Anda di halaman 1dari 7

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 31/PMK.03/2014

TENTANG

SAAT PENGHITUNGAN DAN TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI PAJAK
MASUKAN YANG TELAH DIKREDITKAN DAN TELAH DIBERIKAN
PENGEMBALIAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG
MENGALAMI KEADAAN GAGAL BERPRODUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang :
a. bahwa ketentuan mengenai saat penghitungan dan tata cara
pembayaran kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan dan telah
diberikan pengembalian bagi Pengusaha Kena Pajak yang mengalami
keadaan gagal berproduksi, telah diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 81/PMK.03/2010;
b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum ketentuan mengenai
barang modal dan pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan barang
modal setelah Pengusaha Kena Pajak dinyatakan gagal berproduksi,
perlu mengatur kembali ketentuan mengenai saat penghitungan dan
tata cara pembayaran kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan
dan telah diberikan pengembalian bagi Pengusaha Kena Pajak yang
mengalami keadaan gagal berproduksi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (6b)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang
Saat Penghitungan dan Tata Cara Pembayaran Kembali Pajak Masukan
yang Telah Dikreditkan dan Telah Diberikan Pengembalian Bagi
Pengusaha Kena Pajak yang Mengalami Keadaan Gagal Berproduksi;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999);


2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5069);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5271);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SAAT PENGHITUNGAN DAN
TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI PAJAK MASUKAN YANG TELAH
DIKREDITKAN DAN TELAH DIBERIKAN PENGEMBALIAN BAGI PENGUSAHA
KENA PAJAK YANG MENGALAMI KEADAAN GAGAL BERPRODUKSI.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
2. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah
dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena
Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar daerah pabean dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean dan/atau impor
Barang Kena Pajak.
3. Barang Modal adalah harta berwujud yang memiliki masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, termasuk pengeluaran berkaitan dengan perolehan
barang modal yang dikapitalisasi ke dalam harga perolehan barang
modal tersebut.




Pasal 2

(1) Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum
melakukan penyerahan barang dan/atau jasa yang terutang pajak, Pajak
Masukan atas perolehan dan/atau impor Barang Modal dapat dikreditkan.
(2) Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk perolehan Barang Kena Pajak
selain Barang Modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak
berproduksi.
(3) Ketentuan mengenai pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan dan/atau
impor Barang Modal bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi,
berlaku untuk seluruh kegiatan usaha, yang meliputi kegiatan industri
atau manufaktur, kegiatan usaha perdagangan, kegiatan usaha jasa, dan
kegiatan usaha lainnya.

Pasal 3

Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi dapat mengajukan
permohonan pengembalian atas kelebihan Pajak Masukan pada setiap masa
pajak.

Pasal 4

Pajak Masukan yang telah dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh
Pengusaha Kena Pajak, dalam hal Pengusaha Kena Pajak tersebut mengalami
keadaan gagal berproduksi dalam jangka waktu tertentu sejak masa pajak
pengkreditan Pajak Masukan dimulai.

Pasal 5

Keadaan gagal berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah:
a. Suatu keadaan bagi Pengusaha Kena Pajak yang kegiatan usaha utamanya
sebagai produsen yang menghasilkan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak, apabila dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak
pertama kali mengkreditkan Pajak Masukan tidak melakukan kegiatan:
1. penyerahan Barang Kena Pajak;
2. penyerahan Jasa Kena Pajak;
3. ekspor Barang Kena Pajak; atau
4. ekspor Jasa Kena Pajak,
yang berasal dari hasil produksinya sendiri.







b. Suatu keadaan bagi Pengusaha Kena Pajak yang kegiatan usaha utamanya
selain sebagai produsen yang menghasilkan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak, apabila dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
sejak pertama kali mengkreditkan Pajak Masukan tidak melakukan
kegiatan:
1. penyerahan Barang Kena Pajak;
2. penyerahan Jasa Kena Pajak;
3. ekspor Barang Kena Pajak; atau
4. ekspor Jasa Kena Pajak.

Pasal 6

(1) Pajak Masukan yang wajib dibayar kembali oleh Pengusaha Kena Pajak
yang mengalami keadaan gagal berproduksi sebesar Pajak Masukan yang
telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian.
(2) Pajak Masukan yang wajib dibayar kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), disetorkan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah keadaan
gagal berproduksi.

Pasal 7

(1) Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor Barang Modal setelah batas
waktu keadaan gagal berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a terlewati, dapat dikreditkan.
(2) Pajak Masukan yang dikreditkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau dimintakan
pengembalian.
(3) Apabila batas waktu keadaan gagal berproduksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf a terlewati, atas Pajak Masukan yang telah dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan belum dimintakan
pengembalian, dapat dikompensasikan atau dimintakan pengembalian
pada masa pajak berikutnya.
(4) Kompensasi atau permohonan pengembalian kelebihan Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) hanya dapat dilakukan
sampai dengan jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun setelah masa pajak
keadaan gagal produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
telah terlewati.
(5) Kelebihan Pajak Masukan yang telah diberikan pengembalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), wajib dibayar kembali apabila sampai
dengan batas waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan dan/atau ekspor
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang berasal dari hasil
produksinya sendiri.
(6) Kelebihan Pajak Masukan tidak dapat dikompensasikan ke masa pajak
berikutnya atau dimintakan pengembalian dalam hal:



a. setelah berakhirnya jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) masih terdapat kelebihan Pajak Masukan;
dan
b. Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan dan/atau
ekspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang berasal
dari hasil produksinya sendiri sampai batas waktu 2 (dua) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berakhir.
(7) Pajak Masukan yang wajib dibayar kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) sebesar Pajak Masukan yang telah dikreditkan dan telah diberikan
pengembalian.
(8) Pajak Masukan yang wajib dibayar kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) disetorkan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah keadaan
gagal berproduksi.

Pasal 8

(1) Pembayaran kembali Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2) dan Pasal 7 ayat (8), dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang
mengalami keadaan gagal berproduksi dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak dengan mencantumkan keterangan "Pembayaran kembali Pajak
Masukan atas impor dan/atau perolehan Barang Modal yang telah
dikreditkan dan telah diberikan pengembalian".
(2) Pembayaran kembali Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaporkan pada masa pajak dilakukan pembayaran.

Pasal 9

(1) Dalam hal gagal berproduksi disebabkan oleh bencana alam atau sebab
lain di luar kekuasaan Pengusaha Kena Pajak (keadaan kahar atau force
majeure), Pengusaha Kena Pajak tidak wajib membayar kembali Pajak
Masukan atas impor dan/atau perolehan Barang Modal yang telah
dikreditkan dan telah diberikan pengembalian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dan Pasal 7 ayat (5).
(2) Bencana alam atau sebab lain di luar kekuasaan Pengusaha Kena Pajak
(keadaan kahar atau force majeure) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari peperangan, kerusuhan, revolusi, pemogokan, kebakaran, dan
bencana lainnya, yang harus dinyatakan oleh pejabat/instansi yang
berwenang.

Pasal 10

Terhadap Pengusaha Kena Pajak yang melakukan pembayaran kembali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (8) dan Pasal 8 ayat (1), diterbitkan
Surat Tagihan Pajak atas sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.


Pasal 11

(1) Dalam hal Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan kewajiban pembayaran
kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (7),
terhadap Pengusaha Kena Pajak diterbitkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
(2) Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari
Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (5) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

Pasal 12

(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan terhadap
Pengusaha Kena Pajak yang tidak melakukan penyerahan dan/atau ekspor
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf a atau Pasal 5 huruf b sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
(2) Direktur Jenderal Pajak mencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
yang tidak melakukan penyerahan dan/atau ekspor Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b,
Pasal 7 ayat (5), atau Pasal 7 ayat (6).

Pasal 13

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 81/PMK.03/2010 tentang Saat Penghitungan dan
Tata Cara Pembayaran Kembali Pajak Masukan yang Telah Dikreditkan dan
Telah Diberikan Pengembalian Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Mengalami
Keadaan Gagal Berproduksi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 14

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.









Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Februari 2014
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA,

ttd.

MUHAMAD CHATIB BASRI


Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Februari 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 199

Anda mungkin juga menyukai