : denyut jantung
16. Pengukuran Konsumsi Oksigen
Konsumsi oksigen diberi simbol VO2 dan diukur dalam satuan liter/menit. R Passmore dan J.V.G
Durnin dalam penelitiannya memberikan 5,0 kcal/menit sebagai batasan maksimum yang dapat
dilaksanakan tanpa meningkatnya akumulasi asam laktat dan temperatur dalam tubuh.
Untuk mengoreksi beban metabolisme tambahan yang dibutuhkan oleh orang yang lebih berat,
suatu fitness index telah ditetapkan sebagai berikut :
Dimana :
W = massa (kg)
VO2 max = konsumsi oksigen maksimum (ml/menit)
17. Pengukuran Denyut Jantung
R ata-rata detak jantung tidak bisa digunakan untuk memperkirakan energi yang dibutuhkan untuk
melakukan suatu pekerjaan karena masing-masing individu memiliki level konsumsi oksigen yang
berbeda.
Untuk mengevaluasi beban kerja fisiologis menggunakan rata-rata detak jantung, beban kerja dari
masing-masing pekerja harus ditentukan, yang dimaksud adalah hubungan antara rata-rata detak
jantung dan pengambilan oksigen. Kedua variabel tersebut harus diukur secara serentak pada
jumlah beban kerja maksimum yang berbeda, di laboratorium. Proses ini disebut pengukuran rata-
rata detak jantung,
18.
Pada gambar di samping , konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung yang berbeda-beda.
Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa meningkatnya denyut jantung dikarenakan oleh :
Temperatur sekeliling yang tinggi
Tingginya pembebanan otot statis
Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja
19.
Hubungan antara metabolisme, respirasi, temperatur badan dan denyut jantung sebagai media
pengukur beban kerja ditunjukkan pada tabel berikut :
20.
Adapun denyut jantung pada berbagai macam kondisi kerja ditunjukkan pada gambar berikut :
21.
Muller (1962) memberikan beberapa definisi sebagai berikut :
Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut jantung sebelum suatu
pekerjaan dimulai.
Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut jantung pada saat
seseorang bekerja.
Denyut jantung untuk kerja (work pulse) adalah selisih antara denyut jantung selama bekerja dan
selama istirahat.
Denyut jantung selama istirahat total (total recovery cost or recovery cost) adalah jumlah aljabar
denyut jantung dari berhentinya denyut pada saat suatu pekerjaan selesai dikerjakan sampai
dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.
Denyut kerja total (total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut jantung dari mulainya
suatu pekerjaan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.
22. Pengukuran Subyektif dari Usaha Fisik
Gagasan mengembangkan pengukuran subyektif dari usaha fisik sangat menguntungkan dan dari
sudut pandang praktis. Skala Borg RPE ini dikenal sebagai skala rating dari beberapa pengukuran.
Tabel Skala The Borg RPE
maximal exertion 20 extremely hard 19 - 18 very hard 17 - 16 hard 15 - 14 somewhat hard 13 -
12 light 11 - 10 very light 9 extremely light 8 - 7 no exertion at all 6 Interpretation of Rating Rating
23. Penerapan Aspek Fisiologi di Lapangan Kerja
Tomlinson dan Mannenica (1997) melakukan pengamatan pada pekerjaan kehutanan :
Konsumsi maksimum oksigen diperkirakan dengan mempergunakan data dari hubungan antara
rata-rata detak jantung dengan konsumsi oksigen. Rata-rata detak jantung maksimum dari setiap
subyek diperkirakan menggunakan rumus :
Rata-rata detak jantung maksimum (denyut per menit)= 200 0.65 x umur ( tahun)
Jadi subyek yang berumur 45 tahun memiliki rata-rata detak jantung maksimum 170 denyut per
menit. Dari jumlah ini nilai VO2 maks didapat dengan mengekstrapolasi data laboratorium rata-rata
detak jantung.
Murrell (1965) merumuskan bahwa periode istirahat dapat dihitung berdasarkan rumus empiris
berikut :
Rest Allowance = w (b-s) / b-0,3
Dimana :
w: lama periode kerja
b: oksigen yang dihirup
s: standar oksigen yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang kontinu
24.
Dalam industri pertambangan step test telah dikembangkan untuk mengukur denyut jantung dengan
batasan 24 kali per menit selama 9 menit. Denyut jantung diukur dan pekerja dibagi dalam 3
kategori. Salah satunya adalah kategori A laki-laki (denyut jantung kurang dari 120 kali per menit)
dapat dikelompokkan menjadi kerja berat terutama dalam kondisi panas. Kategori B laki-laki (denyut
jantung antara 121-140 kali per menit) diberikan tugas yang tidak terlalu sulit dan tidak diizinkan
untuk bekerja di lingkungan panas.
25. Beban kerja, Kemampuan fisik dan Kesehatan
Kemampuan fisik dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari. Ballal (1982) dalam penelitiannya orang
Sudan, tentara, atlet, dan pekerja desa mempunyai kondisi fisik yang lebih baik daripada penduduk
kota, mahasiswa kedokteran. Perbedaan ini tidak didasarkan atas ukuran tubuh, komposisi tubuh
atau jenis kelamin. Pengamat menyimpulkan bahwa perbedaan tersebut didasarkan atas jenis
kegiatan yang dilakukan.
Tujuan dari perancangan ergonomi untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan fisik
adalah untuk meminimalkan tegangan berbahaya yang mungkin terjadi atau tidak penting.
Bagaimanapun juga tujuan ini tidak boleh diartikan bahwa semua tegangan adalah buruk dan perlu
diminimalkan. Di Amerika Serikat, Peffenberg (1984) meneliti resiko serangan jantung terhadap
pekerja pelabuhan. Pekerja pelabuhan yang mempunyai pekerjaan manual berat resiko terkenanya
lebih kecil daripada temannya yag kurang aktif. Resiko serangan jantung mencapai kurang dari 50%
dibandingkan dengan kelompok yang tidak aktif.

Anda mungkin juga menyukai