Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumesi

Nama : Tri Ayu Widianingsih


Kelas : 3EA26
Npm : 17212445
Dosen : Ririn Yulianti
Tugas (pertemuan 9 softskill)







Program Sarjana Ekonomi
Universitas Gunadarma
2014
1. Pengertian kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal,
kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal
yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan
atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari
akal dan ikhtiar manusia.
Secara sederhana pengertian kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu pada
pengertian sebagai berikut :
- Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.
- Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering
disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan
tindakan.
Pengertian Kebudayaan Menurut para Ahli :
a. Nostrand (1989: 51)
Mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan, cara berpikir,
berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut.
b. Croydon (1973: 4)
Budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang sebagian besar berada di
bawah ambang batas kesadaran, namun semua yang mengatur perilaku
manusia sepasti senar dimanipulasi dari kontrol boneka gerakannya.
c. Ralph Linton (1945: 30)
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan Dari Masyarakat Yang manapun
dan regular tidak Hanya mengenai sebagian Dari cara Hidup Name of ITU
yaitu Masyarakat Yang dianggap lebih diinginkan Dibuat Tinggi atau lebih.


2. Dimanakah seseorang menemukan nilai-nilai yang dianutnya?
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan
berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-
nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai
kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan
berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain:
(1) Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau
buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat
lingkungannya dimana dia bergaul;
(2) Moralitas, diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya
bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk
mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
(3) Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat
tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta
mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini
lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan
atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi
individu tersebut.
(4) Penghargaan dan Sanksi : Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan
penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat
sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik.
(5) Tanggung jawab untuk memilih : adanya dorongan internal untuk menggali nilai-
nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping
itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan
perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
3. Pengaruh keudayaan terhadap perilaku konsumen
Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak dan simbol yang
mempunyai makna, yang membantu individu berkomunikasi, memberikan tafsiran
serta melakukan evaluasi. Budaya tidak hanya bersifat naluriah saja, namun budaya
memberikan dampak pada perilaku yang dapat diterima didalam masyarakat.
Beberapa sikap dan perilaku yang dipengaruhi budaya, meliputi : (James Engel,2002
:70).
a. Rasa dan ruang
b. Komunikasi dan bahasa
c. Pakaian, penampilan
d. Makanan dan kebiasaan makan
e. Waktu
f. Hubungan (keluarga, organisasi, pemerintah, dsbnya)
g. Nilai dan norma
h. Kepercayaan dan sikap
i. Proses mental dan pembelajaran
j. Kebiasaan kerja
4. Struktur konsumsi
Struktur konsumsi (struktur konsumsi) berada dalam kondisi sosial-ekonomi tertentu,
orang (termasuk berbagai jenis konsumen dan kelompok sosial) dalam proses
konsumsi mengkonsumsi berbagai jenis informasi konsumen (termasuk buruh) rasio
antara . Ada baik dan nilai dari dua bentuk. Jenis bahwa orang-orang di konsumsi,
konsumsi beberapa jenis informasi konsumen, serta nomor masing-masing. Mengacu
pada nilai moneter dinyatakan dalam bentuk orang dalam proses konsumsi berbagai
jenis data belanja konsumen hubungan proporsional. Dalam kehidupan nyata, kinerja
spesifik dari berbagai biaya hidup.

Pengetahuan dasar
Struktur konsumsi penduduk seiring dengan meningkatnya pengeluaran total
konsumsi bervariasi, meskipun berita tentang struktur konsumsi telah banyak
digunakan, namun ulama definisi yang tepat yang memiliki pemahaman yang
berbeda, pandangan perwakilan adalah: Orang-orang dalam proses konsumsi
mengkonsumsi berbagai jenis hubungan proporsional konsumsi, proses dalam
perilaku konsumen, barang-barang dan jasa dalam jumlah dan persentase kerja sama
mereka, alternatif hubungan proporsional Zhu; permintaan dan menyediakan segala
macam kontradiksi dalam bentuk konsumsi (tenaga kerja) total pengeluaran konsumsi
secara proporsional dengan hubungan mereka, orang-orang hidup dan konsumsi
berbagai faktor alam, faktor sosial dan faktor sosial dalam dan di antara faktor-faktor
alami hubungan dan total rasio nomor. Studi mendalam ide-ide untuk orang-orang
meletakkan dasar bagi struktur konsumsi, tetapi ada juga beberapa kelemahan dari
definisi ini, konsep struktur konsumsi hanya menyediakan hubungan proporsional,
tidak mencerminkan isinya tidak mencerminkan persyaratan konfrontasi dan
koordinasi antara kualitas dan kuantitas .
5. Dampak nilai-nilai inti terhadap pemasar
Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan
manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak
kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan
hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri,
sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat
konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan tersebut.
Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual
dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan
memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan
yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin
luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan
perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia
dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan
sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan
lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya.
Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya
manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling
memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan
produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
6. Perubahan nilai
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya
perluasan perubahan budaya yaitu :
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut
termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya.
Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis
seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan
memberi kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon
dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang
jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
Sumber :
http://id.swewe.net/word_show.htm/?441651_1&Struktur_konsumsi
http://esty.staff.uns.ac.id/pengaruh-budaya-terhadap-perilaku-konsumen/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-dan-
konsumsi/




Pengaruh Klas sosial dan status






Nama : Tri Ayu Widianingsih
Kelas : 3EA26
Npm : 17212445
Dosen : Ririn Yulianti
Tugas (pertemuan 10 softskill)







Program Sarjana Ekonomi
Universitas Gunadarma
2014
1. Jenjang sosial
Jenjang sosial selalu menjadi masalah sebuah negara, baik negara maju maupun bagi
negara yang sedang berkembang. Masalah jenjang sosial sampai saat ini belum
mendapatkan jalan keluar, mengingat masih banyak pengangguran dan juga
penghasilan masyarakat yang belum mampu menutupi kebutuhannya sehari-hari.
Karena itu, pemerintah mengharapkan adanya kerjasama dengan berbagai kegiatan
sosial, agar jenjang sosial ini dapat diminimalisir.
2. Pengertian jenjang sosial
Jenjang sosial merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat di kota maupun di desa. Hal ini di karenakan setiap manusia memiliki
keinginan untuk dihargai maupun di hormati lebih dari manusia manapun, sehingga
akan terbentuk jenjang sosial yang akan mengakibatkan adanya pembedaan sosial di
dalam masyarakat.
3. Faktor penentu klas sosial
Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis (atau
stratifikasi) antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya.
Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, namun tidak semua
masyarakat memiliki jenis-jenis kategori kedalam golongan sosial yang sama.
Berdasarkan karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian
kelas atau golongan dalam masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional pemburu-
pengumpul, tidak memiliki golongan sosial dan seringkali tidak memiliki pemimpin
tetap pula. Oleh karena itu masyarakat seperti ini menghindari stratifikasi sosial.
Dalam masyarakat seperti ini, semua orang biasanya mengerjakan aktivitas yang
sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.
4. Pengukuran klas sosial
Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai
kategori yang luas, meliputi ukuran subyektif, ukuran reputasi, ukuran obyektif dari
kelas sosial.
1. Ukuran Subyektif
Untuk mengukur kelas sosial dengan pendekatan ini, para individu diminta untuk
menaksir kedudukan kelas sosial mereka masing-masing. Klasifikasi keanggotaan
kelas sosial yang dihasilkan didasarkan pada persepsi partisipan terhadap dirinya atau
citra diri partisipan. Kelas sosial dianggap sebagai fenomena pribadi yaitu
fenomena yang menggambarkan rasa memiliki seseorang atau identifikasi dengan
orang lain. Rasa keanggotaan kelompok sosial ini sering disebut kesadaran sosial.
2. Ukuran Reputasi
Pendekatan reputasi untuk mengukur kelas sosial memerlukan informan mengenai
masyarakat yang dipilih untuk membuat pertimbangan awal mengenai keanggotaan
kelas sosial orang lain dalam masyarakat.
3. Ukuran Obyektif
Ukuran obyektif terdiri dari berbagai variabel demografis atau sosioekonomis yang
dipilih mengenai individu yang sedang dipelajari. Ukuran obyektif kelas sosial
terbagi menjadi dua kategori pokok yaitu indeks variabel tunggal dan indeks variabel
gabungan.
5. Apakah klas sosial berubah?
Kelas sosial yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil kerja keras, dengan kerja
keras tentu kelas sosial akan meningat, namun untuk mempertahankannya pun butuh
perjuangan, bila tidak, maka kelas sosial yang sebelumnya dimiliki, akan mengalami
penurunan. Kelas sosial senantiasa akan berubah seiring dengan prestasi seseorang
dimasyarakat, untuk itu agar kelas sosial seseorang selalu terjaga, maka ia perlu
menjaganya dengan usaha yang keras.
6. Pemasaran pada segmen pasar berdasar klas sosial
Untuk mencapai hasil pemasaran yang optimal, kita pertama kali harus terlebih
dahulu melakukan segmentasi pasar atas produk yang akan kita jual. Segmentasi
pasar pada intinya membagi potensi pasar menjadi bagian-bagian tertentu; bisa
berdasar pembagian demografis, berdasar kelas ekonomi dan pendidikan ataupun juga
berdasar gaya hidup (psikografis).
Pembagian segmen yang paling lazim dilakukan adalah berdasar kelas sosial
ekonomi. Sebagai misal, pembagian yang sering dilakukan adalah membagi lapisan
pasar menjadi empat kelas : misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B
(menengah), dan kelas AB (menengah atas) dan kelas A (golongan atas).
Sebagai misal, produk kartu ponsel Esia yang murah meriah cenderung ditujukan
untuk golongan B dan golongan C. Sementara produk mobil mewah seperti BMW
atau produk tas Gucci ditujukan untuk segmen kelas atas.
Setelah segmentasi atas produk telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah
melakukan targeting atau membidik target market yang telah kita pilih dalam analisa
segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja serangkaian program pemasaran yang
dilakukan harus pas dengan karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju. Sebagai
misal produk-produk tas dan sepatu mewah seperti dengan merk Gucci atau Louis
Vuitton, maka mereka selalu memilih mal kelas atas seperti Plaza Senayan dan
Pacific Place untuk membuka outletnya; dan bukan di mal kelas menengah seperti
Plaza Jatinegara. Hal diatas dilakukan agar kegiatan promosi peasaran yang dilakukan
pas dan tepat sasaran dengan segmen pasar yang ditujunya.
Selain targeting, maka langkah berikutnya adalah melakukan positioning produk.
Langkah ini artinya adalah menciptpakan keunikan posisi produk dalam benak atau
persepsi pelanggan potensial yang akan dibidik. Mobil mewah BMW selalu
mencitrakan dan memposisikan dirinya sebagai kendaraan mewah nan elegan. Pada
sisi lain Esia selalu mencoba memposisikan dirinya sebegai produk rakyat
kebanyakan yang murah dan tersedia dimana-mana.
Positioning yang pas ini menjadi sangat penting, sebab dengan begitu mereka bisa
meraih simpati dalam benak pelanggan. Dan selanjutnya hal ini bisa mendorong
mereka untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan.
Sumber :
http://irwointerparent.blogspot.com/
http://roykesiahainenia.i8.com/materi_sospol/materi_6.html
http://ameliaarletha.blogspot.com/2011/12/tugas-ke-3-perlaku-konsumen.html
PERILAKU KONSUMEN






Nama : Tri Ayu Widianingsih
Kelas : 3EA26
Npm : 17212445
Dosen : Ririn Yulianti
Tulisan 9 : 8 nilai positif membaca novel








Program Sarjana Ekonomi
Universitas Gunadarma
2014
8 Nilai Positif Membaca Novel


Membaca adalah pengalih perhatian dari dunia nyata menuju dunia fantasi/ imajinasi.
Terlebih jika yang kita baca artikel menarik dari penulis yang baik atau buku yang berisi
kisah petualangan dan fantasi. Kita bisa menjelajah seluruh dunia tanpa harus beranjak
sedikitpun dari tempat duduk, atau menciptakan dunia kita sendiri.
Membaca bisa sejenak mengalihkan kita dari stress akibat pekerjaan atau tugas
sehari-hari, menyegarkan pikiran sekaligus membuat kita menemukan berbagai perspektif
dan pengetahuan baru, atau mungkin saja, sebuah pencerahan.
Membaca novel selalu lebih baik dibandingkan menonton TV, karena itu membuat
pikiran kita selalu aktif, mampu meningkatkan kemampuan verbal kita dengan penambahan
beragam kosa-kata baru. Dibandingkan menonton TV, selama membaca kita bisa sambil
melakukan perenungan terhadap isi bacaan kita, hal yang sulit dilakukan saat menonton TV.
Dan karakter di dalam buku pastinya selalu lebih baik dan hidup dibandingkan karakter-
karakter didalam film.
Buku yang baik akan membawa kita mengarungi dunia sekaligus pengembaraan
batin/moral yang mungkin tidak akan pernah kita alami kecuali dengan membaca buku.
Maksudku, berapa banyak diantara kita yang bisa dan sanggup merasakan beratnya
perjuangan politik Gandhi untuk demokrasi? Atau pernahkah kita merasakan perjuangan
para penjelajah saat berusaha menemukan dan menaklukan dunia-dunia baru?
Kalau kamu belum pernah membaca novel yang baik namun mulai mempertimbangkan apa
keuntungan yang bisa didapat jika mulai membaca novel sekarang, inilah sesuatu yang harus
anda ketahui tentang membaca:
a. Meningkatkan Kreativitas
Jika bergerak di bidang industri kreatif misalnya blogger, desain grafis, fotografi
dan lainnya, kita akan dituntut untuk selalu memiliki ide-ide segar dan baru.
Membaca novel atau bacaan-bacaan populer lainnya akan membuat kita tetap kreatif;
menyalakan ide-ide baru untuk iklan yang sedang kamu buat, membantu menemukan
gagasan desain grafis baru yang kreati atau ide untuk tulisan-tulisan blogmu.
b. Menjadi Lebih Cerdas dan Percaya Diri
Ya, orang yang membaca buku tentunya akan lebih cerdas dan juga percaya diri.
Bayangkan kita berada dalam satu ruangan dalam suasana santai atau non formal,
berbicara dengan teman, klien atau atasan tentang novel laris, baru, atau bahkan
yang klasik. Ini akan membantu menciptakan kesan pertama yang baik. Kita akan
tampil berbeda dengan orang lain yang ada diruangan itu, tentunya dengan cara yang
positif.
c. Meningkatkan Penguasaan Kosakata
Mungkin saat ini kita sedang mempelajari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
Nah, membaca novel dalam bahasa tersebut akan membantu meningkatkan
penguasaan kosa kata kita. Untuk memudahkan membaca, biasanya kita akan
menyiapkan sebuah kamus disebelah kita sebagai referensi jika menemukan kata-
kata yang asing dan sulit. Dan membaca novel tentunya cara belajar yang
mengasyikan dibanding harus membaca kamus secara langsung dan menghapalkan
isinya berulang-ulang.
d. Tidak Ada Waktu Nganggur
Banyak buku yang kini sangat kecil dan ringan hingga bisa dibawa kemanapun tanpa
membebani. Kamu tidak akan punya kesempatan untuk menganggur, saat jam
istirahat kantor, di bis dalam perjalanan pulang, perjalanan jauh keluar kota, bahkan
saat menunggu kedatangan pacar di kedai kopi favoritmu.
e. Pelarian Yang Baik
Saat kamu sedang cemas, kesepian atau galau tingkat akut, membaca adalah obat
yang sangat ampuh. Kamu akan kagum dengan seberapa cepat kamu bisa meredakan
dan melupakan apa yang mengganggu pikiranmu. Setelah membaca, kamu mungkin
akan merasa lebih segar, terinspirasi dan kadang itu sangat memotivasi.
f. Kemewahan Yang Murah
Sebagian orang berpikir untuk bersenang-senang harus selalu menghabiskan uang
banyak; pergi liburan ke pulau eksotis, melakukan perawatan spa, pergi ke salon,
berbelanja ke mall, menginap di resort dan lainnya, tapi sebuah novel hanya
menghabiskan beberapa puluh ribu rupiah saja dan ini sudah cukup memberimu
hiburan dan istirahat selama beberapa jam. Kamu bisa berkunjung ke setiap tempat
yang tidak setiap orang bisa datangi, bertemu dengan banyak orang dengan beragam
karakter dan belajar banyak dari sebuah cerita. Membaca novel seperti menciptakan
liburan ke negeri ajaib.
g. Membuat Kita Aktif Selama Bersantai
Membaca adalah jenis relaksasi aktif, pikiran kita akan menyatu dengan cerita,
membuatnya sibuk menafsirkan lembar demi lembar halaman, dan merubahnya
menjadi satu gambaran mental yang hidup dan nyata. Ini lebih menenangkan daripada
menonton televisi.
h. Menjadikan Pandangan Hidup Selalu Positif
Membaca karya penulis laris dapat memberi cara pandang baru terhadap hidup kita,
mungkin kamu akan bertemu tokoh dari buku yang memiliki karakter sama denganmu,
dan belajar darinya untuk menemukan kekuranganmu dan memperbaikinya
Selain itu, cerita dalam novel selalu tentang keberanian, dan itu akan menginspirasi
kita untuk menghadapi setiap masalah yang menghadang dalam kehidupan. Membuat
kita berani untuk mencoba hal-hal baru dalam hidup, melihat dari sudut pandang
yang berbeda, dan menunjukan bagaimana indahnya kehidupan dan cara menjalaninya
dengan sepenuh hati.
Jadi tunggu apa lagi, sisihkan sedikit rupiah dari uang jajanmu, pergi ke toko buku
terdekat, pilih beberapa judul buku atau novel yang menarik minatmu, dan habiskan
beberapa jam untuk berkelana ke negeri ajaib.
Sumber :
http://aurabuku.blogspot.com/2012/09/8-nilai-positif-membaca-novel.html


PERILAKU KONSUMEN






Nama : Tri Ayu Widianingsih
Kelas : 3EA26
Npm : 17212445
Dosen : Ririn Yulianti
Tulisan 10 : bahaya menggunakan flatshoes








Program Sarjana Ekonomi
Universitas Gunadarma
2014
BAHAYA MENGGUNAKAN FLATSHOES
Wanita identik dengan koleksi 1000 sepatu.
Bermacam model sepatu diciptakan untuk melengkapi
kecantikan kaki kaum hawa. High heels yang tinggi,
wedges yang tebal, flat shoes yang sederhana dan
sangat nyaman dan berbagai model sepatu lainnya.
Banyak penelitian yang mengatakan bahwa high heels berbahaya bagi kesehatan kaki.
Hal ini karena bentuk high heels yang tinggi pada bagian tumit kaki membuat aliran
darah tidak lancar dan akhirnya menimbulkan masalah kesehatan.
Akhienya pilihan sepatu yang 'aman' jatuh pada flat shoes. Sepatu dengan model
sederhana tanpa hak di belakangnya, nyaman digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Tapi benarkah flat shoes aman untuk kaki? Belum tentu ladies! Sama dengan prinsip
sepatu yang lainnya, flat shoes dengan bahan dan desain yang tidak bagus juga
membahayakan kaki.
pakar ortopedi menyarankan agar para gadis tidak memakai flat shoes setiap hari.
Sebab, mengenakan sepatu itu setiap hari ternyata sama bahayanya dengan memakai
sepatu hak tinggi. Hal ini karena bila sol flat shoes terlalu tipis dan tidak dibuat
dengan bahan yang bagus makan yang ada akan malah menekan telapak kaki.
Tips untuk memilih sol sepatu adalah, bila kuat namun lentur dan tidak mudah tipis
walau dipakai berjalan terus menerus. Selain itu, sepatu dengan hak tumit rendah
seperti pantofel bisa Anda pergunakan bergantian dengan flat shoes. Keep healthy
ladies!
Sumber :
http://www.vemale.com/kesehatan/28796-wah-ternyata-flat-shoes-juga-berbahaya-
bagi-kaki-seperti-high-heels.html

Anda mungkin juga menyukai