Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumesi
Nama : Tri Ayu Widianingsih
Kelas : 3EA26 Npm : 17212445 Dosen : Ririn Yulianti Tugas (pertemuan 9 softskill)
Program Sarjana Ekonomi Universitas Gunadarma 2014 1. Pengertian kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia. Secara sederhana pengertian kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu pada pengertian sebagai berikut : - Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. - Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan. Pengertian Kebudayaan Menurut para Ahli : a. Nostrand (1989: 51) Mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan, cara berpikir, berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut. b. Croydon (1973: 4) Budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang sebagian besar berada di bawah ambang batas kesadaran, namun semua yang mengatur perilaku manusia sepasti senar dimanipulasi dari kontrol boneka gerakannya. c. Ralph Linton (1945: 30) Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan Dari Masyarakat Yang manapun dan regular tidak Hanya mengenai sebagian Dari cara Hidup Name of ITU yaitu Masyarakat Yang dianggap lebih diinginkan Dibuat Tinggi atau lebih.
2. Dimanakah seseorang menemukan nilai-nilai yang dianutnya? Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai- nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain: (1) Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul; (2) Moralitas, diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda. (3) Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut. (4) Penghargaan dan Sanksi : Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik. (5) Tanggung jawab untuk memilih : adanya dorongan internal untuk menggali nilai- nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri. 3. Pengaruh keudayaan terhadap perilaku konsumen Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak dan simbol yang mempunyai makna, yang membantu individu berkomunikasi, memberikan tafsiran serta melakukan evaluasi. Budaya tidak hanya bersifat naluriah saja, namun budaya memberikan dampak pada perilaku yang dapat diterima didalam masyarakat. Beberapa sikap dan perilaku yang dipengaruhi budaya, meliputi : (James Engel,2002 :70). a. Rasa dan ruang b. Komunikasi dan bahasa c. Pakaian, penampilan d. Makanan dan kebiasaan makan e. Waktu f. Hubungan (keluarga, organisasi, pemerintah, dsbnya) g. Nilai dan norma h. Kepercayaan dan sikap i. Proses mental dan pembelajaran j. Kebiasaan kerja 4. Struktur konsumsi Struktur konsumsi (struktur konsumsi) berada dalam kondisi sosial-ekonomi tertentu, orang (termasuk berbagai jenis konsumen dan kelompok sosial) dalam proses konsumsi mengkonsumsi berbagai jenis informasi konsumen (termasuk buruh) rasio antara . Ada baik dan nilai dari dua bentuk. Jenis bahwa orang-orang di konsumsi, konsumsi beberapa jenis informasi konsumen, serta nomor masing-masing. Mengacu pada nilai moneter dinyatakan dalam bentuk orang dalam proses konsumsi berbagai jenis data belanja konsumen hubungan proporsional. Dalam kehidupan nyata, kinerja spesifik dari berbagai biaya hidup.
Pengetahuan dasar Struktur konsumsi penduduk seiring dengan meningkatnya pengeluaran total konsumsi bervariasi, meskipun berita tentang struktur konsumsi telah banyak digunakan, namun ulama definisi yang tepat yang memiliki pemahaman yang berbeda, pandangan perwakilan adalah: Orang-orang dalam proses konsumsi mengkonsumsi berbagai jenis hubungan proporsional konsumsi, proses dalam perilaku konsumen, barang-barang dan jasa dalam jumlah dan persentase kerja sama mereka, alternatif hubungan proporsional Zhu; permintaan dan menyediakan segala macam kontradiksi dalam bentuk konsumsi (tenaga kerja) total pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan hubungan mereka, orang-orang hidup dan konsumsi berbagai faktor alam, faktor sosial dan faktor sosial dalam dan di antara faktor-faktor alami hubungan dan total rasio nomor. Studi mendalam ide-ide untuk orang-orang meletakkan dasar bagi struktur konsumsi, tetapi ada juga beberapa kelemahan dari definisi ini, konsep struktur konsumsi hanya menyediakan hubungan proporsional, tidak mencerminkan isinya tidak mencerminkan persyaratan konfrontasi dan koordinasi antara kualitas dan kuantitas . 5. Dampak nilai-nilai inti terhadap pemasar Kebutuhan Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Keinginan Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Permintaan Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya. 6. Perubahan nilai Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu : 1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan. 2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut. 3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat. Sumber : http://id.swewe.net/word_show.htm/?441651_1&Struktur_konsumsi http://esty.staff.uns.ac.id/pengaruh-budaya-terhadap-perilaku-konsumen/ http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-dan- konsumsi/
Pengaruh Klas sosial dan status
Nama : Tri Ayu Widianingsih Kelas : 3EA26 Npm : 17212445 Dosen : Ririn Yulianti Tugas (pertemuan 10 softskill)
Program Sarjana Ekonomi Universitas Gunadarma 2014 1. Jenjang sosial Jenjang sosial selalu menjadi masalah sebuah negara, baik negara maju maupun bagi negara yang sedang berkembang. Masalah jenjang sosial sampai saat ini belum mendapatkan jalan keluar, mengingat masih banyak pengangguran dan juga penghasilan masyarakat yang belum mampu menutupi kebutuhannya sehari-hari. Karena itu, pemerintah mengharapkan adanya kerjasama dengan berbagai kegiatan sosial, agar jenjang sosial ini dapat diminimalisir. 2. Pengertian jenjang sosial Jenjang sosial merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat di kota maupun di desa. Hal ini di karenakan setiap manusia memiliki keinginan untuk dihargai maupun di hormati lebih dari manusia manapun, sehingga akan terbentuk jenjang sosial yang akan mengakibatkan adanya pembedaan sosial di dalam masyarakat. 3. Faktor penentu klas sosial Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis (atau stratifikasi) antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, namun tidak semua masyarakat memiliki jenis-jenis kategori kedalam golongan sosial yang sama. Berdasarkan karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional pemburu- pengumpul, tidak memiliki golongan sosial dan seringkali tidak memiliki pemimpin tetap pula. Oleh karena itu masyarakat seperti ini menghindari stratifikasi sosial. Dalam masyarakat seperti ini, semua orang biasanya mengerjakan aktivitas yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan. 4. Pengukuran klas sosial Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang luas, meliputi ukuran subyektif, ukuran reputasi, ukuran obyektif dari kelas sosial. 1. Ukuran Subyektif Untuk mengukur kelas sosial dengan pendekatan ini, para individu diminta untuk menaksir kedudukan kelas sosial mereka masing-masing. Klasifikasi keanggotaan kelas sosial yang dihasilkan didasarkan pada persepsi partisipan terhadap dirinya atau citra diri partisipan. Kelas sosial dianggap sebagai fenomena pribadi yaitu fenomena yang menggambarkan rasa memiliki seseorang atau identifikasi dengan orang lain. Rasa keanggotaan kelompok sosial ini sering disebut kesadaran sosial. 2. Ukuran Reputasi Pendekatan reputasi untuk mengukur kelas sosial memerlukan informan mengenai masyarakat yang dipilih untuk membuat pertimbangan awal mengenai keanggotaan kelas sosial orang lain dalam masyarakat. 3. Ukuran Obyektif Ukuran obyektif terdiri dari berbagai variabel demografis atau sosioekonomis yang dipilih mengenai individu yang sedang dipelajari. Ukuran obyektif kelas sosial terbagi menjadi dua kategori pokok yaitu indeks variabel tunggal dan indeks variabel gabungan. 5. Apakah klas sosial berubah? Kelas sosial yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil kerja keras, dengan kerja keras tentu kelas sosial akan meningat, namun untuk mempertahankannya pun butuh perjuangan, bila tidak, maka kelas sosial yang sebelumnya dimiliki, akan mengalami penurunan. Kelas sosial senantiasa akan berubah seiring dengan prestasi seseorang dimasyarakat, untuk itu agar kelas sosial seseorang selalu terjaga, maka ia perlu menjaganya dengan usaha yang keras. 6. Pemasaran pada segmen pasar berdasar klas sosial Untuk mencapai hasil pemasaran yang optimal, kita pertama kali harus terlebih dahulu melakukan segmentasi pasar atas produk yang akan kita jual. Segmentasi pasar pada intinya membagi potensi pasar menjadi bagian-bagian tertentu; bisa berdasar pembagian demografis, berdasar kelas ekonomi dan pendidikan ataupun juga berdasar gaya hidup (psikografis). Pembagian segmen yang paling lazim dilakukan adalah berdasar kelas sosial ekonomi. Sebagai misal, pembagian yang sering dilakukan adalah membagi lapisan pasar menjadi empat kelas : misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B (menengah), dan kelas AB (menengah atas) dan kelas A (golongan atas). Sebagai misal, produk kartu ponsel Esia yang murah meriah cenderung ditujukan untuk golongan B dan golongan C. Sementara produk mobil mewah seperti BMW atau produk tas Gucci ditujukan untuk segmen kelas atas. Setelah segmentasi atas produk telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melakukan targeting atau membidik target market yang telah kita pilih dalam analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja serangkaian program pemasaran yang dilakukan harus pas dengan karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju. Sebagai misal produk-produk tas dan sepatu mewah seperti dengan merk Gucci atau Louis Vuitton, maka mereka selalu memilih mal kelas atas seperti Plaza Senayan dan Pacific Place untuk membuka outletnya; dan bukan di mal kelas menengah seperti Plaza Jatinegara. Hal diatas dilakukan agar kegiatan promosi peasaran yang dilakukan pas dan tepat sasaran dengan segmen pasar yang ditujunya. Selain targeting, maka langkah berikutnya adalah melakukan positioning produk. Langkah ini artinya adalah menciptpakan keunikan posisi produk dalam benak atau persepsi pelanggan potensial yang akan dibidik. Mobil mewah BMW selalu mencitrakan dan memposisikan dirinya sebagai kendaraan mewah nan elegan. Pada sisi lain Esia selalu mencoba memposisikan dirinya sebegai produk rakyat kebanyakan yang murah dan tersedia dimana-mana. Positioning yang pas ini menjadi sangat penting, sebab dengan begitu mereka bisa meraih simpati dalam benak pelanggan. Dan selanjutnya hal ini bisa mendorong mereka untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan. Sumber : http://irwointerparent.blogspot.com/ http://roykesiahainenia.i8.com/materi_sospol/materi_6.html http://ameliaarletha.blogspot.com/2011/12/tugas-ke-3-perlaku-konsumen.html PERILAKU KONSUMEN
Nama : Tri Ayu Widianingsih Kelas : 3EA26 Npm : 17212445 Dosen : Ririn Yulianti Tulisan 9 : 8 nilai positif membaca novel
Program Sarjana Ekonomi Universitas Gunadarma 2014 8 Nilai Positif Membaca Novel
Membaca adalah pengalih perhatian dari dunia nyata menuju dunia fantasi/ imajinasi. Terlebih jika yang kita baca artikel menarik dari penulis yang baik atau buku yang berisi kisah petualangan dan fantasi. Kita bisa menjelajah seluruh dunia tanpa harus beranjak sedikitpun dari tempat duduk, atau menciptakan dunia kita sendiri. Membaca bisa sejenak mengalihkan kita dari stress akibat pekerjaan atau tugas sehari-hari, menyegarkan pikiran sekaligus membuat kita menemukan berbagai perspektif dan pengetahuan baru, atau mungkin saja, sebuah pencerahan. Membaca novel selalu lebih baik dibandingkan menonton TV, karena itu membuat pikiran kita selalu aktif, mampu meningkatkan kemampuan verbal kita dengan penambahan beragam kosa-kata baru. Dibandingkan menonton TV, selama membaca kita bisa sambil melakukan perenungan terhadap isi bacaan kita, hal yang sulit dilakukan saat menonton TV. Dan karakter di dalam buku pastinya selalu lebih baik dan hidup dibandingkan karakter- karakter didalam film. Buku yang baik akan membawa kita mengarungi dunia sekaligus pengembaraan batin/moral yang mungkin tidak akan pernah kita alami kecuali dengan membaca buku. Maksudku, berapa banyak diantara kita yang bisa dan sanggup merasakan beratnya perjuangan politik Gandhi untuk demokrasi? Atau pernahkah kita merasakan perjuangan para penjelajah saat berusaha menemukan dan menaklukan dunia-dunia baru? Kalau kamu belum pernah membaca novel yang baik namun mulai mempertimbangkan apa keuntungan yang bisa didapat jika mulai membaca novel sekarang, inilah sesuatu yang harus anda ketahui tentang membaca: a. Meningkatkan Kreativitas Jika bergerak di bidang industri kreatif misalnya blogger, desain grafis, fotografi dan lainnya, kita akan dituntut untuk selalu memiliki ide-ide segar dan baru. Membaca novel atau bacaan-bacaan populer lainnya akan membuat kita tetap kreatif; menyalakan ide-ide baru untuk iklan yang sedang kamu buat, membantu menemukan gagasan desain grafis baru yang kreati atau ide untuk tulisan-tulisan blogmu. b. Menjadi Lebih Cerdas dan Percaya Diri Ya, orang yang membaca buku tentunya akan lebih cerdas dan juga percaya diri. Bayangkan kita berada dalam satu ruangan dalam suasana santai atau non formal, berbicara dengan teman, klien atau atasan tentang novel laris, baru, atau bahkan yang klasik. Ini akan membantu menciptakan kesan pertama yang baik. Kita akan tampil berbeda dengan orang lain yang ada diruangan itu, tentunya dengan cara yang positif. c. Meningkatkan Penguasaan Kosakata Mungkin saat ini kita sedang mempelajari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Nah, membaca novel dalam bahasa tersebut akan membantu meningkatkan penguasaan kosa kata kita. Untuk memudahkan membaca, biasanya kita akan menyiapkan sebuah kamus disebelah kita sebagai referensi jika menemukan kata- kata yang asing dan sulit. Dan membaca novel tentunya cara belajar yang mengasyikan dibanding harus membaca kamus secara langsung dan menghapalkan isinya berulang-ulang. d. Tidak Ada Waktu Nganggur Banyak buku yang kini sangat kecil dan ringan hingga bisa dibawa kemanapun tanpa membebani. Kamu tidak akan punya kesempatan untuk menganggur, saat jam istirahat kantor, di bis dalam perjalanan pulang, perjalanan jauh keluar kota, bahkan saat menunggu kedatangan pacar di kedai kopi favoritmu. e. Pelarian Yang Baik Saat kamu sedang cemas, kesepian atau galau tingkat akut, membaca adalah obat yang sangat ampuh. Kamu akan kagum dengan seberapa cepat kamu bisa meredakan dan melupakan apa yang mengganggu pikiranmu. Setelah membaca, kamu mungkin akan merasa lebih segar, terinspirasi dan kadang itu sangat memotivasi. f. Kemewahan Yang Murah Sebagian orang berpikir untuk bersenang-senang harus selalu menghabiskan uang banyak; pergi liburan ke pulau eksotis, melakukan perawatan spa, pergi ke salon, berbelanja ke mall, menginap di resort dan lainnya, tapi sebuah novel hanya menghabiskan beberapa puluh ribu rupiah saja dan ini sudah cukup memberimu hiburan dan istirahat selama beberapa jam. Kamu bisa berkunjung ke setiap tempat yang tidak setiap orang bisa datangi, bertemu dengan banyak orang dengan beragam karakter dan belajar banyak dari sebuah cerita. Membaca novel seperti menciptakan liburan ke negeri ajaib. g. Membuat Kita Aktif Selama Bersantai Membaca adalah jenis relaksasi aktif, pikiran kita akan menyatu dengan cerita, membuatnya sibuk menafsirkan lembar demi lembar halaman, dan merubahnya menjadi satu gambaran mental yang hidup dan nyata. Ini lebih menenangkan daripada menonton televisi. h. Menjadikan Pandangan Hidup Selalu Positif Membaca karya penulis laris dapat memberi cara pandang baru terhadap hidup kita, mungkin kamu akan bertemu tokoh dari buku yang memiliki karakter sama denganmu, dan belajar darinya untuk menemukan kekuranganmu dan memperbaikinya Selain itu, cerita dalam novel selalu tentang keberanian, dan itu akan menginspirasi kita untuk menghadapi setiap masalah yang menghadang dalam kehidupan. Membuat kita berani untuk mencoba hal-hal baru dalam hidup, melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan menunjukan bagaimana indahnya kehidupan dan cara menjalaninya dengan sepenuh hati. Jadi tunggu apa lagi, sisihkan sedikit rupiah dari uang jajanmu, pergi ke toko buku terdekat, pilih beberapa judul buku atau novel yang menarik minatmu, dan habiskan beberapa jam untuk berkelana ke negeri ajaib. Sumber : http://aurabuku.blogspot.com/2012/09/8-nilai-positif-membaca-novel.html
PERILAKU KONSUMEN
Nama : Tri Ayu Widianingsih Kelas : 3EA26 Npm : 17212445 Dosen : Ririn Yulianti Tulisan 10 : bahaya menggunakan flatshoes
Program Sarjana Ekonomi Universitas Gunadarma 2014 BAHAYA MENGGUNAKAN FLATSHOES Wanita identik dengan koleksi 1000 sepatu. Bermacam model sepatu diciptakan untuk melengkapi kecantikan kaki kaum hawa. High heels yang tinggi, wedges yang tebal, flat shoes yang sederhana dan sangat nyaman dan berbagai model sepatu lainnya. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa high heels berbahaya bagi kesehatan kaki. Hal ini karena bentuk high heels yang tinggi pada bagian tumit kaki membuat aliran darah tidak lancar dan akhirnya menimbulkan masalah kesehatan. Akhienya pilihan sepatu yang 'aman' jatuh pada flat shoes. Sepatu dengan model sederhana tanpa hak di belakangnya, nyaman digunakan dalam jangka waktu yang lama. Tapi benarkah flat shoes aman untuk kaki? Belum tentu ladies! Sama dengan prinsip sepatu yang lainnya, flat shoes dengan bahan dan desain yang tidak bagus juga membahayakan kaki. pakar ortopedi menyarankan agar para gadis tidak memakai flat shoes setiap hari. Sebab, mengenakan sepatu itu setiap hari ternyata sama bahayanya dengan memakai sepatu hak tinggi. Hal ini karena bila sol flat shoes terlalu tipis dan tidak dibuat dengan bahan yang bagus makan yang ada akan malah menekan telapak kaki. Tips untuk memilih sol sepatu adalah, bila kuat namun lentur dan tidak mudah tipis walau dipakai berjalan terus menerus. Selain itu, sepatu dengan hak tumit rendah seperti pantofel bisa Anda pergunakan bergantian dengan flat shoes. Keep healthy ladies! Sumber : http://www.vemale.com/kesehatan/28796-wah-ternyata-flat-shoes-juga-berbahaya- bagi-kaki-seperti-high-heels.html